Tertuduh : Kami. Yep, kalian tidak salah baca. Kami-kami yang seharusnya
menyelidiki kasus ini malah menjadi tertuduh lantaran ada
beberapa saksi yang mengatakan mereka melihat kami di tempat
kejadian. Tentu saja kami tidak sudi pasrah dengan situasi ini dan
bertekad untuk menyelidikinya. Kecurigaan kami jatuh pada dua
cewek paling jahat di sekolah kami: Nikki dan Eliza. Tambahan
om
lagi, kini mereka mendapat bantuan dari Damian Erlangga sang
pangeran iblis, serta mantan sobat kami yang kini menjadi musuh
t.c
bebuyutan kami: Erika Guruh.
po
Fakta-fakta : Pada hari-hari menjelang Pekan Olahraga, atlet badminton
gs
unggulan sekolah kami ditemukan di lapangan badminton dalam
lo
kondisi tidak sadar dengan mata, mulut, dan anggota badan
terjahit rapat. Saksi mata berupa sahabat korban mengatakan dia
.b
melihat Rima berkeliaran di dekat lapangan pada saat kejadian.
do
Di siang hari, pada hari yang sama, kapten tim futsal ditemukan
in
mengalami kejadian tragis yang sama, dan kali ini orang-
a-
orang melihat Putri Badai melarikan diri dari tempat kejadian.
ak
Keesokan harinya ada “tips tepercaya” yang mengatakan Aya
akan melakukan kejahatan berikutnya, dan sebelum kami sempat
st
melakukan sesuatu Aya sudah ditahan polisi.
pu
Misi kami : Menemukan pelaku sebenarnya sebelum kami dihukum untuk
perbuatan yang tidak kami lakukan.
Penyidik kasus:
Valeria Guntur, Rima Hujan,
Putri Badai, dan Aria Topan
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building
Blok I, Lantai 5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270
www.gramediapustakautama.com
SANG PENGKHIANAT
om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu
om
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangan-undangan
yang berlaku.
t.c
po
Ketentuan Pidana:
Pasal 72
gs
49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
do
miliar rupiah).
ak
pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat
pu
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
SANG PENGKHIANAT
Lexie Xu
GM 312 01 14 0057
www.gramediapustakautama.com
ISBN: 978-602-03-0900-2
472 hlm; 20 cm
om
If I’m Timon, then you’re my Pumbaa.
If I’m Harold, then you’re my Kumar.
t.c
If I’m Chandler, then you’re my Joey.
po
In other words, my little darling, our relationship is
gs
legendary.
lo
.b
do
Mom
a-
ak
st
pu
om
”Nate, kenapa lo nggak jadian sama Erlin? Masa gara-
gara si Bejo naksir dia? Lo juga tau, dia kan kagak suka
t.c
po
sama si Bejo!”
gs
itu sudah masa lalu, sesuatu yang tak bakalan bisa di
do
”Nate?”
pu
10
11
12
om
Judges?”
Ya, benar. Kami berenam adalah pendiri organisasi
t.c
po
rahasia di sekolah ini. Aku sebagai otaknya, Ezra sebagai
gs
13
14
om
menyuruh kita jangan saling menyalahkan.”
”Yah, aku tidak menyalahkan orang lain, melainkan
t.c
po
menyalahkan diri sendiri,” balasku. ”Sekarang, yang aku
gs
capai.”
st
akan mendukungmu.”
”Aku juga.”
”Iya, sama.”
Semua orang menyatakan dukungan mereka, membuat
ku diam-diam merasa puas.
”Baiklah kalau begitu,” anggukku. ”Tapi, Rick, ini ber
arti kau harus mengirim anakmu ke luar negeri begitu
dia sembuh. Dia terlalu lemah dan bisa dimanipulasi
lagi. Saat itu kau mungkin tak bakalan bisa melakukan
apa-apa lagi untuknya.”
15
16
17
19
20
21
22
23
*
pewe=pw=posisi wuenak!
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
om
Demi Tuhan Yang Mahamulia! Astaga, itu pujian ter
besar yang pernah diberikan seseorang terhadapku!
t.c
po
”Tentu saja, tidak dengan memperhitungkan kemampu
gs
Pokoknya saya hanya tau beres. Tapi kali ini saya akan
st
58
59
60
***
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
***
”Hei, OJ!”
Cowok itu tampak kaget waktu aku menghampirinya
di saat dia sedang ngumpul bareng teman-teman lama
nya dari KPA alias Kelompok Pencinta Alam. Seperti yang
sudah kuketahui, cowok ini hobi banget masuk organi
sasi yang aneh-aneh. Dia tidak terlalu ngebet disuruh
rapat OSIS, tapi aku sering menemukannya sedang
102
103
104
105
106
107
***
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
***
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
”Eh, eh, gila!” teriak Aya. ”Ini tulisan siapa? Nggak mirip
tulisan lo, kan?”
”Untungnya nggak,” ucapku seraya berpikir keras.
”Tulisan ini sengaja dijelek-jelekkan supaya nggak mirip
tulisan aslinya, tapi tetap aja ceroboh banget membuang
surat semacam ini begitu saja ke tong sampah. Sepertinya
orang yang membuang sedang panik dan nggak ingin
surat ini ditemukan pada dirinya.”
”Atau,” tambah Aya bersemangat, ”diletakkan dengan
sengaja untuk menjerumuskan pihak-pihak tertentu.”
”Menurutku sih kemungkinan pertama lebih besar,”
kataku. ”Tapi kita memang nggak bisa mengesampingkan
ini cuma jebakan. Yang penting sekarang adalah kita
harus mengamankan bukti ini. Ada kantong plastik?”
”Ada,” sahut Aya sambil mengeluarkan kantong plastik
dari saku besar yang ada pada seragam petugas ke
bersihannya itu. ”Akhirnya ada bukti juga yang bisa kita
pake. Semoga saja kita bisa menyingkap kasus ini se
cepat-cepatnya.”
”Iya, sama, aku juga ngarep begitu,” ucapku. ”Seka
rang, Ay, aku harus pergi. Kalo kamu bisa, coba pergi ke
lapangan rumput deket lapangan futsal dan cari jejak.”
”Jejak apa?” tanya Aya heran.
”Jejak kaki beneran,” senyumku. ”Pelakunya pasti
ninggalin jejak kaki di TKP. Berhubung di sana rumput
semua, mungkin agak susah nemunya, tapi kalo ada
pasti bagus sekali.”
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
***
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
***
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
”ELIZA, tunggu!”
Sial, kakiku sakit banget, tapi aku tidak bisa berhenti
mengejar Eliza. Sedikit saja aku memperlambat lariku,
aku bakalan kehilangan dia. Saat ini Eliza berlari bagai
kan orang kehilangan akal. Seolah-olah dia akan kehilang
an nyawanya kalau dia tidak berhasil kabur dari tempat
ini.
Mungkin ada benarnya juga. Jika saat ini dia ter
tangkap lagi, dia tidak bakalan lolos dari penjara seperti
sebelumnya, dan itu bukanlah rencana masa depan yang
dia impikan.
Sebenarnya bukan kakiku saja yang sakit, tapi seluruh
tubuhku. Paling sedikit tadi aku tergores gunting keparat
itu lima kali. Bisa kurasakan kaus kakiku mulai basah
akibat darah yang mengalir ke bawah. Mungkin sebentar
lagi, kalau aku tidak mendapat perawatan medis yang
layak, aku bakalan kehabisan darah.
Tapi aku tidak peduli, oke? Untuk apa aku peduli de
ngan semua itu? Aku sudah mengambil keputusan paling
drastis dalam hidupku—membuang semua teman-teman
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
461
462
463
464
465
466
xoxo,
Lexie
Tertuduh : Kami. Yep, kalian tidak salah baca. Kami-kami yang seharusnya
menyelidiki kasus ini malah menjadi tertuduh lantaran ada
beberapa saksi yang mengatakan mereka melihat kami di tempat
kejadian. Tentu saja kami tidak sudi pasrah dengan situasi ini dan
bertekad untuk menyelidikinya. Kecurigaan kami jatuh pada dua
cewek paling jahat di sekolah kami: Nikki dan Eliza. Tambahan
lagi, kini mereka mendapat bantuan dari Damian Erlangga sang
pangeran iblis, serta mantan sobat kami yang kini menjadi musuh
bebuyutan kami: Erika Guruh.
Penyidik kasus:
Valeria Guntur, Rima Hujan,
Putri Badai, dan Aria Topan
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building
Blok I, Lantai 5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270
www.gramediapustakautama.com