I. LATAR BELAKANG
A. DASAR HUKUM
1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
3. Peraturan Menteri Kesehatan No 411 tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 43 tahun 2013 tentang penyelenggaraan
Laboratorium Klinik yang Baik
5. UU No 1 tahun 1970 tentang K3
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
B. GAMBARAN UMUM
Keselamatan dan keamanan kerja di unit laboratorium merupakan bagian
dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.
Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama
berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia maupun bukan
manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan specimen, maka
berpotensi terinfeksi kuman pathogen. Oleh karena itu untuk mengurangi potensi
terinfeksi oleh kuman pathogen, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas
harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap
dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai panduan dalam Instruksi Kerja.
Untuk terwujudnya program keselamatan dan keamanan kerja di unit
Laboratorium maka harus ada upaya yang maksimal dari semua petugas
laboratorium, karena pengamanan kerja di laboratorium menjadi tanggung jawab
setiap petugas terutama karena selalu berhubungan langsung dengan specimen
infeksius, bahan, dan reagen pemeriksaan.
UU No 1 tahun 1970 tentang K3 merupakan dasar hukum dalam
melaksanakan program keselamatan dan keamanan kerja di unit laboratorium
II. TUJUAN
Tujuan Umum :
Memberikan jaminan berupa keselamatan dan keamanan dalam bekerja
bagi petugas dengan teridentifikasinya faktor-faktor resiko yang mungkin
dapat terjadi di unit Laboratorium.
Tujuan Khusus :
1. Mencegah terjadinya infeksi dikarenakan spesimen yang infeksius.
2. Mencegah terjadinya resiko tercemar oleh reagensia laboratorium.
3. Mencegah terjadinya cedera fisik karena peralatan yang digunakan di
Laboratorium misalnya tertusuk jarum, tersengat aliran listrik, terkena
pecahan kaca.
4. Mencegah terjadinya resiko tercemar oleh limbah laboratorium.
5. Terlaksananya pengenalan terhadap prosedur, bahan berbahaya dan
peralatan baru kepada petugas laboratorium.
III. PELAKSANAAN
Waktu : Setiap hari kerja
Tempat : Puskesmas Sentolo I
IV. SASARAN
Seluruh petugas di unit laboratorium :
V. LANGKAH KEGIATAN.
1. Pencegahan terhadap terjadinya infeksi akibat spesimen infeksius yaitu dengan
melakukan penerapan manajemen terhadap faktor-faktor resiko infeksi yang
mungkin terjadi di unit laboratorium diantaranya yaitu memakai APD sesuai
prosedur dan menanganani spesimen infeksius sesuai prosedur.
2. Pencegahan terhadap terjadinya resiko tercemar oleh reagensia laboratorium
dengan memakai APD sesuai prosedur.
3. Pencegahan terhadap terjadinya cedera fisik karena peralatan yang digunakan di
Laboratorium misalnya tertusuk jarum, tersengat aliran listrik, terkena pecahan
kaca dengan melakukan praktek kerja dengan aman terutama yang ada kaitannya
dengan jarum, dengan kaca sediaan dan aliran listrik (yaitu dengan merapikan
kabel-kabel listrik agar tidak terjadi konslet listrik, kemudian mematikan stop kontak
jika pemeriksaan sudah selesai)
4. Pencegahan terhadap resiko tercemar oleh limbah laboratorium adalah dengan
melakukan :
Menempatkan limbah padat seperti spuit dan jarum bekas pada safety box.
Menempatkan limbah padat lain seperti bekas tabung EDTA, tabung kimia,
obyek glass, botol kaca, pada box khusus.
Melakukan netralisasi terhadap limbah cair dengan cara penambahan air
sampai netral (tidak bersifat asam/basa kuat) lalu dibuang ke saluran
pembuangan.
Untuk penanganan limbah dahak : direndam dalam larutan Natrium hipoklorit
5 % selama 24 jam kemudian dibakar.
5. Pengenalan prosedur pada bahan berbahaya dan peralatan baru kepada petugas
laboratorium.
Petugas mendapatkan pelatihan dan pendidikan tentang prosedur baru dan
yang ada kaitannya dengan keselamatan dan keamanan petugas.
Petugas mendapatkan pelatihan dan pendidikan tentang bahan berbahaya
baru, tentang sifat-sifat fisika dan kimia dari bahan tersebut, cara
penyimpanan, dan efeknya terhadap kesehatan petugas.
Petugas mendapatkan pelatihan dan pendidikan tentang peralatan baru
diantaranya penjelasan tentang cara mengoperasionalkan alat, pemeliharaan,
kalibrasi, trouble shooting, bahaya yang dapat ditimbulkan dari alat tersebut
beserta penanganannya.
VI. PEMBIAYAAN
Dana Operasional Puskesmas
VII. PENUTUP
Demikian kerangka acuan ini dibuat agar dalam melaksanakan program Keselamatan
dan Keamanan kerja di unit laboratorium dapat tercapai sesuai panduan yang ada
dalam SPO.
Ditetapkan di Sentolo
Pada tanggal : 2 Januari 2015
Kepala Puskesmas Sentolo I