WITHCAREEEEEE <ERROR>
Giselle
z
Akiyoshi Rikako
GISELLE by Rikako AKIYOSHI
©2017 Rikako AKIYOSHI
All rights reserved.
Original Japanese edition published by SHOGAKUKAN.
Indonesian translation rights in Indonesia arranged with
SHOGAKUKAN through Japan Uni Agency.
Indonesian language translation copyright ©2019 by Penerbit Haru
400 hlm; 19 cm
ISBN 978-602-52972-9-8
z
Heinrich Heine, “Elementargeister”
1 Maenad= pelayan Dionysius, Dewa Anggur dalam mitologi Yunani.
>>warningwarning:coderef92847heimcomm.deletesubdir9
384-309[array2]cntr*2893
>>warningwarning:TheDollThatTookADetour.comm.delete
subdir9384-309[array2]cntr*2894
>>warningwarning:coderef92847heimcomm.deletesubdir9
384-309[array2]cntr*2895
>>system alert
>
>>attempted breach Memory of Glass on Progress DGS
control-0094jAkiyoshi[core38490*73hr] >
Babak Pertama
z
>> begin text sequence
>> attempted breach....
>> YES
>> Loading....
>> ◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾
>>>>killer92-39- 2o3firnvw4092nfwe[e3jf 23- 923n;enf-
w=43t9? >
>>codewyrm- 23pkNWR0RRAS91=/=302J34
30924NT0348NAPEF-ADV
>> <ERROR>
>> Retry
>> begin text sequence
>> attempted breach....
>> YES
>> Loading....
>> ◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾
>>>>killer92-39- 2o3firnvw4092nfwe[e3jf 23- 923n;enf-
w=43t9? >
>> Success
>> Start reading....
>> File ini memiliki teka-teki.
>> No Clue!
>> No Hint!
>> Find Us!
>> Begin....
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> Intrussion Success
>> Proceed?
>> 1. YES 2. NO?
>> 1
Adegan Pertama
“American Street”
f
Warnanya merah muda menggemaskan, berbahan satin
dan dilengkapi pita panjang yang mulus berkilauan yang be-
lum dipasang. Gadis mana pun pasti pernah setidaknya satu
kali mendambakan pointe shoes. Kisaragi Kanon mengeluar-
kan sepatu yang baru saja ia beli itu dari kantong, lalu me-
ngenakannya di kaki <ERROR> Serendipity <ERROR> .
Dicobanya berdiri. Dicobanya melompat. Dicobanya
mengentak. Kemudian, dicobanya posisi pas2.
Dilepasnya sepatu itu dengan kasar, lalu dipukulkannya
pointe shoes cantik tersebut ke lantai seperti menggebukkan
2 Pas= posisi melangkah.
martil. Berkali-kali, berkali-kali, sekuat tenaga. Seolah ia se-
dang menghabisi pesaing cinta yang dibencinya.
Setelah itu, ia berusaha mencabut sol dalam sepatunya.
Suaranya berkeretak. Lantas, ia menggunting lembaran tebal
itu dan meneteskan pernis cokelat ke bagian dalam. Meski
dunia sudah modern dan teknologi sudah berkembang, pointe
shoes masih dibuat dengan keterampilan tangan se-orang
perajin. Namun, sepatu milik Kanon sekarang sudah tidak
lagi memperlihatkan bentuk aslinya, dan berakhir de-ngan
mengenaskan. Segera setelah pernis itu kering, Kanon
memakai sepatunya sekali lagi. Kali ini, ia pergi ke kamar
mandi, lalu menyemprotkan air dari shower ke pointe shoes
yang dikenakannya.
Pernah suatu ketika, temannya yang tidak pernah berlatih
balet memergokinya sedang menyiksa pointe shoes tanpa
ampun seperti ini.
“Hentikan! Kau sudah gila?!” Temannya itu menahan
Kanon. “Kalau balet memang seberat itu, berhenti sajalah!”
Temannya itu menangis dengan hebat melihat Kanon me-
nyiksa pointe shoes yang mahal.
Sepatu yang basah itu melekat di kaki telanjang Kanon. Ia
mematikan shower, kemudian menggunakan pengering ram-
but untuk menyemburkan udara panas ke sepatu itu. Noda
air pun muncul di bahan satin tersebut, menghilangkan
kilaunya. Sekarang, siapa yang akan mengira bahwa satu jam
yang lalu benda busuk ini bernilai 10.000 yen?
Setelah memastikan sepatu tersebut setengah kering,
Kanon melepas sepatu, lantas menginjak bagian ujungnya.
Mungkin sudah cukup.
Yang Kanon keluarkan berikutnya adalah parutan keju.
Diparutnya sol sepatu yang terbuat dari kulit asli itu tanpa
ampun. Serpihan kulit kecil-kecil berjatuhan di lantai, bagian
bawah sepatu tersebut seperti baru saja dikuliti dengan
kejam.
Kanon tentu saja tidak gila.
<ERROR>
<ERROR> <ERROR>
<ERROR>
Balet sama sekali tidak berat.
Seorang balerina akan menginjak-injak, memelintir, mem-
basahi, mengerutkan pointe shoes baru untuk menyesuaikan-
nya dengan tinggi, lebar, serta lekuk telapak kakinya. Kalau
pointe itu terlalu keras, ujung kaki balerina akan sakit. Kalau
terlalu lembek, ia akan susah berdiri. Sepatu yang tidak
benar-benar cocok tidak hanya menghambat para balerina
untuk menari dengan baik, tetapi juga akan mengundang ce-
dera dan kecelakaan. Karena itu, para balerina biasa merom-
bak sepatu baru mereka dalam diam. Omong-omong, alasan
Kanon memarut sol bawah adalah untuk menghindari selip.
Setelah penyesuaiannya beres, Kanon harus menjahit pita
yang nantinya dililitkan pada pergelangan kaki. Barulah pe-
kerjaan bisa selesai. Pointe shoes buatan luar negeri kebanyak-
an dijual dengan pita yang belum dijahit, sehingga Kanon ha-
rus menjahitnya sendiri.
Pointe shoes adalah benda yang akan terkikis seiring
dengan latihan yang terus-menerus. Sepatu itu akan menye-
rap keringat, dan ujungnya pun akan lunglai, koyak, juga
kotor. Karena itu, balerina selalu menyediakan cadangan se-
banyak 10 sampai 20 pasang sepatu. Sudah terlambat jika pe-
rombakan sepatu dilakukan setelah sepatu lamanya hancur.
Butuh banyak waktu dan tenaga untuk merombak sebuah
sepatu. Sering kali orang bertanya, “Apa yang dilakukan
balerina pada hari libur mereka?”
Bagi Kanon, hari liburnya berarti “memotong, menempel,
dan memukul pointe shoes”. Bagi balerina, pointe shoes me-
rupakan garis kehidupannya. Balerina tidak hanya perlu
menjaga kebugaran tubuh, tetapi juga harus memastikan
pointe shoes miliknya dalam kondisi prima. Itu langkah perta-
ma agar ia bisa menari tanpa kesalahan di panggung utama.
Usai menjahit pita, Kanon menjemur pointe shoes itu di
balkon. Tenaganya cukup terkuras, tapi ia ingin mengerjakan
dua pasang sepatu lagi. Sebisa mungkin ia ingin memiliki
persediaan sepatu lebih banyak, supaya hatinya bisa tenang.
Kanon mengeluarkan sepasang pointe shoes lagi dari kantong,
lalu mulai memukul-mukulkannya ke lantai.
Sebelum <ERROR> Pak Man <ERROR> mulai berlatih
balet, ia mengira bahwa pointe shoes sudah ada sejak kelahiran
tari balet itu sendiri. Namun, bukan demikian kenyataannya.
Pada tahun 1832, Marie Taglioni, seorang balerina ternama
kelahiran Swedia, menari dengan berdiri di ujung kaki untuk
pertama kalinya dan memikat penonton.
Balet adalah tarian yang membidik langit. Para penari ba-
let sering melompat tinggi ketika menari, dan lompatan itu
akan semakin tinggi, dan mereka pun berdiri menggunakan
ujung kaki. Pada masa itu, pesawat belum ada, dan langit
serta semesta adalah dunia yang tidak dikenal. Baletlah tari-
an yang menghubungkan manusia di bumi dengan langit.
Dengan kata lain, pointe shoes yang cantik ini adalah esensi
kekaguman manusia terhadap langit.
Kanon mengusap keringat di kening sambil menumpukan
seluruh berat tubuhnya pada pointe shoes. Sebenarnya, ada
satu lagi alasan Kanon mati-matian melakukan perombakan
pointe shoes ini.
Hari ini akan diumumkan judul sebuah pertunjukan besar
sekaligus pembagian perannya, untuk memperingati 15 ta-
hun berdirinya Tokyo Grand Ballet Theatre. Kanon ikut kelas
pelatihan milik teater ini pada usia 17 tahun. Waktu itu dia
masih kelas 2 SMA. Ia harus terus berlatih sekaligus tetap
bertanggung jawab pada pendidikan akademisnya, sampai
akhirnya lulus sekolah pada musim semi kemarin. Kanon
sendiri baru resmi bergabung menjadi anggota <ERROR>
Haru Ballet Theater <ERROR> enam bulan yang lalu,
sehingga bisa dibilang masih seperti bocah ingusan. Namun,
ia berusaha dua kali lipat lebih keras dibandingkan orang-
orang pada umumnya. Bu-kan, bahkan ia yakin sudah
berusaha tiga kali lipat. Pada hari Sabtu dan Minggu pun ia
tidak pernah melewatkan berlatih sendirian, meski sedang
libur latihan bersama.
Apa ya judul pertunjukan nanti? Akankah ia mendapat-
kan peran? Hanya itu yang ia pikirkan, dan karenanya, sejak
pagi ia begitu gugup. Karena itulah, ia melampiaskan rasa tak
tenangnya itu pada pointe shoes-nya.
Terdengar sebuah melodi yang cantik di telinga Kanon
yang sedang menginjak pointe shoes. Musik “Variation of Blue-
bird” dari komposisi balet “The Sleeping <ERROR> Bu Dir
<ERROR> ” karya Tchaikovsky.
Sebenarnya itu nada dering ponselnya. Kanon punya tiga
teman baik yang bergabung dengan teater ini pada waktu
yang sama dengannya, dan ia mengeset nada dering yang
sesuai dengan sifat mereka masing-masing. “Carmen” adalah
nada dering untuk Saito Junko, seorang gadis yang tidak mau
kalah dari laki-laki, sangat bergairah dan seksi. Tidak ada
yang mengira bahwa ia masih berumur 19 tahun. “Coppelia”
nada dering untuk Sonomura Yukiko, yang ke-cantikannya
tenang seperti sebuah boneka. “Bluebird” untuk Tachikake
Ranmaru, satu-satunya penari balet pria yang ada di
angkatannya.
f
>> Cek Story Haru Instagram?
>> Proceed?
>> 1. YES 2. NO?
>> YES: Kamu akan menemukan jawaban teka-
teki file ini.
>> Story akan diupdate sewaktu-waktu, kamu
harus menjawab di fitur ASK di Instagram....
>> QUIT
3 Grand jete= melompat lebar.