Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR KIMIA ANALITIK

ANALISA KUANTITATIF

Disusun oleh : Fitria Salsabila Bukhori Muslim


NIM : 2008076057
Prodi : Pendidikan Kimia

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2021
PERCOBAAN V ASIDI-ALKALIMETRI

A. Tujuan
1. Praktikan mampu membuat larutan standar primer.
2. Praktikan mampu melakukan standarisasi dengan metode asidi-
alkalimetri.

Dasar Teori
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan
dianalisis dirujuk sebagai yang tak diketahui. Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutanlarutan yang konsentrasinya diketahui
disebut analisis volumetri (Keenan, 1980).
Analisis volumetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat (Setyo, 2009).
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi
kimia seperti :
aA + tT produk
Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T.
Reagen T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara
inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang
konsentrasinya diketahui. (Khopkar, 1984)
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa
kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asambasa. Asidi-alkalimetri
berfungsi untuk menentukan kadar suatu sampel asam dengan menitrasinya
dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan
baku asam (asidimetri). Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi
netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan
ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral (Kleinfelter, 1980).
Rekasi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan
titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebagai
basa, maka reksinya adalah : HA + OH- →A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagai
asam, maka reaksinya adalah : BOH + H+ → B+ + H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi
titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH- → H2O dan
terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-reaksi antara asam kuat
dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat,
serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan
basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada
titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir
titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya
merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
(Underwood, 1986)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis
volumetric adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi yang kuantitatif / stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai,
baik secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia
atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan. Analisis volumetri
Megukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan
menimbang berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri. Akurasinya
sama dengan metode gravimetri, analisa volumetric juga dikenal sebagai
titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain
yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dalam buret dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian
dihitung,maka syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat,
reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping, selain itu jika
reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui
dengan suhu indicator.
NaOH (natrium hidroksida) Natrium hidroksida (NaOH), juga
dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium
Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin
yang kuat ketika dilarutkan kedalam air. Ia digunakan diberbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umumdigunakan dalam laboratorium
kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat
lembap cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas.
Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia
juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam
kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam
dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

H2C2O4 (Asam oksalat) Asam oksalat adalah asam dikarboksilat


yang hanya terdiri dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga
dua gugus karboksilat berada berdampingan. Karena letak gugus karboksilat
yang berdekatan, asam oksalat mempunyai konstanta dissosiasi yang lebih
besar daripada asam-asam organik lain. Besarnya konstanta disosiasi (K1)
= 6,24.10-2 dan K2 = 6,1.10-5). Dengan keadaan yang demikian dapat
dikatakan asam oksalat lebih kuat dari pada senyawa homolognya dengan
rantai atom karbon lebih panjang. Namun demikian dalam medium asam
kuat (pH <2) proporsi asam oksalat yang terionisasi menurun.

B. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
1. Buret 1. Aquades
2. Erlenmeyer 2. Larutan NaOH 0,01 N
3. Gelas ukur 3. Larutan HCl 0,01 M
4. Pipet 4. Padatan H2C2O4.2H2O
5. Gelas beker 5. Larutan Na2B4O7.10 H2O 0,01 N
6. Neraca analitik 6. Indikator PP (Phenolftalein)
7. Gelas arloji 7. Indikator MR (Methyl Red)
8. Corong kaca
9. Batang pengaduk
10. Statif dan klem
MSDS HCL
Sifat Fisika dan Kimia
a. Keadaan fisik : Cair
b. Massa mollar : 36,46 g/mol
c. Titik lebur : −27,32 °C (247 K) larutan 38%
d. Densitas : 1,18 g/cm3 (variable)
Potensi Bahaya
Dapat korosif terhadap logam, menyebabkan iritasi kulit, menyebabkan
iritasi mata yang serius.
MSDS NaOH
Sifat Fisika dan Kimia
a. Keadaan fisik : Solid
b. Bau : Berbau
c. Molekul Berat : 40 g / mol
d. Warna : Putih
e. Titik Didih : 1388 ° C (2530,4 ° F)
f. Melting Point : 323 ° C (613,4 ° F)
g. Spesifik Gravity : 2.13 (Air = 1)
h. Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air
i. Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin
Potensi Bahaya
NaOH menghancurkan jaringan tubuh lunak yang mengakibatkan luka
bakar yang dalam dan menembus. Penghirupan NaOH dapat menyebabkan
mual, muntah, sesak napas, sakit tenggorokan, hingga gejala iritasi berat
seperti pneumonia dan edema.
C. Cara Kerja
1. Standarisasi Larutan NaOH

a. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4.2H2O 0,01 N sebanyak 50


mL

1) Hitung terlebih dahulu massa H2C2O4.2H2O yang akan


digunakan. Diketahui massa molar C=12 g/mol, O= 16 g/mol,
H = 1 g/mol!

Massa H2C2O4.2H2O = .........................................................

2) Timbang padatan H2C2O4.2H2O sesuai hasil perhitungan,


kemudianlarutkan dengan aquades sehingga terbentuk larutan

baku primerH2C2O4.2H2O 0,01 N sebanyak 50 mL.


b. Standarisasi Larutan NaOH

10,0 mL larutan baku


primer dalam
erlenmeyer
Tambahkan 2-3
tetes indikator PP
.....

Titrasi dengan larutan


NaOH sebanyak 3 kali
.....

Hitung normalitas
NaOH
2. Standarisasi Larutan HCl

10,0 mL larutan baku


primer Na2B4O7.10 H2O
0,01 N dalam erlenmeyer
Tambahkan 2-3
tetes indikator MR
.....

Titrasi dengan larutan


HCl sebanyak 3 kali
.....

Hitung normalitas
NaOH
D. Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Data Hasil Pengamatan
a. Standarisasi Larutan NaOH
1) Pembuatan larutan baku primer
50 mL H2C2O4.2H2O 0,01 N (Mr : 110 g/mol)

𝑁. 𝑀𝑟. 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000. 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑔
0,01 𝑁. 110 . 50 𝑚𝐿
= 𝑚𝑜𝑙
1000.2
50
= = 0,0275 𝑔𝑟
2000
2) Standarisasi larutan NaOH

Erlenmeyer Volume H2C2O4 Volume NaOH


1 10 mL 8,9 mL
2 10 mL 8,7 mL
3 10 mL 8,9 mL
Volume rata-rata 10 mL 8,83 mL
N1.V1 = N2.V2
10 mL. 0,01 N= N2. 8,83mL
10 𝑚𝐿.0,01 𝑁
= N2
8,83 𝑚𝐿
0,01 N = N2

b. Standarisasi Larutan HCl

Erlenmeyer Volume Na2B4O7 Volume HCl


1 10 mL 28,0 mL
2 10 mL 28,4 mL
3 10 mL 28,0 mL
Volume rata-rata 10 mL 28,13 mL
2. Pembahasan
Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa
kuantitatif yang didasarkan pada prinsip titrasi asambasa. Asidi-alkalimetri
berfungsi untuk menentukan kadar suatu sampel asam dengan menitrasinya
dengan larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan
baku asam (asidimetri). Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi
netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan
ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral (Kleinfelter, 1980).
Pada percobaan kali ini, dilakukan dua percobaan yaitu standarisasi
larutan NaOH dan standarisasi larutan HCl.
Pada percobaan standarisasi larutan NaOH, langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat larutan baku primer. Untuk pembuatan larutan
baku primer langkah awal yang dilakukan adalah menimbang massa dari
H2C2O4.2H2O untuk membuat H2C2O4 0,01 N sebanyak 50 ml, sehingga
diperoleh massa sebanyak 0,0275 gram.
Setelah diketahui massa yang akan ditimbang maka dilakukan
penimbangan sampai sesuai dengan massa yang ditentukan. Kemudian
dilakukan pelarutan kristal H2C2O4 dengan aquades, larutan dilarutkan di
dalam beker gelas terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam labu ukur.
Setelah larutan tercampur rata, larutan dimasukkan kedalam labu ukur dan
ditambahkan aquades sampai tanda batas.
Langkah yang kedua yaitu melakukan standarisasi larutan NaOH.
Pertama, dilakukan penambahan 2-3 tetes indikator PP. Selanjutnya larutan
NaOH dimasukan kedalam buret, lalu kemudian dilakukan titrasi dengan
larutan NaOH sebanyak 3 kali. Larutan diamati sampai menunjukkan warna
merah muda yang konstan.

Hasil dari percobaan standarisasi larutan NaOH diperoleh volume


yaitu pada erlenmeyer 1 dengan volume 8,9 ml, erlenmeyer 2 dengan
volume 8,7 ml dan erlenmeyer 3 dengan volume 8,9 ml. Volume rata-rata
yang diperoleh adalah 8,82 ml. Sehingga pada hasil pengamatan didapatkan
nilai normalitas NaOH adalah 0,01 N.

Selanjutnya adalah percobaan standarisasi larutan HCl. Langkah


pertama yang dilakukan adalah mengambil larutan Na-boraks sebanyak 10
ml 0,01 N kedalam erlenmeyer. Kemudian dilakukan penambahan 2-3 tetes
indikator MR. Selanjutnya memasukkan larutan HCl kedalam buret yang
akan distandarisasi. Hasil yang didapatkan adalah merah rose yang stabil.
Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.

Hasil dari percobaan standarisasi larutan HCl yaitu erlenmeyer 1


dengan volume 28,0 ml, erlenmeyer 2 dengan volume 28,4 ml dan
erlenmeyer 3 dengan volume 28,0 ml. Sehingga diperoleh volume rata-
ratanya adalah 28,13 ml.

E. Kesimpulan

Pada percobaan standarisasi larutan NaOH diperoleh hasil volume


yaitu pada erlenmeyer 1 dengan volume 8,9 ml, erlenmeyer 2 dengan
volume 8,7 ml dan erlenmeyer 3 dengan volume 8,9 ml. Volume rata-rata
yang diperoleh adalah 8,82 ml. Sehingga pada hasil pengamatan didapatkan
nilai normalitas NaOH adalah 0,01 N. Dengan warna larutan adalah merah
muda yang konstan.

Pada percobaan standarisasi larutan HCl diperoleh hasil volume


erlenmeyer 1 dengan volume 28,0 ml, erlenmeyer 2 dengan volume 28,4 ml
dan erlenmeyer 3 dengan volume 28,0 ml. Sehingga diperoleh volume rata-
ratanya adalah 28,13 ml. Dengan warna larutan merah rose yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422,
Erlangga, Jakarta
Khopkar.1984. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: UI-Press.
Underwood. 1986. Analisis kimia kuantitatif edisi kelima. Jakarta:
Erlangga.
R A Day dan underwood, A L, Kimia Analsia kuantitatif, Erlangga,
Jakarta,1986
Daintith, J.,1997, Kamus lengkap kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai