Anda di halaman 1dari 2

MODUL IV

TITRASI OKSIDASI REDUKSI

A. PENDAHULUAN
Titrasi oksidasi reduksi adalah titrasi penentuan suatu oksidator oleh reduktor atau sebaliknya.
Reaksinya merupakan serah terima elektron, yaitu elektron diberikan oleh pereduksi (proses
oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi)
Ox + ne Red
Indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi redoks adalah sebagai berikut:
1. Warna dari pereaksinya sendiri ( Auto Indikator)
Apabila pereaksinya sudah mempunyai warna yang kuat, kemudian warna tersebut hilang
atau berubah bila direaksikan dengan zat lain, maka pereaksi tersebut dapat bertindak
sebagai indicator. Contohnya, KMnO4 berwarna ungu bila direduksi berubah menjadi ion
Mn2+ yang tidak berwarna.
2. Indikator redoks
Indikator redoks adalah indicator yang warna dalam bentuk oksidasinya berbeda dengan
warna dalam bentuk reduksinya.
Iox + ne  I red
Iox: indikator dalam bentuk oksidasinya
Ired: indikator dalam bentuk reduksinya
Contohnya: Difenilamin dan difenilbenzidin
3. Indikator eksternal
Indikator ini digunakan, apabila indicator internal tidak ada, contohnya ferrisianida untuk
penentuan ion ferro memberikan warna biru (ferrosianida) pada keeping tetes yang
dilakukan di luar labu titrasi.
4. Indikator spesifik
Yaitu zat yang bereaksi secara khas dengan salah satu pereaksi dalam titrasi menghasilkan
warna. Contohnya amilum membentuk warna biru dengan iodium, atau tiosianat
membentuk warna merah dengan ion ferri.
Perhitungan stoikiometri pada reaksi redoks. 1 mol zat ekivalen dengan banyaknya elektron
yang diikat atau dilepaskan pada persamaan reaksinya. Contohnya KMnO4, dalam suasana asam,
larutan KMnO4 direduksi menjadi ion Mn2+ menurut persamaan reaksi
MnO4- +8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O.
Jadi 1mol KMnO4 = 5 ekiv berarti BE KMnO4 = 1/5 BM-nya

B. TITRASI PERMANGANOMETRI
1. Pembuatan Larutan KMnO4 0,1N
Timbang kurang lebih 3,2 gram KMnO4 padat pada kaca arloji dan larutkan dalam 1 liter
air, aduk sampai homogen. Kemudian larutan yang berwarna merah ungu dididihkan kira-
kira selama 1 jam. Biarkan mendingin, saring, dan simpan larutan dalam botol berwarna
gelap. Bila sesudah penyimpanan terbentuk lagi endapan, maka harus disaring lagi sebelum
dibakukan
2. Prosedur Pembakuan KMnO4
Pipet 25 mL larutan baku asam oksalat ke dalam labu titrasi, tambahkan 25 mL larutan
asam sulfat 2M dan panaskan sampai suhu sekitar 55-650C. Titrasi larutan panas ini dengan
larutan KMnO4 sampai terbentuk warna merah ungu sangat muda yang permanen.
3. Penentuan kadar besi (II)
Timbang dengan teliti 1,96 gram cuplikan garam besi (II), larutkan dalam 25 mL H2SO4
1M pada labu ukur 50 mL. kocok sampai semua cuplikan larut, tanda bataskan dengan air.
Pipet 10 mL larutan tersebut ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 5 mL larutan H2SO4
2M, kocok dan titrasi dengan larutan KMnO4 yang sudah distandarisasi sampai warna
merah muda. Lakukan sebanyak dua atau tiga kali titrasi. Hitung kadar besi (II) cuplikan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai