Anda di halaman 1dari 6

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR UTAMA


RUMAH SAKIT PLUIT
No. 189/PRS/VIII/2017
TENTANG
PROGRAM PELAYANAN INSTALASI
PATOLOGI KLINIK
__________________________________

I. PENDAHULUAN
Permintaan pemeriksaan laboratorium di Instalasi Patologi Klinik Rumah Sakit Pluit
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah permintaan
pemeriksaan ini harus diikuti dengan upaya peningkatan mutu pelayanan.
Pelayanan prima dapat dicapai apabila dalam seluruh proses pelayanan didukung oleh
sumber daya manusia yang handal (terampil, teliti dan tekun) serta sarana dan prasarana
yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Selain itu kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) merupakan hal yang paling pertama dan utama karena menyangkut terhadap
kesehatan dan keselamatan kita.
Mengingat besarnya risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang dapat terjadi
akibat kegiatan laboratorium maka seluruh petugas di laboratorium harus mengenal
berbagai bahaya dan risiko kesehatan di laboratorium sehingga petugas dapat melakukan
tindakan pencegahan dan dapat menangani secara benar jika terjadi kecelakaan kerja di
laboratorium.

II. LATAR BELAKANG


Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Diantara sarana kesehatan, laboratorium merupakan suatu institusi dengan jumlah
petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan laboratorium
mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomis dan psikososial. Variasi,
ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja.
Seiring dengan kemajuan teknologi laboratorium, risiko yang dapat dihindari petugas
laboratorium semakin meningkat. Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat
dalam bekerja hendaknya dilaksanakan pada semua institusi di sektor kesehatan termasuk
laboratorium.

1
III. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS

Tujuan Umum : Untuk mengenal berbagai bahaya dan risiko kesehatan di laboratorium
sehingga petugas dapat melakukan tindakan pencegahan dan dapat
menangani secara benar jika terjadi kecelakaan kerja di laboratorium.

Tujuan Khusus :
a. Program manajemen keselamatan/keamanan rumah sakit
b. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya (B3)
c. Indentifikasi resiko keselamatan
d. Orientasi prosedur dan praktek keselamatan/keamanan kerja

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


a. Program manajemen keselamatan/keamanan rumah sakit
1. Petugas
2. Sistem/prosedur
3. Peralatan/ruangan
4. Pelaporan insiden keselamatan
b. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya (B3)
1. Penampungan B3
2. Pembuangan B3
c. Identifikasi resiko keselamatan
1. Tertusuk jarum
2. Terpapar spesimen atau limbah
3. Kebakaran dan atau sengatan listrik
d. Orientasi prosedur dan praktek keselamatan/keamanan kerja
1. Orientasi keselamatan/keamanan kerja
2. Orientasi B3

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

A. Program manajemen keselamatan/keamanan Instalasi Patologi Klinik Rumah


Sakit Pluit sebagai berikut :

1. Petugas
a. Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta menggunakan
kosmetik di dalam ruangan laboratorium.
b. Cincin, gelang tidak boleh digunakan selama bekerja.
c. Rambut panjang harus diikat selama bekerja.
d. Jangan memakai sandal jepit di laboratorium.
e. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti jas laboratorium, sarung tangan
disposable dan masker (bila diperlukan).
f. Petugas mengenal zat kimia berbahaya dan MSDS (Material Safety Data Sheet).

2
2. Sistem/prosedur
a. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan.
b. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong plastik kuning dan
limbah noninfeksius dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam.
c. Seluruh petugas laboratorium harus selalu melakukan tindakan cuci tangan saat
‘five moment’.
d. Jas laboratorium hanya boleh dipakai di ruangan laboratorium dan pada saat
pengambilan sampel pasien.
e. Tidak diperbolehkan menggunakan pipet isap mulut.
f. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telpon.
g. Pembuatan preparat bakteri tahan asam (BTA) dilakukan dalam safety cabinet
yang telah dilengkapi exhaust fan

3. Peralatan/ruangan
a. Kebersihan ruangan laboratorium harus selalu terjaga.
b. Permukaan meja kerja harus selalu dibersihkan setelah selesai bekerja dan jika
terjadi bahan yang potensial berbahaya.
c. Lantai harus bersih, kering, tidak licin dan ada saluran pembuangan.
d. Suhu ruangan antara 15-25OC dengan kelembaban 35-60%.
e. Udara dalam ruangan harus dibuat mengalir searah (dari ruang bersih keruang
kotor).
f. Gunakan safety box untuk limbah jarum.
g. Eye wash digunakan apabila mata terpapar spesimen atau limbah.
h. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan yang benar.

4. Pelaporan insiden keselamatan


 Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan, kecelakaan kerja,
ataupun terpapar dengan bahan potensial berbahaya atau infeksius lainnya
kepada kepala ruangan dan K3RS.
 Pelaporan data insiden keselamatan dilakukan setahun sekali atau bila terjadi
insiden keselamatan.

B. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya (B3)


Limbah B3 yang dihasilkan oleh laboratorium seperti sisa-sisa reagen ditampung
menggunakan jerigen tertutup yang diberi label dan simbol B3 untuk kemudian
diserahkan ke bagian rumah tangga dengan menggunakan APD (masker, sarung
tangan) dan menggunakan trolley dengan mengisi ekspedisi serah terima limbah B3,
selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan dikirim ke pihak
ketiga.

3
C. Identifikasi resiko keselamatan
1. Tertusuk jarum :
 Tidak menutup jarum kembali
 Tidak mematahkan/membengkokan jarum
 Tidak membuang dalam bak sampah infeksius dan non infeksius
 Tidak melepaskan jarum dari spuit secara manual
2. Terpapar spesimen atau limbah
 Hati-hati dalam bekerja dan sesuai prosedur
 Gunakan alat pelindung diri (APD)
 Tutup kembali botol reagen setelah pakai dengan rapat.
3. Kebakaran dan atau tersengat listrik
 Perawatan peralatan listrik dengan baik
 Hati-hati dalam penggunaan api bila akan membuat preparat sediaan
 Gunakan APAR yang tersedia di laboratorium apabila terjadi kebakaran
D. Orientasi prosedur dan praktek keselamatan/keamanan kerja
 Staf laboratorium diberikan pelatihan tentang prosedur dan praktek
keselamatan/keamanan kerja seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
 Dilakukan pelatihan untuk staf laboratorium mengenai prosedur baru dan
penggunaan bahan berbahaya (B3) yang baru

VI. SASARAN

1. Terlaksananya program K3RS bagi tenaga laboratorium.


2. Terlaksananya pelatihan penanganan B3, pelatihan peralatan.
3. Monitoring evaluasi dan rencana tindak lanjut bila terjadi insiden

VII. JADWAL PELAKSANAAN

No Nama Jenis Pelatihan Tempat Waktu


1 Semua karyawan medis & Pengenalan dari berbagai Instalasi Berkala
non medis laboratorium bahaya Patologi Klinik (Reagen/ba
Mengenal zat kimia Rumah Sakit han kimia
berbahaya di Pluit baru)
laboratorium dan cara Ada di buku
pencegahannya MSDS
2 Semua karyawan medis & Manjemen Kesehatan Rumah Sakit Sesuai
non medis laboratorium Keselamatan Kerja(K3) Pluit jadwal
sesuai jadwal yang telah
ditentukan

4
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Adapun evaluasi kegiatan dan pelaporan adalah sebagai berikut :


1. Setiap bulan membuat laporan pelaksanaan audit reagen .
2. Setiap 3 bulan dilakukan evaluasi Pelaksanaan pelaporan maintenen peralatan .
3. Setiap bulanan atau tahunan membuat evaluasi Pelaporan tertusuk benda tajam.
4. Evaluasi Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, jas
laboratorium) dengan benar.
5. Evaluasi penggunaan peralatan : Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan,
sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar.
6. Evaluasi pengelolaan limbah infeksius dengan benar
7. Setiap bulan membuat laporan pelaksanaan evaluasi suhu dan kelembaban ruangan.

IX.PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Evaluasi Pengenalan berbagai bahaya dan resiko dilaboratorium


a. Setiap petugas harus mendapatkan pelatihan penanganan zat kimia
Berbahaya (B3) ,peralatan,sistem / prosedur
b. Kepala instalasi melakukan monitoring evaluasi.
2. Evaluasi Pencegahan bahaya di laboratorium
a. Setiap petugas memakai peralatan pelindung (membudayakan safety).
b. Lakukan pekerjaan dengan menerapkan good laboratorium practise.
c. Lakukan penanganan limbah dengan benar
d. Pencatatan suhu dan kelembapan ruangan
b. Kepala instalasi melakukan monitoring evaluas
3.Evaluasi jika terjadi bahaya
a. Sediakan alat pemadam kebakaran.
b. Tempatkan spill kit pada tempat yang mudah terjangkau
c. Setiap petugas faham buku MSDS
d. Kepala instalasi melakukan monitoring evaluasi

Mengetahui Jakarta, 02 Agustus 2017

dr. Jantini Utama, MBA dr. Koeswodjo Sadimin, Sp.PK


Direktur Medik Kepala Instalasi Patologi Klinik

5
6

Anda mungkin juga menyukai