MANAJEMEN LABORATORIUM
Identitas Mahasiswa:
Dosen Pengampu:
Faridawati, M. Si.
2
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Pembahasan ..................................................................................................................... 4
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 Potensi Bahaya dan Sumber Terjadinya Kecelakaan Laboratorium ............................................. 5
2.2 Prinsip dan Cara Penyimpanan Alat dan Bahan di Laboratorium ................................................ 5
2.3 Bahan Kimia dan Bahan bersifat B3 (Berbau, beracun, dan berbahaya) ...................................... 7
2.4 Perlengkapan Pelindung Diri di Laboratorium ............................................................................. 9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
5
Dalam memahami keselamat kerja di laboratorium, para laboran harus memahami
prinsip dan cara penyimpanan alat untuk menghindari potensi bahaya yang dapat disebabkan
oleh lalainya laboran dalam menggunakan suatu alat. Penempatan alat dan bahan di laboratorium
dikelompokkan berdasarkan kegunaan dan sifat dari alat tersebut. Sebagai contoh untuk alat di
laboratorium Fisika, Kimia, atau Biologi, pengolompokan alat disusun seperti berikut.
Pengelompokan alat-alat di laboratorium Fisika biasanya berdasarkan pokok bahasannya seperti:
topik kinematika dan dinamika (fletcher trolley, gerak jatuh bebas, bandul matematis dan bandul
fisis), topik termodinamika (percoaan hukum Joule), topik gelombang dan optik (getaran
teredam, percobaan difraksi, dan interferensi), topik elektronika (percobaan hukum Ohm, hukum
Kirchoff, dan rangkaian listrik yang lain). Pengelompokan alat-alat di laboratorium Biologi
menurut golongan percobaannya, seperti: topik Anatomi, topik Fisiologi, topik Ekologi dan
Morfologi. Pengelompokan alat-alat di laboratorium Kimia berdasarkan bahan pembuat alat
tersebut seperti: logam, kaca, porselen, plastik dan karet.
Selain pengelompokan tersebut, penempatan alat di laboratorium secara umum harus
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang
lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah
tumbuhnya jamur.
2. Alat-alat yang terdiri dari beberapa komponen dan menjadi satu set,
penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang untuk menghindari
bongkarnya susunan komponen dan menghindari hilangnya komponen.
3. Terdapat alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan
beaker glass.
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak
melebihi tinggi bahu.
5. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang
mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.
6. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
6
2.3 Bahan Kimia dan Bahan bersifat B3 (Berbau, beracun, dan berbahaya)
Pada dasarnya, setiap bahan kimia bersifat berbahaya, namun praktikan tidak perlu
merasa takut bekerja dengan bahan kimia bila telah mengetahui cara yang tepat untuk
menanggulanginya. Adapun yang dimaksud berbahaya ialah dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka, merusak, menyebabkan korosi
dsb. Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui dari label yang tertera pada kemasannya. Dari
data tersebut, tingkat bahaya bahan kimia dapat diketahui dan upaya penanggulangannya harus
dilakukan bagi mereka yang menggunakan bahan-bahan tersebut. Terkadang, terdapat dua atau
tiga tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja
dengan bahan tersebut harus lebih ditingkatkan. Bahan kimia dapat diklasifikasikan berdasarkan
bahan B3 (berbau, berbahaya, dan beracun). Adapun klasifikasi bahan kimia B3 adalah sebagai
berikut.
1. Mudah meledak (explosive), yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan stand r (25 °C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reak si kimia dan atau fisika dapat mengha
silkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak ling
kungan di sekitarnya.
2. Pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran sama atau
lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3. Sangt mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan dan cairan
yang memiliki titik yala di bawah 0 derajat C dan titik didih lebih rendah atau sama
dengan 35 °C.
4. Sangat mudah menyala (highly flammable), yaitu bahan yang memiliki titik nyala 0-
21 °C.
5. Mudah menyala (flammable). Contoh: cat dan tinta.
6. Amat sangat beracun (extremely toxic)
7. Sangat beracun (highly toxic)
8. Beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia dan akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafa san, kulit atau mulut. Contoh: pestisida dan obat nyamuk.
9. Berbahaya (harmful), yaitu bahan baik padatan maupun cai ran ataupun gas yang ji
ka terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya te
rhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
10. Korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan
proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi lebih besar da
ri 6,35 mm/tahun, atau mempun yai pH ≤ 2 untuk B3 yang bersifat asam dan pH ≥
12,5 untuk B3 yang bersifat basa. Contoh: asam sulfat dan baterai.
11. Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi kontak secara
langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan peradangan. Contoh: asam formiat.
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu bahaya yang
ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya
Chlorofluorocarbon/CFC yang dihasilkan dari mesin pendingin), persisten di
lingkungan (misaln ya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
13. Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan sel kanker.
14. Teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
15. Mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan kromosom (me
rubah genetika).
7
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak
diperlukan, sehingga tempat atau ruangan yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan
aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung
bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas, uap, ataupun debu beracun, dan
berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut. Cara penyimpanan beberapa bahan kimia bersifat B3
adalah sebagai berikut.
1. Bahan kimia beracun (toxic). Bahan ini memiliki potensi risiko terhadap lingkungan
sekitarnya baik dalam kondisi normal, kondisi kecelakaan, atau keduanya. Bahan
beracun harus disimpan dalam ruangan yang memiliki sirkulasi udara yang baik,
suhu yang terkendali, jauh dari risiko kebakaran, dan harus dipisahkan dari bahan-
bahan yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Jika suhu tinggi dapat memicu
dekomposisi bahan tersebut, tempat penyimpanannya harus dijaga dalam kondisi
sejuk dengan sirkulasi udara yang memadai, terhindar dari paparan langsung sinar
matahari, dan jauh dari sumber panas.
2. Bahan kimia korosif (corrosive). Sejumlah jenis bahan ini dapat menguap dengan
mudah, sementara yang lain bisa menghasilkan reaksi yang sangat berbahaya jika
terpapar uap air. Uap dari zat asam bisa merusak struktur bahan dan peralatan serta
berpotensi beracun bagi manusia. Oleh karena itu, bahan ini harus disimpan di
ruangan yang memiliki suhu yang terkontrol dan memiliki sirkulasi udara yang
memadai untuk mencegah akumulasi uap. Kemasan untuk bahan ini harus ditangani
dengan hati-hati, harus selalu dalam keadaan tertutup dan dilengkapi dengan label
yang jelas. Semua logam di sekitar tempat penyimpanan juga perlu dilapisi cat dan
secara berkala diperiksa untuk melihat tanda-tanda kerusakan akibat korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang
tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk
tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus
tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan
tersebut.
3. Bahan kimia mudah terbakar (flammable). Praktis semua pembakaran terjadi antara
oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan
bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari
cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam
penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut: disimpan pada tempat yang
cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari
bahan bakar dan udara, tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang
cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk
mencegah percikan api, lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada
bahaya kebakarannya, tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat,
bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi
dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas, tersedia alat-alat
pemadam api dan mudah dicapai, semua sumber api disingkirkan dari tempat
penyimpanan, dipasang tanda dilarang merokok di area penyimpanan, serta pada daerah
penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api
otomatis dan diperiksa secara periodik.
4. Bahan kimia peledak (explosive). Bahan ini memiliki peraturan penyimpan yang
sangat ketat. Lokasi penyimpanan harus berjarak paling sedikit 60 meter dari sumber
tenaga, seperti terowongan, tambang, bendungan, jalan raya, dan bangunan, untuk
mengurangi potensi dampak ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus
berupa bangunan yang kuat, tahan api, dengan lantai yang tidak dapat menyebabkan
loncatan api. Selain itu, ruangan ini harus memiliki sirkulasi udara yang memadai,
bebas dari kelembaban, dan harus tetap terkunci bahkan ketika tidak digunakan.
8
Penerangan harus menggunakan penerangan alami atau lampu listrik yang dapat
diangkut, atau sumber cahaya dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak
boleh dilakukan dekat dengan bangunan yang berisi minyak, lemak, bensin, bahan
yang mudah terbakar, api terbuka, atau nyala api. Daerah penyimpanan harus bersih
dari rumput kering, sampah, atau materi yang mudah terbakar, dan sebaiknya
memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung, semak belukar, atau
hutan lebat.
5. Bahan kimia oksidator (oxidizing). Bahan ini berperan sebagai sumber oksigen dan
mampu menyediakan oksigen untuk reaksi bahkan dalam kondisi tanpa udara.
Beberapa oksidator memerlukan pemanasan sebelum mereka mengeluarkan oksigen,
sedangkan yang lain mampu menghasilkan oksigen dalam jumlah besar pada suhu
kamar. Untuk tempat penyimpanan bahan ini, penting untuk menjaga suhu tetap
rendah, memastikan adanya sirkulasi udara yang baik, dan memastikan gedung
penyimpanannya tahan terhadap api. Selain itu, bahan ini harus dijauhkan dari bahan
bakar, materi yang mudah terbakar, dan zat dengan titik api yang rendah. Alat-alat
pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam mengatasi kebakaran yang
melibatkan bahan ini, baik dengan menggunakan penutupan atau pengasapan, karena
bahan oksidator ini menyediakan oksigen sendiri.
9
peleburan laboratorium, atau ketika mengambil peralatan yang baru keluar dari
autoclave.
5. Masker gas. Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa mengeluarkan gas
berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat cocok digunakan sehingga gas
berbahaya tersebut tidak terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa
masker gas biasa yang terbuat dari kain dan masker gas khusus yang dilengkapi
material penghisap gas. Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan
umum, misalnya membuat larutan standar. Sementara itu, masker gas khusus
digunakan saat menggunakan larutan atau bahan kimia yang memiliki gas berbahaya,
misalnya asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfida.
6. Kaos tangan. Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan
kimia yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh. Macam-macam kaos
tangan yang digunakan di lab biasanya terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprena.
Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang dilengkapi dengan serbuk
khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat dari tepung kanji dan
berfungsi untuk melumasi kaos tangan agar mudah digunakan.
7. Pelindung telinga. Alat pelindung diri yang terakhir adalah pelindung telinga (hear
protector). Alat ini lazim digunakan untuk melindungi teringa dari bising yang
dikeluarkan perlatatan tertentu, misalnya autoclave, penghalus sample tanah
(crusher), sonikator, dan pencuci alat-alat gelas yang menggunakan ultrasonik.
Setiap orang yang terpapar kebisingan dibatasi dari sisi waktu dan tingkat
kebisingan. Batas kebisingan yang diperbolehkan menurut Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) adalah sebagai berikut: 115 dB untuk 15 menit, 110
dB untuk 30 menit, 105 dB untuk 1 jam, 100 dB untuk 2 jam, 95 dB untuk 4 jam, 92
dB untuk 6 jam, dan 90 dB untuk 8 jam.
10
BAB III
KESIMPULAN
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan konsep yang sangat penting dan perlu
dipahami oleh para praktikan di laboratorium. Dengan memahami keselamatan kerja di
laboratorium, kita bisa mengetahui tindakan preventif apa saja yang diperlukan untuk
menghindari kecelakaan kerja di laboratorium. Kecelakaan kerja di laboratorium dapat terjadi
karena beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan
berbahaya, kurangnya bimbingan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan
laboratorium, serta tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan pelindung
kegiatan laboratorim.
Untuk menghindari kecelakaan kerja di laboratorium, diperlukan pemahaman beserta
penerapannya mengenai peletakan alat dan bahan di laboratorium, bahan-bahan kimia yang
bersifat B3 (berbau, beracun, dan berbahaya), serta alat pelindung diri di laboratorium. Ketiga
konsep tersebut saling terhubung dan harus dijalankan secara bersama dan menyeluruh agar
keselamatan kerja di laboratorium dapat tercapai. Apabila para praktikan ataupun laboran tidak
memahami ataupun tidak menerapkannya secara bersamaan, maka akan meningkatkan peluang
terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium.
11
DAFTAR PUSTAKA
12