Anda di halaman 1dari 19

>>HANDLE

WITHCAREEEEEE <ERROR>

Giselle
z
Akiyoshi Rikako


GISELLE by Rikako AKIYOSHI
©2017 Rikako AKIYOSHI
All rights reserved.
Original Japanese edition published by SHOGAKUKAN.
Indonesian translation rights in Indonesia arranged with
SHOGAKUKAN through Japan Uni Agency.
Indonesian language translation copyright ©2019 by Penerbit Haru

Dilarang memproduksi atau mendistribusikan sebagian atau


keseluruhan isi buku baik dalam bentuk elektronik maupun fisik,
termasuk memfotokopi, merekam atau via sistem penyimpanan dan
pengiriman elektronik apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Penerjemah : Clara Canceriana


Pemeriksa Bahasa : Andry Setiawan
Penyunting : Prisca Primasari
Penyelaras Aksara : Titish A.K.
Desainer Sampul : Pola
Penata Sampul : @teguhra

Diterbitkan pertama kali oleh Haru Media


http://www.penerbitharu.com
penerbitiharu@gmail.com

Cetakan pertama, Maret 2019

400 hlm; 19 cm

ISBN 978-602-52972-9-8

Distributor Huta Parhapuran


Ruko Gaharu Residence B 3A-6
Jl. Kramat III Sukatani
Tapos, Depok 16454
Telp : (021) 8740623/55
Willis adalah arwah gadis yang mati sebelum
upacara pernikahannya.
(bagian yang dihapus) Para willis itu akan memeluk sang
pemuda dengan kekerasan yang menggila.
Kemudian, tanpa memberikan kesempatan kepada sang pemuda
untuk beristirahat, mereka akan menari dan terus menari
bersamanya, sampai pemuda itu mati.
(bagian yang dihapus) Tak ada orang yang bisa melawan
para maenad1 dari kubur ini.

z
Heinrich Heine, “Elementargeister”


1 Maenad= pelayan Dionysius, Dewa Anggur dalam mitologi Yunani.
>>warningwarning:coderef92847heimcomm.deletesubdir9
384-309[array2]cntr*2893

>>warningwarning:TheDollThatTookADetour.comm.delete
subdir9384-309[array2]cntr*2894

>>warningwarning:coderef92847heimcomm.deletesubdir9
384-309[array2]cntr*2895

>>system alert
>
>>attempted breach Memory of Glass on Progress DGS
control-0094jAkiyoshi[core38490*73hr] >

Babak Pertama

z

>> begin text sequence
>> attempted breach....
>> YES
>> Loading....
>> ◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾
>>>>killer92-39- 2o3firnvw4092nfwe[e3jf 23- 923n;enf-
w=43t9? >
>>codewyrm- 23pkNWR0RRAS91=/=302J34
30924NT0348NAPEF-ADV
>> <ERROR>
>> Retry
>> begin text sequence
>> attempted breach....
>> YES
>> Loading....
>> ◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾
>>>>killer92-39- 2o3firnvw4092nfwe[e3jf 23- 923n;enf-
w=43t9? >
>> Success
>> Start reading....
>> File ini memiliki teka-teki.
>> No Clue!
>> No Hint!
>> Find Us!
>> Begin....
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>

>> Intrussion Success
>> Proceed?
>> 1. YES 2. NO?
>> 1

Adegan Pertama
“American Street”

Desa kecil dan damai itu hendak menyambut masa panen.


Gunung-gunungnya berkilau keemasan, kebun anggurnya berbuah
lebat.
Dari salah satu gubuk yang bertebaran di ladang, seorang pe-
muda petani bernama Loys keluar dan menunjukkan wajahnya. Ia
mengenakan pakaian sederhana layaknya petani. Namun, pria pa-
ruh baya yang keluar setelah Loys mengenakan mantel mewah dan
topi bagus, tidak cocok dengan desa petani. Ada apakah sebenar-
nya?
Loys bertanya kepada sang pria paruh baya, “Bagaimana pe-
nampilanku?”
Pria paruh baya itu menggeleng, “Mungkin lumayan, tapi saya
tidak suka. Sudahlah, hentikan permainan anak kecil ini.”
Loys tidak mendengarkan peringatannya.
Setelah menari-nari gembira dengan pakaian petaninya, Loys
mengetuk pintu rumah di seberang, tempat seorang gadis desa
tinggal.
Pintunya terbuka. Seorang gadis muda dengan kecantikan luar
biasa melongokkan wajahnya.
Nama gadis itu, Giselle.
Menemukan sosok Loys, Gisellemembinarkan matanya yang
sewarna bunga viola. Mereka pun menjadi kekasih. Mereka saling
memadu lengan seolah memastikan cinta masing-masing, lalu
mulai menari.
Di dalam benak Giselle yang penuh kebahagiaan itu, pastilah
sudah terbentuk sebuah angan masa depan yang indah bersama
Loys. Pernikahan, lalu seorang bayi yang menggemaskan.
Giselle terus menari tanpa meragukan kebahagiaannya di masa
depan.
Hatinya yang penuh cinta sudah digenggam, tanpa tahu sedikit
pun bahwa Loys sebenarnya adalah bangsawan bernama Albrecht
yang sudah bertunangan—

f
Warnanya merah muda menggemaskan, berbahan satin
dan dilengkapi pita panjang yang mulus berkilauan yang be-
lum dipasang. Gadis mana pun pasti pernah setidaknya satu
kali mendambakan pointe shoes. Kisaragi Kanon mengeluar-
kan sepatu yang baru saja ia beli itu dari kantong, lalu me-
ngenakannya di kaki <ERROR> Serendipity <ERROR> .
Dicobanya berdiri. Dicobanya melompat. Dicobanya
mengentak. Kemudian, dicobanya posisi pas2.
Dilepasnya sepatu itu dengan kasar, lalu dipukulkannya
pointe shoes cantik tersebut ke lantai seperti menggebukkan


2 Pas= posisi melangkah.
martil. Berkali-kali, berkali-kali, sekuat tenaga. Seolah ia se-
dang menghabisi pesaing cinta yang dibencinya.
Setelah itu, ia berusaha mencabut sol dalam sepatunya.
Suaranya berkeretak. Lantas, ia menggunting lembaran tebal
itu dan meneteskan pernis cokelat ke bagian dalam. Meski
dunia sudah modern dan teknologi sudah berkembang, pointe
shoes masih dibuat dengan keterampilan tangan se-orang
perajin. Namun, sepatu milik Kanon sekarang sudah tidak
lagi memperlihatkan bentuk aslinya, dan berakhir de-ngan
mengenaskan. Segera setelah pernis itu kering, Kanon
memakai sepatunya sekali lagi. Kali ini, ia pergi ke kamar
mandi, lalu menyemprotkan air dari shower ke pointe shoes
yang dikenakannya.
Pernah suatu ketika, temannya yang tidak pernah berlatih
balet memergokinya sedang menyiksa pointe shoes tanpa
ampun seperti ini.
“Hentikan! Kau sudah gila?!” Temannya itu menahan
Kanon. “Kalau balet memang seberat itu, berhenti sajalah!”
Temannya itu menangis dengan hebat melihat Kanon me-
nyiksa pointe shoes yang mahal.
Sepatu yang basah itu melekat di kaki telanjang Kanon. Ia
mematikan shower, kemudian menggunakan pengering ram-
but untuk menyemburkan udara panas ke sepatu itu. Noda
air pun muncul di bahan satin tersebut, menghilangkan
kilaunya. Sekarang, siapa yang akan mengira bahwa satu jam
yang lalu benda busuk ini bernilai 10.000 yen?
Setelah memastikan sepatu tersebut setengah kering,
Kanon melepas sepatu, lantas menginjak bagian ujungnya.
Mungkin sudah cukup.
Yang Kanon keluarkan berikutnya adalah parutan keju.
Diparutnya sol sepatu yang terbuat dari kulit asli itu tanpa
ampun. Serpihan kulit kecil-kecil berjatuhan di lantai, bagian
bawah sepatu tersebut seperti baru saja dikuliti dengan
kejam.
Kanon tentu saja tidak gila.
<ERROR>
<ERROR> <ERROR>
<ERROR>
Balet sama sekali tidak berat.
Seorang balerina akan menginjak-injak, memelintir, mem-
basahi, mengerutkan pointe shoes baru untuk menyesuaikan-
nya dengan tinggi, lebar, serta lekuk telapak kakinya. Kalau
pointe itu terlalu keras, ujung kaki balerina akan sakit. Kalau
terlalu lembek, ia akan susah berdiri. Sepatu yang tidak
benar-benar cocok tidak hanya menghambat para balerina
untuk menari dengan baik, tetapi juga akan mengundang ce-
dera dan kecelakaan. Karena itu, para balerina biasa merom-
bak sepatu baru mereka dalam diam. Omong-omong, alasan
Kanon memarut sol bawah adalah untuk menghindari selip.
Setelah penyesuaiannya beres, Kanon harus menjahit pita
yang nantinya dililitkan pada pergelangan kaki. Barulah pe-
kerjaan bisa selesai. Pointe shoes buatan luar negeri kebanyak-
an dijual dengan pita yang belum dijahit, sehingga Kanon ha-
rus menjahitnya sendiri.
Pointe shoes adalah benda yang akan terkikis seiring
dengan latihan yang terus-menerus. Sepatu itu akan menye-
rap keringat, dan ujungnya pun akan lunglai, koyak, juga
kotor. Karena itu, balerina selalu menyediakan cadangan se-
banyak 10 sampai 20 pasang sepatu. Sudah terlambat jika pe-
rombakan sepatu dilakukan setelah sepatu lamanya hancur.
Butuh banyak waktu dan tenaga untuk merombak sebuah
sepatu. Sering kali orang bertanya, “Apa yang dilakukan
balerina pada hari libur mereka?”
Bagi Kanon, hari liburnya berarti “memotong, menempel,
dan memukul pointe shoes”. Bagi balerina, pointe shoes me-
rupakan garis kehidupannya. Balerina tidak hanya perlu
menjaga kebugaran tubuh, tetapi juga harus memastikan
pointe shoes miliknya dalam kondisi prima. Itu langkah perta-
ma agar ia bisa menari tanpa kesalahan di panggung utama.
Usai menjahit pita, Kanon menjemur pointe shoes itu di
balkon. Tenaganya cukup terkuras, tapi ia ingin mengerjakan
dua pasang sepatu lagi. Sebisa mungkin ia ingin memiliki
persediaan sepatu lebih banyak, supaya hatinya bisa tenang.
Kanon mengeluarkan sepasang pointe shoes lagi dari kantong,
lalu mulai memukul-mukulkannya ke lantai.
Sebelum <ERROR> Pak Man <ERROR> mulai berlatih
balet, ia mengira bahwa pointe shoes sudah ada sejak kelahiran
tari balet itu sendiri. Namun, bukan demikian kenyataannya.
Pada tahun 1832, Marie Taglioni, seorang balerina ternama
kelahiran Swedia, menari dengan berdiri di ujung kaki untuk
pertama kalinya dan memikat penonton.
Balet adalah tarian yang membidik langit. Para penari ba-
let sering melompat tinggi ketika menari, dan lompatan itu
akan semakin tinggi, dan mereka pun berdiri menggunakan
ujung kaki. Pada masa itu, pesawat belum ada, dan langit
serta semesta adalah dunia yang tidak dikenal. Baletlah tari-
an yang menghubungkan manusia di bumi dengan langit.
Dengan kata lain, pointe shoes yang cantik ini adalah esensi
kekaguman manusia terhadap langit.
Kanon mengusap keringat di kening sambil menumpukan
seluruh berat tubuhnya pada pointe shoes. Sebenarnya, ada
satu lagi alasan Kanon mati-matian melakukan perombakan
pointe shoes ini.
Hari ini akan diumumkan judul sebuah pertunjukan besar
sekaligus pembagian perannya, untuk memperingati 15 ta-
hun berdirinya Tokyo Grand Ballet Theatre. Kanon ikut kelas
pelatihan milik teater ini pada usia 17 tahun. Waktu itu dia
masih kelas 2 SMA. Ia harus terus berlatih sekaligus tetap
bertanggung jawab pada pendidikan akademisnya, sampai
akhirnya lulus sekolah pada musim semi kemarin. Kanon
sendiri baru resmi bergabung menjadi anggota <ERROR>
Haru Ballet Theater <ERROR> enam bulan yang lalu,
sehingga bisa dibilang masih seperti bocah ingusan. Namun,
ia berusaha dua kali lipat lebih keras dibandingkan orang-
orang pada umumnya. Bu-kan, bahkan ia yakin sudah
berusaha tiga kali lipat. Pada hari Sabtu dan Minggu pun ia
tidak pernah melewatkan berlatih sendirian, meski sedang
libur latihan bersama.
Apa ya judul pertunjukan nanti? Akankah ia mendapat-
kan peran? Hanya itu yang ia pikirkan, dan karenanya, sejak
pagi ia begitu gugup. Karena itulah, ia melampiaskan rasa tak
tenangnya itu pada pointe shoes-nya.
Terdengar sebuah melodi yang cantik di telinga Kanon
yang sedang menginjak pointe shoes. Musik “Variation of Blue-
bird” dari komposisi balet “The Sleeping <ERROR> Bu Dir
<ERROR> ” karya Tchaikovsky.
Sebenarnya itu nada dering ponselnya. Kanon punya tiga
teman baik yang bergabung dengan teater ini pada waktu
yang sama dengannya, dan ia mengeset nada dering yang
sesuai dengan sifat mereka masing-masing. “Carmen” adalah
nada dering untuk Saito Junko, seorang gadis yang tidak mau
kalah dari laki-laki, sangat bergairah dan seksi. Tidak ada
yang mengira bahwa ia masih berumur 19 tahun. “Coppelia”
nada dering untuk Sonomura Yukiko, yang ke-cantikannya
tenang seperti sebuah boneka. “Bluebird” untuk Tachikake
Ranmaru, satu-satunya penari balet pria yang ada di
angkatannya.

TRANSMISI RADIO: TIM AUDITOR BEITECH—SALURAN


AMAN 642
PARTISIPAN:
Travis 'Cerberus' Falk, Letnan,
KomandanTim Bianca 'Mercury' Silva,
Kopral, Teknisi
TANGGAL: 16/08/75
CATATAN WAKTU: 15:06
MERCURY: I Want to Die but I Want to Eat
Tteokpokki.

Kekuatan lompatan pemuda itu sangat hebat. Segera se-


telah ia bergabung, ia dipilih untuk memerankan Bluebird
dalam “The Sleeping <ERROR> Bu Dir <ERROR> ”. Selain
energik, tarian Bluebird juga memerlukan langkah kaki yang
ringan dan elegan se-perti seekor burung. Konon, peran itu
adalah satu di antara jenis peran yang paling sulit. Namun,
Ranmaru berhasil me-narikan Bluebird yang anggun itu di
panggung, bahkan mendapatkan penilaian bagus dari
pengkritik yang sering kali mempersulit penari baru. Karena
itu, tidak ada melodi yang cocok untuk Ranmaru selain
”Bluebird”.
Omong-omong, Kanon dan tiga temannya itu selalu ber-
sama-sama, sampai dijuluki Sahabat Kuartet oleh para
anggota yang lain.
Begitu Kanon menekan tombol terima, melodi yang ri-
ngan itu terputus. Sebagai gantinya, terdengar suara
Ranmaru yang ceria.
[Kanon! Ini aku! Aku!] Kedengarannya dia sangat berse-
mangat, nada suaranya meninggi. [Judulnya sudah diumum-
kan! Coba tebak apa? Pasti kau kaget.]
Kanon memutar otaknya. Kira-kira apa judul yang cocok
untuk sebuah pertunjukan perayaan? Yang bisa Kanon pikir-
kan adalah “The Sleeping Beauty”, “Swan Lake”, “Romeo and
Juliet”, dan “The Nutcracker”. Judul-judul yang dikenal ba-
nyak orang. Semua itu judul terkenal, jadi tidak mungkin ia
bisa kaget.
“Hmm... ‘Les Sylphides’?”
Balet yang ditarikan dengan iringan melodi Chopin yang
ternama itu terkenal di semua kalangan, baik anak-anak
maupun dewasa.
[Bukan. Kan sudah kubilang kau bakal kaget.]
Apa, ya? Lantas apa? “Don Quixote”? “Cinderella”? “La
Bayadère”? Ah, semuanya tidak membuatnya heran sampai
terkaget-kaget.
“Aku menyerah. Beri tahu aku.” Begitu Kanon menyerah,
Ranmaru diam sejenak. Kanon bisa mendengar ia menarik
napas panjang.
[... le.]
“Hah? Apa?”
Kenapa justru pada saat ini sinyal teleponnya tidak baik?
[‘Giselle’.]
Sekujur tubuh Kanon tiba-tiba meremang. Bohong.
‘Giselle’? Apa tadi Ranmaru bilang “‘Giselle’”?
“Serius?” Hanya itu yang akhirnya bisa Kanon tanyakan.
“‘Giselle’” adalah karya monumental untuk balet romantis.
Bercerita tentang seorang gadis desa yang ditipu oleh se-
orang pria bangsawan. Namun, gadis pemberani itu tetap
rela mati-matian melindungi sang bangsawan dari sesosok
arwah ratu yang pendendam.
Balet itu menampilkan kostum rok tutu putih bersih yang
dikenakan bertumpuk-tumpuk. Sama dengan “Swan Lake”
dan “Les Sylphides”, “‘Giselle’” adalah salah satu contoh ballet
blanc—balet putih; panggungnya berwarna putih tenang, se-
olah membenci setitik pun noda. Ah, memangnya ada orang
yang berkutat di bidang balet yang tidak mendambakan
“‘Giselle’”?
“‘Giselle’” yang sangat terkenal di dunia balet itu bisa di-
pastikan akan menarik minat banyak penonton. Banyak
teater balet yang memasukkan judul ini ke dalam repertoar
mereka. Namun, Tokyo Grand Ballet Theatre sebelum ini
mengunci “‘Giselle’” rapat-rapat selama 15 tahun, gara-gara
terlibat sebuah kasus yang berhubungan dengan “‘Giselle’”
pa-da saat teater ini didirikan 15 tahun lalu. Semenjak itu,
mereka belum pernah menampilkannya lagi. Kanon mende-
ngar soal itu dari kantor administrasi, ketika dia baru
bergabung dengan teater ini.
Tetap saja, banyak anggota teater yang menginginkan
Giselle dibangkitkan. Karena, karya itu tidak hanya mena-rik
perhatian penonton, tapi juga memesona bagi para penari
>>system alert >
>>system alert >
>>attempted breach DGS control >
>>0023rj240nv?/=>2pnm-2m >
>>codec284gfn90v840gnfail/n >
>>cascade9Minato Kanae Confession3p24g-
orb=3-o29nt32- 4tm
block1827&[neg029=39nj8&h39] >
>>interdictor03923- mwre9348n4onf=fko
30953=file309[ugh828*6^redback]
>AIDAN AIDAN AIDAN AIDAN AIDAN
>>killer92-39- 2o3firnvw4092nfwe[e3jf 23-
923n;enf-w=43t9? >
>>codewyrm- 23pkNWR0RRAS91=/=302J34
30924NT0348NAPEF-ADVM23402-4GM
9u__#23=Renegades Meyer 0NEG39t24*73pf
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>Quit
dan menjadi salah satu balet yang ingin mereka tarikan.
Meski demikian, Chouno Mikiya, salah satu penata artistik
Tokyo Grand Ballet Theatre, menjunjung tinggi keputusan
yang sudah ada, dan tidak pernah menyetujuinya. Bukan
hanya Kanon yang selalu kecewa setiap kali judul pertunjuk-
an yang diumumkan bukanlah “‘Giselle’”.
Namun, kali ini berbeda. Akhirnya, segel “‘Giselle’” itu ter-
buka. Silence.... <ERROR>
“Kita benar-benar akan menarikan ‘‘Giselle’’?” Kanon ber-
tanya takut-takut, memastikan berkali-kali.
Ranmaru menjawabnya dengan tegas. [Seratus persen be-
nar! Ditambah lagi, aku... dapat peran Hilarion.]
Hilarion adalah seorang pemuda dan teman masa kecil
Giselle, yang cintanya pada gadis itu bertepuk sebelah ta-
ngan. Itu peran besar setelah tokoh utama—bagi penari pria.
“Wah, hebat! Hebat sekali! Selamat ya, Ranmaru!” Kanon
benar-benar gembira karena ada temannya yang berhasil
mendapatkan peran penting.
[Tapi, aku punya berita yang lebih hebat lagi.]
“Apa?”
[Kau dapat peran Myrtha.]
Sesaat, Kanon tidak memahami apa yang telah ia dengar.
Myrtha? Aku?
[Kau dengar, tidak? Kau akan menarikan Myrtha!]
Demi menahan jantungnya untuk tidak melompat keluar,
Kanon menutup matanya rapat-rapat.
Akhirnya, hari ini pun tiba.
Myrtha adalah arwah ratu pendendam dalam “‘Giselle’”.
Setelah Giselle meninggal, Myrtha menerima Giselle sebagai
willis—sesosok roh. Ada legenda kuno di Austria bahwa
“para gadis yang meninggal sebelum menikah karena ditipu
oleh pria akan menjadi willis, lalu memaksa para pria untuk
menari sampai mati.” Seorang penyair bernama Heine me-
nyebarkan legenda ini lewat bukunya, yang akhirnya men-
jadi cikal bakal “‘Giselle’”.
Babak pertama “‘Giselle’” bercerita tentang ‘Giselle’yang
di-tipu oleh Albrecht, seorang bangsawan yang menyamar
men-jadi petani bernama Loys. Begitu tahu bahwa dirinya
ditipu, ‘Giselle’pun meninggal saking terkejutnya. Babak
kedua me-ngisahkan tentang ‘Giselle’yang sudah menjadi
willis, melin-dungi Albrecht dari Myrtha yang mengancam
nyawa pria itu sampai waktu fajar.
Peran utama dalam balet tersebut, tentu saja ‘Giselle’. Na-
mun, tidak berlebihan kalau dibilang bahwa kesuksesan selu-
ruh pertunjukan itu bergantung pada keterampilan pemeran
Myrtha di babak kedua. Tekniknya susah, dan cara menun-
jukkan emosi ratu itu juga penting. Kanon sudah pernah me-
lihat panggung di mana Myrtha malah menjadi yang paling
menonjol dalam pementasan “‘Giselle’”. Ratu Myrtha yang
sudah lama mati itu punya dendam kesumat, kecantikannya
yang begitu dingin bersanding dengan wibawa yang menge-
rikan. Sungguh peran yang sulit untuk dipahami sekaligus
sangat penting.
Peran itu, aku yang dapat?
Dada Kanon gemetaran.
Ini pasti takdir. Aku jadi Myrtha.
Aku jadi ratu penuh dendam.
“Aku segera ke sana. Tunggu sebentar.” Akhirnya ia
mampu berbicara dengan suara gemetaran, lalu mematikan
sambungan telepon. Buru-buru Kanon berganti pakaian, me-
nyambar tas, dan meluncur keluar dari pintu depan.
Wah! Benar-benar seperti mimpi!
Ia berlari membelah angin malam musim gugur yang
dingin. Sambil menuruni tanjakan, ia melompat tinggi, mele-
barkan kakinya ke depan dan ke belakang dalam satu garis
lurus—grand jete 3 ! Tanpa memedulikan orang-orang yang
terkikik karena tingkahnya, Kanon berlari ke stasiun dengan
langkah ringan.

f

>> Cek Story Haru Instagram?
>> Proceed?
>> 1. YES 2. NO?
>> YES: Kamu akan menemukan jawaban teka-
teki file ini.
>> Story akan diupdate sewaktu-waktu, kamu
harus menjawab di fitur ASK di Instagram....
>> QUIT


3 Grand jete= melompat lebar.

Anda mungkin juga menyukai