Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BUDAYA KESELAMATAN DAN KEAMANAN LABORATORIUM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK C
1. Erliyana
2. Yusnidar
3. Meici lidias vera
4. Taufik sandi. S
5. Eli Yunita S
6. Bimby nasya
7. Rabiatun adawiyah
8. Muksin

DOSEN PENGAJAR : Yanti Rahayu

PROGRAM D IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau Praktikan, dosen, dan peneliti melakukan
percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya
dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya.
Selain itu, peralatan yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang
berisiko tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan
prosedur penggunaan alat yang akan digunakan .

Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan bahaya kerja
dilaboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka baik yang bersifat luka
permanen, luka ringan, maupun gangguan kesehatan dalam yang dapat menyebabkan penyakit kronis
maupun akut, serta kerusakan terhadap fasilitas – fasilitas dan peralatan penunjang Praktikum yang
sangat mahal harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja di laboratorium sebenarnya dapat
dihindari dan diantisipasi jika para Praktikan mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang aman
di laboratorium.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.

Keamanan laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan dalam melaksanakan
pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan melindungi pekerja/praktikan dan orang
disekitarnya dari resiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan laboratorium.

Keselamatan kerja dalam Laboratorium Fisika Keselamatan Keselamatan kerja di laboratori laboratorium
um adalah menyangkut keselamatan keselamatan orang yang melakukan melakukan kegi kegiat atan an
di labor laborat ator orium ium dan dan kese kesela lama mata tan n alat alat-al -alat at labor laborat
ator orium ium yang yang digu diguna nakan kanny nya. a. Kesela Keselamat matan an kerja kerja di
labora laborator torium ium perlu perlu diperh diperhati atikan kan dalam dalam rangka rangka
mencega mencegah terjadi terjadiny inyaa kecelakaan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan atau
perkerjaan di laboratorium dan mencegah terjadinya kerusakan alat laboratorium yang digunakannya.
Untuk mencegah terjadinya terjadinya kecelakaan kecelakaan kerja akibat kesalahan kesalahan cara dan
prosedur prosedur melakukan tata tertib tertib laboratori pekerjaan, maka perlu diadakan tata
laboratorium um dan pedoman kegiatan laboratorium yang yang jelas, jelas, sedangk sedangkan an
untuk untuk menceg mencegah ah terjad terjadiny inyaa kerusa kerusakan kan alat-a alat-alat lat labora
laborator torium ium akibat akibat manual pengguna penggunaan an alat alat dan penuntun percobaan,
kesalahan kesalahan pengoperasian pengoperasian alat-alat alat-alat maka manual harus selalu tersedia
bagi setiap yang akan menggunakan alat-alat itu. Akan tetapi, walaupun segala upaya telah dilakukan,
kecelakaan kerja dan kerusakan alat tetap bisa terjadi. Untuk mengatasi mengatasi kecelakan kerja dan
kerusakan kerusakan alat yang terjadi maka diperlukan alat keselamatan, dan alat-alat untuk perbaikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis bahaya pada percobaan fisika ?

2. Bagaimana tata tertib guru dan siswa di dalam laboratorium ?

3. Apa saja yang terdapat dalam kontrak keselamatan kerja laboratorium ?

4. Bagaimana prosedur bekerja yang aman di laboratorium ?

1.3 Tujuan

1.Dapat mengetahui jenis bahaya pada percobaan fisika

2. Dapat mengetahui tata tertib guru dan siswa di dalam laboratorium

3. Dapat mengetahui kontrak keselamatan kerja laboratorium

4. Dapat mengetahui prosedur bekerja yang aman di laboratorium


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keselamatan Kerja Laboratorium

Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus , karena
penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9
orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di
laboratorium.

Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan
bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya
kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau
kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara
membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.

Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan relevan
untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara
penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan
kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.

2.2 Jenis Bahaya Pada Percobaan Fisika

Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang dapat berpotensi menimbulkan cidera atau penyakit
atau kombinasi keduanya. Bekerja di laboratorium mengandung bahaya berupa kecelakaan. Kecelakaan
yamg sering terjadi di laboratorium berupa kebakaran, kesakitan, kematian dan kerugian akibat
kecelakaan ataupun kerusakan peralatan laboratorium.

Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja,
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja
dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya
yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor
lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa
bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan
pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
A. Jenis-jenis Bahaya dalam Laboratorium

Menurut Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah ;

a. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut
organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.

b. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.

c. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.

d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai kontak
langsung dengan bahan-bahan korosif.

e. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll

f. Sengatan listrik.

B. Beberapa sumber bahaya dalam percobaan fisika di laboratorium dapat dikategorikan sebagai berikut
:

a. Aliran Listrik

Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:

(1). Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas
yang ditetapkan oleh alat.

(2). Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan.

(3). Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari
kecelakaan kerja.

(4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan peralatan
listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi
dengan peralatan listrik.

(5). Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak membahayakan
penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah
direparasi.

(6). Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai
pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.

(7). Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari
asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
(8). Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik.
Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat
dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat
digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan.
Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon
dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.

b. Keracunan

Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui oral maupun kulit. Keracunan dapat
bersifat akut atau kronis. Akut artinya dapat memberikan akibat yang dapat dilihat atau dirasakan dalam
waktu singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat menyebabkan diare dan keracunan karbon monoksida
dapat menyebabkan pingsan atau kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh dirasakan
setelah waktu yang lama, akibat penyerapan bahan kimia yang terakumulasi terus menerus. Contoh
menghirup udara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan sakit
hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam darah.

c. Api

Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi
penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang
sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain
misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena,
heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang
terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang
tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang
diperkenankan untuk disimpan secara aman.

Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa
kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa
yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber
kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.

Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National
Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic yang terbakar

2. Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah menyala seperti
bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di laboratorium.

3. Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik

4. Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium, titanium,
kalium, dan natrium.
Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan harus disesuaikan
dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan adalah:

1. Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api kelas B, C, dan
D.

2. Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C

3. Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas A, B, dan C dan
merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran. Jenis dray chemical extinguisher yang
digunakan adalah:

a) Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau kalium karbonat

b) Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung ammonium fosfat

4. Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C pemadaman kebakaran
dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat berbahaya
sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang berasal dari listrik.

5. Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu (personal protective


equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker, sepatu
pengaman, dan pelindung mata.

2.3 Tata tertib guru dan siswa di dalam laboratorium

SEBELUM PRAKTIKUM

1. Siswa wajib datang tepat waktu.

2. Siswa tidak diperkenankan masuk ke ruang Laboratorium tanpa seizin guru.

3. Siswa diperkenankan masuk ke ruang Laboratorium setelah semua peralatan siap

dan dalam kondisi layak digunakan.

4. Siswa yang terlambat kurang dari 15 menit diperkenankan memasuki

Laboratorium setelah mendapat izin dari guru.

5. Siswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan memasuki

Laboratorium (kecuali alasan tertentu).

6. Siswa tidak diperkenankan membawa makanan/ minuman ke ruang Laboratorium,

kecuali untuk praktikum.


SELAMA PRAKTIKUM

1. Tidak diperkenankan bekerja menurut kemauan sendiri

2. Tidak diperkenankan bersendau gurau dan mengganggu teman lain yang sedang bekerja.

3. Mencoba-coba alat atau bahan praktikum yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.

4. Dilarang mencorat-coret bangku/ ruang laboratorium.

5. Alat-alat/ bahan praktikum harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan atau sesuai
anjuran guru.

6. Dalam melakukan praktikum, hendaknya digunakan bahan yang secukupnya.

7. Jika dalam praktikum siswa merusakkan/ memecahkan alat, maka yang bersangkutan wajib
menggantinya.

8. Jika dalam praktikum terjadi kecelakaan (kena pecahan kaca, terbakar, tertusuk, tertelan bahan
kimia) harap segera melapor kepada guru.

9. Dilarang mencicipi/ memakan sesuatu dalam praktikum kalau guru tidak menyuruh untuk
melakukannya.

10. Bertanyalah pada guru apabila kurang paham tentang praktikum yang akan dilaksanakan.

11. Label/ etiket bahan yang rusak/ hilang harap segera dilaporkan kepada guru.

12. Jagalah kebersihan dan buanglah sampah pada tempatnya.

13. Jagalah bermain-main selama praktikum berlangsung.

14. Menggunakan alat-alat / bahan-bahan kimia diluar petunjuk praktiku tanpa izin guru pembimbing

15. Mencoba-coba mencampurkan zat -zat kimia yang tersedia tanpa seizin guru pembimbing atau yang
tidak sesuai dengan buku petunjuk praktikum

16. Membuang sampah yang tidak larut dibak cuci sebab akan menyumbat saluran. Buanglah sampah
ditempat sampah.

SETELAH PRAKTIKUM

1. Cuci tangan setelah praktikum berakhir.

2. Setelah selesai praktikum, alat-alat/ bahan hendaknya dikembalikan ke tempat semula dalam
keadaan lengkap, bersih dan siap pakai.

3. Sebelum meninggalkan ruang Laboratorium, meja praktikum harus dalam keadaan bersih, kursi
diletakkan diatas meja, kran air dan gas ditutup rapat, kontak listrik dicabut.
4. Dilarang membawa alat-alat dan bahan laboratorium ke luar laboratorium tanpa seijin guru atau
petugas.

5. Membuat laporan sementara (data percobaan) dan di paraf oleh guru / laboran

6. Membuat laporan lengkap seminggu setelah percobaan dan menyerahkan kepada guru
pembimbing, sebelum pelaksanaan praktikum selanjutnya.

BAGI GURU

1. Berilah penjelasan kepada siswa sehingga siswa mau menghayati tata tertib laboratorium bagi siswa .

2. Awasilah siswa yang sedang melaksanakan kegiatan Lab.

3. Berusahakah agar siswa penuh disiplin.

4. Siapkanlah alat dan bahan yang akan dipakai untuk kegiatan.

5. Berikanlah penjelasan setiap alat yang masih asing, mudah rusak, dan bahan berbahaya bagi siswa.

6. Beritahukanlah pada siswa pengunaan alat listrik.

7. Usahakanlah agar laboratorium tetap bersih, tertib, rapih dan nyaman untuk kegiatan.

8. Etiket pada botol harus benar dan jelas.

9. Berilah peringatan, petunjuk, dan larangan agar kegiatan berhasil sesuai tujuan.

10. Alat pemadam kebakaran harus selalu siap pakai.

11. Kotak P3 K selalu tersedia dan terawat, dan guru harus mampu menggunakan isi kotak P3K itu.

12. Matikanlah semua lampu yang tidak digunakan, apabila akan meninggalkan Laboratorium.

13. Guru harus mengatur suasana kegiatan dalam laboratoraium IPA dinamis, tidak gaduh, dan tertib.

14. Usahakan agar laboratorium digunakan sesuai dengan jadwal, dan seefisien mungkin.

16. Menuliskan catatan penting tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada buku kegiatan harian
lab yang tersedia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Maka dari itu, melalui penulisan makalah ini dapat pula kami simpulkan :

· Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan
relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara
penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan
kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.

· Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam
rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain faktor teknis faktor
lingkungan, dan faktor manusia.

· Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik.
Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat
dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat
digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan.
Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon
dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.

3.2 Saran

Melalui penulisan makalah ini tentang Keselamata Kerja Laboratorium, maka penulis memberikan
saran kepada seluruh pembca terkhusus rekan – rekan yang ikut serta dalam kegiatan di Laboratorium
agar sekiranya dapat mengutamakan keselamatan diri sendiri dan orang lain selama kegiatan
berlangsung. Serta dianjurkan agar mendahulukan untuk memastikan seluruh sarana dan prasarana di
laboratorium terkondisi baik sehingga aman saat di adakannya penelitian atau percobaan.

Anda mungkin juga menyukai