Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3) LABORATORIUM KESEHATAN

PUSKESMAS SUMUR

Jl. Raya Pasir Malang Desa Sumberjaya – Sumur 42283


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Laboratorium kesehatan mempunyai risiko baik yang berasal dari


faktor fisik, biologi, kimia, ergonomik dan psikososial dengan akibat dapat
mengganggu kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium serta lingkungannya
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, khususnya
kemajuan bidang teknologi laboratorium, maka risiko yang dihadapi laboratorium
kesehatan ini akan semakin meningkat. Paska umumnya petugas laboratorium belum
memahami risiko yang ditimbulkan akibat pekerjaan di laboratorium, baik dalam
pencegahan maupun penanggulangannya Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan petugas sarana dan prasarana untuk perlu disusun Pedoman Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) Laboratorium kesehatan dengan mengacu pada berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan acuan lainnya. dalam buku pedoman
ini akan dibahas manajemen K3,identifikasi ancaman bahaya dan pencegahannya
penerapan K3 jika terjadi bahaya, pengelolaan limbah, peralatan K3, tata ruang dan
fasilitasi laboratorium kesehatan.
B. Tujuan Pedoman
1. Acuan dalam melaksanakan tugas di laboratorium.
2. Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap risiko terjadinya
kecelakaan dan

gangguan kesehatan akibat kegiatan laboratorium.


3. Menjamin mutu pekerjaan di laboratorium.
C. Sasaran Pedoman
Petugas laboratorium, pengunjung, atau pasien dan lingkungan di semua jenis
dan jenjang pelayanan laboratorium.

D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja meiliputi upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan kecelakaan atau gangguan kesehatan petugas
laboratorium termasuk pengunjung atau pasien dan lingkungannya di semua jenis dan
jenjang pelayanan laboraturium.

E. Batasan operasional
Keselamatan Keria adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan,
kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencernaran lingkungan yang pada
urnumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu dan harta benda bagi. pekerja dan
masyarakat yang berada dilingkungannya

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/MENKES/SK/III/2003 tentang
Laboratorium Kesehatan;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1647/MENKES/SK/XII/2005
tentang Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/MENKES/PER/VIII/2009
tentang Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan
Muatan Informasinya;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/MENKES/PER/VIII/2009
tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New
Emerging dan Re-Emerging;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.
BAB II
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat


asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan Program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
tindakan yang seharusnya diambil

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran keselamatan di area pelayanan laboratorium adalah;

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau
melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui
telepon ke unit pelayanan.
Klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Puskesmas secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon
termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil
pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali
(read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur
pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan
kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat
darurat di IGD.

Elemen Penilaian Sasaran II


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

SASARAN III : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN

Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi


yang terkait pelayanan kesehatan
Maksud dan Tujuan Sasaran III

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam


tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien
maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah
(blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi
mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang
diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
BAB III
KESELAMATAN KERJA
Setiap kegiatan yang dilakukan di laboratorium puskesmas, mulai dari persiapan
pasien sampai selesai dapat menimbulkan bahaya/risiko terhadap petugas yang berada di
dalam laboratorium.

Untuk mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium


harus melaksanakan pekerjaan dengan hati-hati mengenali bahan potensial
berbahaya dan penanggulangannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan
tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi:


1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat umum.
a. Setiap petugas diwajibkan memakai jas laboratorium, sarung tangan dan
masker (infeksius) di ruangan laboratorium.
b. Tidak diperbolehkan makan minum dan merokok di dalam ruang laboratorium.
c. Tidak boleh menyimpan, makanan dan minuman di dalam lemari es bersama
reagen.
d. Jaga kebersihan ruang laboratorium dan bersihkan dengan desinfektan.
e. Anggap semua spesimen mengandung bahan infeksius.
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat khusus.
a. Yang berkaitan dengan mikroorganisme
1) Jangan memipet dengan mulut, gunakan alat bantu pipet.
2) Jangan meniup pipet, yang berisi bahan infeksius.
3) Jangan menuangkan cairan yang telah terkontaminasi langsung kedalam
pipa saluran.
b. Yang berkaitan dengan bahan kimia
1) Beri label pada semua bahan kimia meliputi nama, konsentrasi, tanggal
penerimaan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa, keterangan/
peringatan tentang bahaya bahan.
2) Bahan kimia disimpan pada ruang yang terang tidak kena sinar matahari
langsung, dalam lemari/rak secara rapi dan teratur, yang bersifat corrosive
harus diletakkan di tempat rendah.
3) Pembuangan bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menguap
dikumpulkan dalam kaleng yang aman dan jangan dibuang kedalam pipa
saluran umum.
c. Yang berkaitan dengan peralatan listrik.
1) Jangan menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar di sekitar
peralatan listrik.
2) Peralatan listrik harus dirawat dan dipelihara.
d. Yang berkaitan dengan limbah
1) Pengumpulan dan pembuangan limbah infeksius (sisa sampel dan
barang/alat bekas pakai dan tidak infeksius (cair dan padat) sesuai
ketentuan yang berlaku.
2) Lakukan desinfeksi sisa sample, tampung dalam wadah berisi kaporit,
diamkan 12 jam, buang ke saluran pembuangan.
3) Naturalisasi sisa reagen dengan pengenceran yaitu penambahan air
sampai netral (tidak bersifat asam/basa kuat)
4) Rendam alat habis pakai selama 12 jam dengan larutan desinfektan
(kaporit), cuci bersih dengan air dan sabun, keringkan.
e. Yang berkaitan dengan ruangan laboratorium
1) Bila ruangan laboratorium menggunakan AC, maka bak pencuci harus
terpisah atau mempunyai penyedot udara, terutama untuk ruangan
laboratorium mikrobiologi atau kimia dengan menggunakan bahan mudah
menguap.
2) Ruangan laboratorium tidak diperkenankan menggunakan kipas angin.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


A. . Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
 Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses
kerja di laboratorium;
 Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
 Pencahayaan cukup dan nyaman;
 Ventilasi cukup dan sesuai;
 Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah
dijangkau jika diperlukan;
 Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
 Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
 Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi
dengan kantong plastik dan diberi tanda khusus;
 Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat
dimasuki/menjadi sarang serangga atau binatang pengerat;
 Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur;
 Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam
laboratorium;
 Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam
laboratorium.
B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas
laboratorium harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan
terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap
peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
dengan benar, serta mengetahui
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan
kerja, seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat
pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama
bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di
laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).

5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke


belakang dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh
sebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan
harus melepaskan baju proteksi sebelum meninggalkan ruang
laboratorium.

7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin


pejabat yang berwenang.

8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan


merokok di tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum
atau benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan
di bak/peti dalam laboratorium dan diberi keterangan.

10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet
penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen
 Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
 Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.

 Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara


pengambilan, pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
 Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan
pada wadah yang memiliki konstruksi yang baik, karet pengaman
untuk mencegah kebocoran ketika dipindahkan.

 Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna


menghindari pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
 Setiap orang yang memproses spesimen darah dan
cairan tubuh (contoh: membuka tutup tabung vakum) harus
menggunakan sarung tangan dan masker.

 Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci


tangan dan mengganti sarung tangan.

 Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai


limbah infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
 Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
Didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
- Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan
kimia yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia,
bahan kimia yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan
persyaratan penyimpanannya).
- Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan
mempunyai pengetahuan serta keterampilan untuk menangani
kecelakaan.
- Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket
dan tanda peringatan yang sesuai.
17. Pengelolaan Limbah

a. Limbah Padat

Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus seperti
benda tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia,
limbah B3 dan limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat:

1) Tempat Pengumpulan Sampah

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya. Mempunyai
tutup yang mudah dibuka dan ditutup, minimal terdapat satu buah untuk
masing-masing kegiatan. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila
2/3 bagian telah terisi sampah.
Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai
pembungkus sampah dengan label dan warna seperti digambarkan pada
tabel 7 sebagai berikut:

2) Tempat Penampungan Sampah Sementara

Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen, yang diletakkan


pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.
Tempat penampungan sampah sementara dikosongkan dan dibersihkan
sekurang- kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3) Tempat Pembuangan Sampah Akhir

i. Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dikelola sesuai


prosedur dan peraturan yang berlaku.
ii. Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan sampah
akhir yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
b. Limbah Cair

Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius dan
limbah cair kimia.
Cara menangani limbah cair:

1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank.

2) Limbah cair infeksius dan Kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku

C. Manajemen Resiko di Pelayanan Laboratorium Puskesmas. 1.Identifikasi Ancaman


bahaya dan Penceghannya A.Identifikasi ancaman bahaya;
1. Kimia .Penggologan
No Penggolongan
Bahan kimia yang Karsinogen
mengakibatkan Korosif
Toksik
gangguan kesehatan
Iritan
{H} Sensitizer
Merusak organ
tubuh tertentu
Bahan kimia yang Padat
Cair
mengakibatkan Kebakaran Gas
{F}
Bahan kimia yang mudah
meledak {R}
Bahan kimia dengan sikap oksidator
Reaktiv
khususnya {S/N}
terhadap
air
Reaktif terhadap
asam
Bahan
radioaktif
Bahan kimia
yang tidak
boleh
tercampur
2. Pelabelan
No Penggolongan Warna Angka
label
Bahan kimia yang BIRU 4 Dapat menyebabkan kematian
mengakibatkan gangguan walapun sudah diobati
3 Dapat menyebabkan luka serius
kesehatan {H}
meskipun sudah mendapat pengobatan
2 Dapat menyebabkan luka dan
membutuhkan pengobatan segera
1 Dapat menyebabkan iritasi jka tidak
diobati
Tidak berbahaya
0

Bahan kimia yang MERAH 4


3
mengakibatkan Kebakaran 2
{F} 1
0
Bahan kimia yang mudah 4
3
meledak {R}
2
1
0
Bahan kimia dengan sikap oksidator OKS
Reaktiv W
khususnya {S/N}
terhadap
air
Reaktif acid
terhadap
asam
Bahan Rad
radioaktif
Bahan ALK
kimia
yang
tidak
boleh
tercampur
BAB IV

PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan
kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium di Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai