Anda di halaman 1dari 6

VI.

HASIL PERCOBAAN / REAKSI-REAKSI / PERHITUNGAN /


PEMBAHASAN :
A. TABEL HASIL PENGAMATAN
N PERLAKUAN HASIL
O
1 Buat masing-masing 50 mL Diperoleh larutan CH3COOH
CH3COOH 1 M; 0,8M; 0,6M; dengan konsentrasi 0,8M; 0,6M;
0,4M; 0,2M 0,4M; 0,2M dari konsentrasi awal
1M dengan pengenceran, rumusnya
V1M1 = V2M2.
 Untuk konsentrasi 0,8M maka
diencerkan 40mL CH3COOH 1M
dengan 10 mL air.
 Untuk konsentrasi 0,6M maka
diencerkan 30mL CH3COOH 1M
dengan 20 mL air.
 Untuk menjadi 0,4M maka
diencerkan 20mL CH3COOH 1M
dengan 30 mL air.
 Untuk menjadi 0,2M diencerkan
10mL CH3COOH 1M dengan
40mL air.
2 Diambil 25 mL CH3COOH Saat CH3COOH ditambahkan eter
dan dimasukkan ke dalam dan digojok, terbentuk dua fasa,
corong pisah ditambahkan 25 dimana fasa atas adalah air dan fasa
mL eter bawah adalah eter. Saat dititrasi
 Dikocok selama 10 menit dengan NaOH 0,5M dengan
sampai terjadi ditambahkan pp sebagai indikator
kesetimbangan. diperoleh hasil:
 Dibiarkan sampai terjadi  1M CH3COOH lembayung
pemisahan yang jelas antara dengan 17,4 mL NaOH.
air dan eter.  0,8M CH3COOH doger dengan
 Lapisan air dipisahkan dan 13,6 mL NaOH.
diambil 10 mL dititrasi  0,6M CH3COOH doger dengan
dengan NaOH 0,5M 10 mL NaOH.
 Catat konsentrsi  0,4M CH3COOH doger dengan
6,4 mL NaOH.
 0,2M CH3COOH doger dengan
3,4 mL NaOH.
Dalam penentuan konsentrasi dapat
dilakukan dengan rumus titrasi
Va.Ma = Vb.Mb
3 10 mL CH3COOH (untuk Saat dititrasi dengan NaOH 0,5M
masing-masing konsentrasi) (2 tetes pp), maka diperoleh:
dimasukkan ke dalam  1M CH3COOH doger dengan
Erlenmeyer 18,9 mL NaOH.
 Dititrasi dengan larutan  0,8M CH3COOH lembayung
standar NaOH 0,5M. dengan 14,5 mL NaOH.
 Titrasi dilakukan dua kali,  0,6M CH3COOH lembayung
dicatat konsentrasi asam dengan 11,1 mL NaOH.
asetat sesungguhnya.  0,4M CH3COOH doger dengan
6,5 mL NaOH.
 0,2M CH3COOH doger dengan
3,6 mL NaOH.
 Dalam penentuan konsentrasi
dapat dilakukan dengan rumus
titrasi Va.Ma = Vb.Mb

B. REAKSI-REAKSI
CH3COOH(aq) + C7H7BrMg(aq) →CH3CO C7H6BrMg(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)

C. PERHITUNGAN
 Membuat larutan CH3COOH dengan berbagai konsentrasi
 Larutan CH3COOH 0,8M  Larutan CH3COOH 0,4M
V1.M1 = V2.M2 V1.M1 = V2.M2
V1. 1M = 50mL . 0,8M V1. 1M = 50mL. 0,4M
V1 = 40mL V1 = 20mL
 Larutan CH3COOH 0,6M  Larutan CH3COOH 0,2M
V1.M1 = V2.M2 V1.M1 = V2.M2
V1. 1M = 50mL . 0,6M V1. 1M = 50mL . 0,2M
V1 = 30mL V1 = 10mL

 Konsentrasi CH3COOH dari titrasi NaOH 0,5M (mula-mula)


 Larutan CH3COOH 1M 10mL. Ma = 11,1mL . 0,5M
Va.Ma = Vb.Mb Ma = 0,555M
10mL. Ma = 18,9mL . 0,5M
Ma = 0,945M  Larutan CH3COOH 0,4M
Va.Ma = Vb.Mb
 Larutan CH3COOH 0,8M 10mL. Ma = 6,5mL . 0,5M
Va.Ma = Vb.Mb Ma = 0,325M
10mL. Ma = 14,5mL . 0,5M
Ma = 0,725M  Larutan CH3COOH 0,2M
Va.Ma = Vb.Mb
 Larutan CH3COOH 0,6M 10mL. Ma = 3,6mL . 0,5M
Va.Ma = Vb.Mb Ma = 0.18M

 Konsentrasi CH3COOH dalam pelarut air setelah kesetimbangan


 Larutan CH3COOH 1M 10mL. Ma = 17,4mL . 0,5M
Va.Ma = Vb.Mb Ma = 0,87M
 Larutan CH3COOH 0,8M
Va.Ma = Vb.Mb  Larutan CH3COOH 0,4M
10mL. Ma = 13,6mL . 0,5M Va.Ma = Vb.Mb
Ma = 0,68M 10mL. Ma = 6,4mL . 0,5M
Ma = 0,32M
 Larutan CH3COOH 0,6M
Va.Ma = Vb.Mb  Larutan CH3COOH 0,2M
10mL. Ma = 10mL . 0,5M Va.Ma = Vb.Mb
Ma = 0,5M 10mL. Ma = 3,5mL . 0,5M
Ma = 0,17M

 Konsentrasi CH3COOH dalam Petroleum eter


 Larutan CH3COOH 1M = 0,555M – 0,5 M
MPE = Mmula-mula - Mair = 0,055 M
= 0,945M – 0,87 M
= 0,075 M  Larutan CH3COOH 0,4M
MPE = Mmula-mula - Mair
 Larutan CH3COOH 0,8M = 0,325M – 0,32 M
MPE = Mmula-mula - Mair = 0,005 M
= 0,725M – 0,68 M
= 0,045 M  Larutan CH3COOH 0,2M
MPE = Mmula-mula - Mair
 Larutan CH3COOH 0,6M = 0,18M – 0,17 M
MPE = Mmula-mula - Mair = 0,01 M

D. PEMBAHASAN
Secara Teori
Ekstraksi cairan merupakan suatu teknik dimana suatu larutan (dalam
air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (organic), yang pada
hakekatnya tidak tercampurkan dengan yang pertama dan menimbulkan
perpindahan satu atau lebih zat terlarut ke dalam pelarut yang kedua.
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan konstanta kesetimbangan
suatu solute terhadap dua pelarut yang tidak bercampur. Solute yang
digunakan pada percobaan ini adalah larutan CH 3COOH (asam asetat).
Asam asetat merupakan pelarut protik, dimana protik menunjukkan atom
hidrogen yang menyerang atom elektronegatif yang dalam hal ini adalah
oksigen. Asam asetat dapat terdistribusi dalam dua pelarut yang tak saling
bercampur.
Pelarut yang biasanya digunakan adalah pelarut air dan pelarut organic
seperti kloroform, benzene, karbon tetraklorida, dan petroleum eter. Prinsip
dasar dari ekstraksi pelarut adalah distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Misalnya dalam suatu corong pisah terdapat dua lapisan cairan yang
umumnya air dan pelarut organic. Solut A yang terlarut hanya dalam satu
dari pelarut itu tentunya akan terdistribusi antara dua fasa.
Asidi alkalimetri adalah suatu analisistitrimetri yang melibatkan titrasi
asam basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasaldari asam
lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam
yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam
bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Pada akhir reaksi ini akan
diperoleh air karena hidrogen bersenyawa dengan ion hidroksida.
Titrasi asam basa menggunakan suatu indicator untuk menentukan
konsentrasi larutan suatu asam atau alkali. Titik akhir titrasi merupakan
volume alkali atau asam yang ditambahkan saat indicator berubah warna.

Secara Praktik
Pada percobaan ini, dilakukan perhitungan konstantan kesetimbangan
dengan menggunakan asam asetat berbagai konsentrasi, yaitu 1 M, 0,8 M,
0,6 M, 0,4 M, dan 0,2 M. Sedangkan kedua pelarut yang tidak saling
bercampur adalah akuades dan petroleum eter. Antara akuades dan
petroleum eter memiliki sifatkepolaran yang berbeda, sehingga antara kedua
pelarut tersebut tidak akan tercampur dan asam asetat terdistribusi kedalam
dua fasa pelarut tersebut.
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH, digunakan indicator fenolftalein.
Penggunaan indicator ini karena reaksi yang terjadi adalah antara asam
lemah dan basa kuat. Sehingga pada saat tercapai titik ekivalen larutan
menjadi bersifat basa dan terjadi perubahan warna pada indicator menjadi
lembayung.
Warna awal larutan saat ditambah pp adalah bening, saat dimulai titrasi
perlahan-lahan larutan menunjukkan perubahan dan pada titik akhir titrasi
warna larutan menjadi lembayung. Penambahan petroleum eter ke dalam
asam asetat menyebabkan terjadinya 2 fasa. Sebelumnya harus dikocok
terlebih dahulu untuk membuat dua fasa larutan tercampur. Selain itu
pengocokan ini menyebabkan terdistribusinya asam asetat ke dalam fasa
organic dan fasa air.
Saat penggojokan dilakukan di corong pisah, keran dari corong pisah
harus di buka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan dalam corong.
Gas tersebut berasal dari petroleum eter yang mudah menguap. Hal ini perlu
dilakukan agar tidak terjadi ledakan pada corong pisah.
Saat tercapai kesetimbangan larutan membentuk dua lapisan yang tidak
saling bercampur. Lapisan yang mengandung petroleum eter berada
dilapisan atas dan lapisan air berada di bawah. Hal ini terjadi karena
perbedaan massa jenis dari air dan petroleum eter, dimana massa jenis
petroleum eter lebih besar.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa volume NaOH 0,5 M yang
digunakan untuk mentitrasi setelah proses ekstraksi lebih sedikit
dibandingkan yang sebelum ekstraksi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
penurunan konsentrasi asam asetat dalam larutan yang telah terdistribusi ke
dalam dua fasa saat proses kesetimbangan.
Nilai K (Konstanta Kesetimbangan) dapat diperoleh dengan dibuat
grafik hubungan antara ln CPE Vs ln Cair dimana membentuk garis linear
n
dengan slope n dan intersep ln .
k

ln CPE Vs ln Cair
0.00
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
.0 .8 .6 .4 .2 .0 .8 .6 .4 .2 .
-2 -1 -1 -1 -1 -1 -0 -0 -0 -0-1.000
-2.00
ln CPE
ln CPE

f(x) = 1.49 x − 2.47 -3.00 Linear (ln CPE)


R² = 0.66
-4.00

-5.00

-6.00
ln Cair

Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara ln C(PE) vs ln C(air)


pada proses ekstraksi asam asetat dengan petroleum eter (PE).
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan garis y= 1,485x – 2,472
dan nilai R2 = 0,659. Persamaan garis tersebut menyatakan ln C(organik) = n
n n
ln C(air) + ln , dengan slope n dan intersep ln . Sehingga diperoleh nilai
K K
n yakni 1,485 dan K yakni 17,59.
Nilai K yang diperoleh dengan rumus ln n – ln K = intersept, K=
2,472
(n) (e) lebih dari 1, menunjukkan bahwa asam asetat lebih terdistribusi
ke fasa organic (PE). Hal ini terjadi karena nilai konstanta dielektriknya
yang “sedang” yakni6,2 menunjukkan kepolaran yang rendah
menyebabkan asam asetat akan lebih larut ke dalam pelarut organic (PE).
Diketahui bahwa konstanta dielektrik PE yakni sekitar 1,8 sedangkan jika
dibandingkan dengan konstanta dielektrik air yakni 80, maka tentu asam
asetat akan lebih terlarut dalam PE karena perbedaan kepolaran asam
asetat dan PE tidak terlalu jauh.

Anda mungkin juga menyukai