Anda di halaman 1dari 71

Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi timbul kecelakaan.

Meski kecelakaan kecil dan ringan, tetaplah merupakan kecelakaan yang bisa jadi
menimbulkan efek yang lebih besar.
Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan bisa dari :
bahan kimia,
bahan biologi,
fisis,
ergonomis,
psikososial.
Semua itu bisa membuat efek yang tidak diinginkan seperti
keracunan,
iritasi,
ledakan
hingga kebakaran.
Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama
(P3K) pada kecelakaan di Laboratorium kimia :

Luka bakar akibat zat kimia


Terkena larutan asam

1. kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus

2. dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya

3. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3

4. kemudian cuci lagi dengan air

5. Keringkan dan olesi dengan salep levertran)/sejenis (bioplasenton).

Terkena logam natrium atau kalium

1. Logam yang nempel segera diambil

2. Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit

3. Netralkan dengan larutan 1% asam asetat

4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas
steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.

Terkena bromin

1. Segera dicuci dengan larutan amonia encer

2. Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.

Terkena phospor
1. Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya

2. Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.

Luka bakar akibat benda panas

1. Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran

2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa


nyeri agak berkurang

Luka pada mata


Terkena percikan larutan asam

Jika terkena percikan asam encer,


Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
Dicuci dengan larutan 1% Na2C3

Terkena percikan larutan basa


Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata

Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, amonia
Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan
korban ke tempat yang berudara segar
Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara
menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut
korban

Jika terjadi kecelakaan laboratorium, sebaiknya segera menghubungi Badan


Layanan/personel seperti :

Biological Safety Officer

Pejabat laboratorium

Engineering > teknisi : Water/Gas/Electrical

Satpam
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di Laboratorium
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau Praktikan,


dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia
tak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari
berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun
yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam
Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko
tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak
mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan .
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap
keselamatan dan bahaya kerja di laboratorium.Telah banyak terjadi
kecelakaan ataupun menderita luka baik yang bersifat luka permanen,
luka ringan, maupun gangguan kesehatan dalam yang dapat
menyebabkan penyakit kronis maupun akut, serta kerusakan terhadap
fasilitas fasilitas dan peralatan penunjang Praktikum yang sangat mahal
harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja di laboratorium
sebenarnya dapat dihindari dan diantisipasi jika para Praktikan
mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di
laboratorium.

Suatu Percobaan yang dilakukan sering kali menggunakan berbagai bahan


kimia baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya, peralatan
gelas yang mudah pecah, dan instrumen khusus yang kesemuanya itu
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja bila dilakukan dengan
cara yang tidak tepat ataupun terjadi kesalahan pada saat peracikan
bahan yang akan digunakan. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena
kelalaian atau kecerobohan Praktikan, tentu saja hal ini dapat membuat
orang tersebut cedera, dan bahkan dapat mencelakai orang yang berada
disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan
bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan
dan kenyamanan dalam bekerja, dan ini berlaku dalam semua aspek
pekerjaan. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko
kecelakaan kerja yang sangat ingin kita hindari. Walaupun petunjuk
keselamatan dan kesehatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun
praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap
individu lebih meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di
laboratorium.

Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar


belakang pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber
bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia terutama bahan kimia
yang mudah bereaksi, atau yang dapat menyebabkan bahaya lain seperti
kebakaran, iritan, keracunan, atau penyebab bahaya penyakit dalam
lainnya. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis jenis
bahan kimia agar siapapun yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut
dapat lebih berhati-hati dalam penggunaannya dan yang lebih penting lagi
tahu cara menanggulanginya jika sampai terjadi kecelakaan akibat
kesalahan penggunaan bahan tersebut. Selain itu yang harus diperhatikan
juga adalah limbah bekas bahan kimia sisa percobaan harus dibuang
dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan.
Cara menggunakan peralatan yang umum digunakan dalam laboratorium
juga sangat perlu untuk diketahui oleh para Praktikan baik petunjuk
praktis maupun petunjuk khususnya untuk mengurangi kecelakaan yang
mungkin akan terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan
pengetahuan tersebut, diharapkan setiap individu Praktikan dan
khususnya para asisten agar dapat bekerja sama dalam bertanggung
jawab untuk menjaga Kesehatan dan keselamatan kerja dalam sebuah
Praktikum di laboratorium dengan sebaik-baiknya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu


bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
Praktikan, tetapi juga dapat mengganggu proses Praktikum secara
menyeluruh.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja dibeberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam
penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya. Diantara sarana kesehatan, Laboratorium Kesehatan
merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non
kesehatan yang cukup besar.

Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor :

fisik,
kimia,
biologi,
ergonomi
dan psikososial.

Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan


kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK,
khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka risiko yang dihadapi
petugas laboratorium semakin meningkat. Petugas laboratorium
merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang
merupakan bahan toxic, korosif, mudah meledak dan terbakar serta
bahan biologi. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat alat
yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik
dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan
penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu
penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya
dilaksanakan oleh semua Institusi yang turut andil dalam semua kegiatan
di Laboratorium.

1.2 Tujuan

Untuk Mengetahui pedoman Pelaksanaan Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) pada saat melakukan pratikum
khususnya Praktikum kimia organik.

BAB II

PERMASALAHAN
Bagaimana Penerapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) pada saat melakukan pratikum khususnya Praktikum
kimia organik ?.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum Kita terlebih


dahulu harus mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium, agar kita dapat melaksanakan
praktikum dengan aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat alat Laboratorium,
bahan bahan yang digunakan pada saat Praktikum, proses atau cara
kerja yang aman di laboratorium, tempat Praktikun & lingkungannya serta
cara-cara melakukan Praktikum yang akan dilaksanakan. Keselamatan
kerja menyangkut segenap proses yang dibenarkan dan sesuai dengan
prosedur yang harus dilakukan pada saat melakukan Praktikum di
laboratorium .

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan


pekerjaan untuk kesejahteraan hidup & meningkatan produksi &
produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien

Selain itu, dalam keselamatan kerja juga terdapat kesehatan kerja


(Occupational health). Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam
hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat
kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut
atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera
terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara
langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu
diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktivitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat
pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja
dan peralatan kerja di lingkungan Laboratorium.

Tujuan kesehatan kerja adalah:


1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja
di semua

Lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental


maupun kesehatan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang


diakibatkan

oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari


kemungkinan

Bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan


kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan


yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan


pekerjaan dan

lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi,


antara lain: metode

bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat


menyebabkan kecelakaan,

penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya


ilmu kesehatan

kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan


akibat hubungan

interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila


bekerja yaitu:

Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.

Beban kerja: fisik maupun mental.

Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising,


panas, debu, parasit, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan
kerja yang

optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan


masalah kesehatan

kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada


akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.

Sedangkan Kecelakaan merupakan suatu kejadian di luar kemampuan


manusia, disebabkan oleh kekuatan dari luar, terjadi dalam sekejap
menimbulkan kerusakan terhadap jasmani maupun rohani (WHO). Setiap
laboratorium dengan segala desain dan aktifitasnya memiliki potensi
untuk terjadinya kecelakaan. Dalam laboratorium diupayakan untuk
memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.

Kecelakaan kerja adalah kejadian atau peristiwa yang terjadi secara acak
dan tidak terduga dan terjadi diluar prosedur atau rencana praktikum dan
merupakan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada saat Praktikum
sedang berlangsung. Oleh karena dalam peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan ataupun perencanaan sebelumnya, kita diharapkan harus
lebih berhat hati agar kejadian seperti ini tidak terjadi dalam sebuah
Praktikum. Kecelakaan kerja memiliki resiko yang sangat berbahaya baik
bagi praktikan maupun lingkungan sekitar.

Kecelakaan di laboratorium dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu


sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja

d. Sifat pekerjaan

e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari


manusia, yang
dapat terjadi antara lain karena:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Sumber Kecelakaan

a.Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan kimia dan


proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan

b.Petunjuk kegiatan laboratorium tidak jelas dan kurang pengawasan

c.Kurangnya bimbingan terhadap siswa/ mahasiswa yang sedang bekerja


di

laboratorium

d.Tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan pelindung untuk


kegiatan

e.Tidak mengikuti petunjuk atau aturan yang seharusnya ditaati

f.Tidak menggunakan perlengkapan pelindung atau menggunakan

peralatan/ bahan tidak sesuaig.Tidak berhati-hati dalam kegiatan

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di


laboratorium :

1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin.

Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat


terjadi di laboratorium.

Akibat :

- Ringan : memar

- Berat fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

Pencegahan :

- Pakai sepatu anti slip


- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar

- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin)
atau tidak

rata konstruksinya.

- Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban

Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila


mengabaikan kaidah ergonomi.

Akibat : cedera pada punggung

Pencegahan :

- Beban jangan terlalu berat

- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban

- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi


pergunakanlah

tungkai bawah sambil berjongkok

- Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan


terhambat.

3. Resiko terjadi kebakaran

(sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah


menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur
bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.

Akibat :

- Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan

kematian.

- Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahan :

- Konstruksi bangunan yang tahan api


- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar

- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran

- Sistem tanda kebakaran:

Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya


dengan

segera

Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara

otomatis

- Jalan untuk menyelamatkan diri

- Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.

- Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

Setiap laboratorium hendaknya memiliki utility untuk:

1.Kebakaran (Detektor Asap, Sprinkle, Alarm)

2.Kebocoran Gas (Detektor Gas)

3.Pertolongan Pertama Pada Kecelakanan

Tanggung jawab Keselamatan Laboratorium

1.Lembaga/staff laboratorium bertanggungjawab terhadap fasilitas, yaitu:

perlengkapan, pemeliharaan dan keamanan

2.Dosen/guru bertanggungjawab terhadap petunjuk kegiatan dan


keselamatan

laboratorium

3.Siswa/mahasiswa bertanggung jawab dalam mempelajari sifat bahan


dan akibat

dari suatu proses yang ditimbulkan serta penggunaan peralatan


keselamatan

laboratorium.
Pelayanan Preventif.

Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja,


penyakit

menular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan


mesin atau tempat

kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja


yang memadai dan

tidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga


pekerja tetap sehat.

Tindakan Preventif

1.Desain dan Penataan ruangan harus memenuhi persyaratan

2.Mengetahui lokasi dan perlengkapan darurat

3.Menggunakan perlengkapan keselamatan pada saat bekerja

4.Memahami sifat bahan dan memahami kemungkinan bahaya yang


terjadi

5.Memberikan tanda/ peringatan pada bahan/alat dalam kegiatan


tertentu

6.Bekerja dengan izin dan prosedur yang benar

7.Membuang sisa kegiatan sesuai prosedur pada tempat yang disediakan

8.Membersihkan sisa bahan yang tercecer

Kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur dalam UU antara


lain :

PASAL 86

1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh


perlindungan atas:

a. keselamatan dan kesehatan kerja

b. moral dan kesusilaan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai
nlai agama
2)Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselanggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.

3)Perlindungan sebaga mana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku

PASAL 87

1)Setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen keselamatan


dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan system manajemen
perusahaan

2)Ketentuan mengenai penerapan system manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah

B. Hal hal yang perlu di perhatikan saat berada di Laboratorium

1) Alat Perlindungan Diri

Alat pelindung diri atau APD adalah suatu alat / pengaman yang berguna
untuk melindungi atau meminimalisir kecelakaan yang terjadi. Alat
perlindungan diri meliputi :

(a) Alat pelindung Mata (Kaca Mata)

Penggunaan kaca mata pelindung sangat penting dalam melakukan suatu


pekerjaan tertentu , Karena penggunaan pelindung mata sering
dianggapsepele mungkin, ada beberapa dari para pekerja yang lalai tidak
menggunakan pelindung mata, padahal penggunaan pelindung mata
sangatlah penting Karena dapat mengurangi kecelakaan pada para
pekerja, sering terjadi beberapa kecelakaan pada mata akibat dari
menyepelekan penggunakan pelindung mata. Proteksi mata dan wajah
merupakan persyaratan yang mutlak yang harusdikenakan oleh pemakai
dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi
mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan
kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum perlindungan mata
terdiri dari:

Kaca mata pelindung

Goggle

Pelindung wajah
Walaupun telah banyak model, jenis, dan bahan dari perlindungan mata
tersebar dipasaran hingga saat ini, Anda tetap harusberhati-hati dalam
memilihnya, Karena bias saja tidak cocok dan tidak cukup aman
melindungi mata dan wajah Anda dari kontaminasi bahan kimia yang
berbahaya.

Gambar Kaca Mata

(b) Alat Pelindung Pernapasan

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh


manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara,
debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium
merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang
memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya
harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan
pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis
perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang
berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut
memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang
terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.Dari informasi
mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia
haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja
dengan bahan kimia. Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai
dengan jenis bahan kimia yang ditangani. Semua hal tersebut tentunya
mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium. Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah
daripada mengobati". APD merupakan solusi pencegahan yang paling
mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan
kimia.
Gambar Masker

(c) Respirator

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh


manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara,
debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium
merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang
memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya
harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan
pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. . Alat Pelindung
PernafasanBerguna untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap,
debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat
racun, korosi ataupun rangsangan.Masker untuk melindungi debu /
partikel-partikel yang lebih besar yang masuk kedalam pernafasan, dapat
terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu. Bergantung pada jenis
dan kadar pencemar, ada beberapa jenis respirator :

Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan


dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistim pernafasan, alat
pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau
tabung kimia yang dapat menyerap gas, uap dan kabut. Jenis fiter atau
kanister yang dipakai bergantung pada jenis kontaminan yang
ada.Kontaminan debu dapat disaring dengan fiter mekanik. Semakin
halus filter, semakin kecil ukuran debu yang dapat diambil. Kain verban
yang biasa dipakai para pekerja, hanya efektif untuk partikel debu yang
besar, dan tentu saja tidak bermanfaat untuk kontaminasigas atau uap
beracun. Untuk as dan uap beracun dipakai kanister yang dapat
menyerapgas-gas tersebut secara kimia atau fisika. Dengan sendirinya
kanister kan berbeda dalam menyerap gas atau uap. Kemampuan ini
dibedakan dengan warnanya antaralain :

Gas asam : putih

Gas asam sianida : putih dengan strip hijau

Gas klor : putih dengan stri kuning

Uap Organik : hitam

Gas amonia : hijau

Gas karbon monoksida : biru

Gas asam dan uap organik : kuning

Gas asam, uap organik dan amonia : cokelat

Kanister-kanister tersebut dapat di copot dan dipasang kembali sesai


dengan kebutuhan. Karena kanister mengandung bahan penyerap, maka
umur/ daya pakai juga bergantung pada lama pemakaian dan besarnya
kadar kontaminan. Meskipun pemakaian kanister terbatas umur pakainya,
tetapi cukup praktis dan aman sehingga banyak dipakai secara rutin.
Tetapi peralatan ini tidak dapat mengatasi adanya difesiensi
(pengurangan) oksigen. Untuk itu dipakai pelindung pernapasan kedua
dengan pemasok (supply) uadara atau oksigen.

Respirator dengan pemasok udara

Peralatan ini mirip peralatan pernapasan untuk para penyelam, dimana


disediakan udara untuk membantu pernafasan. Alat ini diperlukan pada
lingkungan yang terpolusi berat, seperti adanya gas aspiksian (N 2 metan
CO2) atau aspiksian kimia (NH3, CO, HCN) pada kosentrasi tinggi.
Pemasokudara pernapasan berupa udara tekan, dapat dipakai selama 30
menit sampai 1 jam dan udara atau oksigen cair untuk perlindungan
antara 1-2 jam.

Gambar Jenis jenis Filter Masker (Respirator) beserta


kegunaannya :
v RC201 : untuk debu kadar tinggi
(Dust)

v RC202 : uap/gas organik, kabut dan


asap dengan kandungan racun rendah (organics vapours, mists,
and fumes of low toxicity)

v RC203 : cat semprot dan uap/gas organik dengan kandungan


racun rendah (for spray painting and organic vapours of low
toxicity

v RC206 : organik dan anorganik uap/gas dan gas asam dengan


kandungan racun rendah (For organic, inorganic vapours and acid
gases of low toxicity
v RC209 : Untuk pestisida

(d) Alat Pelindung TELINGA

Telinga merupakanorgan vital dari manusia yang sangat berguna dan


sensitive. Sebagai organ tubuh yang vital, telinga tidak luput dari resiko
kerusakan akibat kerja. Umumnya kerusakan fungsi telinga sebagai alat
pendengaran adalah permanent. Sehingga proses rehabilitasinya bisa
dikatakan sangat kecil kemungkinannya. Oleh Karena itu perlindungan
terhadaporgan yang satu ini sangat diperlukan untuk mencegah rusaknya
fungsi pendengaran akibat linkungan kerja.

Kebisingan yang melebihi ambang pendengaran dan berlangsung dalam


waktu yang cukuplama serta berulang-ulang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran yang menetap, gangguan pendengaran yang
terjadi akibat terpapar kebisingan dikenal sebagai gangguan pendengaran
akibat bising.

Upaya untuk melindungi pekerja yang terpapar kebisingan dapat


dilakukan dengan: Mengurangi tingkat kebisingan yang timbul dari
peralatan atau lingkungan kerja serta Melindungi pekerja dengan
alat pelindung diri untuk telinga(ear plug, ear muff dll) Kebisingan
yang timbul diarea kerja, biasanya bersumber dari suara mesin, adanya
aliran dalam dengan tekanan tinggi, adanya bocoran pada pipa atau
peredam suara.

Gambar Alat Pelindung Telinga

(e) Alat Pelindung BADAN

Hal ini dimaksudkan agar bagian tubuh pekerja terlindungi dari segala
kemungkinan terluka atau kecelakaan ketika bekerja. Selain dari itu
menggunakan wearpack bertujuan untuk menyeragamkan pekerja dan
memberikan identitasjabatan.Baju yang dikenakan selama bekerja di
laboratorium, yang dikenal dengan sebutan jas laboratorium ini,
merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki
laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat
pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika Anda menggunakan jas
laboratorium diantaranya :

o Kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak


terpasang dan ukuran dari jaslaboratorium pas dengan ukuran badan
pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari
tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya.

o Jika jas laboratorium Anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,


lepaslah jas tersebut secepatnya.

Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan


Jump suits. Apron seringkali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan
yang bersifat korosif dan mengiritasi. Perlengkapan ini biasanya terbuat
dari karet atau plastik. Untuk apron yang terbuat dari plastik, tidak
dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-bahan
kimia yang dapat terbakar bila dipicu oleh elektrikstatis, Karena apron
jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.Jump suits atau
dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk dipakai
pada kondisi beresiko tinggi(mis., ketika menangani bahan kimia yang
bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak)..Bahan dari
peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu member perlindungan
kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin,
uap lembab, dan radiasi.

Gambar Jas Lab.

(f) Alat Pelindung KAKI

Dalam sebuah praktikum pemilihan penggunaan sepatu sangatlah


penting, Karena dapat mengurangi tingkat kecelakaan yang akan
menciderai kaki para pekerja. Disini kita harus selektif dan menggunakan
sepatu yang mempunyai ujung yang sangat keras dan alas yang tebal itu
dimaksudkan agar kaki saat praktikum telindungi dari kecelakaan yang
akan terjadi seperti halnya benda tajam yang dapat menciderai kaki
praktikan, tumpahan bahan kimia yang mengenai kaki, dan lain
sebagainya.

Gambar Sepatu

(g) Alat pelindung tangan


Perlindungan tangan merupakan alat pelindung yang kontak langsung
dengan kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting
apabila Anda terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung
tangan menjadi solusi bagi Anda. Tidak hanya melindungi tangan
terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga
dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecah atau rusak,
permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau
dingin.Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang
Anda pakai jika tidak dipilih bahannya dengan benar berdasarkan bahan
kimia yang ditangani. Selain itu, kriteria yang lain adalah berdasarkan
pada ketebalan dan rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke
kulit tangan. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan
frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis
sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat
dari bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk temperatur
tinggi. Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya
adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida).
Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang
akan ditangani. Sebagai contoh, sarung tangan yang terbuat dari karet
alam baik apabila Anda bekerja dengan Ammonium hidroxida, tetapi tidak
baik bila bekerja dengan Dietil eter.

Gambar sarung tangan

2) Bahan kimia

Hampir setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa
takut bekerja dengan bahan kimia bila tahu cara yang tepat untuk
menggunakan dan cara menanggulangi keadaan darurat akibat salah
penggunaan bahan berbahaya tersebut. Yang dimaksud berbahaya ialah
dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan,
menyebabkan sakit atau luka, merusak, menyebabkan korosi dsb. Jenis
bahan kimia berbahaya dapat diketahui dari label yang tertera pada
kemasannya dan dalam penggunaannya tidak sembarangan, harus ada
pengawasan dari orang yang ahli dalam bidang ini.
Dari data pada label tersebut, kita dapat mengetahui tingkat bahaya
bahan kimia dapat diketahui dan upaya penanggulangannya pun dapat
dan harus diketahui oleh mereka yang menggunakan bahan-bahan
tersebut. Kadang-kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada satu
jenis bahan kimia, itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan
bahan tersebut harus lebih ditingkatkan. Contoh bahan kimia yang mudah
meledak adalah kelompok bahan oksidator seperti perklorat,
permanganat, nitrat dsb. Bahan-bahan ini bila bereaksi dengan bahan
organik dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali seperti natrium,
mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang disertai dengan api
dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan padatan
anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika
menggunakan bahan-bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api.

Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan


racun kuat, harap bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke
dalam tubuh. Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan
peristiwa korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut tumpah
ke permukaan dari besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan
tersebut di laboratorium pendidikan Kimia tidak berjumlah banyak,
namun kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga
Peralatan dan cara kerja. Selain bahan kimia, peralatan laboratorium juga
dapat mendatangkan bahaya bila cara menggunakannya tidak tepat.
Contoh sederhana yaitu cara memegang botol reagen, label pada botol
tersebut harus dilindungi dengan tangan, karena label bahan tersebut
mudah rusak kena cairan yang keluar dari botol ketika memindahkan isi
botol tersebut.

Beberapa catatan mengenai laboratorium yang menyimpan


bahan-bahan kimia

Semua bahan kimia harus tersimpan dalam botol atau kaleng yang
sesuai dan tahan lama. Sebaiknya di simpan di tempat-tempat yang kecil
dan cukup untuk pemakaian sehari-hari.

Tempat persediaan untuk jangka panjang harus tersimpan dalam


gudang bahan kimia yang khusus/ gudang dalam tanah misalnya.

Setiap saat bahan kimia harus diperiksa secara rutin, untuk menentukan
apakah bahan-bahan tersebut masih dapat digunakan atau tidak, dan
perbaikan label yang biasanya rusak. Bahan-bahan yang tak dapat
digunakan lagi harus dibuang/ dimusnahkan secara kimia.Semua bahan
harus diberi tanda-tanda khusus, diberi label dengan semua keterangan
yang diperlukan misalnya.:

o nama bahan

o tanggal pembuatan
o jumlah (isi)

o asal bahan (merek pabrik dan lain-lain)

o tinhgkat bahaya yang mungkin (racun, korosiv, higroskopis dll)

o keterangan-keterangan yang perlu (presentase, simbol kimianya dan


lain-lain)

Tabel Simbol simbol yang sering digunakan untuk menandai


jenis jenis bahan kimia secara internasional :

Simbol Nama simbol dan Bahayanya

Toxic : Sedikit saja masuk ke


tubuh dapat menyebabkan
kematian atau sakit keras

Flammable : Bahan yang mudah


terbakar
Corrosive : bahan yang dapat
merusak kayu, besi, dsb.

Irritant : Sedikt saja masuk ke


tubuh dapat membakar

kulit, selaput lendir atau sistem


pernapasan

Oxidising Agent : Bahan yang


dapat menghasilkan panas bila
bersentuhan dengan bahan lain
terutama bahan-bahan yang
mudah terbakar
Explosive : Bahan yang mudah
meledak bila kena panas, api atau
sensitif terhadap gesekan atau
goncangan

Radioactive : Bahan-bahan yang


bersifat radioaktif

POISON : Bahan-bahan yang


bersifat racun
Danger for environment :
berbahaya bagi lingkungan

Peringatan tegangan tinggi

Area dilarang menyalakan api

3) Peralatan Kimia

Selain Bahan Kimia, dalam Laboratorium juga terdapat peralatan yang


terbuat dari gelas, bahan gelas tersebut mudah pecah dan pecahannya
dapat melukai tubuh. Khususnya bila memasukkan pipa gelas kedalam
propkaret, harus digunakan sarung tangan untuk melindungi tangan dari
pecahan kaca. Pada proses pemanasan suatu larutan, harus digunakan
batu didih untuk mencegah terjadinya proses lewat didih yang
menyebabkan larutan panas itu muncrat kemana-mana. Juga ketika
menggunakan pembakar spiritus atau pembakar bunsen, hati-hati karena
spiritus mudah terbakar, jadi jangan sampai tumpah ke atas meja dan
selang penyambung aliran gas pada bunsen harus terikat kuat, jangan
sampai lepas. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai
cara penggunaan alat alat yang terbuat dari gelas tersebut. Tujuan dari
praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam
alat gelas yang sering digunakan dalam laboratorium dan penggunaanya.
(Ginting, 2000).

Dibawah ini adalah beberapa alat yang sering digunakan di Laboratorium


beserta fungsinya :

Bahan pembuat dan


No Nama Alat Gambar
Fungsi Alat

Untuk mengukur
volume larutan tidak
memerlukan tingkat
1 Gelas ukur
ketelitian yang tinggi
dalam jumlah
tertentu.

Untuk mengukur
volume larutan
2 Pipet ukur dengan tingkat
ketelitian yang tinggi
(0,01 mm).

Untuk mengukur
Pipet volume larutan sesuai
3
gondok dengan ketentuan
yang ada pada pipet.
Digunakan untuk
memindahkan
4 Pipet tetes
beberapa tetes zat
cair.

Sebagai pasangan
antara pipet ukur dan
pipet gondok yang
disertai dengan tanda
5 Ball pipet
untuk menghisap()
dan untuk
mengeluarkan
larutan().

Untuk mengukur suhu


6 Termometer (temperatur) ataupun
perubahan suhu.
Untuk menampung
bahan sementara,
Beaker
7 selain itu juga
glass
sebagai tempat
memanaskan larutan.

Untuk mengetahui
Viskometer viskositas atau
8
ostwalt kekentalan suatu
larutan.

Untuk mengukur
9 Piknometer berat jenis sampel
atau cairan.
Untuk mengukur
viskositas atau
10 Viscotester kekentalan suatu
larutan yang lebih
kental.

Untuk menimbang
Neraca
11 sampel atau padatan
analitik
kimia.

Tempat membuat
Erlenmeye larutan dan tempat
12
r larutan titran saat
malakukan Titrasi
Untuk penyangga
13 Kaki tiga
pembakar spirtus

Untuk menjepit
Klem
14 erlenmeyer dan lain-
universal
lain.

Untukl destilasi
15 Kondenser
larutan
Labu Untuk destilasi
16
destilasi larutan

Untuk identifikasi
Indikator keasamaan
17
universal larutan/zat dan
lainnya.

Menghaluskan zat
Mortal dan
18 yang masing bersifat
alu
padat/kristal

Untuk membakar zat


Pembakar
19 atau memanasi
spirtus
larutan
Penjepit
Untuk menjepit
20 tabung
tabung reaksi.
reaksi

Rak
21 tabung Tempat tabung reaksi
reaksi

Selang Untuk pengaliran air


22
kondenser ke kondensor

Spatula
23 Pengambil zat kristal
plastik
Pengambil zat yang
Spatula
24 tidak bereaksi dengan
logam
logam.

Statif
Merangkai peralatan
25 dasar
praktikum
persegi

Tabung Untuk mereaksikan


26
reaksi zat

Kertas Untuk menyaring


27
saring larutan.

4) Langkah-langkah praktis

Sebagai asisten di laboratorium, yang bertugas membimbing mahasiswa


untuk bekerja dengan baik dan aman, maka perlu persiapan sebelum
bekerja. Asisten perlu datang lebih awal untuk memeriksa lokasi dan cara
pakai alat bantu keselamatan kerja. Selanjutnya asisten harus
mengetahui jenis bahan kimia dan peralatan yang akan digunakan pada
percobaan hari tersebut dan cara menanggulangi bila terjadi kecelakaan
karena bahan atau peralatan tersebut. Disini kehadiran asisten
mendampingi mahasiswa yang sedang bekerja merupakan tugas mulia
dalam menjaga keselamatan kerja. Pada akhir praktikum, biasakanlah
menutup kran air dan gas, mematikan listrik dan api serta mencuci
tangan dan meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih. Ini
dilakukan oleh asisten agar menjadi panutan bagi mahasiswa.

5) Larangan larangan saat berada di Laboratorium

1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang


mengawasi.

2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan


Kimia.

3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku


kerja, jenis percobaan,

jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah sisa percobaan.

4. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.

5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah


segera keringkan dengan lap basah.

6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.

7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya.


Jawablah pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan
anda dalam memahami percobaan.

8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih


lanjut percobaan yang dilakukan.

9. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi


mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki.

10. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.

11. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak
tinggi.

12. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.


13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama
setelah melakukan praktikum.

14. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

15. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan
segera pada asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter
untuk mendapat pertolongan secepatnya.

6) Peralatan P3K

Plestera)

Pembalut berperekatb)

Pembalut steril (besar, sedang dan kecil)c)

Perban gulungd)

Perban segitigae)

Kain kasaf)

Pinsetg)

Guntingh)

Peniti,i)

C. Teknik kerja di Laboratorium

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknik dan prosedur yang harus
dilakukan

pada saat melakukan Praktikum di Laboratorium :

a) Hal pertama yang perlu dilakukan

1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi


mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki.

2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak


tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

b) Bekerja aman dengan bahan kimia

1. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.

2. Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.

3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah


khusus.

4. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi


(pedih atau gatal).

c) Memindahkan bahan Kimia

1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk


menghindari kesalahan.

2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

3. Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.

4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk


mencegah kontaminasi.

d) Memindahkan bahan Kimia cair

1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak
tangan memegang botol tersebut.

2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.

3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar


tidak memercik.

e) Memindahkan bahan Kimia padat

1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.

2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.

3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat


mengotori bahan tersebut.

f) Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi

1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.


2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.

3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.

4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar


percikannya tidak melukai orang lian maupun diri sendiri.

g) Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia

1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia
tersebut.

2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk
mencegah pemanasan mendadak.

3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air.
Maksimum seperampatnya.

h) Keamanan kerja di laboratorium

1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai


praktikum.

2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi


mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak


tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.

6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah


segera keringkan dengan lap basah.

7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.

8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.

9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

10 Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.

11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada
sebelum dan sesudah praktikum selesai.
D. Penanggulangan keadaan darurat

Sebelum melakukan Praktikum, kita harus mengetahui bagaimana cara

penanggulangan atau tindakan pertama yang perlu kita lakukan saat


terjadi kecelakaan. Berikut ini adalah tindakan dasar yang harus diketahui
:

a. Terkena bahan kimia

1. Jangan panik.

2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.

3. Lihat data MSDS.

4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci


bagian yang mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila
memungkinkan).

5. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.

7. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).

b. Kebakaran

1. Jangan panik.

2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.

3. Beritahu teman anda.

4. Hindari mengunakan lift.

5. Hindari mengirup asap secara langsung.

6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan


dikunci).

7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.

8. Hubungi pemadam kebakaran.


Bahan kimia yang mudah terbakar yaitu
bahan bahan yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Terjadinya
kebakaran biasanya disebabkan oleh 3 unsur utama yang sering disebut
sebagai segitiga API :

Keterangan :

A : Adanya bahan yang mudah terbakar

P : Adanya panas yang cukup

I : Adanya ikatan Oksigen di sekitar bahan.

Segitiga Api merupakan pengetahuan tambahan bagi kita untuk


mengetahui bagaimana kebakaran dapat terjadi. Dari segitiga api kita
dapat mengetahui bahwa Api dapat menyala bila terdapat bahan yang
mudah terbakar, adanya panas yang cukup yang dapat memicu terjadinya
kebakaran, serta adanya Oksigen yang mendukung terbentuknya
pembakaran.Kebakaran dalam Laboratorium banyak terjadi karena
pemanasan, ekstrasi, atau Destilasi pelarut organic. Prinsip utama dalam
penanggulangan kebakaran adalah bahwa api sebelum membesar harus
segera dapat dipadamkan. Semakin besar api semakin sukar dikuasai
karena suhu yang lebih tinggi akan mempercepat prosese kebakaran.
Selagi api masih kecil harus segera dipadamkan dengan kain atau sarung
basah atau selimut basah (fire blanket).

Pencegahan standar yang dapat dilakukan antara lain :

1. Menurunkan suhu bahan yang terbakar

2. Mengurangi kontak dengan Oksigen

3. Mengurangi radikal penyebab reaksi berantai

Bergantung pada jenis api yang terjadi, berbagai macam pemadam

kebakaran yang dapat dipakai adalah :


AIR

Mudah diperoleh dengan cepat. Dalam pemadaman, air berfungsi sebagai


pendingin dan menyelimuti bahan dari O2 oleh adanya uap air yang
terbentuk. Air amat baik untuk memadamkan api

kelas A yaitu kebakaran kertas, kayu, karet, dan sebagainya. Tetapi


pemadaman air berbahaya untuk :

Kelas B : kebakaran pelarut organic karena justru akan membesarkan


atau memperluas kobaran api. Kecuali pelarut organic tersebuk lebih
berat air atau larut dalam air.

Kelas C : kebakaran akibat listrik karena akan menimbulkan hubungan


jarak pendek. Kecuali apabila listrik dipadamkan lebih dahulu.

Kelas D : kebakaran logam-logam Alkali seperti Na dan K, karena akan


memperbesar reaksi kebakaran.

BUSA

Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang berfungsi mengisolasi bahan
dan oksigen. Pemadam kebakaran jenis busa cukup efektif untuk Api
kelas A dan B, tetapi berbahaya untuk api kelas C dan D.

v Bubuk Kering (dry Powder)

Bubuk Kering adalah bubuk halus campuran bahan kimia seperti


Na2CO3, K2CO3, KCl, (NH4)3PO4 dan sebagainya yang mudah mengalir
apabila yang mudah mengalir apabila disemprotkan. Dalam pemadaman
api, bahan tersebut berfungsi sebagai:

o Melindungi bahan dari O2

o Melindungi bahan dari radiasi panas

o Menyerap radikal pembentuk reaksi rantai

Jenis pemadam ini amat baik untuk api kelas A, B dan D, tetapi tidak
efektif untuk tempat yang berangin atau diluar. Selain itu, api dapat
timbul kembali (reignition) setelah dipadamkan.

v Gas CO2

Gas CO2 bertekanan tinggi, dengan efektif dapat dipakai untuk


pemadaman segala jenis kebakaran api (A, B, C dan D). hal ini karena
terjadi gas tersebut yang lebih berat dari udara dapat menutupi atau
mengisolasi bahan yang terbakar dari O2. namun kelemahannya adalah
dapat terjadi penyalaan kembali.

v Halon

Halon adalah senyawa hidrokarbonyang terhalogenasi (umumnya


turunan metana dan etana). Jenis pemadam kebakaran ini berfungsi
sebagai :

o Pembentuk selimut inert yang mengisolasi bahan dari O2

o Penyerap yang efektif terhadap radikal-radikal penyebab reaksi berantai

Sebagaimana gas CO2, halon dapat dipakai pemadaman api kelas


A, B, C dan D. Mempunyai volume yang lebih kecil sehingga lebih
praktis daripada CO2. Secara singkat penggunaan pemadam kebakaran
dapat dilihat dari table berikut :

Bahan
Kelas Terbakar
Pemadam Kebakaran
Api
contoh

Air Busa Bubuk Kering CO2 Halon

Kertas,
A Kayu, Karet Ya Ya Ya Ya Ya
dan Kain

Benzena,
Eter,
B Heksana, Tidak Ya Ya Ya Ya
dan Minyak
cat

Listrik dan
C Tidak Tidak Ya Ya Ya
Motor

Logam
D alkali (Na Tidak Tidak Ya Ya Ya
dan K)
c. Gempa bumi

Pada saat terjadi gempa bumi sebaiknya kita melakukan Prosedur

berikut :

1. Jangan panik.

2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong


kasur, lemari.

3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.

4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran


gas,tersengat listrik.

5. Jangan gunakan lift.

6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

E. Bahan kimia B3

Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Mudah meledak (explosive)

b. Pengoksidasi (oxidizing)

c. Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)

d. Mudah menyala (flammable)

e. Amat sangat beracun (extremely toxic)

f. Sangat beracun (highly toxic)

g. Beracun (moderately toxic)

h. Berbahaya (harmful)

i. Korosif (corrosive)

j. Bersifat iritasi (irritant)

k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)


l. Karsinogenik (carcinogenic)

m. Teratogenik (teratogenic)

n. Mutagenik (mutagenic)

F. Lemari Asam

Lemari asam ini digunakan untuk tempat mereaksikan berbagai jenis


reaksi kimia, terutama dalam mereaksikan zat-zat yang berbahaya,
beracun, maupun dalam mereaksikan zat-zat yang menghasilkan zat lain
yang mengeluarkan gas berbahaya, hingga percikan api.

Lemari asam tidak boleh dijadikan sebagai tempat penyimpanan bahan


kimia, karena jika kita sedang bekerja dan didalam lemari asam tersebut
terdapat berbagai jenis bahan kimia, kemungkinan terjadinya kecelakaan
akibat reaksi yang salah semakin berpeluang. Oleh karena itu, lemari
asam selain harus mendapatkan perawatan rutin, juga harus digunakan
sesuai dengan kebutuhannya.

v Persyaratan Lemari Asam yang aman

o Bersih dari kotoran, debu dan uap

o Memiliki lampu berwarna putih

o Memiliki Blower

o Terhubung dengan sumber air

o Memiliki sumber gas serta salurannya yang tahan api

o Pintu vertikal yang tidak jatuh saat dirubah rubah, serta untuk pintu
horizontal, pintu mudah dibuka

o Memiliki alarm kerusakan bila terjadi kerusakan fungsinya

o Berfungsi pada kondisi tertutup pada semua bagian

o Memiliki tinggi meja yang memadai

o Memiliki sumber listrik yang aman

o Selalu terawat

G.TNT (Trinitrotoluene)
Trinitrotoluena

2,4,6-trinitrotoluene
Nama IUPAC

Rumus kimia C7H5N3O6

Massa molekul 227.131 g/mol

Sensitivitas shock Insensitive

Sensitivitas friksi Insensitive

Kepadatan 1.654 g/cm

Kecepatan ledak 6,900 m/s

RE factor 1.00

Titik lebur 81C

Suhu autoignisi Decomposes at 295C

Penampilan Pale yellow crystals.


Nomor CAS 118-96-7

PubChem 8376

SMILES CC1=C(C=C(C=C1[N+](=O)[O-])
[N+](=O)[O-])[N+](=O)[O-]

Trinitrotoluene (TNT, atau Trotyl) adalah kristalin aromatic hydrocarbon


berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 F, 81 C).
Trinitrotoluene adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau
dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol.
TNT dipersiapkan dengan nitrasi toluene C6H5CH3; rumus kimianya
C6H2(NO2)3CH3, dan nama IUPAC nya adalah 2,4,6-trinitrotoluene.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari hasil Makalah yang saya buat ini, dapat Saya simpulkan bahwa:

v Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, dan


peneliti melakukan percobaan.
v Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaan alat alat Laboratorium, bahan & proses Praktikum, tempat
Praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan Praktikum.

v Bahan kimia dapat dkelompokkan menjadi : POISON Radioactive


Explosive Oxidising Agent Irritant Corrosive Flammable Toxic.

v Lemari asam merupakan tempat menyimpan bahan kimia yang bersifat


asam atau memiliki kadar keasaman yang tinggi.

v Trinitrotoluene (TNT, atau Trotyl) adalah kristalin aromatic hydrocarbon


berwarna kuning pucat dan merupakan bahan peledak yang digunakan
sendiri atau dicampur.

v Filter masker mempunyai fungsi yang berbeda, yang dapat dilihat dari
warna filter masing masing filter.

4.2 SARAN

Disarankan kepada Praktikan , dosen, dan peneliti agar dapat mematuhi


prosedur keselamatan kerja yang telah Saya tulis dalam makalah ini.
Semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Setiap laboratorium hendaknya memiliki utility untuk:

1.Kebakaran (Detektor Asap, Sprinkle, Alarm)

2.Kebocoran Gas (Detektor Gas)

3.Pertolongan Pertama Pada Kecelakanan

DAFTAR PUSTAKA

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
aplikasi/manajemen-laboratorium-kimia/keselamatan-kerja-
laboratorium/, di akses tanggal 16 maret 2011 pukul 20:45 WIB

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/06/keselamatan_laboratorium.pdf

di akses tanggal 16 maret 2011 pukul 19:00 WIB

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3232604&page=5 , di
akses tanggal 16 maret 2011 pukul 20:00

http://en.wikipedia.org/wiki/Special:Search?
search=lemari+asam&sourceid=Mozilla-search, di akses tanggal
16 maret 2011 pukul 21:00
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum

diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh

di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan

kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.

Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan

pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh
di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan
kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.
Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan
sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan,
pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi
oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut
serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-
undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.

B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani
korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam
menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
Laboratorium adalah sarana yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran,
penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang digunakan untuk penentuan formula obat yang
akan dibuat. Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan
yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.

Untuk dapat menerapkan K3 yang baik, fasilitas laboratorium harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut ini:
1. Harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai agar sirkulasi udara berjalan lancar.
2. Harus mempunyai alat pemadam kebakaran terhadap bahan kimia yang berbahaya yang
dipakai.
3. Harus menyediakan alat pembakar gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
4. Meja yang digunakan harus diberi bibir untuk menahan tumpahan larutan yang mudah
terbakar, korosif dan melindungi tempat yang aman dari bahaya kebakaran
5. Menyediakan dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh
mungkin.
6. Tempat penyimpanan di laboratorium di desain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko
oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
7. Harus tersedianya alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
8. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas yang
terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
9. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang aman
dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung bendung talam.

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


LABORATORIUM KESEHATAN DAN PENCEGAHANNYA

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:


a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :


1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibatnya :
Ringan: memar
Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip
Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya.
Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan
kaidah ergonomi.
Akibatnya:
cedera pada punggung.
Pencegahannya :
Beban jangan terlalu berat
Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah
sambil berjongkok
Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya.


Akibatnya :
Tertusuk jarum suntik
Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahannya :
Gunakan alat suntik sekali pakai
Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi langsung
dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction clip).
Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup

4. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama
sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya :
Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api
Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
Sistem tanda kebakaran
Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera
Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
Jalan untuk menyelamatkan diri
Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar
f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
g. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri dari petugas.

PEDOMAN UMUM (GOOD LABORATORY PRACTICE)

Tidak boleh makan minum, merokok di lab


Dilarang memasukkan jari ke dalam mulut
Dilarang bekerja sendiri di lab
Semua bahan yang ada di lab harus dianggap infeksius atau toksis
Gunakan APD, gunakan lemari kabinet keamanan lab
Cuci tangan sebelum dan sesudah
Dilarang membuang sampah infeksius disembarang tempat
Tidak dibenarkan memipet dengan mulut dan menghirup
Gunakan jarum semprit dengan hati-hati

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas,


masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan
masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3
di laboratorium kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaan K3 tersebut. Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak
manajemen atau pengelola laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral dalam
pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan
yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai
obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini.

A. Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan

kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan

saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi
oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut
serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-
undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.

B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani
korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja.

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam
menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
Laboratorium adalah sarana yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran,
penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang digunakan untuk penentuan formula obat yang
akan dibuat. Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan
yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.

Untuk dapat menerapkan K3 yang baik, fasilitas laboratorium harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut ini:
1. Harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai agar sirkulasi udara berjalan lancar.
2. Harus mempunyai alat pemadam kebakaran terhadap bahan kimia yang berbahaya yang
dipakai.
3. Harus menyediakan alat pembakar gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
4. Meja yang digunakan harus diberi bibir untuk menahan tumpahan larutan yang mudah
terbakar, korosif dan melindungi tempat yang aman dari bahaya kebakaran
5. Menyediakan dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh
mungkin.
6. Tempat penyimpanan di laboratorium di desain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko
oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
7. Harus tersedianya alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
8. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas yang
terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
9. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang aman
dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung bendung talam.

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


LABORATORIUM KESEHATAN DAN PENCEGAHANNYA

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:


a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :


1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibatnya :
Ringan: memar
Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip
Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya.
Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan
kaidah ergonomi.
Akibatnya:
cedera pada punggung.
Pencegahannya :
Beban jangan terlalu berat
Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah
sambil berjongkok
Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya.


Akibatnya :
Tertusuk jarum suntik
Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahannya :
Gunakan alat suntik sekali pakai
Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi langsung
dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction clip).
Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup

4. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama
sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya :
Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api
Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
Sistem tanda kebakaran
Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera
Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
Jalan untuk menyelamatkan diri
Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar
f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
g. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri dari petugas.

PEDOMAN UMUM (GOOD LABORATORY PRACTICE)

Tidak boleh makan minum, merokok di lab


Dilarang memasukkan jari ke dalam mulut
Dilarang bekerja sendiri di lab
Semua bahan yang ada di lab harus dianggap infeksius atau toksis
Gunakan APD, gunakan lemari kabinet keamanan lab
Cuci tangan sebelum dan sesudah
Dilarang membuang sampah infeksius disembarang tempat
Tidak dibenarkan memipet dengan mulut dan menghirup
Gunakan jarum semprit dengan hati-hati

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas,


masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan
masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3
di laboratorium kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaan K3 tersebut. Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak
manajemen atau pengelola laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral dalam
pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan
yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai
obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini.

A. Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan

kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan

saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi
oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut
serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga
dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-
alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah


mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.

Diantara sarana kesehatan, Laboratorium Kesehatan merupakan suatu institusi dengan jumlah
petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan laboratorium kesehatan
mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran,
tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja.

Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka risiko
yang dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat. Petugas laboratorium merupakan
orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang merupakan bahan toksisk korosif,
mudah meledak dan terbakar serta bahan biologi.

Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan
radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan
dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan
budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di
Sektor Kesehatan termasuk Laboratorium Kesehatan.

Fasilitas Laboratorium

1. Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,


penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang
bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan
dan masyarakat.

2. Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan


sirkulasi udara yang adekuat.

3. Disain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia
yang berbahaya yang dipakai.

4. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas
yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.

5. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang
aman dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung-bendung talam.

6. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah
sejauh mungkin.

7. Tempat penyimpanan di disain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh bahan-
bahan berbahaya dalam jumlah besar.

8. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)

Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari
tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang
dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka
bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas.
Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.

Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari
beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 3040% masyarakat pekerja kurang kalori
protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi
kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan
produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja
yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering
mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 24 jam
sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya
pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor
lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi
pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
stres.

Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :


Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja

Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :


Terpeleset , biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan
kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibat :
- Ringan memar
- Berat fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan :
- Pakai sepatu anti slip
- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya.
- Pemeliharaan lantai dan tangga

Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan
kaidah ergonomi.

Akibat : cedera pada punggung


Pencegahan :
- Beban jangan terlalu berat
- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah
sambil berjongkok
- Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya


Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari di laboratorium
Akibat :
- Tertusuk jarum suntik
- Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahan :
- Gunakan alat suntik sekali pakai
- Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi langsung
dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction clip).
- Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup

Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-
sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibat :
- Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian.
- Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan :
- Konstruksi bangunan yang tahan api
- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
- Sistem tanda kebakaran (Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera & Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara
otomatis)
- Jalan untuk menyelamatkan diri
- Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
- Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di laboratorium kesehatan

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus ada
hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan
kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja.
Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan
tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).

Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat
luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja
adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan
dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat,
mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit. Penyakit akibat kerja di
laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang
berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus
menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati;
faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis
kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis
(ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)

Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain
kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar
melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk
jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan
Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar,
sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar
dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani
limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu
beracun mempunyai peluang terkena infeksi

Pencegahan :

1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan
desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat
badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan
imunisasi.
3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory Practice)
4. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
5. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen
secara benar
6. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
7. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8. Kebersihan diri dari petugas.

Faktor Kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-
obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan
mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan
penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.

Pencegahan :
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui
oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannyabahan
kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-
tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam
posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan
pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia.
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain)

Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
meliputi:
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian
2. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan
kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan
petugas yang menangani.

Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop

Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan stress
:
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal.

Pengendalian Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Melalui Penerapan Kesehatan


dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :


1. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
2. Petugas kesehatan dan non kesehatan
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
5. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
6. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.

Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara lain:


1. Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang meliputi
batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
2. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
3. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-masing
instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
4. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan
kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut
dilaksanakan
5. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan
kerja dan mengupayakan pencegahannya.

Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control)


1. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
2. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan non
kesehatan (penggunaan alat pelindung)
3. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain

Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)


Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada
baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini,
maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat
pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan
untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment)
Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:

Pemeriksaan Awal
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas
kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
status kesehatan calon pekerja dan
mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan
pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
Anamnese umum
Anamnese pekerjaan
Penyakit yang pernah diderita
Alrergi
Imunisasi yang pernah didapat
Pemeriksaan badan
Pemeriksaan laboratorium rutin

Pemeriksaan tertentu:
Tuberkulin test
Psiko test

Pemeriksaan Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala
yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar
pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala,
yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk
intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus
merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan
promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak
kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam
mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan
masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3
di laboratorium kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaan K3 tersebut. Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak
manajemen atau pengelola laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral dalam
pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan
yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai
obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini.
Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas kesehatan dan non
kesehatan yang bekerja di laboratorium kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif,
sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya,
menuju Indonesia Sehat.

Anda mungkin juga menyukai