Anda di halaman 1dari 24

Nama Kelompok:

- Aji Januardi (1)


- Calvin Westlie (9)
- Destin Lorenzio (17)
- Jessica Olivia (19)
- Najwa Cahya Nabilla (27)
- Neysha Prayeni (29)
Bab 9
Kesehatan, Keamanan, dan Keselamatan
Kerja(K3)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapakan mampu:
1. Menjelaskan konsep keselamatan kerja yang meliputi pengertian, tujuan,
indicator, ruang lingkup, dan Batasan Kesehatan kerja.
2. Menjelaskan keselamatan kerja di laboratorium yang meliputi tata tertib
di laboratorium, jenis bahaya di laboratorium, serta langkah-langkah
keselamatan kerja di laboratorium.
A. Keselamatan Kerja
1. Pengertian Keselamatan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah upaya yang ditujukan agar tenaga kerja dan
orang lainnya di tempat kerja/peerusahaan selalu dalam keaadan selamat dan sehat, serta
agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien .

2. Tujuan Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Menurut Mangkunegaran (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
berikut.
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
3. Jenis Bahaya di Tempat Kerja
Jenis-jenis bahaya di tempat kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Bahaya kimia, seperti terpapar bahan kimia, gas, debu, asap, dan uap.
b. Bahaya biologis, seperti terkena infeksi, bakteri, dan berbagai virus.
c. Bahaya fisik, seperti terkena listrik, panas, getaran, dingin, debu, bising, dan penerangan.
d. Bahaya radiasi, seperti terkena sinar UV, IR, sinar-X, microwave, sinar gamma, dan laser.
e. Bahaya ergonomik, seperti terkena rancangan perkakas, peralatan, dan rencana tugas.
f. Bahaya psikologis, seperti terjadi pergantian kerja, beban pekerjaan, perbedaan perlakuan,
dan kesepakatan dengan masyarakat.
4. Faktor yang Mendasari Program K3
Faktor penting yang mendasari dilaksanakannya program keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) sebagai berikut.
a. Berdasarkan Undang-Undang
Program keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan undang-undang tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dan sebagian mereka melanggarnya akan dijatuhi
hukuman denda.
b. Berdasarkan Ekonomi
Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dampaknya
sangat besar bagi perusahaan.
c. Berdasarkan Perikemanusiaan
Pencegahan terhadap kecelakaan kerja dilakukan atas dasar perikemanusiaan yang
sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa
sakit dari pekerjaan yang diderita.
5. Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang harus diperhatikan oleh
perusahaan sebagai berikut.
a. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat di mana seseorang atau karyawan dalam
beraktivitas bekerja yang menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu,
penerangana. Lingkungan Kerjadan situasinya.
b. Alat Kerja dan Bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang.
c. Cara Melakukan Pekerjaan
Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua
aktivitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan
pelindung diri secara tepat, mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut serta
memahami cara mengoperasionalkan mesin.
6. Indikator Keselamatan Kerja
a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
Indikator keselamatan kerja berdasarkan keadaan tempat lingkungan kerja meliputi:
1) penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang
kurangdiperhitungkan keamanannya
2) ruang kerja yang terlalu padat dan sesak;
3) pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pemakaian Peralatan Kerja
Indikator keselamatan kerja berdasarkan pemakaian peralatan kerja meliputi:
4) pengaman peralatan kerja yang sudah lama atau rusak;
5) penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik dan pengaturan
penerangan.
7. Ruang Lingkup Keselamatan
a. KerjaRuang lingkup keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut.aKesehatan dan
keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek
manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja, dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan.
c. Penerapan keselamatan kerja dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha
keselamatan kerja.

8. Batasan Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan spesialisasi ilmu kesehatan yang
dilakukan dengan usaha-usaha preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan),
rehabilitatif (pemulihan), dan promotif (peningkatan kesehatan) kepada tenaga kerja guna
memperoleh derajat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, atau sosial.
B. Keselamatan Kerja di Laboratorium
1. Tata Tertib Penggunaan Laboratorium
Berikut tata tertib yang harus diperhatikan dalam penggunaan laboratorium.
a. Memakai baju khusus praktikum (baju lab) saat berada di laboratorium.
b. Meja kerja hanya boleh untuk meletakkan alattulis, buku, serta bahan dan alat praktikum.
c. Tidak mencoba memegang alat dan bahan yangtidak diperlukan yang ada di laboratorium.
d. Tidak boleh makan, minum, dan merokok dalam laboratorium.

2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berada di Laboratorium.


A. Fasilitas Ruang Laboratorium
Ruang laboratorium yang baik harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut.
1) Mempunyai instalasi listrik yang baik.
2) Mempunyai sistem ventilasi yang baik, seperti jendela, kipas angin, dan langit-langityang
tidak tertutup rapat.
3) Mempunyai instalasi air disertai bak pencuci serta instalasi peralatan gelas.
4) Terdapat papan tulis, meja kursi untuk praktikan siswa dan guru, loker tempat tas dan buku
siswa, serta loker penyimpanan alat dan bahan praktikum.
5) Mempunyai kotak P3K, dan fasilitas pemadam kebakaran.
B. Mengenal Alat-Alat Laboratorium
Ketika melakukan praktikum atau penelitian, praktikan atau peneliti wajib memahami
fungsi dan cara kerja berbagai macam alat-alat laboratorium, agar dapat melaksanakan
praktikum atau penelitiannya dengan baik serta terhindar dari kecelakaan dan bahaya kerja.
Berikut peralatan yang terdapat dalam laboratorium.
1) Peralatan gelas
Peralatan gelas laboratorium (laboratory glassware) adalah peralatan laboratorium
yang
terbuat dari kaca yang biasa digunakan dalam percobaan ilmiah, fisika, dan biologi.
2) Peralatan nongelas
Peralatan nongelas biasanya diperlukan sebagai pendukung dalam penggunaan
peralatan lain seperti peralatan gelas, peralatan pemanas, dan peralatan untuk
menimbang. Peralatan nongelas dapat terbuat dari porselin, plastik, kayu, dan logam.
3. Peralatan instrumental
Peralatan instrumen laboratorium juga terdiri atas berbagai macam dan
kegunaannya. Salah satu kegunaannya adalah untuk analisis intrumen berdasarkan sifat
fisika dan kimia zatnya.
C. Penggunaan Alat Laboratorium

1) Sebelum meninggalkan laboratorium, pastikan laboratorium dalam keadaan


bersih.
2) Kembalikan alat-alat laboratorium di tempatnya, seperti bahan-bahan kimia
kembalikan di lemari yang telah tersedia.
3) Bersihkan meja dan lantai laboratorium menggunakan antiseptik agar meja
tersebut tetap steril dan bebas dari kuman penyakit.
4) Cuci dengan bersih semua alat yang telah dipakai, seperti tabung reaksi, pipet,
kaca preparat, dan lain-lain agar tetap steril dan siap untuk digunakan kembali.
5) Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat yang
memerlukan perbaikan.
6) Jangan sekali-sekali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut dalam
kondisiburuk.
7) Gunakan alat-alat laboratorium sesuai dengan keperluan agar menjaga
kestabilanalat tetap terjaga.
8) Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik jika alat
tersebut tidak digunakan kembali.
D. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian alat pelindung diri di laboratorium sangat penting agar terhindar dari risiko
paparan bahan kimia. Setelah selesai melakukan percobaan atau penelitian di laboratorium,
hendaknya melepas alat pelindung diri dan mencuci tangan dengan bersih.
Berikut beberapa perlindungan bagi laboran.
1) Perlingdungan badan
2) Perlingdungan mata
3) Perlingdungan tangan
4) Perlingdungan kaki
5) Perlingdungan pernapasan
3. Simbol bahaya dalam Laboratorium

a. Bahan-Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan


1) Toxic (beracun)
Dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.

2) Very Toxic (sangat beracun)


Bahan yang bersifat sangat beracun dan lebih sangat berbahaya bagi kesehatan
yang juga dapat menyebabkan sakit kronis bahkan kematian.

3) Harmful (berbahaya)
Memiliki risiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi,
melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Bahan yang dicurigai memiliki
sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan probabilitas tinggi melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit.
b. Inflammable Substances (Bahan Mudah Terbakar)
1) Explosive (bersifat mudah terbakar)
Bahan dan formulasi yang di tandai dengan notasi bahaya “explosive” yang dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala
lainnya bahkan tanpa oksigen atmosferik.
2) Flammable (mudah terbakar)
Bahan dan formulasi liquid yang memiliki titik nyala antara dikategorikan sebagai
bahan mudah terbakar(flammable).
3) Highly Flammable(sangat mudah terbakar)
Bahan-bahan yang dapat menjadi panas diudara pada temperatur kamar tanpa
tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai “highly
flammable”.
4) Extremely Flammable (amat sangat mudah terbakar)
Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk
suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
5) Oxidizing (pengoksidasi)
Bahan-bahan dan formulasi yang di tandai dengan notasi bahaya “oxidizing”,
biasanya tidak mudah terbakar.
c. Bahan-bahan yang Merusak Jaringan (Tissue Destroying Substances)
1) Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi 'corrosive' dapat merusak jaringan hidup.

2) Irritant (menyebabkan iritasi)


Bahan dan formulasi dengan notasi 'irritant' tidak korosif, tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.

3) Radioaktif
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi 'radioactive', misalnya
uranium, plutonium, dan thorium. Bahan ini sangat berbahaya karena dapat
memancarkan radiasi yang dapat merusak sel-sel tubuh.

d. Bahan Berbahaya Bagi Lingkungan (Dangerous For Environment)


Bahan dan formulasi dengan notasi 'dangerous for environment dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam selang waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman,
mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi.
4. Sumber-Sumber Kecelakaan Kerja
a. Bahan Kimia, meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif,
dan gas yang berbahaya.
b. Bahaya Hayati, merupakan masalah di laboratorium yang menangani mikroorganisme atau
bahan yang terkontaminasi bahan mikroorganisme.
c. Api, cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri, yaitu
hidrokarbon.
d. Radiasi, dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal yang
digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia melalui
pernapasan atau serapan melalui kulit.
e. Limbah Berbahaya, merupakan bahan yang dibuang atau hendak dibuang atau tidak lagi
bergunasesual peruntukannya.
f. Aliran Listrik, untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat aliran listrik dapat memakai safety
switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan
oleh alat.
g. Mekanik, meskipun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan modern,
namun kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan
baku, penggantian peralatan habis pakai harus masih dilakukan secara manual yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan kerja.
5. Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Penyebab terjadinya kecelakaan sebagai berikut.
a. Terjadi Secara Kebetulan
Merupakan kecelakaan dalam arti asli (genuine accident), sifatnya tidak dapat diramalkan, dan
berada di luar kendali manajemen perusahaan.
b. Kondisi Kerja yang Tidak Aman
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena kondisi ini, yaitu dengan
meminimalkan kondisi yang tidak aman, misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan
mekanik yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi
ini adalah sebagai berikut.
a) Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
b) Peralatan yang rusak.
c) Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar peralatan laboratorium yang tidak aman.
d) Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.
6. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di Laboratorium
Jika terjadi kecelakaan di laboratorium, pertolongan pertama yang dapat dilakukansebagai berikut.
a. Luka
1) Luka bakar akibat asamBersihkan zat asam dengan kain halus atau kapas, lalu cuci dengan
air mengalir. Selanjutnya cuci dengan larutan Na₂CO, 1%. Cuci lagi dengan air, lalu keringkan.
Olesi dengan salep levertran dan balut dengan kain perban.
2) Luka bakar akibat basaCuci dengan air mengalir, bilas dengan asam asetat 1%. Lalu cuci
kembali dengan air, keringkan. Olesi dengan salep boor dan balut dengan kain perban.
3) Luka bakar karena panasKompres dengan air es secepatnya. Tutup luka dengan perban dan
segera bawa ke dokter.
b. Mata Terkena Percikan Bahan Kimia
Segera basuh dengan air sebanyak-banyaknya.
c. Keracunan Zat Melalui Hidung
Bawa penderita ke tempat yang udaranya segar. Bila korban tidak bernapas, berikannapas
buatan.
d. Keracunan Melalui Mulut
Segera muntahkan. Jika tidak bisa muntah, pancing dengan segelas air yang dicampur dengan
dua sendok garam dapur atau pancing dengan jari yang dimasukkan ke pangkal tenggorokan.
Jika korban pingsan, segera bawa ke dokter.
7. Penanganan Kebakaran di Laboratorium
Beberapa bahan kimia seperti eter, metanol, kloroform, dan lain-lain memiliki sifat mudah
terbakar dan mudah meledak. Apabila karena suatu kelalaian terjadi kecelakaan sehingga
mengakibatkan kebakaran laboratorium atau bahan-bahan kimia, kita harus melakukanusaha-
usaha sebagai berikut
a. Jika apinya kecil, lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b. Matikan sumber listrik/gardu utama agar listrik tidak mengganggu upaya pemadaman
kebakaran.
c. Lokalisasi api supaya tidak merembet ke arah bahan mudah terbakar lainnya.
d. Jika api mulai membesar, jangan coba-coba untuk memadamkan api dengan APAR segera
panggil mobil unit Pertolongan Bahaya Kebakaran (PBK) yang terdekat.
e. Bersikaplah tenang dalam menangani kebakaran dan jangan mengambil tindakan yang
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
8. Menciptakan Keselamatan Kerja di Laboratorium
a. Perlengkapan Saat Berada di Laboratorium
1) Jas laboratorium
2) Masker
3) Sarung tangan
4) Kaca mata
5) Sepatu
b. Alat Keselamatan Kerja
6) pemadam kebakaran (hydrant),
7) eye washer,
8) water shower,
9) kotak P3K,
10) peralatan pembersih,
11) ruang asam,
12) kapas,
13) plester pembalut,
14) Emergency exit,
15) Fire extinguisher.
c. Langkah-Langkah Keselamatan Kerja
1) Mengelola bahan kimia
a) Semua bahan kimia harus tersimpan dalam botol atau kaleng yang sesuai dan tahan lama.
Sebaiknya disimpan di tempat-tempat yang kecil dan cukup untuk pemakaian sehari-hari.
b) Tempat persediaan untuk jangka panjang harus tersimpan dalam gudang bahan kimia yang
khusus gudang dalam tanah.
c) Setiap bahan kimia harus diperiksa secara rutin untuk menentukan apakah bahan-bahan
tersebut masih dapat digunakan atau tidak dan perbaikan label yang biasanya rusak.
Bahan-bahan yang tidak dapat digunakan lagi harus dibuang/ dimusnahkan secara kimia.

2) Melihat isi tabung reaksi


Ketika memasukkan zat asam atau zat korosif, lihatlah melalui sisi gelas. Hal itu untuk
menghindarkan mata dari percikan zat. Melihat melalui mulut tabung sangat berbahaya.
3) Pemanasan zat dalam tabung reaksi
Berikut langkah-langkah memanaskan zat dalam tabung reaksi.
a) Pada saat memanasi zat dalam tabung, tabung dijepit dengan penjepit.
b) Agar tabung tidak pecah karena pemanasan mendadak yang tidak merata, jauhkandan
dekatkan tabung reaksi berulang-ulang sampai panas merata.
c) Panaskan bagian bawah tabung reaksi di bagian atas api.
d) Jauhkan mulut tabung ke tempat yang aman, yaitu jauh dari orang dan peralatan serta
zat-zat berbahaya lain agar percikan zat dan asapnya tidak mengganggu.

4) Cara menggunakan mikroskop


Berikut langkah-langkah dalam menggunakan mikroskop.
e) Mikroskop dibawa dengan posisitegak. Pegang tangkainya dengan satu tangan dan tangan
yang lain menyangga dasarnya,
f) Mikroskop diletakkan dengan hati-hati di atas meja. Jangan diayun, dilambungkan,atau
digetarkan saat diletakkan karena dapat merusak bagian-bagiannya.
g) Saat ingin memindah, jangan digeser dengan menyeret salah satu bagian karenaakan
melepaskannya. Angkat dan pindahkah dengan hati-hati.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai