Anda di halaman 1dari 3

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS FARMASI


TITRASI IODOMETRI

GOL/KLP: KAMIS /C2-5

Afifah Nur Amelia 202210101156


Ahmad Hasan Muzakki 202210101157
Bilqis Jihan Farana 202210101158
Elya Sasikirana B. 202210101159

BAGIAN KIMIA ANALIS FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2021
1. Tujuan
Mahasiswa dapat mempraktikan analisis volumetri metode iodometri
2. Dasar Teori
Titrasi redoks merupakan titrasi yang melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara
titran dan analit. Titrasi redoks sering banyak digunakan untuk menentukan kadar logam atau
senyawa yang memiliki sifat reduktor atau oksidator. Prinsip yang digunakan dalam titrasi
redoks adalah reaksi reduksi oksidasi atau disebut juga dengan reaksi redoks. Reaksi redoks
merupakan reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron yang menyebabkan
perubahan bilangan oksidasi. Menurut Siregar (2010), agar dapat digunakan sebagai dasar
titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan berikut.
 Reaksi harus cepat dan sempurna
 Reaksi berlangsung secara stokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara
reduktor dan oksidator
 Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometric
Terdapat beberapa jenis dari titrasi redoks. Penggolongan jenisnya didasarkan dari jenis
oksidator maupun reduktor yang digunakan sebagai titran atau larutan standar. Beberapa jenis
titrasi redoks adalah sebagai berikut.
 Permanganometri (larutan standar KMnO4)
 Bikromamometri (larutan standar K2Cr2O7)
 Bronatometri (larutan standar KBrO3)
 Iodimetri (larutan standar I2)
 Iodometri (larutan standar Na2S2O3)
Titrasi iodometri dan iodimetri merupakan suatu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi reduksi oksidasi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa karena
perbandingan stoikometri yang sedeharna, pelaksanaannya praktis dan tidak banyak masalah
serta mudah.
Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa garam-
garam besi (III) dan tembaga suldat dimana zat-zat oksidator ini direduksi terlebih dahulu
dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan
natrium tiosulfat baku. Titrasi iodometri digunakan untuk menentukan zat-zat uji yang
bersifat reduktor dengan titrasi langsung, sedangkan titrasi iodimetri adalah kebalikannya.
Dalam titrasi ini digunakan indikator amilosa, amilopektin, dan indikator carbon tetraklorida
juga digunakan yang berwarna ungu bila zat mengandung iodin. Oksidasi dari senyawa iodine
ditunjukan oleh reaksi berikut.
I2 + 2 e → 2 I- Eo = + 0,535 volt
Dalam bidang farmasi, metode ini digunakan untuk penentuan kadar zat-zat yang
mengandung oksidator, misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II), dan sebagainya, sehingga dengan
mengetahui suatu kadar dalam suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya. Contoh
lain di bidang farmasi yang menggunakan titrasi redoks adalah penentuan kadar pada Vitamin
C. Rasa masam pada Vitamin C disebabkan oleh kandungan asam askorbat dalam Vitamin C,
untuk penetuan kadar asam askorbat sendiri dapat dilakukan menggunakan metode titrasi
redoks.

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M.. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai