Anda di halaman 1dari 18

Laporan

KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


“KERTAS INDIKATOR ASAM DAN BASA DARI EKSTRAKSI KULIT BUAH
MANGGIS”

TUGAS
Disusun untuk Memenuhi salah satu Tugas dalam
Mata Kuliah Kimia Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

Disusun Oleh :
JEFRI DAMAIYANSAH NASUTION ( 4183331035 )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam. Dengan rahmat dan karunia-Nyalah kita masih diberi kesempatan untuk
membaca makalah Kimia Analisis 1 ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah Kimia Analisis 1, Ibu Sri Adelila Sari yang telah memberikan banyak
masukan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah rekayasa ide ini.
Laporan yang disajikan penulis ini makalah yang berjudul “KERTAS INDIKATOR
ASAM DAN BASA DARI EKSTRAKSI KULIT BUAH MANGGIS”. Tujuannya adalah agar
penulis memahami bagaimana Pembuatan dan kegunaan indicator dari kulit manggis
Penulis mengharapkan agar pembaca berkenan memberikan masukan, baik itu kritik
maupun saran agar penulis bisa memperbaiki pembuatan makalah untuk selanjutnya. Penulis
juga berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 15 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Perumusan Masalah.................................................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4


BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT................................................................................10
A. Tujuan......................................................................................................................10
B. Manfaat....................................................................................................................10

BAB IV. METODE PELAKSANAAN...............................................................................11


BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................12
C. Hasil Penelitian........................................................................................................12
D. Pembahasan Penelitian............................................................................................12

BAB VI. PENUTUP............................................................................................................14


A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Indikator asam basa adalah suatu bahan yang dapat mengidentifikasi sifat asam dan basa
suatu larutan.Apabila suatu bahan indikator diujikan terhadap larutan asam dan basa maka akan
terjadi perubahan warna yang dapat membedaka suatu larutan bersifat asam atau basa.Pada
praktikum dilaboratorium untuk menguji larutan asam atau basa biasanya menggunakan
indikator sintetis antara lain kertas lakmus,fenolftalein,metil merah,dan brom timol biru.

Penggunaan indikator sintetik memiliki kekurangan seperti menyebabkan pencemaran


lingkungan,ketersediaan dan produksi tinggi,harganya relatif mahal,sehingga diperlukan
indikator asam basa alternatif dari bahan-bahan alami yang praktis dan mudah digunakan.Salah
satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menggunakan kertas indikator asam dan
basa dari ekstraksi kulit manggis.

a. Perumusan hipotesa :
1. Bagaimana cara pembuatan kertas indikator asam dan basa dari ekstraksi kulit
manggis ?
2. Bagaimana perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator kulit mangis
dalam larutan asam dan basa?

Bagaimana kelebihan dan kekurangan penggunaan indikator alami untuk menganalisis


asam dan basa ?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang digunakan


Indikator asam basa adalah suatu bahan yang dapat mengidentifikasi sifat asam dan
basa suatu larutan. Apabila suatu bahan indikator diujikan terhadap larutan asam basa maka
akan terjadi perubahan warna yang dapat membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa.
Pada percobaan sains untuk menguji larutan asam basa biasanya menggunakan indikator
sintetis antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom timol biru. Salah satu
bentuk indikator yang praktis dan mudah digunakan adalah kertas indikator pH sintetis
dengan menggunakan kertas lakmus merah dan biru.
Dengan demikian, sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan
sebuah indikator. Salah satu indikator yang mudah diperoleh dan digunakan adalah kertas
lakmus. Namun indikator alami merupakan indikator yang dewasa ini terus menerus
dikembangkan. Hal ini disebabkan karena indikator alami mudah diperoleh, mudah
disediakan, dan harganya lebih terjangkau. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat
menentukan derajat keasaman (pH) dan tidak tahan lama. Beberapa indikator alami dapat
dibuat dari bagian tanaman yang bewarna, misalnya kulit manggis, kelopak bunga sepatu,
daun kubis ungu, daun bayam merah, kayu secang, kunyit, dan lain sebagainya. Namun
demikian, tidak semua tanaman dapat dijadikan sebagai indikator, hanya tanaman-tanaman
tertentu saja. Beberapa indikator alami tersebut dapat dibuat secara cepat, mudah, dan
sederhana.
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah
tropika yang diyakini berasal dari Semenanjung Malaya dan menyebar ke Kepulauan
Nusantara. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya berwarna merah
keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Buah
manggis dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu buah", sebagai pasangan durian, si "raja
buah"( Siti, 2017).
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan
sebagai zat warna kuning yang ditemuykan dalam tumbuh-tumbuhan ( Abdullah, 2017 ).

4
Ordinary white vinegar is an aqueous solution of acetic acid which carries the
notation that the acidity has been reduced to 5% with water. Product like apple, cider vinegar
Red Wine vinegar and balsamic vinegar have other ingredients and flavoring, but even they
are essentially acetic acid in water in order to ensure that the acidity is at the desired level,
periodic routine analyses are run. A common method of such analyses is titration, in which a
strong base of known concentration is used to determine the concentration of acid allowing
the solutes of two solution to react  with each other a titration solution is added at a
controlled rate to known amount of solution to be analyzes addition continue until the
reaction is complete. An indicator is often used to determine when all the solute of solution
being tested has reacted signal that the reaction is complete by changing color.
Phenolphthalein the indicator that you will use in this experiment is colorless in acidic or
neutral solution but turns bright magenta with the slightest excess of base the first drop of
base that causes a color to persist signal the end titration. The equation for the reaction
between sodium hydroxide and acetic acid in the vinegar is :
H2H3O2(aq) + NaOH(aq) > NaC2H3O2(aq) + H2O(l)
            (Rani, Sandeep. 2016)
Istilah flavonoida dikenakan pada suatu golongan besar senyawa yang yang berasal
dari kelompok senyawa yang paling umum yaitu flavon. Suatu jembatan oksigen terdapat
diantara cincin A dalam kedudukan orto dan atom karbon benzil yang terletak di sebelah
cincin B membentuk cincin tipe 4-piron. Senyawa heterosiklik ini pada tingkat oksidasi yang
berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai
cincin C dengan tingkat oksidasi yang paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk
dalam nomenklatur kelompok senyawa ini (Fauzan, 2018).
Ekstrak dye atau pigmen tumbuhan yang digunakan sebagai fotosensitiser, salah
satunya dapat berupa ekstrak antosianin. Molekul antosianin memiliki kelompok karbonil
dan hidroksil yang terikat pada permukaan semikonduktor TiO2, yang berperan dalam
eksitasi dan transfer elektron dari molekul antosianin ke pita konduksi lapisan
semikonduktor TiO2. Tim Harvard Forest tahun 2011 telah meneliti bahwa spektrum
serapan antosianin bernilai maksimum pada rentang panjang gelombang 450 nm-570 nm.
Panjang gelombang tersebut termasuk daerah cahaya tampak. Sehingga antosianin dapat
digunakan sebagai dye pada DSSC karena bersifat menyerap cahaya tampak yang dihasilkan

5
cahaya matahari. Pada penelitian ini, menggunakan ekstrak antosianin dari kol merah
sebagai zat warna alami pada DSSC. Kol merah merupakan salah satu sayuran yang
mengandung kaya antosianin. Kol merah mengandung setidaknya 36 dari 300 macam
antosianin. Antosianin dari kol merah mempunyai tingkat kestabilan yang baik. Menurut
Kim dan Wampler (2009), kandungan antosianin pada kol merah sebesar 355 mg/100g. (Dwi
Pratiwi, Dinasti, dkk. April, 2016)
Kelopak buah manggis utuh berjumlah empat yang saling berhadapan. Kelopak yang
utuh ini juga menentukan mutu buah manggis. Setiawan dan Poerwanto (2008) melaporkan
persentase getah kuning dari satu pohon manggis pada kisaran di bawah 2,5%. Umur panen
buah manggis rata-rata 139—149 hari setelah tunas pecah. Waktu berbunga manggis
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, lama penyinaran, suhu, kelembapan, air, dan
unsur hara ( Grinan, 2018 ).
Kandungan air di dalam kulit manggis tampaknya memiliki peranan yang sangat
strategis. Rahman 2018 menyimpulkan bahwa pengerasan perikarp kulit manggis
berhubungan langsung dengan kelembapan kulit. Jenis kerusakan pascapanen ini bisa dipicu
oleh kehilangan air pascapanen berlebihan, suhu dingin yang memicu chilling injury (CI),
dan hentakan pada benda keras misalnya saat buah jatuh.
Membuat kertas indikator asam basa alternatif alami dari ekstrak mahkota bunga
sepatu dengan metode maserasi. Ekstrak kelopak bunga sepatu mengandung senyawa
antosianin yang dapat mengidentifikasi larutan asam dan basa. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2016) dengan membuat kertas indikator asam basa
dari ekstrak etanol kelopak bunga rosela yang juga memiliki kandungan antosianin. Pada
larutan asam kertas indikator bunga sepatu dan rosela berwarna merah muda dan pada
larutan basa kertas indikator berwarna hijau ( Siregar, 2009 ).
Indikator alami dapat dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna yang ada di sekitar
kita. Akan tetapi, tidak semua tumbuhan berwarna dapat memberikan perubahan warna yang
jelas pada kondisi asam maupun basa, oleh karena itu hanya beberapa saja yang dapat
dipakai, misalnya : bunga sepatu yang memberikan perubahan warna merah pada suasana
asam dan hijau pada suasana basa. (Rahmawati, Siti Nuryanti, dan Ratman. J. Februari,
2016).

6
Indikator asam-basa dapat dibuat dengan memanfaatkan zat warna yang ada pada
tanaman3 , seperti misalnya ekstrak buah manggis, kembang sepatu, dan kol ungu.4,5 Zat
pewarna yang dinamakan antosianin adalah yang berperan dalam pemberian warna pada
bunga atau bagian tanaman lain. Antosianin dapat berubah-ubah karena pengaruh suhu dan
pH.6 Berbagai bagian tanaman (bunga, kulit buah, biji, daun dan umbi) yang memiliki zat
warna antosianin dapat berfungsi sebagai indikator asam basa, dengan perubahan warna
yang mencolok pada rentang perubahan pH 9-11, yakni menuju ke warna kuning.7
Antosianin adalah pigmen alami termasuk jenis flavonoid yang dapat memberikan warna
merah, violet, ungu dan biru pada tumbuh-tumbuhan.8
Pelarut yang seringkali digunakan untuk mengekstrak antosianin adalah air
(akuades), pelarut turunan alkohol dan pelarut asam. Menurut Kusumah (2016), pelarut
etanol lebih maksimal dalam ekstraksi kandungan antosianin ketika diujikan pada larutan
asam basa.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Model penelitian yang digunakan adalah
penelitian dan pengembangan ADDIE yaitu Analisis (analysis), Desain (design),
Pengembangan (development), Implementasi (implementation), Evaluasi (evaluation)
(Mulyatiningsih, 2014). Penelitian ini hanya dibatasi hingga tahap implementasi seperti yang
dilakukan oleh Saccharosa (2016). Penelitian ini bertujuan mengembangkan atau
menghasilkan produk tertentu
Walaupun ekstrak indikator alami dapat digunakan sebagai indikator asam basa,
tetapi indikator tersebut tidak tahan lama dan menimbulkan bau yang kurang sedap jika
dalam bentuk larutan (Lestari, 2016). Solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan melakukan imobilisasi ekstrak tumbuhan pada material tertentu.
Bioselulosa ini dapat digunakan sebagai bahan dasar indikator alami asam basa yang akan
dijadikan kertas (Kuswandi dkk, 2012). Kelebihan indikator dalam bentuk kertas yaitu dapat
disimpan dalam waktu yang lama serta tidak mudah rusak.
Indikator asam yang lain di antaranya metil merah (MM) memberikan warna merah
dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa, metil jingga (MO) memberikan
warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa. Indikator basa
contohnya fenolftalein (PP) memberikan warna merah muda dalam lingkungan basa dan

7
tidak berwarna dalam lingkungan asam, brom timol biru (BTB) memberikan warna kuning
dalam lingkungan asam dan biru dalam lingkungan basa. Selain indikator asam basayang
telah disebutkan, ada juga indikator asam basa dari tumbuhan. Indikator asam basa yang
dibuat dari tumbuhan dinamakan indikator asam basa alami ( Indira, 2016).
Antosianin merupakan zat warna alami yang cerah dan menarik, yang diperoleh dari
berbagai tumbuhan terutama dari bunga dan buahnya yang berwarna merah, ungu, biru, dan
warna lainnya, yang bermanfaat bagi kesehatan, tidak berbahaya, ramah lingkungan, serta
mudah larut dalam air (Zhang et al. 2014)(Castañeda-ovando et al. 2009). Antosianin sering
dipelajari dalam upaya untuk menggantikan indikator standar/sintetik dengan indikator alami
asam basa dan layak dipertimbangkan untuk menggantikan pewarna sintetik yang ada
(Bahadori & Maroufi 2016)
Indikator alami dapat dibuat dengan memanfaatkan zat warna antosianin yang ada
pada tumbuhan. Zat warna antosianin pada tumbuhan merupakan senyawa organik yang
berwarna seperti yang dimiliki oleh indikator sintesis. “Indikator adalah zat yang mempunyai
warna khusus pada pH tertentu. Biasanya indikator digunakan untuk mengetahui sifat larutan
apakah termasuk larutan asam, basa dan netral dengan menggunakan metode titrasi asam-
basa sebagai penunjuk titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna pada larutan
titrat”.
Ekstrak yang diperoleh ditambahkan ke dalam larutan asam dan larutan basa yang
berbeda untuk menguji bahwa ada perubahan warna saat penambahan ekstrak. Larutan asam
yang digunakan untuk pengujian ini adalah larutan HCl dan CH3COOH, sedangkan larutan
basa digunakan larutan NaOH dan NH4OH (Pradeep & Dave 2013)(Bhise et al. 2014)(Mitra
& Das 2016).
Saat ini kebutuhan indikator terbatas hanya pada indikator sintesis saja dengan harga
yang relatif mahal dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan indikator
alternatif (indikator alami) yang relatif lebih murah, mudah diperoleh dan ramah lingkungan
sehingga dapat menggantikan fungsi dari indikator sintesis tersebut.
The substance in the plant products such as tea, red cabbage, or grape react acids or
bases resulting in changes at the molecular level which causes their colour to be different at
different pH. Red cabbage juice has been used as a natural pH indicator . This indicator

8
contains anthocyanin, which has pigment that reacts in a different way to acids and bases .
(N. Kapilraj, et al. 10 April 2019.)
Tingkat asam atau basa pada umumnya dinyatakan sebagai nilai pH dan dapat diukur
dengan pH meter (Bleam, 2017). Nilai pH memiliki peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari dan perlu dipantau bagi kontrol kualitas produk farmasi, kosmetik, dan makanan
(Schaude et al., 2017). Kondisi pH pada cairan tubuh perlu dipantau untuk mengetahui
tingkat kualitas kesehatan tubuh (Rios-Mera et al., 2017).
Hal ini dapat terjadi pada semua tumbuhan yang memilki zat aktif yang berupa
antosianin (Chen and Gu, 2013; Pourjavaher et al., 2017). Pada pH yang semakin tinggi
maka antosianin berada dalam kondisi terion sedangkan pada pH yang semakin kecil maka
antosianin berada dalam kondisi netral sehingga mengakibatkan perubahan warna
Indikator sintesis memiliki beberapa kelemahan yaitu hanya mampu menyatakan
sifat keasaman atau kebasaan zat secara umum (Hizbul dkk, 2008), dan dapat menimbulkan
polusi kimia yang mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan) (Lazulva, 2017),
serta ketersediaan dan biaya produksi tinggi
Antosianin adalah bagian senyawa fenol yang tergolong flavonoid. Menurut (Durst
dan Wrolstad, 2005 dalam Yudiono, 2011), antosianin jumlahnya sekitar 90 – 96 % dari total
senyawa fenol. Pigmen ini berperan terhadap timbulnya warna merah hingga biru pada
beberapa bunga, buah, dan daun. Antosianin bersifat polar sehingga dapat dilarutkan pada
pelarut polar seperti etanol, aceton, dan air (Yudiono, 2011). Selain itu, antosianin juga
memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik terhadap mutagen dan
karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan produk olahannya
Pembuatan kertas indikator alami adalah suatu bahan alami berwarna dengan
mengambil zat warnanya,diekstrak kedalam kertas tertentu dan dapat berubah warna apabila
diberikan pada larutan asam dan basa.5 2. Kertas indikator adalah cara yang digunakan untuk
mengetahui apakah jenis suatu larutan tersebut asam, basa atau netral dengan menggunakan
indikator, baik indikator alami maupun indikator buatan.

9
BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan kertas indikator asam dan basa dari ekstraksi kulit
manggis.
2. Untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator kulit mangis
dalam larutan asam dan basa.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan indikator alami untuk
menganalisis asam dan basa
3.2 Manfaat :
1. Mengetahui cara pembuatan kertas indikator asam dan basa dari ekstraksi kulit manggis.
2. Mengetahui perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator kulit mangis dalam
larutan asam dan basa.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan indikator alami untuk menganalisis
asam dan basa

10
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. ALAT dan BAHAN


a. Alat
1. Beaker glass
2. Pengaduk
3. Oven
4. Pipet tetes
b. Bahan
1. Kertas saring
2. Kulit manggis
3. Etanol 95%
4. Hcl 1%

B. Prosedur Kerja
1. Kulit manggis di ekstraksi
2. maserasi oleh etanol dan HCL
3. disimpan atau didiamkan selama 24 jam
4. kertas saring dimasukkan dan didiamkan
5. tunggu hingga 1 -5 hari pendiaman
6. lalu kertas saring dikeringkan hingga benar benar kering.

11
BAB V
HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Kulit buah manggis dicuci, lalu ditiriskan hingga air cucian sedikit mengering. Kulit manggis
diiris menjadi ukuran yang lebih kecil dan di oven dengan suhu 2500c selama 60 menit. Setelah
kering,kulit manggis dihaluskan dengan alu hingga menjadi serbuk halus. Serbuk halus kulit
manggis tersebut dimaserasi dengan melarutkan serbuk kulit manggis dengan pelarut etanol 95%
dan HCl 1% (1:1). Perbandingan kulit manggis dan pelarut adalah (1:4).
kulit manggis dilarutkan dengan etanol 95% dan HCl 1% dengan perbandingan 1:4
menghasilkan warna merah cerah.

Kulit buah manggis memiliki kandungan antosianin yang menyebabkan warna kulitnya
berwarna merah keunguan. Antosianin yang terdapat pada kulit buah manggis yang di ekstraksi
dengan metode maserasi pelarut etanol dan HCl inilah yang menyebabkan warna lrutan menjadi
merah cerah dan lebih pekat. Hasil warna ini didapat ketika serbuk kulit manggis dilarutkan
dengan pelarut dan didiamkan selama 24 jam.

12
Kertas yang dipakai dalam pembuatan alternative indicator asam basa dari bahan alam
dimana kulit manggis menjadi alternative nya adalah kertas saring. Kertas saring digunakan
karena memiliki daya serap yang baik karena mengandung selulosa murni (hadyana,2002).
Setelah serbuk kulit manggis yang telah ditambah pelarut dan didiamkan selama 24 jam,
kertas saring dimasukkan dan didiamkan selama 1- 5 hari. Setelah 5 hari perendaman dalam
larutan maserasi, kertas saring dikeringkan dan berubah warna menjadi merah cerah dan
cenderung ke orange.

Pelarut etanol dengan HCl dapat mengekstraksi kandungan antosianin pada kulit buah
manggis, karena senyawa antosianin larut dalam pelarut polar. Menurut Robinson (1995) dalam
tensiska (2006) menyatakan bahwa ekstraksi senyawa golongan flavonoid dianjurkan dalam
senyawa asam karena asam berfungsi mendenaturasi membrane sel tanaman, serta dapat
mencegah oksida flavonoid. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani
(2010) yang melakukan ekstraksi kulit buah manggis sebagai pewarna alami menggunakan
etanol dengan variasi penambahan berbagai pelarut asam bahwa hasil pigmen terbaik dihasilkan
dari pelarut etanol yang divariasi dengan penambahan asam klorida (HCl).
Kertas saring yang telah direndam dengan larutan kulit manggis selama 5 hari
menhasilkan warna merah cerah lalu dikeringkan. Kertas saring yang sudah kering dipotong
menjadi 3 bagian sama panjang dan dapat digunakan sebagai alternative indicator alami asam
basa.
Penggunaan indicator alami untuk menganalisis asam dan basa juga memiliki kelebihan
dan kekurangan dimana kelebihan dari penggunakan indicator alami sendiri adalah harganya
lebih murah, pembuatannya cukup mudah dan simple, bahannya mudah didapatkan dan tidak
mencemari lingkungan. Disamping itu juga terdapat kelemahannya diantaranya warna dari setiap

13
indicator alami yang digunakan berbeda beda, mudah teroksidasi dan tidak dapat menentukan Ph
dari suatu larutan.
Kertas Indikator alami yang dibuat dari ekstraksi kulit manggis ini jika digunakan
hasilnya adallah ketika dia berada dilarytan yang cenderung asam maka kertas saring akan
berubah menjadi warna merah yang sangat cerah dan ketika dimasukkan kedalam larutan yang
cenderung basa akan menghasilkan warna hijau sampai hijau lumut.

BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Cara membuat kertas indicator dari ekstrak kulit buah manggis yaitu : Kulit buah
manggis dicuci, lalu ditiriskan hingga air cucian sedikit mengering. Kulit manggis
diiris menjadi ukuran yang lebih kecil dan di oven dengan suhu 2500c selama 60
menit. Setelah kering,kulit manggis dihaluskan dengan alu hingga menjadi serbuk
halus. Serbuk halus kulit manggis tersebut dimaserasi dengan melarutkan serbuk kulit
manggis dengan pelarut etanol 95% dan HCl 1% (1:1). Perbandingan kulit manggis
dan pelarut adalah (1:4). Kertas saring direndam didalam larutan ekstraksi selama 5
hari lalu dikeringkan.
2. Kertas Indikator alami yang dibuat dari ekstraksi kulit manggis ini jika digunakan
hasilnya adallah ketika dia berada dilarutan yang cenderung asam maka kertas saring
akan berubah menjadi warna merah yang sangat cerah dan ketika dimasukkan
kedalam larutan yang cenderung basa akan menghasilkan warna hijau sampai hijau
lumut.
3. Penggunaan indicator alami untuk menganalisis asam dan basa juga memiliki
kelebihan dan kekurangan dimana kelebihan dari penggunakan indicator alami sendiri
adalah harganya lebih murah, pembuatannya cukup mudah dan simple, bahannya
mudah didapatkan dan tidak mencemari lingkungan. Disamping itu juga terdapat
kelemahannya diantaranya warna dari setiap indicator alami yang digunakan berbeda
beda, mudah teroksidasi dan tidak dapat menentukan Ph dari suatu larutan.

B. Saran
Lama penyimpanan kertas indicator harus diperhatikan karena semakin lama
tersimpan maka akan terjadi pengoksidasian pada ekstrak kulit mnggis tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, P., (2016), Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh
(AVVERROHABILIMBI L) Untuk Uji Larutan Asam-Basa, Jurnal
Pendidikan Madrasah,Vol. 1(1) : 69-84.
Yulfriansyah, Army dan Novitriani, Korry. 2016. “Pembuatan Indikator Bahan
Alami
Dari Ekstrak Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Sebagai
Indikator
Alternatif Asam Basa Berdasarkan Variasi Waktu Perendaman”. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada. Volume 16 Hal:153.
Kusumah, Ine Yuliana. 2016. “Pemanfaatan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela
Untuk Pembuatan Kertas Indikator Asam- Basa Alternatif”. Jurnal Sains
4(5) : 23-38
Rufaida A, Dyah dan waldjinah. (2018). Kimia untuk SMA/MA kelas XI semester 2.
Klaten: Intan Pariwara.
Dwi Pratiwi, Dinasti, dkk. April, 2016. Pemanfaatan Antosianin dari Ekstrak Kol
Merah (Brassica oleracea var) sebagai Pewarna Dye-Sensitized Solar
Cells(DSSC). Penerbit : Indonesian Journal of Applied Physics Vol. No.
Halaman 6 April 2016..
Lestari, P. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L)
untuk Uji Larutan Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Madrasah. 1 (1) : 69
83.
Indira, Citra. 2016. Jurnal Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting. Penerbit :
Kaunia Vol. XI No.1.

15
Dela, A.(2018). PEMBUATAN INDIKATOR ALAMI ASAM-BASA DARI
EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.).
Jurnal Sains dan Teknologi. 1(6).
Supriadi. 2016. Kimia Dasar .Erlangga : Jakarta.
N. Kapilraj, et al. 10 April 2019. Article Natural Plant Extracts as Acid-Base
Indicator
and Determination of Their pKa Value. Published by : Hindawi, Journal
of Chemistry. ArticleID 2031342, 6 pages.
Schaude, C., Fröhlich, E., Meindl, C., Attard, J., Binder, B., Mohr, G.J. 2017. The
Development of Indicator Cotton Swabs for the Detection of pH in
Wounds. Sensors, Journal of Chemistry. 17. doi:10.3390/s17061365
Rios-Mera, J.D., da Silva Pinto, J.S., Contreras-Castillo, C.J. 2017. Effect of
Ultimate
pH and Ageing on Thermal Denaturation of Bovine Muscle Proteins.
Meat Sci., 131: 25-27. doi:10.1016/j.meatsci. 2017.04.017
Rahmawati, Siti Nuryanti, dan Ratman. J. Februari 2016. Jurnal Indikator Asam-Basa
dari Bunga Dadap Merah.  Penerbit : Akad. Kim. 5(1): 29-36.
Pourjavaher, S., Almasi, H., Meshkini, S., Pirsa, S., Parandi, E. 2017. Development
of
a Colorimetric pH Indicator Based on Bacterial Cellulose Nanofibers
and
Red Cabbage (Brassica oleraceae) Extract. Carbohydr. Polym., 156: 193
201. doi:10.1016/j.carbpol.2016.09.027
Lazulfa, A. (2017). Titrasi Indikator Asam basa. Jurnal .Teknik Kimia. 2(3)
Yudiono, K., Kurniawati, L., Handini. 2016. Optimasi Ekstraksi Antosianin Ubi Jalar
Ungu Dengan Metode Permukaan Respon. Jurnal Sains, 21: 25-29
Grinan, I., Donaldo, M., Alejandro, G., Arturo, T., David, P.L., Alfonso, M., and
Jacinta, C. 2018. Effect of preharvest fruit bagging on fruit quality
characteristics and incidence of fruit physiopathies in fully irrigated and
water stressed pomegranate trees.J Sci Food Agric. 99: 1425–1433.
Retnawati, H. (2016). Kamus istilah kimia. Jakarta: Gaya Media Pratama.

16
Rahman, M.M., Hossain, M.M., Rahim, M.A., Rubel, M.H.K., and Islam, M.Z. 2018.
Effect of pre-harvest fruit bagging on post-harvest quality of guava cv.
Swarupkathi. Fundamental and Applied Agriculture. 3(1):363–371.
Abdullah. 2017. Prenylated Biflavonoid From The Green Branches of Garcinia
Dulcis.
Journal Of Chemical Engineer: 176-179.
Fauzan, Muchtaridi. 2018. Identifikasi Ekstrak Kulit Manggis dengan Mentitrasi.
Jurnal Teknik Kimia. 7(11). 9:13-15
Roza, Evawati, Rince, Alfia, Fadri. 2017. Aktivitas antioksidan bubuk kulit manggis
(Garcinia mangostana L.) . Jurnal Kimia. 1(2)
Siti 2017. Phenolics, antioxidants, and color properties of aqueous pigmen plant
extract: Ardisia colorata var. Elliptica, clitoria ternatea, Garcinia
mangostana and syzygium cumini. Journal of functional food: 232-241.
Suhardi. (2016). Penuntun Praktikum Kimia. Jogjakarta: Flamingo.

17

Anda mungkin juga menyukai