Anda di halaman 1dari 26

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit menyatakan bahwa
keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan, kerusakan, dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia
maupun yang berhubungan dengan peralatan, objek kerja, tempat bekerja, dan
lingkungan kerja secara langsung dan tidak langsung.
Keselamatan kerja di laboratorium adalah keselamatan yang berkaitan
dengan penggunaan alat-alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat
praktikum dan lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum.
Keamanan kerja di labratorium adalah unsur-unsur penunjang yang
mendukung terciptanya suasana aman ketika berlangsungnya kegiatan praktikum,
baik berupa material maupun non material. Unsur-unsur penunjang keamanan
yang bersifat material diantaranya, yaitu: jas laboratorium, sarung tangan, masker,
kaca mata pelindung (goggles), sepatu pengaman, pelindung muka, dan alat
pelindung telinga. Sedangkan unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat non
material diantaranya, yaitu: buku petunjuk penggunaan alat, buku praktikum,
rambu-rambu dan isyarat bahaya, himbauan-himbauan, dan petugas keamanan.

2.2 Standar Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium


Keselamatan dan keamanan kerja merupakan dua hal penting yang menjadi
perhatian dalam bekerja di laboratorium kimia. Bahan-bahan atau zat-zat kimia
yang tersedia di laboratorium, umumnya memiliki efek samping yang dapat
membahayakan penggunanya. Oleh karena itu, perhatian yang sungguh-sungguh
sangat dipelukan dalam bekerja di laboratorium kimia. Kecerobohan kerja di
laboratorium kimia dapat berakibat fatal karena bahan-bahan atau zat-zat kimia
dapat membahayakan penggunanya dan juga lingkungannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menanggulangi
risiko kecelakaan kerja di laboratorium maka sebuah lembaga pendidikan harus

3
menetapkan aturan-aturan terkait keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium.
2.2.1 Aturan-aturan Terkait Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium
Tujuan ditetapkan aturan-aturan keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium dimaksudkan untuk: 1) menjamin kesehatan, keselamatan,
keamanan, dan kesejahteraan orang yang bekerja di laboratorium, 2) mencegah
pengguna laboratorium terkena kecelakaan kerja yang menyebabkan
terganggunya kesehatannya akibat kegiatan di laboratorium, 3) mengontrol
penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan beracun, dan 4)
mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga
tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
2.2.1.1 Aturan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Aturan umum yang berkaitan dengan keselamatan kerja di laboratorium,
antara lain:
1. orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke dalam laboratorium.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan,
2. jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai
bahaya bahan kimia, alat-alat, dan cara pemakaiannya,
3. mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium,
4. mengetahui cara pemakaian alat emergensi, seperti tabung pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang
lainnya,
5. setiap laboran/pekerja laboratorium harus tahu memberi pertolongan
darurat (P3K),
6. latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik, bukan dihapalkan
saja,
7. dilarang makan, minum, dan merokok di laboratorium. Hal ini juga
berlaku untuk Laboran dan Kepala Laboratorium,
8. jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan berlelucon lain ketika bekerja
di laboratorium, dan

4
9. jauhkan alat-alat yang tidak digunakan seperti tas, handphone, dan benda
lain dari atas meja kerja.
2.2.1.2 Aturan Keamanan Kerja di Laboratorium
Aturan umum yang berkaitan dengan keamanan kerja di laboratorium,
antara lain:
1. penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di
laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi dan segala sesuatu (alat
dan bahan praktikum) diletakkan pada tempatnya agar memudahkan dalam
bekerja di laboratorium,
2. setiap orang harus mengetahui ruangan dan perlengkapan darurat dengan
baik, seperti: kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), tabung
pemadam kebakaran, alarm, botol cuci mata, karung basah, dan lain-lain,
3. gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen,
4. mengenali kemungkinan bahaya yang akan terjadi sebelum bekerja dan
lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut,
5. berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan
tertentu,
6. eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan hindari bekerja sendiri di
laboratorium,
7. gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas,
kertas, dan sebagainya, dan
8. semua percikan, tumpahan, dan kebocoran harus segera ditindak lanjuti.

2.2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keselamatan dan Keamanan Kerja di


Laboratorium
Keselamatan dan keamanan kerja merupakan bagian yang sangat penting
dalam menggunakan alat dan bahan kimia di laboratorium. Beberapa hal yang
menjadi perhatian agar lebih menjamin keselamatan dan keamanan kerja saat
sedang bekerja di laboratorium, yaitu: perlengkapan diri dalam bekerja,
pemahaman tentang rambu-rambu keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium, pemahaman tenatang sifat-sifat bahan kimia berbahaya, ketepatan
cara menggunakan alat, keterampilan menggunakan alat, dan keterampilan
memindahkan bahan kimia (Wayan Subagia dan Lanang Wiratma,2015:16).

5
2.2.2.1 Perlengkapan Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium
Perlengkapan keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium dapat
dibagi menjadi dua katagori yaitu: perlengkapan pengaman yang digunakan
sehari-hari untuk mengantisipasi bahan-bahan kimia yang diketahui bahayanya
dan perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dalam keadaan darurat
atau kejadian yang tidak terduga.
Adapun beberapa contoh perlengkapan keselamatan dan keamanan pribadi
di laboratorium seperti: jas laboratorium (lab coat), sarung tangan (glove), kaca
mata pelindung (googles), masker, respirator, alat pelindung telinga (hear
protector), sepatu, pelindung muka dan sebagainya.
a) Jas Laboratorium (Lab Coat)
Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan dari percikan bahan
kimia berbahaya. Jenis jas laboratorium ada dua yaitu jas lab sekali pakai dan jas
lab berkali-kali pakai. Jas lab kimia bisa berupa:
Flame/resistant lab coat adalah jas lab yang bahannya dilapisi material
tahan api. Jas lab jenis ini cocok digunakan untuk praktikan yang bekerja
dengan peralatan atau bahan yang mengeluarkan panas, misalnya
peleburan sampel tanah, pembakaran menggunakan tanur bersuhu tinggi,
dan reaksi kimia yang mengeluarkan panas.
100% cotton lab coat adalah jas lab yang biasanya digunakan di
laboratorium kimia umum (misalnya lab kimia pendidikan). Jas lab ini
diperkirakan memiliki umur pakai sekitar satu sampai dua tahun. Setelah
melewati waktu pakai terebut, jas ini rentan rusak karena pengaruh bahan
kimia asam.
Synthetic/cotton blends adalah jas lab yang terbuat dari 100% poliester
atau campuran poliester/cotton. Seperti halnya cotton lab coat, jas lab ini
digunakan di laboratorium kimia umum.
Berikut ini adalah gambar jas laboratorium yang sering digunakan ketika
bekerja di laboratorium.

6
Gambar 2.1 Jas Laboratorium (Lab Coat)
Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

b) Sarung Tangan (Glove)


Sarung tangan (glove) berfungsi untuk melindungi tangan dari ceceran larutan
kimia yang bisa membuat kulit gatal atau melepuh. Macam-macam sarung
tangan yang digunakan di laboratorium biasanya terbuat dari karet alam, nitril,
dan neoprena.Terkait sarung tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang
dilengkapi dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat
dari tepung kanji dan berfungsi untuk melumasi sarung tangan agar mudah
digunakan.

Gambar 2.2 Sarung Tangan (Glove)


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

7
c) Kaca Mata Pelindung
Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang yang
bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, seorang praktikan harus menggunakan
kaca mata khusus yang tahan terhadap potensi bahaya kima dan panas.
Kaca mata tersebut terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: Clear safety glasses dan clear
safety goggles.
Clear safety glasses merupakan kaca mata keselamatan biasa yang
digunakan untuk melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu.
Clear safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya.

Gambar 2.3 Clear Safety Glasses dan Clear Safety Goggles


Peralatan pelindung mata ini terdiri dari tiga tipe, yaitu:
Direct vented goggles digunakan untuk melindungi mata dari debu,
namun tidak cocok untuk melindungi mata dari percikan atau uap bahan
kimia.
Indirect vented goggles digunakan untuk melindungi mata dari kilauan
cahaya dan debu, namun tidak cocok untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia.
Non-vented goggles digunakan untuk melindungi mata dari debu, uap, dan
percikan bahan kimia. Selain itu, kaca mata ini juga bisa digunakan untuk
melindungi mata dari gas berbahaya.
Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan H3O+, Br, NH3 atau
bila bekerja dibengkel seperti memotong logam Na, menumbuk, menggergaji,
menggerinda dan pekerjaan sejenis yang memungkinkan terjadinya percikan ke
mata.

8
Gambar 2.4 Indirect Vented Goggles dan Direct Vented Goggles
Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

d) Masker
Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa mengeluarkan gas
berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat cocok digunakan seorang
praktikan saat melakukan kegiatan praktikum sehingga gas berbahaya tersebut
tidak terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa masker biasa yang
terbuat dari kain dan masker khusus yang dilengkapi material penghisap gas.

Gambar 2.5 Masker


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

e) Pelindung telinga (Hear Protector)


Alat pelindung telinga (hear protector) adalah alat yang lazim digunakan
untuk melindungi telinga dari kebisingan yang dikeluarkan perlatatan tertentu.
Misalnya: autoclave, penghalus sampel tanah (crusher), sonikator, dan pencuci
alat-alat gelas yang menggunakan ultrasonik.

9
Gambar 2.6 Pelindung Telinga (Hear Protector)
Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

f) Sepatu
Sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan
tekanan tertentu. Ketika bekerja di laboratorium dilarang menggunakan sandal
untuk menghindari luka dari pecahan kaca, terkena bahan kimia, dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.

Gambar 2.7 Sepatu


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

g) Pelindung Muka (Face Shield)


Pelindung muka (face shield) digunakan untuk melindungi muka dari panas,
api, dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambilal alat
peleburan skala lab dan mengambil peralatan yang dipanaskan dengan
autoclave.

10
Gambar 2.8 Pelindung Muka
Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

Selain harus menggunakan alat pelindung diri, orang yang bekerja di


laboratorium kimia juga harus mengetahui peralatan keselamatan laboratorium
(laboratorys safety equipment). Secara prinsip, peralatan tersebut digunakan
bila terjadi situasi gawat darurat. Berikut beberapa contoh peralatan keselamatan
laboratorium (laboratorys safety equipment), antara lain: pembasuh mata (eye
wash), selimut api (fire blanket), safety shower, spill neutralizer, first aid kits,
dan alat pemadam api ringan (fire exitinguishers).
a) Pembasuh Mata (Eye Wash)
Pembasuh mata (eye wash) berfungsi membasuh mata yang terkena cairan
kimia. Cara kerjanya, basuh mata dengan air yang mengalir pada eye wash untuk
beberapa saat. Saat membasuh, pastikan tangan bersih sehingga tidak
mengganggu mata.

Gambar 2.9 Pembasuh Mata (Eye Wash)


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

11
b) Selimut Api (Fire Blanket)
Cairan kimia yang tumpah kemungkinan dapat menghasilkan api. Untuk
memadamkannya, dapat menggunakan selimut api (fire blanket). Pastikan
menggunakan sarung tangan saat membersihkan alat tersebut.

Gambar 2.10 Selimut Api (Fire Blanket)


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

c) Safety Shower
Safety shower digunakan untuk membersihkan tubuh yang terkena cairan
kimia. Jika tubuh terkena tumpahan cairan kimia dalam jumlah relatif banyak,
segeralah menuju safety shower dengan mengguyur seluruh tubuh dengan air
dari alat tersebut, sehingga tubuh akan terhindar dari cedera parah.

Gambar 2.11 Safety shower


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

12
d) Spill Neutralizer
Meskipun sudah berkerja dengan hati-hati, terkadang cairan kimia tumpah ke
lantai. Jika hal tersebut terjadi, spill neutralizer digunakan untuk menetralkan
cairan kimia yang tumpah tersebut. Perlengkapan keselamatan laboratorium ini
dilengkapi material asam dan basa. Sebagai contoh, apabila cairan yang tumpah
tersebut asam, gunakan material basa untuk menetralkannya. Sebaliknya, apabila
cairan yang tumpah tersebut basa, gunakan material asam untuk menetralkannya.

Gambar 2.12 Spill Neutralizer


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

e) First Aid Kits


Kotak obat untuk pertolongan pertama (first aid kits) berguna apabila terjadi
kecelakaan ringan, misalnya tangan tergores oleh suatu benda tajam. Kotak ini
biasanya berisi obat luka, gunting, perban, dan alkohol.

Gambar 2.13 First aid kits


Sumber: https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)

13
f) Alat Pemadam Api
Alat pemadam api ringan (fire exitinguishers) berguna untuk memadamkan
api ringan yang terjadi karena kecelakaan kerja atau sumber lain. Sebagai
contoh, kita sedang menggunakan tanur dan tiba-tiba tanur itu mengeluarkan api,
cepatlah gunakan pemadam api untuk memadamkannya. Dengan demikian, api
tidak merembet ke mana-mana. Setelah api padam, segera hubungi bagian
keamanan atau bagian pemadam kebakaran untuk menginvestigasi lebih lanjut.

Gambar 2.14 Alat Pemadam Api


Sumber: (https://tekhniklaboratorium08.blogspot.co.id/
2017/04/keamanan-dan-keselamatan-kerja-k3-di.html)
2.2.2.2 Rambu-rambu Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium
Bekerja di laboratorium kimia sanantiasa berhadapan dengan bahan-bahan
atau zat-zat kimia yang mudah meledak, mudah teroksidasi, mudah terbakar,
corrosive dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mengantisipasi risiko
kecelakaan ketika melakukan percobaan (experiment) di laboratorium, seorang
peraktikan harus benar-benar mengetahui rambu-rambu keselamatan dan
keamanan kerja di laboratorium. Rambu-rambu keselamatan dan keamanan kerja
di laboratorium adalah semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk:
gambar-gambar/poster, tulisan/logo, dan simbol-simbol yang dipasang ditempat
kerja/laboratorium. Pemasangan rambu-rambu keselamatan dan keamanan kerja
di laboratorium sangatlah penting, sebagai fungsi kontrol guna memberikan
informasi tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan bahkan suatu
pertolongan. Oleh karena itu, sangatlah perlu adanya penjelasan pengetahuan
tentang simbol atau tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan
standar internasional.

14
Pemasangan rambu-rambu harus mengikuti etika standar rambu-rambu
keselamatan dan keamanan kerja yang berlaku dan dapat dipahami secara
internasional. Pemasangan rambu-rambu harus benar, kerena jika pemasangannya
salah dapat mengakibatkan potensi bahaya bagi praktikan.
Rambu-rambu keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium pada
umumnya terdiri dari beberapa simbol atau kode yang menyatakan kondisi yang
perlu mendapatkan atensi. Untuk mempertegas suatu rambu-rambu, dalam
pelaksanaannya dibedakan dalam bentuk warna-warna dasar yang sangat
mencolok dan mudah dikenali. Warna yang dipasang pada setiap rambu berupa
warna:
1. warna merah: tanda larangan ( pemadam api),
2. warna kuning: tanda peringatan atau waspada atau berisiko bahaya,
3. warna hijau: tanda zona aman atau pertolongan,
4. warna biru: tanda wajib ditaati atau prasyarat,
5. warna putih: tanda informasi umum, dan
6. warna oranye: tanda beracun.
Warna-warna tersebut diatas merupakan warna dasar sebagai latar
belakang (background), sedangkan gambar atau logo/simbol diatas warna dasar
tersebut merupakan warna kontras. Menurut standar yang berlaku secara
internasional berupa warna putih atau hitam.
Adapun bentuk-bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu-
rambu keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium yang perlu dipahami
seperti dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Warna Kombinsi


Sumber: (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/
index.php/menuutama/mesin-cnc/1101-sonny)

15
Terdapat 3 (tiga) bentuk dasar rambu-rambu keselamatan dan keamanan
kerja di laboratorium, yaitu:
1. bentuk bulat: wajib atau bentuk larangan,
2. segitiga: tanda peringatan, dan
3. segi empat: darurat, informasi, dan tanda tambahan.

Tabel 2.2 Bentuk Dasar Rambu-rambu


Sumber: (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/
index.php/menuutama/mesin-cnc/1101-sonny)

Adapun 4 jenis rambu-rambu yang sering dipasang di laboratorium, yaitu:


rambu larangan, rambu peringatan, rambu pertolongan, dan rambu prasyarat.
1. Rambu Larangan
Rambu larangan adalah rambu yang memberikan larangan yang wajib
ditaati oleh siapa saja yang ada di laboratorium dan harus mematuhinya, tanpa
pengecualian. Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan
gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu larangan yang sering
ditemui, yaitu: bentuk bulat, latar belakang berwarna putih, dan logo berwarna
hitam dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai berikut.

16
Tabel 2.3 Rambu Larangan
Sumber: (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/
index.php/menuutama/mesin-cnc/1101-sonny)

2. Rambu Peringatan
Rambu peringatan adalah rambu yang meberikan peringatan yang perlu
diperhatikan oleh siapa saja yang ada di laboratorium, guna menghindari
kejadian yang tidak diinginkan. Adapun peringatan yang perlu diikuti adalah
sesuai dengan gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu
peringatan yang sering ditemui, yaitu: bentuk segitiga, latar belakang berwarna
kuning, dan logo/gambar berwarna hitam dengan bingkai berwarna hitam.

17
Tabel 2.4 Rambu Peringatan
Sumber: (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/
index.php/menuutama/mesin-cnc/1101-sonny)

3. Rambu Prasyarat/ Wajib Dilaksanakan


Rambu prasyarat adalah rambu yang meberikan persyaratan yang perlu
dilaksanakan oleh siapa saja yang ada di laboratorium, karena prasyarat
tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Adapun prasyarat
yang perlu dilaksankan adalah sesuai dengan gambar atau informasi yang
terpasang. Ciri-ciri rambu prasyarat yang sering ditemui, yaitu: bentuk bulat,
latar belakang berwarna biru, dan logo/gambar berwarna putih.

Tabel 2.5 Rambu Prasyarat


Sumber: (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/
index.php/menuutama/mesin-cnc/1101-sonny)

18
4. Rambu Pertolongan
Rambu pertolongan adalah rambu yang meberikan bantuan/pertolongan
serta arahan oleh siapa saja yang ada di laboratorium, karena
arahan/pertolongan tersebut merupakan petunjuk yang harus diikuti terutama
bila terjadi kondisi darurat.
Adapun rambu pertolongan tersebut dipasang pada tempat yang strategis
dan mudah terlihat dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan yang sering
ditemui, yaitu: berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan
logo/gambar warna putih

Tabel 2.6 Rambu Pertolongan


Sumber: (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/
index.php/menuutama/mesin-cnc/1101-sonny)

19
2.2.2.3 Sifat-sifat Bahan Kimia Berbahaya
Bekerja di laboratorium kimia senantiasa berhadapan dengan bahan-bahan
atau zat-zat kimia yang memiliki sifat yang beraneka ragam. Dari sifat-sifat
tersebut, terdapat beberapa diantaranya yang dapat membahayakan keselamatan
dan keamanan para pengguna laboratorium dan lingkungannya. Berdasarkan hal
tersebut, untuk membedakan antara bahan kimia berbahaya dengan bahan kimia
yang tidak berbahaya diperlukan suatu simbol khusus yang bersifat universal.
Berkaitan dengan hal itu, maka dibuat suatu peraturan tentang simbol bahan kimia
berbahaya.

Simbol bahaya kimia adalah suatu piktogram berlatar belakang oranye


dengan garis batas dan gambar berwarna hitam. Gambar yang terdapat dalam
piktogram umumnya menggambarkan sifat bahaya dari bahan yang dilabeli. Sifat
bahaya tersebut diantaranya risiko ledakan dan kebakaran, risiko kesehatan dan
keracunan atau kombinasi keduanya. Adapun 7 simbol bahan kimia berbahaya,
antara lain: explosive (mudah meledak), oxidizing (mudah teroksidasi), flammable
(mudah terbakar), toxic (beracun), harmful irritant (bahaya iritasi), corrosive
(korosif), dan dangerous for enviromental (bahan berbahaya bagi lingkungan).

a) Explosive (Mudah Meledak)


Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar disamping
adalah bahan yang mudah meledak (explosive). Ledakan
pada bahan tersebut bisa terjadi karena beberapa penyebab,
misalnya benturan, pemanasan, pukulan, gesekan, reaksi
dengan bahan kimia lain, atau karena adanya sumber
percikan api. Adapun beberapa contoh bahan kimia dengan
Gambar 2.15 Simbol
Explosive (Mudah Meledak) sifat explosive, misalnya: C7H5N3O6 (TNT), NH4NO3, dan
Sumber: google C6H7O2(OH)3 (nitroselulosa).

Bekerja dengan bahan kimia yang mudah meledak


membutuhkan pengalaman praktis sekaligus pengetahuan.
Menghindari hal-hal yang dapat memicu ledakan sangat
penting dilakukan untuk mencegah risiko fatal bagi
keselamatan diri.

20
b) Oxidizing (Mudah Teroksidasi)
Bahan kimia yang diberi simbol seperti
gambar di samping adalah bahan kimia yang
bersifat mudah menguap dan mudah terbakar
melalui oksidasi (oxidizing). Penyebab
terjadinya kebakaran umumnya terjadi akibat
reaksi bahan tersebut dengan udara yang
Gambar 2.16 Simbol panas, percikan api, atau reaksi dengan bahan-
Oxidizing (Mudah Teroksidasi)
Sumber: Google bahan yang bersifat reduktor. Adapun
beberapa contoh bahan kimia dengan sifat
oxidizing, misalnya: H2O2 dan KClO4.

c) Flammable (Mudah Terbakar)


Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa bahan
tersebut besifat mudah terbakar (flammable). Bahan mudah
terbakar dibagi menjadi 2 jenis yaitu Extremely Flammable
(amat sangat mudah terbakar) dan Highly Flammable
(sangat mudah terbakar).
Adapun beberapa contoh bahan kimia bersifat flammable
Gambar 2.17 Simbol dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Flammable (Mudah Terbakar) 1. zat terbakar langsung. Contohnya: aluminium alkil
Sumber: Google
fosfor. Keamanan: hindari kontak bahan dengan
udara,
2. gas amat mudah terbakar. Contohnya: C4H10 (butana)
dan C3H8 (propana). Keamanan: hindari kontak
bahan dengan udara dan sumber api,
3. cairan mudah terbakar. Contohnya: C3H6O (aseton)
dan C6H6 (benzena). Keamanan: jauhkan dari sumber
api atau loncatan bunga api, dan
4. zat sensitif terhadap air, yakni zat yang membentuk
gas mudah terbakar bila kena air atau api.

21
d) Toxic (Beracun)

Simbol bahan kimia disamping mengunjukan bahwa bahan


tersebut adalah bahan beracun. Keracunan yang bisa
diakibatkan bahan kimia tersebut bisa bersifat akut dan
kronis, bahkan bisa hingga menyebabkan kematian pada
konsentrasi tinggi.

Beberapa contoh bahan kimia bersifat racun (toxic),


Gambar 2.18 Simbol misalnya: AsCl3, As2O3, dan HgCl. Bekerja dengan bahan-
Toxic (Beracun)
Sumber: Google bahan tersebut harus memerhatikan keselamatan diri.
Hindari kontak langsung dengan kulit, menelan serta
gunakan selubung masker untuk mencegah uapnya masuk
melalui pernafasan.

e) Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)


Simbol bahan kimia disamping terbagi menjadi 2 kode
yaitu kode Xn dan kode Xi. Kode Xn menunjukan adanya
risiko kesehatan jika bahan masuk melalui pernafasan
(inhalasi), melalui mulut (ingestion), dan melalui kontak
kulit. Contoh bahan kimia berbahaya dengan kode Xn
adalah C5H5N (piridin).
Gambar 2.19 Simbol
Harmful Irritant (Bahaya Iritasi) Sedangkan kode Xi menunjukan adanya risiko inflamasi
Sumber: Google jika bahan kontak langsung dengan kulit dan selaput
lendir. Contoh bahan kimia berbahaya dengan kode Xi
misalnya: NH3 dan C6H5CH2Cl (benzil klorida).

f) Corrosive (Korosif)
Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa suatu
bahan tersebut bersifat korosif dan dapat merusak
jaringan hidup.
Beberapa contoh bahan kimia bersifat korosif, misalnya:
H2SO4, HCl, dan H2NO3.

Gambar 2.20 Simbol


Corrosive (Korosif) 22
Sumber: Google
g) Dangerous for Enviromental (Bahan Berbahaya bagi Lingkungan)
Simbol bahan kimia pada gambar di samping menunjukan
bahwa bahan tersebut berbahaya bagi lingkungan
(dangerous for environment). Melepasnya langsung ke
lingkungan, baik itu ke tanah, udara, perairan, atau ke
mikroorganisme dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.
Beberapa contoh bahan kimia bersifat dangerous for
Gambar 2.21 Simbol enviromental, misalnya: CCl4 (tetraklorometana), tributil
Dangerous for Enviromental (Bahan
Berbahaya bagi Lingkungan) timah klorida, dan petroleum bensin.
Sumber: Google

2.2.2.4 Ketepatan Cara Menggunakan Alat


Cara menggunakan alat perlu dipahami oleh seorang praktikan, hal ini
perlu ditekankan karena sering terabaikan oleh pembimbing praktikum/laboran.
Laboran sering kali berasumsi bahwa seorang praktikan sudah mampu memahami
cara menggunakan alat praktikum, namun pada kenyataannya ada beberapa alat
praktikum yang penggunaanya belum sesuai dengan prosedur yang tepat. Sebagai
contoh yaitu penggunaan pipet tetes yang pemompanya berbahan karet. Saat
menggunakan pipet tetes untuk mengambil larutan atau pelarut, setelah bahan
yang diambil sudah berada di dalam pipet kemudian akan diteteskan ke alat lain
misalnya ke tabung reaksi, maka praktikan secara spontan membalikan pipet
tersebut dengan ujung yang berlubang menghadap keatas. Mungkin maksudnya
agar tidak tumpah atau menetes, namun praktikan tersebut tidak tahu bahwa zat
tersebut masuk mengenai pompa karet yang dipegangnya. Sehingga pelarut
tersebut akan bereaksi dengan karet yang bisa menghasilkan panas sampai
berlubang yang kemungkinan mengenai tangan.

23
2.2.2.5 Keterampilan Menggunakan Alat
Keterampilan menggunakan alat merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh seorang laboran senantiasa melatih, membimbing, dan
mengawasi seorang praktikan apabila belum terampil menggunakan alat. Sebagai
contoh keterampilan menggunakan alat yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat-alat di laboratorium adalah penggunaan buret untuk titrasi.
Ketika membawa/memindahkan buret dari satu tempat ke tempat lain harus dalam
sikap vertikal. Sebelum digunakan, pastikan buret tidak bocor dan kran dapat
berfungsi dengan baik. Saat memasukkan larutan ke dalam buret dengan
menggunakan corong, buret harus diturunkan sampai mulut buret sejajar dengan
mata. Agar larutan dapat mengalir dengan lancar, maka angkat corong saat
memasukkan larutan. Kemudian, pastikan sudah tidak ada gelembung di bagian
bawah buret. Selanjutnya, keluarkan larutan dari buret hingga mencapai titik
akhir. Titik akhir ditandai dengan adanya perubahan fisik.
2.2.2.6 Keterampilan Memindahkan Bahan Kimia
Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada
setiap kerjanya. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan ketika hendak melakukan
pemindahan bahan kimia, antara lain:
a. baca label bahan sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan dalam pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam
nitrat,
b. pindahkan bahan sesuai jumlah yang diperlukan,
c. jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan, dan
d. jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula. Hal ini
bertjuan untuk menghindari kontaminasi.
a) Memindahkan Bahan Kimia Cair
Dalam memindahkan bahan kimia yang berwujud cair, hal-hal yang harus
diperhatikan oleh seorang praktikan atau laboran, antara lain:
1. tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus
telapak tangan memegang botol tersebut,
2. tutup botol jangan ditaruh diatas meja, karena isi botol bisa terkontaminasi
oleh kotoran yang ada diatas meja,

24
3. pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari
percikan, dan
4. pindahkan dengan alat lain seperti pipet tetes, sehingga akan lebih mudah

Gambar 2.22 Ilustrasi Cara Memindahkan Bahan Kimia Cair


(Sumber: Google)
b) Memindahkan Bahan Kimia Padat
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang praktikan atau laboran ketika
hendak memindahkan bahan kimia yang berwujud padat, antara lain:
a. gunakan spatula atau sendok yang sesuai,
b. jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan, dan
c. gunakan spatula atau sendok yang bebas dari kontaminasi untuk
memindahkan zat atau bahan kimia. Dalam hal ini, hindari menggunakan satu
buah spatula atau sendok untuk mengambil bermacam-macam zat atau bahan
kimia.

Gambar 2.23 Ilustrasi Cara Memindahkan Bahan Kimia Padat


(Sumber: Google)

25
2.3 Upaya untuk Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan Kerja di
Laboratorium
Budaya keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium sangat tergantung
pada kebiasaan kerja masing-masing praktikan untuk melindungi diri mereka
sendiri, orang lain, dan lingkungan yang lebih besar. Pimpinan lembaga
mensyaratkan agar seluruh pengguna laboratorium menerapkan upaya-upaya yang
telah ditetapkan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan keselamatan dan
keamanan kerja di laboratorium. Adapun upaya-upaya yang harus dilakukan oleh
pengguna laboratorium untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium, antara lain:
1. rencanakan semua eksperimen sebelumnya dan patuhi prosedur lembaga
tentang keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium selama
perencanaan,
2. selama memungkinkan, minimalkan operasi laboratorium kimia untuk
mengurangi bahaya dan limbah,
3. asumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di laboratorium berpotensi
beracun,
4. pertimbangkan tingkat korosivitas dan daya ledak bahan kimia serta
kombinasinya jika melakukan operasi laboratorium, dan
5. pelajari dan patuhi semua prosedur lembaga terkait keselamatan dan
keamanan kerja di laboratorium.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
menyatakan bahwa keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan
untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan, dan segala bentuk
kerugian baik terhadap manusia maupun yang berhubungan dengan
peralatan, objek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja secara
langsung dan tidak langsung. Keselamatan kerja di laboratorium adalah
keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat laboratorium,
bahan dan proses praktikum, tempat praktikum dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan praktikum. Sedangkan keamanan kerja di
labratorium adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya
suasana aman ketika berlangsungnya kegiatan praktikum, baik berupa
material maupun non material.
2. Dalam standar keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium terdapat
beberapa aturan terkait keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium.
Adapun tujuan ditetapkan aturan-aturan keselamatan dan keamanan kerja
di laboratorium dimaksudkan untuk: 1) menjamin kesehatan,
keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan orang yang bekerja di
laboratorium, 2) mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang
mudah terbakar dan beracun, dan 3) mengontrol pelepasan bahan
berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak berdampak
negatif terhadap lingkungan. Pada aturan keselamatan kerja di
laboratorium terdapat 9 aturan yang harus ditaati oleh pengguna
laboratorium. Berdasarkan aturan keamanan kerja di laboratorium
terdapat 8 aturan yang harus ditaati oleh pengguna laboratorium.
Beberapa hal yang menjadi perhatian agar lebih menjamin keselamatan
dan keamanan kerja saat sedang bekerja di laboratorium, yaitu:

27
perlengkapan diri dalam bekerja, pemahaman tentang rambu-rambu
keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium, pemahaman tenatang
sifat-sifat bahan kimia berbahaya, ketepatan cara menggunakan alat,
keterampilan menggunakan alat, dan keterampilan memindahkan bahan
kimia (Wayan Subagia dan Lanang Wiratma,2015:16).
3. Upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium, antara lain: 1) rencanakan semua eksperimen sebelumnya
dan patuhi prosedur lembaga tentang keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium selama perencanaan, 2) selama memungkinkan,
minimalkan operasi laboratorium kimia untuk mengurangi bahaya dan
limbah, 3) asumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di
laboratorium berpotensi beracun, 4) pertimbangkan tingkat korosivitas
dan daya ledak bahan kimia serta kombinasinya jika melakukan operasi
laboratorium, dan 5) pelajari dan patuhi semua prosedur lembaga terkait
keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium.

3.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah standar keselamatan dan keamanan kerja
di laboratorium diharapkan dapat menambah wawasan mengenai kajian teoritis,
standar keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium yang meliputi aturan-
aturan terkait keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium dan faktor-faktor
yang memengaruhi keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium serta upaya-
upaya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium.
Selain itu, dengan adanya makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat
khususnya siswa, guru, laboran, dan orang-orang yang ingin melakukan penelitian
untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium.

28

Anda mungkin juga menyukai