Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH K3 & PATIENT SAFETY

Prosedur Keamanan dan Kasus Kecelakaan di Laboratorium Mikrobologi

Dosen Pengampu : Norma Rotua Simanjuntak, SKM, M.Bmd

Disusun Oleh :

WINDI ROMANGGITO SIMAMORA


PO 71340220079

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDY DIPLOMA III
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang prosedur keamanan
dan kasus kecelakaan di Laboratorium Mikrobologi

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa

maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari

penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami

dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat

memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga

inspirasi untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………...................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………….……......1

2.1 Rumusan Masalah……………………………………………………3

BAB I I PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Keamanan di Laboratorium Mikrobiologi………….…….4


2.2 Kasus Kecelakaan di Laboratorium Mikobiologi…………………...6

BAB III PENUTUP

3.1 Saran………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-

bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan

listrikmaupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara garis besar bahaya yang

dihadapi dalamlaboratorium dapat digolongkan dalam bahaya kebakaran dan ledakan

dari zat/bahan yangmudah terbakar atau meledak, bahan beracun, korosif dan kaustik,

bahaya radiasi, luka bakar, syok akibat aliran listrik, luka sayat akibat alat gelas yang

pecah dan benda tajam,dan bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada

umumnya bahaya tersebut dapatdihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain

dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan

dikemukakan manajemen keselamatandan kesehatan kerja di laboratorium (Jhon, 2010).

UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang dijabarkan dalam

PeraturanMenteri Tenaga Kerja No.5 tahun 1996 tentang SMK3 Pasal 3, menyebutkan

bahwa“setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau

lebihdan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses

atau bahan produksi mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,

pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3” (Jhon, 2010).

Keselamatan kerja dimaksudkan untuk mencegah, mengurangi, melindungi

bahkanmenghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident) pada tenaga kerja melalui
1
pencegahan timbulnya kecelakaan kerja yang diakibatkan dari mesin dan peralatan

selamamelakukan kegiatan produksi (Jhon, 2010).Secara lebih umum, laboratorium

diartikan sebagai suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Dimana memiliki

makna luas, karena tidak membatasilaboratorium sebagai suatu ruangan. Laboratorium

mikrobiologi adalah laboratorium yangdidesain secara khusus untuk keperluan

praktikum atau eksperimen yang berhubungandengan mikrobiologi. Mikrobiologi

merupakan cabang ilmu dari biologi yang khususmempelajari jasad-jasad renik.

Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros yang berarti kecil dan bios yang berarti

hidup, serta logos yang berarti ilmu pengetahuan (LabTech, 2017).

Makhluk-makhluk hidup yang kecil tersebut disebut juga dengan

mikroorganisme,mikrobia, mikroba, atau jasad renik. Di laboratorium mikrobiologi

tersedia segalaalat/instrumen dan reagen/bahan kimia yang mendukung dalam analisis

dan identifikasimikroorganisme (Lab Tech, 2017).

Di laboratorium mikrobiologi diperlukan prinsip-prinsip keamanan dan

keselamatankerja, mengingat bekerja dengan mikroorganisme juga mempunyai risiko

yang sama bahayanya dengan penggunaan bahan kimia maupun radioaktif. Dalam

beberapa studikasus di laboratorium ada sekitar 20% dari seluruh kasus yang terjadi di

laboratoriumterjadi dikarenakan terinfeksi oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang

merugikan, olehkarena itu dalam bekerja di laboratorium perlu berhati-hati dan

diperlukan prosedurstandar dan peralatan standar yang dapat menjamin keamanan dan

keselamatan personillaboratorium (Vikayanti, 2016).

2
Mengingat betapa pentingnya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

dalammelakukan kerja di laboratorium khususnya pada laboratorium mikrobiologi,

makamakalah ini disusun untuk menambah ilmu dan pengetahuan pembaca tentang K3

dilaboratorium mikrobiologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan prosedur keamanan sebelum, selama dan sesudah bekerja di

laboratorium mikrobiologi.

2. Jelaskan contoh kasus kecelakaan di laboratorium mikobiologi beserta prosedur

tindakan keamanan untuk mengatasinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Keamanan di Laboratorium Mikrobiologi

prosedur keamanan sebelum, selama dan sesudah bekerja di laboratorium

mikrobiologi.

 pra analitik:

1. Setiap orang yang akan masuk ke laboratorium, sebelumnya harus mendapat ijin

dari petugas laboratorium dan mengisi daftar hadir/buku pengguna lab.

2. Petugas laboratorium harus memberikan induksi keselamatan terlebih dahulu

kepadaorang-orang yang baru masuk ke dalam laboratorium.

3. Kenali jenis bahaya dan risiko , kimia, biologi, listrik, ergonomic,

kebakaran,kejatuhan.

4. Gunakan jas Lab setiap akan memulai bekerja di laboratorium (untuk dosen,

laboran,dan praktikan).

5. Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti : kacamata keselamatan/googles,

sepatutertutup, sarung tangan/gloves, pelindung telinga (jika bekerja dalam

kebisingan), pelindung wajah, rambut diikat. Serta dilarang memakai sandal dan

sepatu sandal.

6. Pastikan sarung tangan yang digunakan sesuai dengan bahan kimia yang digunakan.

 Analitik :

7. Pengguna laboratorium (Dosen, Mahasiswa, Laboran, Peneliti) dilarang makan dan

minum di seluruh ruangan laboratorium. Bila perlu dilakukan kegiatan makan dan

4
minum di laboratorium dalam rangka praktikum atau penelitian, maka harus

dilakukandi bawah pengawasan oleh dosen yang bersangkutan dan dilakukan di

area yang ditetapkan.

8. Dilarang memakai kosmetik/berdandan, merokok, menggunakan kontak

lensa(terutama saat dekat dengan bahan-bahan yang mudah terbakar), menggunakan

perhiasan.

9. Dilarang berlari-larian dan bercanda di dalam laboratorium.

10. Bekerja dengan bahan kimia karsinogenik, toksik, dan embriotoksin,

cryogenic,herbisida/pestisida, peroxide, bahan kimia yang sensitive terhadap bahan

organic dangoncangan, sianida, asam fluoride dan tabung gas harus selalu mengacu

pada MSDS (Material Safety Data Sheet).

11. Jangan memipet larutan dengan menggunakan mulut, gunakanlah alat pipet

mekanissecara hati-hati.

12. Ikuti semua prosedur penggunaan alat dan jangan gunakan peralatan atau

instrumentapapun tanpa adanya pengawasan dari supervisor/dosen dan laboran,

saatmenggunakan peralatan apapun di laboratorium.

 Pasca Analitik:

13. Matikan semua peralatan listrik bila tidak digunakan.

14. Semua peralatan yang harus ditinggalkan menyala semalaman harus diberi label

serta dituliskan nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi (diletakkan di sekitar

alat dandipintu masuk laboratorium).

15. Pengguna lab harus melakukan “ house keeping ” yang baik, yaitu :

5
a. Menjaga kebersihan lantai dan jaga agar tetap kering

b. Jaga kebersihan dan kerapihan meja lab : bahan kimia dan peralatan yang

tidakdigunakan jangan disimpan di atas meja lab.

c. Bersihkan tempat kerja dan peralatan setelah digunakan.

d. Pelihara kebersihan dan kerapihan bagian dalam dan sekitar lemari asam.

e. Amati semua tanda-tanda keselamatan setiap saat.

f. Bila meninggalkan laboratorium, matikan semua peralatan yang telah

digunakan.

16. Cucilah kulit dengan air mengalir bila terkontaminasi oleh asam atau basa (jika

perlumintalah pertolongan dokter).

17. Mata yang terkena bahan kimia harus dibilas dengan air mengalir selama 15

menit dan perlu dicari pertolongan dokter secepatnya.

18. Segala tumpahan harus dilaporkan pada supervisor dan ditangani secepatnya.

Material harus segera dibersihkan dan disediakan tempat pembuangan untuk gelas

dan material.

19. Cucilah tangan dan bukalah jas lab setelah menyelesaikan pekerjaan di

laboratorium(dosen, laboran, praktikan) sebelum meninggalkan labor (Benson,

2001).

2.2 Kasus Kecelakaan di Laboratorium Mikobiologi

Dartmouth College, Hanover. Agustus 1996. Terjadi keracunan dimetilmerkuri yang

menyebabkan Karen Wetterhahn meninggal akibat penggunaan sarung tangan latex yang

kurang tebal.

6
Penanggulangan Kecelakaan di Laboratorium

Prinsip keamanan di laboratorium harus dipahami oleh seluruh peneliti/praktikan.

Mengidentifikasi alat-alat emergency baik berupa shower dengan pencuci mata, telepon

emergency, APAR, maupun kotak obat. Selain itu juga harus memahami bahan yang

akan digunakan untuk praktikum atau penelitian, di mana setiap bahan memiliki

identitas berupa simbol apakah bahan tersebut iritan, korosif, mudah terbakar, mudah

meledak

Namun, meskipun sudah mengikuti semua prosedur keamanan di laboratorium,

kecelakaan di laboratorium masih dapat terjadi. Oleh karena itu, penanganan kecelakaan

di laboratorium menjadi hal yang harus diketahui (Occupational Safety and health

Administration, 2011).

 Jika terjadi kecelakaan pada mata, segera bilas dengan menggunakan shower eye

selama 15 menit.

 Jika terjadi tumpahan bahan kimia pada jas, maka segera melepaskan jas dan

didekontaminasi sebelum dilakukan pencucian

 Jika terjadi tumpahan bahan kimia, biologi, pada badan, segera cuci di bawah

shower selama 5 menit, dengan menggunakan sabun dan air mengalir.

 Jika terjadi tumpahan bahan kimia, biologi di meja laboratorium maka, segera

tutup dengan tisu penyerap cairan (adsorben), kemudian meja dilakukan

dekontaminasi dengan menggunakan larutan Chlorin 0.5%. Pembersihan

dilakukan dengan memutar alat penyerap searah dengan jarum jam. Penganan

kecelakaan tumpahan bahan kimia harus menggunakan APD dengan benar.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Secara umum laboratorium mikrobiologi mempelajari tentang mikrooganisme

yaituvirus, bakteri, jamur yang meliputi diagnostik (isolasi dan identifikasi),

prognosis pada kasus infeksi, pedoman dalam pengobatan, mencari sumber infeksi

(misal padakasus ledakan penyakit infeksi).

2. Laboratorium Mikrobiologi harus mempunyai sejumlah alat yang dapat menunjang

proses praktikum dan penelitian di dalamnya. Di antara alat-alat tersebut, ada alat-

alatyang khusus digunakan di dalam Laboratorium Mikrobiologi dan ada juga yang

tidak.Alat-alat tersebut antara lain autoklaf, oven, inkubator statis, shaker incubator

atauinkubator kocok, waterbath shaker incubator, vorteks, desikator, transfer

box,anaerobic jar, sentrifugator, spektrofotometer, dan lain sebagainya.

3. Perlengkapan APD yang digunakan tergantung pada jenis pekerjaan, alat-alat, dan

bahan yang digunakan diantaranya penutup mata, sarung tangan, pakaian, masker,

dan penutup kepala.

4. Tata tertib laboratorium dapat dibedakan atas tata tertib umum dan tata tertib

khusus.Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang

bekerja dilaboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai lain yang memasuki

laboratorium.Tata tertib khusus menyangkut tata tertib yang berhubungan dengan

8
prosedur kerjadan berlaku di kalangan tertentu misalnya para guru atau pimpinan

sekolah dan tidak perlu diketahui siswa.

5. Menurut Jhon (2010), jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya

adalahkebakaran, ledakan, keracunan, iritasi, luka pada kulit, dan sengatan listrik.

6. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencapaian tujuan

yangsudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain.

SistemManajemen K3 ada planning, organizing, actuating, dan controlling.

9
DAFTAR PUSTAKA

Benson. 2001.Microbiological Application Lab Manual. Edisi 8. United States:


BenjaminCummings.

Black, J. G. 2008. Microbiology. Edisi 7. Jakarta: PT Erlangga.

Cappuccino, J. G., N. Sherman. 2002. Microbiology: A Laboratory Manual.


Yogyakarta:Deepublish.

Dennis, M. 1978. Laboratory Management and Techniques for Schools and College.
Penang:Recsam Anthonian.

Harley, P. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. Edisi 5. Yogyakarta: Deepublish.

Jhon, R. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT Erlangga.

Lab Tech. 2017. “Mengenal Laboratorium Mikrobiologi”. https://labtech-indonesia.com.


Diakses pada 27 Juni 2019.

Ramli, S. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 .Jakarta:
Dian Rakyat.

Suma’mur. 2009. Peranan K3 Menjamin Efisiensi Kerja. Seminar Nasional hal. 15,Surakarta.

Vikayanti. 2016. “K3 di Laboratorium Mikrobiologi”. https://dokumen.tips. Diakses pada 27Juni


2019.

10

Anda mungkin juga menyukai