Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu (II)

I.

Maksud Percobaan
Mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+

II.

Alat dan Bahan


A. Alat :
-

Labu ukur 50 ml

2 buah

Pipet ukur 5 ml

2 buah

Gelas beker 50 ml

3 buah

Glasfin

2 buah

Pipet tetes

2 buah

Pengaduk

1 buah

Spektrofotometer UV VIS

1 buah

B. Bahan :
-

Larutan CuSO4.5H2O 1 M

6 ml

Larutan NH4Cl 2 M

4 ml

Larutan NH4OH 1 M, 2 M, 3 M

2 ml

NH4Cl padat

secukupnya

Akuades

secukupnya

C. Gambar Alat :

1 set Spektrofotometer UV-Vis


III.

Dasar Teori
Jika ada dua zat yang sederhana bergantung atau berkoordinasi maka
akan terbentuk suatu senyawa yang lebih kompleks dimana gugus yang terikat

pada ionlogam pusat disebut ligan. Gabungan ion logam pusat dengan ligannya
disebut ionkompleks dan senyawa netral yang mengandung dinamakan
senyawa koordinasi.Daerah dari sekitar ion logam pusat disebut lengkung
koordinasi. Jumlah kedudukandalam lengkung koordinasi yang dapat ditempuh
oleh ligan adalah bilangan koordinasidari ion logam pusat. Ligan adalah spesies
yang memiliki atom yang dapatmenyumbangkan sepasang elektron pada suatu
tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa
lewis dan ion logam adalah atom lewis.Jika ingin hanya menyumbangkan
sepasang elektron (misalnya 3) maka disebutligan unidental, sedangkan ligan
yang dapat menyumbangkan lebih dari sepasang elektron dari atom yang
berbeda dalam struktur geometri ion logam.(Esmarch, S. G., 1998).
Ion kompleks atau terdiri dari atom atau ion pusat dan sejumlah ligan.
Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks stabil mengikuti
ketentuan stoikiometri , walaupun ini tidak diinterpretasikan dengan konsep
klasik valensi. Atom pusat dapat dikarakterkan oleh bilangan koordinasi yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks
stabil dengan satu atom pusat. Dalam kebanyakan kasus, bilangan koordinasi
adalah 6 (sebagai dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+), kadang 4
(Cu2+, Cu2+), tetapi 2 (Ag2+) dan 8 ( beberapa ion dalam kelompok platinum)
bisa terbentuk. Ligan tersusun disekitar atom pusat secara simetris. Ion
anorganik sederhana dan molekul seperti NH3, CN-, Cl-, H2O membentuk
ligan monodentat (Svehla,1979).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan
donor elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O,
CH3OH, dan OH-. Ligan seperti ini, bila menyumbangkan sepasang
elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut ligan monodentat atau ligan
bergigi satu. Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing-masing
secara serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang
sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan kelat karena ligan
ini tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih atom donor
(Cotton & Wilkinson, 1989).
Karena molekul air adalah pemberi pasangan elektron maka dapat
disimpulkan bahwa ion logam dan air akan berada dalam bentuk senyawa
kompleks dengan air. Bilangan koordinasi yang menyatakan jumlah ruangan

yang tersediadisekitar atom atau ion pusat yang disebut bulatan koordinasi yang
masing-masingdapat ditempuh satu ligan (monodentat). Ion-ion molekul
organik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, dan H2O membentuk ligan
monodentat, yaitu suatu ion atau molekulmenempati salah satu ruangan yang
tersedia disekitar ion pusat dalam bulatankoordinasi tetapi ligan tridentat, dan
tetrahidral dikenal orang, kompleks yang terdiridari ligan-ligan polidentat
sering disebut split.(Vogel, 1979).
Suatu kompleks akan terbentuk jika suatu logam direaksikan dengan
suatu ligan, misalnya ion Cu2+ dengan H2O membentuk [Cu(H2O)6]2+. Enam
molekul air yang terkoordinasi dapat diganti oleh ligan-ligan lain dalam larutan
yang dapat terikatlebih kuat. Sebagai contoh penukaran H2O oleh NH3 dapat
membentuk berbagaimacam kompleks tergantung dari banyaknya ligan
pengganti (NH3).Setelah membentuk [Cu(NH3)4]2+, penambahan amoniak
berikutnya sulitmembentuk kompleks baru, dengan kata lain harga frekuensi
atau lamda maksimumkompleks tetap. Jika dibuat grafik lamda maksimum
sebagai ordinat dan perbandinganmol NH3 dan mol Cu2+ dan selanjutnya
dapat ditarik suatu garis singgung yang menyatakan perbandingan mol Cu2+:
mol NH3 pada kompleks tersebut (Tim Kimia Anorganik II, 2013).
Spektra visible pada larutan yang mengandung Cu2+berbentuk pita
tunggalasimetris yang melebar. Ini adalah spektra karena transisi pada
kompleks tetrahedral[Cu(H2O)6]2+. Jika amoniak dimasukkan kedalam
kompleks [Cu(H2O)n] [(NH3)6-n]2+ dengan n = 1, 2, 3, ..., 6. Substitusi oleh
amonia

ditunjukkan

dengan

pergeseran

panjanggelombang

maksimal

perpanjangan gelombang yang lebih pendek (Cotton A, Wilkinson, 1994).


Pengabsorbsian sinar UV/tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding. Akibatnya panjang gelombang
absorbansi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang sedang
diselidiki (Hendrayana, 1994)

IV.

Cara Kerja

1.

2.

Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan serta membersihkannya


terlebih dahulu sebelum dipakai
Menambahkan NH4Cl padat pada 1ml CuSO45H2O sampai larutan jenuh,
kemudian

menambahkan

1ml

NH4OH

1M

secara

berlahan-lahan.

Menambahkan lagi NH4Cl padat lagi agar larutan jenuh. Larutan yang
dihasilkan didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan yaitu cairan (di atas) dan
padatan (dibawah).
Melarutkan 1ml larutan jenuh tersebut kedalam 5ml NH 4Cl 2M sehinnga

3.

terentuk [Cu(H2O)5(NH3)] 2+ dalam larutan.


Mengukur lamda maksimal larutan tersebut.
Mengulangi point 1 tetapi larutan NH4OH 1M diganti dengan NH4OH 2M,
dan NH4OH 3M sehingga akan terbentuk kompleks [Cu(H 2O)4(NH3)2] 2+ dan

4.

[Cu(H2O)3(NH3)3] 2+
Mengukur lamda masing-masing larutan tersebut.
Menambahkan 3ml larutan NH4OH 3M kedalam larutan CuSO4 1M dan
mengukur lamdanya. Apabila absorbansinya lebih dari 1 maka larutan
diencerkan lagi dengan menggunakan aquadest hingga absorbansinya kurang

5.

dari 1
Mengencerkan CuSO4 1M dengan labu ukur 50ml dan mengukur lamda
maksimalnya.

V.

Hasil Pengamatan

No.

Larutan

Panjang gelombang (nm)

Absorbansi

1.

Larutan 1

836,63

1,5453

815,00

2,2406

665,90

0,49620

812,12

0,191912

603,46

1,0877

(CuSO45H2O + NH4OH 1M)


2.

Larutan 2
(CuSO45H2O + NH4OH 2M)

3.

Larutan 3
(CuSO45H2O + NH4OH 3M)

4.

Larutan 4
(CuSO45H2O + H2O)

5.

Larutan 5
(CuSO45H2O + NH4OH pekat)

VI.

Pembahasan
Dalam percobaan ini digunakan senyawa kompleks Cu2+. Cu termasuk
logam transisi sehingga dapat menghasilkan kompleks berwarna karena

mempunyai orbital d yang tidak berpasangan. Senyawa kompleks Cu2+ hanya


menghasilkan satu puncak pada spektra abrsorbansinya. Secara umum
pembentukan senyawa kompleks Cu2+ :
Cu2+
d9

Ligan

Komplek yang terbentuk adalah gabungan dari ion pusat Cu2+ dengan
ligan, Cu2+ termasuk logam transisi yang punya orbital d yang tidak terisi penuh.
Ligan yang mempunyai pasangan elektron bebas (PEB) akan mengisi
kekosongan orbital d pada logam transisi dan terbrntuk ikatan antara ligan
dengan ion pusat dari golongan transisi tersebut. Ikatan yang terbentuk antara
logam transisi dengan ligan merupakan ikatan kovalen koordinasi, dimana
terjadi pemakaian pasangan elektron bersama-sama untuk menjadi stabil.
Untuk mengatahui pengaruh kekuatan ligan dilakukan dengan analisa
terhadap panjang gelombang serapan suatu kompleks yang terbentuk antara ion
pusat dan ligan. Hal ini sesuai prinsip teori jorgenson yang menyatakan besarnya
energi / kekuatan dipengaruhi panjang gelombang serapannya. Dan untuk
mengetahui panjang gelombang kompleks yang terbentuk menggunakan alat
spektrofotometer UV-VIS.
Selanjutnya kompleks yang terbentuk di uji dengan spektrofotometer UVVIS dan didapat hasil panjang gelombang pada serapan maksimum. Data
tersebut digunakan untuk menentukan besarnya kekuatan ligan dengan rumus
energi:
E=hc/
dimana : E : energi kekuatan ligan
h : tetapan planc
c : kecepatan cahaya
: panjang gelombang
Dan dari perhitungan didapatkan hasil :
No.

Larutan

(nm)

Absorbansi

Kekuatan Ligan

1.

Larutan 1

828,97

1,6128

2,4 10-19 J

817,40

0,52786

2,432 10-19 J

(CuSO45H2O + NH4OH 1M)


2.

Larutan 2
(CuSO45H2O + NH4OH 1M)

3.

Larutan 3

654,09

0,75139

3,309 10-19 J

812,20

0,21626

2,447 10-19 J

605,44

0,87202

3,28 10-19 J

(CuSO45H2O + NH4OH 1M)


4.

Larutan 4
(CuSO45H2O + H2O)

5.

Larutan 5
(CuSO45H2O + NH4OH pekat)

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi


NH4OH yang ditambahkan akan menghasilkan panjang gelombang maksimal
pada spektra yang lebih pendek. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi NH4OH memberikan substitusi ligan NH3 yang lebih besar pula pada
kompleks Cu2+, sehingga menyebabkan terjadinya

pergeseran panjang

gelombang pada spektranya. Bergesernya panjang gelombang kompleks Cu2+


yang terjadi berbanding terbalik dengan besarnya konsentrasi NH 4OH atau ligan
NH3 yang mensubstitusi kompleks, sehingga semakin besar konsentrasi ligan
NH3 yang ditambahkan menyebabkan pergeseran panjang gelombang ke arah
yang lebih pendek. Namun terdapat anomali pada larutan CuSO 45H2O + H2O
larutan ini memiliki serapan lebih kecil dari pada penambahan NH4OH 1M dan
2M. Hal ini terjadi yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
pembuatan larutan yang kurang sempurna, masih terdapat banyak impuritis
dalam larutan, dan kuvet yang kurang bersih saat pengujian dengan UV-Vis
sehingga mempengaruhi hasil absorbansinya selain itu di mungkinkan adanya
ligan selain H2O yang banyak menempel pada permukaan ion pusat senyawa
kompleks sehingga mempengaruhi serapan pada UV-Vis. Hal ini membuktikan
bahwa kekuatan ligan NH3 lebih besar dari ligan H2O.

VII. Kesimpulan
1. Ligan NH3 lebih kuat daripada ligan H2O sehingga menyebabkan terjadinya
substitusi ligan H2O oleh ligan NH3 dan mengakibatkan adanya pergeseran
panjang gelombang maksimum spektra kompleks Cu2+ ke arah panjang
gelombang yang lebih rendah.
2. Semakin besar konsentrasi ligan NH3 yang ditambahkan menyebabkan
substitusi terhadap ligan H2O pada kompleks Cu2+ semakin banyak
sehingga menyebabkan pergeseran panjang gelombang maksimum pada

spektra kompleks yang dihasilkan juga semakin ke arah panjang gelombang


yang lebih rendah.
VIII. Daftar Pustaka
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta :
UI-Press
Esmarch, S. G. 1998. Fundamental Concept of Inorganic Chemistry.
New York : Prentice Hall
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrument. Semarang: IKIP
Semarang Press
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel : Analisis Kimia Kuantitatif Anorganik
Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Bina Rupa Aksara
Tim Kimia Anorganik II. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik
II . Surakarta : FMIPA
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian1. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
IX.

Lampiran
1. Perhitungan
2. Grafik Absorbansi
3. Laporan sementara

Mengetahui,

Surakarta, 5 Juni 2013

Asisten

Praktikan

Perhitungan :
E = h c / Dita
Bagus Taufiq A
1. Kompleks (CuSO45H2O + NH4OH 1M)
E = h c / = 6,626 x 10-34 x 3 x 108 / 828,97 x 10-9 = 2,39 x 10-19 J
2. Kompleks (CuSO45H2O + NH4OH 2M)
E = h c / = 6,626 x 10-34 x 3 x 108 / 817,40 x 10-9 = 2,43 x 10-19 J
3. Kompleks (CuSO45H2O + NH4OH 3M)
E = h c / = 6,626 x 10-34 x 3 x 108 / 654,09 x 10-9 = 3,04 x 10-19 J
4. Kompleks (CuSO45H2O + H2O)
E = h c / = 6,626 x 10-34 x 3 x 108 / 812,20 x 10-9 = 2,44 x 10-19 J
5. Kompleks (CuSO45H2O + NH4OH pekat)
E = h c / = 6,626 x 10-34 x 3 x 108 / 605,44 x 10-9 = 3,28 x 10-19 J

Anda mungkin juga menyukai