Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Sri Hastuti S.S., M.Pd
Oleh :
Barep Fredy Prakoso
M0213016
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi nuklir merupakan salah satu sumber energi di alam ini
yang diketahui manusia bagaimana mengubahnya menjadi energi panas
dan listrik. Sejauh ini, energi nuklir adalah sumber energi yang yang
paling padat dari semua sumber energi di alam ini yang bisa
dikembangkan manusia. Artinya, kita dapat mengekstrak lebih banyak
panas dan listrik dari jumlah yang diberikan dibandingkan sumber
lainnnya dengan jumlah yang setara. Dalam fisika nuklir, sebuah reaksi
nuklir adalah sebuah proses di mana dua nuklei atau partikel nuklir
bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang berbeda dari produk awal.
Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang
sangat berbahaya bagi manusia. Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi
yang terjadi di hampir semua inti bintang di alam semesta. Senjata bom
hidrogen juga memanfaatkan prinsip reaksi fusi tak terkendali. Nuklir
selain digunakan untuk bom dapat juga dimanfaatkan dalam bidang
kedokteran. Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang
menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti
radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan
biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujan diagnostik, terapi dan
penelitian kedokteran. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang peran
nuklir dalam ilmu kedokteran. Contohnya adalah Fisika Medik.
Fisika Medik adalah cabang fisika yang merupakan penerapan
Fisika dalam bidang kedokteran. Penerapan prinsipprinsip Fisika dalam
bidang kedokteran telah dimulai sejak zaman dahulu. Peran Fisika Medis
menjadi sangat penting sejak penemuan sinar x oleh Wilhem Roentgen
pada tahun 1895. Fisika medik pada dasarnya merupakan satu cabang dari
disiplin ilmu. Fisika Terapan yang berkaitan dengan aplikasi energi fisika,
membantu
untuk
lebih
memanfaatkan
secara
maksimal
BAB II
LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Landasan Teori
1. Sejarah Perkembangan Kedokteran Nuklir
Penggunaan isotop radioaktif dalam biologi dan kedokteran
sebenarnya telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri DANLOS yang
menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tuberculosis pada
kulit, namun penerapan teknik perunut dengan menggunakan
radioisotop dalam biologi dan kedokteran dipelopori oleh George de
HEVESY pada tahun 1920an, waktu itu digunakan radioisotop
alamiah. Dalam perkembangan selanjutnya digunakan radioisotop
buatan. Radioisotop buatan yang banyak dipakai dalam masa awal
perkembangan kedokteran nuklir adalah I-131. Dewasa ini radioisotop
itu masih digunakan untuk keperluan diagnostik di beberapa negara
karena harganya yang murah, namun di Amerika Serikat produk ini
sudah tidak boleh lagi digunakan untuk tujuan diagnostik oleh FDA
karena sudah digantikan oleh I-123 untuk pemeriksaan kelenjar tiroid
ataupun Tc-99m MAG-3 untuk pemeriksaan fungsi ginjal.
Pada tahun enampuluhan diperkenalkan radionuklida Tc-99m
yang memiliki sifat-sifat yang ideal untuk digunakan dalam kedokteran
nuklir (ideal dari segi proteksi radiasi, dan pencitraan) serta dapat
diperoleh secara mudah di tempat pemakai dengan menggunakan
sistem generator yang khusus untuk itu. Dewasa ini Tc-99m
merupakan radionuklida yang paling banyak digunakan dalam
kedokteran nuklir di seluruh dunia. Periode selanjutnya ditandai
dengan munculnya Tl-201 pada tahun 1970an yaitu suatu analog
Kalium yang banyak digunakan dalam pemeriksaan perfusi otot
jantung. Pada tahun 1980an dihasilkan oleh siklotron produk-produk
untuk pencitraan dengan menggunakan alat PET (Positron Emission
radioimunosintigrafi
dan
radioimunoterapi.
Di
bidang
di
atas,
tergantung
situasi,
kondisi,
dan
lunak
komputer,
perancangan
dan
konstruksi
klinis
pengembangan
serta
ini
interpretasi
sangat
hasilnya.
penting
Penelitian
dalam
dan
meningkatkan
teknologi
pada
melaju
umumnya.
sebagaimana
Kemajuan
yang
radiasi
pengion
untuk
terapi
sejak
10
diikuti
tangkapan elektron.
6) Radiofarmasi
Tanggung jawab ilmiah untuk penyiapan radiofarmaka
merupakan tugas fisikawan medik dan bekerja dengan apoteker
(radiopharmacist) sebagai penanggung jawab kendali kualitas.
7) Pendidikan dan Pelatihan
Bahan radioaktif banyak digunakan di dunia kedokteran.
Fisikawan medik terlibat dalam pendidikan dan pelatihan praktek
untuk keselamatan bahan radioaktif dan bisa jadi mengorganisasi
pelatihan tersebut. Pendidikan dan pelatihan ini bisa diperuntukan
untuk dokter umum, dokter spesialis, radiografer, teknisi, staf
administrasi maupun untuk fisikawan medik itu sendiri. Fisikawan
medik juga harus memahami resiko-resiko terhadap kesehatan dari
pemanfaatan
radionuklida
dalam
kedokteran
nuklir,
untuk
bidang
kedokteran,
nuklir
digunakan
sebagai
alat
11
Dalam
praktiknya,
mendiagnosis
penyakit
seseorang
penggunaan
teknik
diagnosa
penyakit
dengan
(positron
alat
yang
dipakai
di
Indonesia
mengikuti
IAEA
12
serta
tindakan
pengobatan
yang
harus
dilakukan.
http://tgpbelajarjurnalistik.wordpress.com/2012/12/01/teknologinuklir-dalam-kedokteran/
6. Hubungan antara Teknologi Nuklir dalam Ilmu Kedokteran
Pemanfaatan teknologi nuklir memiliki hubungan erat dalam
bidang
kedokteran.
Contohnya
pemanfaatan
omnion
guna
kedokteran
nuklir
laksana
sebuah
segitiga
dengan
13
ilmu
kedokteran
seperti
endokrinologi,
nefrologi,
kardiologi,
Permasalahan Pemanfaatan
teknologi nuklir
Manfaat Teknologi
Nuklir
Fungsi
Hubungan
diterapkan
dan Peran
Nuklir
di Fisika
dan Fisika
Medik
Nuklir
bidangmedik
dalam
kedokteran
dalam
kedokteran
Kedokteran
nuklir
Peran Fisika Medik dalam Kedokteran Nuklir Optimal dan Diketahui Masyarakat
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat da Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada;
1. Tempat
Penelitian
2.
a.
No.
Uraian
1.
Kegiatan
Menyusun
2.
Judul
Menyusun
3.
Pendahuluan
Pelaksanaan
4.
Penelitian
Pengolahan
5.
Data
Menyusun
Sep
Okt
Nov
Waktu
Des Jan
Feb
Mrt
Apr
Mei
Laporan
Hasil
6.
Penelitian
Seminar
Penelitian
15
Subjek Penelitian
1.
Sumber Data
Pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber
dari:
a. Data Primer
15
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam dunia kedokteran nuklir, Fisika medik memiliki sebuah
peran penting dalam menentukan kriteria penerimaan suatu peralatan baru
misalnya pada Radiologi, Radiofarmasi, Rontgen dll. Fisikawan medik
memiliki sumbangan besar terhadap penelitian dan pengembangan
kedokteran nuklir, seperti pada perangkat lunak komputer, perancangan
dan konstruksi instrumentasi baru, pengembangan teknik untuk analisa
kuantitatif parameter fisiologi, pengembangan protokol untuk percobaan
dan analisa klinis serta interpretasi hasilnya.
Pemanfaatan teknologi nuklir memiliki hubungan erat dalam
bidang kedokteran. Contohnya pemanfaatan omnion guna memperbaiki
luka bakar atau operasi serta radiasi ketuban supaya steril. Kedokteran
nuklir ini merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang
memanfaatkan materi radioaktif untuk menegakkan diagnosis dan
mengobati penderita serta mempelajari penyakit manula. Bidang
kedokteran nuklir laksana sebuah segitiga dengan radiofarmaka,
instrument, dan masalah biomedik sebagai sisi-sisinya, serta penderita
ditengahnya.
B. Saran
Semoga saja tulisan ini dapat memberikan manfaat, baik untuk
Departemen Kesehatan, Rumah sakit-rumah sakit yang memiliki instalasi
radioterapi maupun bagi universitas yang ingin mengembangkan
Pendidikan Fisika Medik.
17
17
DAFTAR PUSTAKA
Fredy, 2014.
file:///D:/kuliah/bahasa%20indonesia/Aplikasi%20Nuklir%20di%20
Bidang%20K esehatan%20%20%20F_Hasnanis_S.htm Diakses pada 14
Mei 2014, Pukul 19:40 WIB.
Krane, Kenneth. 1992. FISIKA MODERN. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Wardhana, Wisnu Arya. 2007.Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
http://tgpbelajarjurnalistik.wordpress.com/2012/12/01/teknologi-nuklir-dalamkedokteran/ Diakses Pada 14 Mei Pukul 19:26 WIB.
http://www.batan.go.id/pdin/index.php?page=artikel&artikel=41 Diakses pada 15
Mei 2014, Pukul 21:03 WIB
18