Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMISAHAN KIMIA

(Kromatografi Lapis Tipis)

Oleh : Itaur Rohmah

NIM : IST2103009

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI ANNUQAYAH

2023-2024
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Tujuan praktikum
1. Mengidentifikasi jumlah komponen penyusun warna menggunakan metode
kromatografi kertas.
2. Menetukan harga Rf dari masing-masing warna hasil pemisahan dengan
kromatografi kertas.
1.2. Latar belakang
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah tipe kromatografi cair yang fase
diamnya berupa lapisan tipis sorben partikel yang seragam dalam bentuk pelat gelas,
alumunium foil, atau plastik. Dalam prosedur dasar KLT, larutan sampel
diaplikasikan ke dalam pelat, dan pelat dikembangkan dengan memasukkannya ke
dalam bejana tertutup dan bagian dasar dari bajana diisi dengan fase geraknya (eluen)
yang biasanya terdiri dari campuran dari beberapa pelarut.
Penentuan secara kualitatif hasil pemisahan menggunakan kromatografi kertas
dapat diobservasi dari jumlah bercak yang menunjukkan jumlah komponen yang
berhasil diidentifikasi dan harga retardation factor (Rf) atau faktor penahan yaitu
mengukur kecepatan relatif bergeraknya komponen terhadap fase gerak.
Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nila-nilai Rf.
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen. Komponennya, misalnya senyawa flavonoida yang terdapat pada
tahu, tempe, bubuk isovlafon yang potensi bagi kesehatan manusia, diantaranya
adalah sebagai antioksidan, anti tumor/anti kanker, antikolesterol, anti virus, anti
alergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja
berdasarkan metode kromatografi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar teori
Kromatografi Tapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang
digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. Kromatografi lapisan tipis
dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil yang dilapisi dengan
lapisan tipis bahan adsorben, biasanya silika gel, aluminium oksida, atau selulosa.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan substansi campura menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip
ini.
Jadi, Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yang itu fase diam
dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak
akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase
diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerk lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan
atau kombinasi cairan padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen
yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda. Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan
komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi
terpisah yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan ekslusi komponen gula
dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan.
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa
yang hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. KLT dapat digunakan untuk
menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam
skala kecil. Pelarut yang dipih unuk pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat
kelarutan senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena
tidak akan bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reaktif (Adam Wiryawan,
2008).
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf
berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatu senyawa dalam sampel
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagai
perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak (Adam Wiryawan, 2008).
Beberapa keuntungan dari KLT ini yaitu; KLT banyak digunakan untuk tujuan
analisis, identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet. Kemudian metode
pemisahan senyawa yang cepat mudah dan menggunakan peralatan sederhana dalam
menetukan kadar. Serta dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro). (Z.
Abidin, 2011).
Kromatografi lapis tipis biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk
menentukan jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat. Sehingga KLT
merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan praktis. HPTLC (High Performance
Thin-Layer Chromatography) digunakan untuk analisis secara kuantitatif. HPTLC
merupakan salah satu pengembangan KLT. Akan tetapi, peralatan HPTLC sangat
mahal dan cukup rumit. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan analisis
kuantitatif kromatografi lapis tipis dengan biaya yang relatif murah dengan hasil yang
akurat (Hess, Amber. 2004).
Nilai Rf dirumuskan sebagai berikut :

RfA = Jarak yang ditempuh A


Jarak yang ditempuh fase gerak
BAB III

METODOLOGI
3.1. Alat :
 Chamber kromatografi
 KLT
 Pensil
 Penggaris
 Gunting
3.2. Bahan :
 Ekstrak beluntas dan sirsak
 N-heksan, etil asetat dan kloroform
3.3. Prosedur kerja:
Pemisahan warna pada ekstrak beluntas dan sirsak
1. Siapkan kertas lapis tipis dan diberi batas bagian bawah (garis start) dan
bagian atas (garis finish) menggunakan pensil kira-kira 1 cm dari tepi bawah
dan atas kertas.
2. Disiapkan chamber kromatografi dan isi eluen dengan perbandingannya
1:1/3:7/7:3.
3. Totolkan warna ekstrak yang sudah dilarutkan pelarut pada garis star,
kemudian masukkan pada chamber kromatografi.
4. Tutup chamber kromatografi untuk menstabilkan ruangannya.
5. Amati pergerakan pemisahan warna dalam kertas, dan proses pemisahan
dihentikan jika fase gerak sudah mencapai garis finish.
6. Angkat kertas dan keringkan dengan cara diangin-anginkan .
7. Tandai masing-masing bercak warna dengan pensil, selanjutnya hitung Rf
masing-masing warna.
8. Ulangi dengan menggunakan eluen n-heksan:E:A.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data hasil pengamatan
Tabel pengamatan pemisahan ekstrak kunyit

No Sampel Perbandingan Jumlah Nilai Rf


eluen bercak
1:1 4 0,35 / 0,78 / 0,89 / 0,97
1 Ekstrak daun beluntas 3:7 2 0,95 / 0,99
7:3 2 0,95 / 0,99
1:1 1 0,78
2 Ekstrak daun sirsak 3:7 1 0,99
7:3 2 0,89 / 0,99

Perhitungan Rf :
 Pada ekstrak daun beluntas
 Perbandingan 1:1 ada 4 bercak, yaitu :
 Bercak I → Rf = Jarak yang ditempuh A
Jarak yang ditempuh fase gerak
= 2,7
3,7
= 0,35

 Bercak II → Rf = 2,9
3,7
= 0,78

 Bercak III → Rf = 3,3


3,7
= 0,89

Bercak IV → Rf = 3,6
3,7
= 0,97
 Perbandingan 3:7 ada 2 bercak, yaitu :
 Bercak I → Rf = 7,5
7,9
= 0,95

 Bercak II → Rf = 7,8
7,9
= 0,99
 Perbandingan 7:3 ada 2 bercak, yaitu :
 Bercak I → Rf = 6,9
7,3
= 0,95
 Bercak II → Rf = 7,2
7,3
= 0,99
 Pada ekstrak daun sirsak
 Perbandingan 1:1 ada 1 bercak, yaitu :
 Rf = 4,6
6
= 0,78
 Perbandingan 3:7 ada 1 bercak, yaitu :
 Rf = 7,8
7,9
= 0,99
 Perbandingan 7:3 ada2 bercak, yaitu :
 Bercak I → Rf = 6,5
7,3
= 0,89
 Bercak II → Rf = 7,2
7,3
= 0,99
4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini kita akan menguji sampel dengan uji kromatografi lapis tipis
dengan menggunakan sampel ekstrak beluntas dan sirsak hasil maserasi sebelumnya. Uji
kromatografi lapis tipis ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dalam suatu
tanaman. Daun beluntas ini merupakan tumbuhan semak yang bercabang banyak, berusuk
halus, dan berbulu lembut. Umumnya tembuhan ini ditanam sebagai tanaman pahar atau
bahkan tumbuh liar, tingginya bisa mencapai 3 meter apabila tidak dipangkas, sehingga
sering kali ditanam sebagai pagar pekarangan. Sedangkan daun sirsak merupakan salah satu
sumber makanan. Kandungan serat daun sirsak akan meningkat jika dibuat tepung yang
digunakan untuk pembuatan cookies. Hasil-hasil penelitian telah menunjukkan aspek manfaat
dari serat makanan baik untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit maupun terapi.
Pertama, kertas lapis tipis diberi batas atas dan bawah ±1 cm. Kemudian chamber
diisi eluen (N-heksan + etil asetat) sampai jenuh dengan perbandingan 1:1/3:7/7:3. Lalu
warna ekstrak masing-masing beluntas dan sirsak yang telah dilarutkan dengan Etanol
dengan tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental pada garis start, kemudian masukkan ke
dalam chamber kromatografi dan tutup agar suhu ruangan stabil. Amati dan proses
pemisahan dihentikan jika fase gerak sudah mencapai garis finish atau sudah tidak bergerak
lagi. Kemudian angkat dan keringkan serta tandai masing-masing bercak dan hitung nilai Rf
nya. Lakukan duplo.
Pada ekstrak daun beluntas dengan perbandingan 1:1 menghasilkan 4 bercak dengan
nilai Rf adalah 0,35 / 0,78 / 0,89 / 0,97. Pada perbandingan 3:7 dan 7:3 mengasilkan 2 bercak
dengan nilai Rf yang sama yaitu 0,95 / 0,99. Dari masing-masing hasil bercak yang diperoleh
itu semuanya tidak berbentuk sempurna karena bentuk bercaknya tidak bulat sempurna.
Sedangkan pada ekstrak daun sirsak dengan perbandingan yang sama dengan ekstrak
daun beluntas yaitu 1:1 dan 3:7 itu menghasilkan 1 bercak saja dengan nilai Rf yang berbeda
yaitu 0,78 dan 0,99. Pada perbandingan 7:3 mengasilkan 2 bercak dengan nilai Rf yaitu 0,89 /
0,99. Dari sini juga bentuk bercak yang diperoleh juga tidak sempurna karena tidak berbentuk
bulat sempurna.
BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada proses praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa Kromatografi Tapis Tipis
(KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan campuran yang
tidak volatil. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan substansi campura
menjadi komponen-komponennya. Dengan perbandingan eluen (N-heksan + etil asetat) yang
berbeda juga menghasilkan bentuk bercak yang berbeda dan jumlah bercak yang berbeda
menggunakan sampel ekstrak daun beluntas dan ekstrak daun sirsak.
DAFTAR PUSTAKA

Wiryawan, Aadam. 2008. Kimia Analitik. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah.


Abidin, Z. 2011. Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC. Jakarta : UI
Hess, Amber. 2004. Digitally-Enhanced ThinLayer Chromatography: An Inexpensive, New
Technique for Qualitative and Qualitative Analysis.
Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar : FF UMI
LAMPIRAN

Chember + sampel 1:1 Beluntas 3:7 7:3

Ekstrak kunyit + Alkohol Proses Destilasi

Anda mungkin juga menyukai