Anda di halaman 1dari 23

KESELAMATAN & KEAMANAN KERJA

SERTA PANDUAN UMUM P3K


DI LABORATORIUM
DOSEN PENGAMPU:

1. VICA DIAN APRELIA RESTI, M.Pd.


2. DWI INDAH SURYANI, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. SITI MUHASITOH MULYANI (NIM : 2281170008)


2. NINDA EFRILLIANA ARUM (NIM : 2281170009)
3. DILLA MAHARANI PUTRI (NIM : 2281170010)
4. KHAERIYAH (NIM : 2281170034)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
MARET 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayah – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Keselamatan dan Keamanan Kerja serta Panduan Umum P3K di Laboratorium”
ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami menyampaikan terima kasih atas bantuan
yang diberikan dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Serang, Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Upaya Dalam Menjamin Keselamatan


dan Keamanan Kerja........................................................................... 3
a. Upaya Menjamin Keselamatan dan Keamanan
Kerja Pada Saat Penataan Laboratorium....................................... 4
b. Upaya Menjamin Keselamatan dan Keamanan
Kerja Pada Saat Pelaksanaan Praktikum....................................... 7
B. Panduan Umum dalam Melakukan Tindakan Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K)............................................... 14
a. Pertolongan Pertama Pada Luka bakar ......................................... 15
b. Pertolongan Pertama Pada Luka Akibat Benda Tajam
dan Benda Tumpul........................................................................ 16
c. Pertolongan Pertama Pada Cedera Mata....................................... 16
d. Pertolongan Pertama Pada Kerja .................................................. 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan praktikum
maupun penelitian yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia dan biologi atau bidang
ilmu lain yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka. Praktikum
yang dilakukan menggunakan berbagai macam bahan seperti bahan kimia, peralatan gelas
dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan
dengan cara yang tidak tepat. Maka keamanan dan keselamatan di laboratorium
merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan dalam melaksanakan
praktikum maupun penelitian di laboratorium, dengan tujuan melindungi praktikan dan
orang di sekitarnya dari kecelakaan kerja yang ditimbulkan.
Melakukan praktikum maupun penelitian di laboratorium membutuhkan ketelitian dan
kewaspadaan yang tinggi mengingat peralatan dan bahan yang digunakan mengandung
potensi bahaya. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja dengan berbagai akibat yang
membahayakan kesehatan bahkan keselamatan jiwa pengguna laboratorium. Walaupun
petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam panduan percobaan dan selalu dijelaskan
berulang kali agar lebih meningkatkan kewaspadaan sebelum melakukan praktikum,
namun hal ini sering kali diabaikan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Jika terjadi kecelakaan kerja, maka harus dilakukan tindakan sebagai pertolongan
pertama atau perawatan darurat dengan cepat dan tepat sebelum dibawa ke tempat
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) penting untuk dimiliki, terutama bagi individu yang bekerja atau
melakukan praktikum di laboratorium.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya dalam menjamin keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium?
2. Bagaimana panduan umum dalam melakukan tindakan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan Kerja (P3K)?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui upaya dalam menjamin keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium.
2. Mengetahui panduan umum dalam melakukan tindakan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan Kerja (P3K).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Dalam Menjamin Keselamatan dan Keamanan Kerja


Keselamatan dan keamanan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja (laboran/analis)
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan keselamatan dan keamanan kerja
merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Mulyono, 2017:2)
Menurut Dadan Rosada dkk. dalam Panduan Pengelolaan Laboratorium SMP
terjadinya kecelakaan dapat disebakan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya
kecelakaan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakaan
di laboratorium :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-proses
serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan di
laboratorium.
2. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya pengawasan yang
dilakukan selama melakukan kegiatan di laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan
di laboratorium.
4. Kuranganya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
pelindung kegiatan di laboratorim.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya yang harus
ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan. Terjadinya kecelakaan di
laboratorium dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap orang yang
menggunakan laboratorium mengetahui tanggung jawabnya.

3
Segala usaha atau upaya untuk menjamin keselamatan dan keamana kerja dalam
melaksanakan praktikum di laboratorium agar terhindar dari kecelakaan kerja, sehingga
dapat terciptanya laboratorium yang aman, serta dapat meningkatkan efisiensi dan
produktifitas kerja dapat dilakukan melalui beberapa tindakan pencegahan. Tindakan
pencegahan tersebut, dapat dilakukan pada saat penataan laboratorium dan pelaksanaan
praktikum. Berikut akan dibahas secara terperinci mengenai tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan pada saat penataan laboratorium dan pelaksanaan praktikum.
a. Upaya Menjamin Keselamatan dan Keamanan Kerja Pada Saat Penataan
Laboratorium
Dalam upaya menjamin keselamatan dan keamanan kerja pada saat penataan
laboratorium, dapat dilakukan dengan cara megatur tata ruang laboratorium. Ruangan
laboratorium harus ditata sedemikian rupa sehingga laboratorium dapat berfungsi
dengan baik. Tata ruang yang baik, menurut Dadan Rosada dkk. (2017:19) Dalam
Panduan Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium IPA diantaranya harus
mempunyai antara lain:
1. Pintu masuk, pintu keluar dan pintu darurat yang berbeda. Hal ini diperlukan untuk
memudahkan akses ke laboratorium dan juga memudahkan evakuasi pada saat
terjadi kecelakaan kerja yang mengharuskan untuk segera meninggalkan
laboratorium;
2. Pintu dan jendela yang diberi kawat kasa agar serangga dan burung tidak masuk;
3. Fan dan Air Conditioner (AC) untuk alat dan bahan tertentu;
4. Ruangan kerja yang terpisah dengan ruang peralatan, ruang penyimpanan, dan
ruangan staf. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan alat dan bahan serta
keselamatan tenaga kerja;
5. Lemari sebagai media penyimpan alat dan bahan agar tidak cepat rusak dan
memudahkan dalam proses pencarian;
6. Bak cuci, berfungsi sebagai sarana pencucian peralatan dan pekerja;
7. Pemadam kebakaran, selain alat pemadam kebakaran ringan (APAR) yang
merupakan paket media pemadam kebakaran dalam bentuk tabung, juga perlu
disediakan alat bantu pemadam kebakaran lainnya seperti karung goni basah, pasir
dan baju tahan api yang letaknya diketahui atau mudah dijangkau semua pihak.
Berikut cara menggunakan APAR:

4
a. Buka APAR dengan cara menarik kunci pengamannya;
b. Arahkan semprotan ke sumber api;
c. Tekan tuil, lalu semprotkan menyapu kanan – kiri secara terus menerus;
d. Saat digunakan pastikan tabung APAR dalam posisi tegak;
e. Jaga jarak dengan sumber api, pastikan jarak aman minimal 2 meter;
f. Semprot APAR mengikuti arah angin langsung ke dasar sumber api;
g. Setelah digunakan, isi penuh tabung APAR agar bisa digunakan kembali dan
kembalikan ketempat semula.
8. Kotak P3K, beberapa obat-obatan standar yang harus ada yaitu obat luka bakar,
plester luka, kapas, antiseptik dan kain kassa. Kotak P3K harus diletakan di tempat
yang mudah dijangkau dan diketahui semua pihak.
Selain dengan cara mengatur tata ruangan laboratorium, untuk menjamin
keselamatan dan keamanan kerja pada saat penataan laboratorium dapat juga dilakukan
dengan cara mengatur tata letak penyimpanan bahan dan peralatan. Menurut Dadan
Rosada dkk. (2017:26) Cara penyimpanan alat dapat berdasarkan jenis alat, pokok
bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat:
1. Pengelompokan alat-alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti gaya dan
usaha (mekanika), panas, bunyi, gelombang, optik, magnet, dan listrik;
2. Pengelompokan alat-alat biologi menurut golongan percobaannya seperti anatomi,
fisiologi, ekologi, dan morfologi;
3. Pengelompokan alat-alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti
logam, kaca, porselen, plastik, dan karet. Jika alat laboratorium dibuat dari
beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak
digunakan.
Penyimpanan alat selain berdasar hal-hal di atas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Mikroskop disimpan dalam lemari dan dipasangi lampu yang selalu menyala untuk
menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur;
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang;
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan, dan
beaker glass;
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak
melebihi tinggi bahu.
5
Cara menyimpan bahan laboratorium pun harus memperhatikan kaidah
penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-
masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti: (Dadan
Rosada dkk. 2017:27)
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik,
begitu pun sebaliknya bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya
disimpan dalam botol kaca.
2. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan
dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang
tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam
botol berwarna bening.
3. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan
lainnya.
4. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat
pula menggunakan botol berkran.
5. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan
praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan
dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam
botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni
lagi.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing
bahan.
7. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
8. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia
yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang
baik.
Dengan mengatur tata letak penyimpanan bahan dan peralatan dapat menjaga
kondisi bahan dan peralatan agar tetap dalam kondisi baik dan dapat digunakan. Selain
itu, keamanan dan keselamatan setiap individu yang bekerja di laboratorium dapat
terjamin dari bahan atau alat yang dapat menimbulkan kecelakaan.

6
b. Upaya Menjamin Keselamatan dan Keamanan Kerja Pada Saat Pelaksanaan
Praktikum
Melaksanakan praktikum dengan selamat dan aman berarti menurunkan risiko
kecelakaan kerja. Upaya yang dapat dilakukan agar praktikum berjalan selamat dan
aman yaitu, dengan melaksanakan tata tertib laboratorium. Tata tertib laboratorium
biasanya tertera dalam bentuk tulisan dengan ukuran yang cukup besar dan dipajang di
depan laboratorium. Hal ini dilakukan dengan tujuan, semua praktikan dan laboran
dapat membaca dan mentaatinya.
Tata tertib setiap laboratorium berbeda. Perbedaan ini dikarenakan setiap
laboratorium memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda, sehingga diperlukan
penanganan yang berbeda pula untuk menjamin keselamatan dan keamanan kerjanya.
Berikut merupakan contoh tata tertib yang terdapat di Laboratorium IPA Terpadu
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa:
1. Dilarang merokok.
2. Menjaga kebersihan alat, bahan, dan ruangan laboratorium.
3. Tas diletakan dengan rapi pada tempat yang telah disediakan.
4. Menggunakan jas laboratorium dengan dikancingkan secara penuh.
5. Dilarang makan dan minum pada saat kegiatan praktikum berlangsung.
6. Penampilan tidak menggangu aktivitas kerja di laboratorium dan untuk wanita yang
berambut panjang harus diikat.
7. Dilarang bercanda yang berlebihan antara sesama praktikan atau membuat
keteledoran.
8. Handphone (hp) atau alat komunikasi lainnya dalam kondisi silent pada saat
praktikum.
9. Mengisi kelengkapan dokumen penggunaan alat dan bahan habis pakai atau
penggunaan laboratorium paling lambat 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
10. Petunjuk praktikum/proposal penelitian/proposal pengabdian masyarakat
dikumpulkan paling lambat 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
11. Sebelum pelaksanaan kegiatan praktikum, asisten praktikum diwajibkan melakukan
asistensi (koordinasi dengan dosen pengampu mata kuliah) dan mengisi daftar hadir.
12. Alat dan bahan untuk kegiatan praktikum/penelitian/pengabdian masyarakat,
disiapkan paling lambat 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.

7
13. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
praktikum/penelitian/pengabdian masyarakat diletakan dengan rapi pada meja
persiapan dan atau meja demonstrasi sebelum kegiatan dimulai.
14. Sebelum dibagikan pada tiap-tiap kelompok mahasiswa, penanggung jawab asisten
praktikum/laboran/kepala laboratorium diwajibkan memriksa kondisi kelayakan alat
dan bahan.
15. Bahan yang digunakan bersifat habis pakai (sehingga perlu diperhatikan jumlahnya
supaya tidak berlebihan).
16. Asisten praktikum/laboran/kepala laboratorium dapat menambahkan daftar alat dan
bahan habis pakai yang akan digunakan dalam kegiatan
praktikum/penelitian/pengabdian masyarakat paling lambat 15 menit sebelum
pelaksanaan kegiatan.
17. Tidak diperbolehkan meminjam alat dari meja praktikum lain tanpa izin asisten
praktikum.
18. Pada pelaksanaan kegiatan, dosen/tim penelitian/peserta pengabdian masyarakat
diharapkan mengisi daftar hadir yang telah disediakan.
19. Pencatatan data harus dilakukan segera pada saat pengamatan selesai dilakukan.
20. Diharapkan melaporkan segera pada dosen pengampu mata kuliah/asisten
praktikum/laboran/kepala laboratorium apa bila terjadi kecelakaan pada saat di
laboratorium.
21. Setelah selesai praktikum, masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap
keberhasilan dan kesesuaian spesifikasi maupun kelayakan kondisi alat yang akan
dikembalikan.
22. Penanggung jawab asisten praktikum/laboran/kepala laboratorium akan
mengembalikan alat yang telah selesai digunakan pada tempatnya sesuai daftar alat
dan bahan.
23. Limbah bahan kimia ditampung pada botol yang telah disediakan dan limbah zat
organik maupun limbah padat dapat dikumpulkan pada tempat sampah dan dibuang
di luar gedung.
24. Mahasiswa diharapkan mengganti atau memperbaiki alat yang rusak paling lambat 2
minggu setelah pelaksanaan kegiatan.
25. Form bebas peminjaman diberikan untuk 1 kegiatan praktikum yang terdiri dari 2
sesi, 1 sesi kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat.
8
Berdasarkan tata tertib yang terdapat di laboratorium IPA Terpadu Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dapat diketahui
bahwa, keselamatan dan keamanan kerja dilaboratorium merupakan tanggung jawab
setiap individu yang bekerja di laboratorium baik itu praktikan, laboran, asisten
praktikum bahkan kepala laboratorium. Selain itu, setiap aturan yang terdapat dalam
tata tertib harus jelas peruntukannya. Karena, meskipun keamanan dan keselamatan
kerja di laboratorium merupakan tanggung jawab setiap individu yang bekerja
dilaboratorium, setiap individu tersebut (praktikan, laboran, asisten praktikum dan
kepala laboratorium) memiliki perannya masing-masing.
Saat bekerja di laboratorium, tentu akan sangat memungkinkan untuk berinteraski
dengan bahan kimia. Berinteraksi dengan bahan kimia memerlukan pengetahuan
khusus agar dapat terhindar dari kecelakaan kerja akibat bahan kimia. Menurut
Mulyono (2017:4) bekerja dengan bahan kimia diperlukan perhatian dan kecermatan
dalam penanganannya. Adapaun hal umum yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia;
2. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia;
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus (cukup
dengan mengibaskan kearah hidung);
4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih dan
gatal).
Kecelakaan kerja yang sering terjadi akibat bahan kimia yaitu, pada saat
memindahkan bahan kimia. Memindahkan bahan kimia dari tempat penyimpanannya
(botol induk) tidak boleh dilakukan sembarangan, karena sebagian besar bahan kimia
jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi bahkan luka bakar. Ketika memindahkan
bahan kimia menurut Yusuf Hilmi A (2004:4) harus diperhatikah hal - hal
sebagaiberikut:
1. Bacalah label sekurang – kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan dalam
pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat;
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan;
3. Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia ketempat semula untuk
menghindari kontaminasi atau kemurnian bahan.

9
Antara bahan kimia yang berbentuk padatan dan cairan dalam proses
pemindahannya memiliki cara masing - masing. Terdapat 2 cara untuk memindahkan
bahan kimia dalam bentuk padatan. (Yusuf Hilmi A, 2004:11)
1. Cara pertama:
a. Pegang botol bahan dengan label di bawah telapak tangan;
b. Miringkan botol sehingga bahan sedikit masuk kedalam tutup botol;
c. Keluarkan tutup botol dengan hati – hati;
d. Ketuk – ketuk tutup botol menggunakan jari telunjuk atau batang pengaduk
sehingga bahan yang terdapat pada tutup botol jatuh ketempat yang diinginkan.

Gambar 1.
Cara pertama memindahkan bahan kimia dalam bentuk padatan

2. Cara kedua:
a. Ambil bahan menggunakan spatula;
b. Ketuk – ketuk spatula menggunakan jari telunjuk sehingga bahan yang terdapat
pada tutup botol jatuh ketempat yang diinginkan;
c. Cara lain untuk mengambil bahan padat adalah buka tutup botol, miringkan botol
dan diguncang pelan sehingga bahan jatuh ke tempat bahan yang diinginkan.

10
Gambar 2.
Cara kedua memindahkan bahan kimia dalam bentuk padatan

Cara memindahkan bahan kimia dalam bentuk cair sebagai berikut:


a. Baca label bahan kimia pada botol dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan
pengambilan;
b. Pegang botol sedemikan rupa, sehingga label botol terletak pada telapak tangan. Hal
ini mencegah terjadinya penetasan bahan kmia pada label;
c. Basahi tutup botol dengan bahan kimia dalam botol dengan cara dimiringkan. Hal
ini digunakan untuk memudahkan melepas tutup botol;
d. Jika akan menuangkan, buka tutup botol dan jepit anatara jari;
e. Tuangkan bahan kimia cair, dengan bantuan batang pengaduk.
Jika bahan kimia akan dituangkan ke dalam gelas ukur, botol dimiringkan secara
langsung dengan tutup botol dijepit antara jari atau dengan cara ditampung terlebih
dahulu dalam gelas kimia kemudian baru dituangkan ke gelas ukur sesuai volume yang
yang diinginkan (poin f1 dan f2). Dianjurkan jika menuangkan bahan kimia dari botol,
diameter botol yang berisi bahan kimia harus lebih kecil dari tempat penampungnya.

11
Gambar 3.
Cara kedua memindahkan bahan kimia dalam bentuk cairan

Jika prosedur dalam pemindahan bahan kimia sudah dilakukan, namun tetap
terjadi kecelakaan seperti tumpahnya bahan kima akibat kelalaian. Maka diperlukan
penanganan terhadap tumpahan bahan kimia tersebut. Penanganan yang tepat adalah
dengan mengikuti petunjuk dalam MSDS. MSDS adalah kependekan dari Material
Safety Data Sheet, yang memuat informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan,
serta penanganan zat-zat yang berbahaya. (Mulyono, 2017:9)
Proses pemanasan sering sekali dilakukan dalam praktikum, oleh karena itu
diperlukan keterampilan khusus untuk menjamin keselamatan dan keamanan kerja.
Pengetahuan tentang bahan kimia pun sangat diperlukan, misalnya janganlah sekali-kali
memanaskan bahan yang mudah terbakar diatas nyala api langsung, tetapi
menggunakan penangas air. Berikut cara untuk memanaskan bahan cair di dalam
tabung reaksi: (Mulyono, 2017:5)

12
1. Nyalakan bunsen menggunakan korek api ;
2. Jepit tabung reaksi menggunakan penjepit kayu;
3. Panaskan tabung reaksi di atas nyala api. Posisikan tabung reaksi ke arah yang
berlawanan dengan wajah. Pemanasan dimulai dari bagian permukaan cairan bukan
dari dasar tabung;
4. Selama pemanasan tabung reaksi digoyangkan agar pemanasan berlangsung merata;
5. Jika proses pemanasan sudah selesai, matikan api dengan cara menutupnya
menggunakan tutup bunsen.

Gambar Gambar
4.a 4.b

Gambar
4. a : Cara memanaskan bahan cair di dalam tabung reaksi yang benar
4. b : Cara memanaskan bahan cair di dalam tabung reaksi yang salah

13
B. Panduan Umum Dalam Melakukan Tindakan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan Kerja (P3K).
Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam panduan peraktikum dan
selalu dijelaskan berulang kali agar lebih meningkatkan kewaspadaan sebelum melakukan
peraktikum, namun hal ini sering kali diabaikan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai tindakan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus dimiliki oleh setip individu yang bekerja di
laboratorium, karena kecelakan kerja bisa terjadi setiap saat tanpa ada yang bisa
memprediksi siapa yang akan mengalaminya.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dimaksudkan untuk memberikan
perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan oleh
petugas medis. Tindakan yang diambil dalam P3K tidak dimaksudkan untuk memberikan
pertolongan sampai selesai. Hal-hal yang belum dapat diselesaikan harus diserahkan
kepada petugas medis. Namun demikian usaha yang dilakukan dalam P3K harus
semaksimal mungkin dan ditujukan untuk: (Dadan Rosada dkk. 2017:36)
1. Menyelamatkan jiwa korban.

2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah terjadinya cedera yang lebih parah.
3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan yang lebih pasti dapat
diberikan.
Kecelakaan biasanya datang ketika kita tidak siap menghadapinya. Keterkejutan yang
ditimbulkan oleh peristiwa mendadak itu dan rasa takut melihat akibatnya membuat orang
cepat panik. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan P3K, yaitu: (Yusuf Hilmi A. 2004:4)
1. Jangan panik tidak berarti boleh lamban. Bertindaklah cekatan tetapi tetap tenang.
2. Perhatikan pernafasan korban. Jika terhenti segera kerjakanlah pernafasan buatan.
3. Hentikan pendarahan. Darah yang keluar dari pembuluh besar dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu tiga sampai lima menit. Dengan menggunakan sapu tangan atau
kain yang bersih, tekanlah tempat pendarahan kuat-kuat, kemudian ikatlah sapu tangan
atau kain tadi dengan apa saja agar kain tadi tetap melekat. Letakkan bagian
pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya, kecuali kalau keadaannnya tidak
memungkinkan.

14
4. Perhatikan tanda-tanda shock. Apabila ada tanda-tanda shock terlentangkan korban
dengan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Apabila korban muntah
dan dalam keadaan setengah sadar, posisikam kepalanya lebih rendah dari bagian tubuh
lain dan miringkan kepalanya atau telungkupkan. Apabila korban menderita sesak
nafas, posisikan dalam sikap setengah duduk.
5. Jangan memindahkan korban terburu-buru. Korban tidak boleh dipindahkan dari
tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis serta keparahan cedera yang dialaminya,
kecuali apabila tempat kecelakaan tidak memungkinkan untuk memberikan pertolongan
pertama.
Menurut Mulyono dalam Pedoman Prosedur Penerapan K3 di Laboratorium
kecelakaan yang sering terjadi dilaboratorium yaitu, luka bakar akibat panas dan bahan
kimia, luka karena benda tajam dan benda tumpul, cedera pada mata, dan keracunan.
Berikut akan dibahas panduan umum dalam melakukan tindakan pertolongan pertama
pada kecelakaan tersebut:
a. Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar
Menurut Yusuf Hilmi A dalam Keselamatan dan Keamanan Kerja, pertolongan
pertama pada luka bakar ditujukan untuk pengurangan rasa panas, sakit dan terjadinya
pelepuhan serta pencegahan atau pengurangan terjadinya shock.
Luka bakar dapat terjadi karena panas dan zat kimia. Kedua jenis luka bakar tersebut
harus ditangani secara berbeda. Tindakan pertolongan luka bakar karena panas adalah:
1. Bagian yang terbakar secepatnya direndam dalam air es sampai rasa sakit hilang.
Jika tidak memungkinkan untuk direndam, lakukan pengompresan dengan handuk
basah.
2. Bagian yang melepuh jangan dikelupas dan tutup bagian yang terbakar dengan kain
kasa steril. Bawa ke dokter secepatnya.
Luka bakar karena zat kimia dapat diakibatkan oleh asam, basa atau bahan kimia
lainnya. Untuk luka bakar yang ringan dapat dilakukan hal berikut:
1. Akibat asam: cuci dengan air, kemudian dengan larutan Natrium Bikarbonat 1%,
dan cuci lagi dengan air.
2. Akibat basa: sama dengan akibat asam, tetapi menggunakan larutan Asam Asetat
1%.
3. Akibat bromin: cuci dengan air kemudian dengan Amonia encer (perbandingan
anatara amonia dan air yaitu 1 : 15).
15
4. Akibat Na (natrium) dan K (kalium): ambil Na atau K yang melekat pada kulit
dengan pinset, kemudian rendam dalam air selama 20 menit, keringkan dan tutup
dengan kasa steril.
5. Akibat Fosfor: cuci dengan air kemudian rendam dan bersihkan fosfor yang melekat
ketika proses perendaman, setelah itu rendam lagi dalam larutan tembaga sulfat 3%
dan tutup dengan kasa steril.
b. Pertolongan Pertama Pada Luka Akibat Benda Tajam dan Benda Tumpul
Ada beberapa jenis luka yang dapat terjadi pada jaringan kulit, yaitu luka lecet,
luka iris, luka robek dan luka tusuk. Tindakan pertolongannya adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan luka dengan air dan kemudian dengan antiseptik.
2. Tutup luka dengan kain kasa steril atau plester.
3. Bila perlu dijahit, segeralah pergi ke rumah sakit.
4. Bila luka tersebut disebabkan oleh benda-benda kotor, seperti paku berkarat harus
diberitahukan kepada dokter. Jika luka tidak dalam, maka untuk menghentikan
aktivitas bakteri tetanus siramlah luka dengan larutan Hidrogen Peroksida 3%.
5. Jika darah banyak keluar, hentikan dahulu pendarahan sebelum pertolongan
selanjutnya diberikan. Ikat pada daerah luka tetapi jangan terlalu kuat.
6. Pada kasus patah tulang, jangan pindahkan korban kecuali jika tidak
memungkinkan seperti pada kebakaran atau kebocoran gas. Cegahlah terjadinya
pendarahan dan shock. Jika penderita akan dipindahkan gunakan bidai sebagai
penyangga bagian tulang yang patah. (Yusuf Hilmi A. 2004:5)
c. Pertolongan Pertama Pada Cedera Mata
Cedera pada mata memerlukan perhatian khusus karena bahaya kebutaan. Apabila
cedera nampak berat, jangan mencoba untuk menolongnya sendiri dan lebih baik
ditangani dokter. Berikut pertolongan pertama pada cedera mata yang dapat
dilakukan:
1. Kelilipan (benda kecil masuk mata)
Kelilipan yang ringan dapat dibersihkan dengan cara mencuci mata dengan air,
bila perlu dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air. Setelah dibersihkan,
mata diobati dengan salep atau tetes mata yang mengandung antibiotik.

16
2. Luka di mata
Kelilipan benda tajam atau tusukan benda tajam dapat melukai mata, untuk
pertolongannya segera bawa ke dokter. Bila benda yang melukai mata masih
menempel, penderita tidak boleh menggerakkan kepala dan matanya. Kirim ke
rumah sakit dengan bantal di kiri-kanan kepalanya. Bila disertai pendarahan,
penderita diusung ke rumah sakit dengan mata dibalut kasa steril.
3. Luka di kelopak mata
Tutup luka tersebut dengan kasa steril yang dibasahi air dan bawa ke dokter.
4. Tersiram bahan kimia
 Tersiram asam keras: siram segera dengan larutan soda 5% atau dengan air
biasa. Proses penyiraman dilakukan selama 15 – 30 menit secara terus menerus
dan harus mengenai bagian-bagian yang berada di balik kelopak mata.
 Tersiram basa keras: Seluruh muka dan mata korban disiram dengan larutan
asam asetat encer atau cuka encer (perbandingan anatara asam asetat dan air
yaitu 1 : 1), atau air biasa. penyiraman dilakukan selama 30 – 45 menit secara
terus menerus, dan harus mengenai bagian yang terlindung oleh kelopak mata.
Selama proses penyiraman penderita harus menggerak-gerakan bola matanya.
(Yusuf Hilmi A. 2004:6)
d. Pertolongan Pertama Pada Keracunan
Tindakan-tindakan pokok yang penting dalam memberikan pertolongan pertama
pada keracunan adalah:
 Cari jenis racun yang telah menyebabkan keracunan tersebut, misalnya dari botol
bekas zat beracun atau sisa yang masih ada. Pertolongan selanjutnya tergantung
kepada jenis racunnya.
 Bersihkan saluran nafas penderita dari kotoran, lendir atau muntahan.
 Jangan memberikan pernafasan buatan dengan cara mulut ke mulut.
 Apabila racun tidak dapat dikenali, sementara berikan norit, putih telur, susu, atau
air sebanyak-banyaknya untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan.
Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, saluran pernapasan dan melalui
kulit.

17
1. Racun yang terisap melalui pernapasan.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada keracunan yang terisap
melalui pernapasan yaitu jauhkan penderita dari tempat kecelakaan dan bawa ke
tempat yang udaranya lebih segar. Bila ada tabung oksigen, berikan dengan segera
atau lakukan pernafasan buatan. Jaga agar suhu tubuh penderita tetap hangat,
kemudian bawa ke dokter.
2. Racun yang masuk melalui kulit.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada keracunan yang masuk
melalui kulit yaitu lepaskan semua pakaian yang terkontaminasi, kemudian siram
bagian tubuh penderita yang terkena racun dengan air. Jaga agar tubuh penderita
tetap hangat dan baringkan, kemudian bawa ke dokter. Penolong harus mencuci
tangan dengan sabun setelah melakukan pertolongan.
3. Racun yang tertelan
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada keracunan yang tertelan yaitu
jika penderita sadar, beri minum susu atau air dengan segera sebanyak mungkin,
paling sedikit dua sampai empat gelas kemudian panggil dokter. Bila penderita
tidak muntah rangsanglah agar muntah dengan cara menekan tenggorokannya
dengan jari.
Jangan merangsang terjadinya muntah jika korban dalam keadaan kejang. Jika
terjadi kejangan berikan pertolongan seperti pertolongan untuk shock, kemudian
panggil dokter dengan segera. Untuk pertolongan pertama pada keracunan yang
tertelan dapat diberikan antidotum universal sebanyak satu sendok teh dalam
setengah gelas air hangat. Adapun formula antidotum terdiri dari 2 bagian arang
aktif, 1 bagian Magnesium Oksida dan1 bagian Asam Tannat. Kemudian cegah
jangan sampai terjadi shock dan jaga agar tubuh penderita agar tetap hangat.
Lakukan pembilasan lambung apabila racun yang termakan belum melebihi
tiga jam, boleh setelah lewat tiga jam tetapi sebelumnya penderita telah diberi
minum susu. Cara pembilasan lambung yaitu beri minum air garam (satu sendok
makan garam dapur dalam satu liter air) atau satu sendok makan bubuk norit dalam
satu liter air kemudian muntahkan. (Yusuf Hilmi A. 2004:10)

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan mengenai upaya dalam menjamin keselamatan dan keamanan kerja
di laboratorium dan panduan umum dalam melakukan tindakan Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan Kerja (P3K) dapat disimpulkan:
a. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjamin keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium yaitu dengan melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan
tersebut, dapat dilakukan pada saat penataan laboratorium dan pelaksanaan
praktikum. Tindakan pencegahan pada saat penataan laboratorium dilakukan dengan
cara, mengatur tata ruangan laboratorium serta mengatur tata letak penyimpanan
bahan dan peralatan sehinnga laboratorium dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan,
tindakan pencegahan pada saat praktikum dilakukan dengan cara melaksanakan tata
tertib dan mengetahui prosedur kerja.
b. Pengetahuan mengenai panduan umum Pertolongan Pertama Pada Keselamatan
Kerja (P3K) harus dimiliki oleh setip individu yang bekerja di laboratorium, karena
kecelakan kerja bisa terjadi setiap saat tanpa ada yang bisa memprediksi siapa yang
akan mengalaminya. Panduan umum P3K yang harus dimiliki setiap individu yang
bekerja di laboratorium yaitu kecelaka luka bakar akibat panas dan bahan kimia, luka
karena benda tajam dan benda tumpul, cedera pada mata, dan keracunan.

B. Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah yang berjudul “Keselamatan dan Keamanan
Kerja Serta Panduan Umum P3K di Laboratorium” ini masih jauh dari kesempurnaan
hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan
ke depannya.

19
DAFTAR PUTAKA

Adisendjaja, Yusuf H. 2004. Keselamatan dan Keamanan Kerja. Bandung :


Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyono. 2017. Pedoman Prosedur Penerapan K3 di Laboratorium. Surabaya :
Universitas Airlangga.
Rosada, Dadan dkk. 2017. Panduan Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium
Ipa. Cetakan Ke – Tiga. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

20

Anda mungkin juga menyukai