Anda di halaman 1dari 5

Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan yang sangat berharga

dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis penyakit. Selain itu, teknik nuklir
berperan pula dalam kajian dan penelitian untuk lebih memahami proses anatomi, fisiologi,
patofisiologi, dan metabolik dari kelainan mulai dari tingkat selluler sampai dengan molekuler yang
terjadi pada berbagai organ tubuh manusia. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit
dalam, ilmu penyakit syaraf, ilmu penyakit jantung, anak, onkologi, urologi dan lainnya telah
memanfaatkan teknik nuklir ini.Selama ini kita hanya mengenal radiasi yang dimanfaatkan di bidang
radiologi, prinsip dasar radiasi di sini merupakan proses ionisasi sehingga dikenal sebagai radiasi
pengion, menggunakan sumber radiasi tertutup, dan hasil yang terlihat lebih banyak memberikan
informasi mengenai anatomi, dengan peralatan seperti; Sinar X, CT scan baik dalam bentuk 64, 128
maupun 256 slices, USG (non radiasi namun hasil dalam bentuk anatomi) dan lainnya. Pada saat ini
teknik nuklir juga banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan antara lain untuk pengaweta; bank
jaringan seperti placenta untuk luka bakar, bone graft untuk menutupi bekas tindakan operasi pada
tumor di tulang termasuk juga untuk menambal rahang di bagian gigi dan mulut, untuk sterilisasi
peralatan instrumentasi kedokteran termasuk juga kondom dan bahan- bahan obat serta makanan.

Bila kita melihat perkembangan ke ilmuan khususnya di bidang kedokteran yang memanfaatkan
sumber radiasi dibagi atas 3 bagian besar spesialistik antara lain;

1. Radiodiagnostik; kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi sinar


pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini
dikenal sebagai radiolog (Sp.Rad).
2. Radioterapi; kegiatan terapi radiasi eksternal dengan sumber radiasi tertutup,
menggunakan teknik penyinaran secara fraksinasi. dalam bentuk brakiterapi maupun
teleterapi. Ahli dalam bidang ini dikenal sebagai radioonkolog(Sp.Rad.Onk).
3. Kedokteran nuklir; kegiatan penunjang diagnostik secara in- vivo, in- vitro dan terapi
radiasi interna menggunakan sumber radiasi terbuka. Ahli dalam bidang ini dikenal
sebagai spesialis kedokteran nuklir(Sp.KN).

Sejarah Perkembangan Kedokteran


Nuklir
Kedokteran nuklir merupakan bidang spesialiasi medis yang memanfaatkan bahan radioaktif (disebut
sebagai radioisotop) secara internal, untuk membantu tim medis dalam mendiagnosa maupun
mengobati berbagai macam penyakit.

Sebagai bagian dari rahasia proyek Manhattan pada Perang Dunia II, gedung yang berada di dekat
reaktor nuklir di Oak Ridge, Tennessee, pada akhirnya dimanfaatkan untuk menghasilkan radioisotop
pertama untuk keperluan medis setelah perang berakhir.

Undang-undang Energi Atom yang disahkan oleh Kongres pada 1 Agustus 1946 membentuk suatu
Dewan Energi Atom. Melalui undang-undang ini dimungkinkan produksi isotop untuk tujuan damai.
Dan dengan demikian era kedokteran nuklir modern telah dimulai.
Tahun-tahun Awal : Eropa

Seperti kebanyakan penemuan, karya ilmuwan di masa lalu sedikit banyak telah membuka jalan
untuk masa kini.

Fisikawan Perancis menemukan radioaktivitas pada tahun 1896.

Lebih dari seratus tahun yang lalu, pada awal 1896, seorang Fisikawan Perancis, Henri Becquerel,
menemukan bahwa sinar misterius yang dinamakan sinar-x, dihasilkan oleh uranium. Penemuannya
ini tidak terlepas dari penemuan pendahulunya, seorang ilmuwan Jerman, Wilhelm Conrad Roentgen,
yang juga menemukan sinar-x hanya beberapa bulan sebelumnya, yaitu pada bulan November tahun
1895.

Fisikawan Jerman yang menemukan sinar- x pada tahun 1895

Setelah Rontgen menemukan sinar-x di akhir 1895, banyak ilmuwan lainnya yang kemudian mulai
menyelidiki kemungkinan bahwa sinar misterius ini dapat dipergunakan untuk membunuh kuman-
kuman. Segera diketahui, sinar ini mampu membunuh bakteri tubercolosis, difteri dan bakteri lainnya.
Beberapa tipe kanker juga dapat dihancurkan oleh sinar yang kuat ini. Sayangnya, kelangkaan dan
harga radium yang tinggi menghambat penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
Fisikawan Perancis, bersama dengan isterinya Marie Sklodowska Curie, berhasil mengisolasi polonium
dan radium pada tahun 1898.

Pierre Curie seorang Profesor Fisika di Sorbonne. Ia berteman baik dengan Becquerel, yang
merupakan kepala Departemen Fisika di Ecole Polytechnique di Paris.

Pada tahun 1897, isterinya, Marie (Marja Sklodowska) menjadi asisten Becquerel dan mengambil studi
sinar-x dari uranium untuk thesis doktoralnya. Marie menemukan bahwa beberapa bagian dari
uranium lebih radioaktif dari uranium itu sendiri. Tahun 1898 Pierre pun mengabaikan penelitiannya
sendiri dan bergabung dengan isterinya. Bersama-sama mereka berusaha menemukan sumber dari
sinar yang dipancarkan oleh uranium. Marie Currie menyebut sinar misterius ini sebagai “ radioactive”.

Pada bulan July, kedua Curie kemudian mengumumkan bahwa mereka berhasil mengisolasi unsur
radioaktif dari uranium yang di namakan polonium (Po-210) untuk menghormati tempat kelahiran
Marie, Polandia. Lalu pada Desember 1898, pasangan ini menemukan unsur radioaktif lainnya dari
uranium – yakni unsur yang bersinar, memancarkan panas dan jauh lebih radioaktif dari uranium
yang kemudian dinamakan radium (Ra-226). Pada tahun 1903, Marie dan Pierre, bersama-sama
Becquerel, mendapatkan Nobel di bidang Fisika untuk penelitiannya tersebut.

Karena penemuan Marie dan Pierre Curie pada tahun 1898, radium dianggap sebagai “obat-
segalanya” hingga awal tahun 1920. Satu tabung besar penuh berisi bijih radium. Di dalam tabung
tersebut terdapat instruksi yang menyebutkan bahwa setiap malam pasien harus mengisi penuh
tabung tersebut dengan air dan meminum cairan tersebut setidaknya enam gelas setiap harinya.

Pelopor kedokteran nuklir abad 20


Seorang ahli kimia Hongaria-Denmark yang memenangkan Nobel bidang kimia pada tahun 1943
karena karyanya berhasil menemukan manfaat isotop radioaktif sebagai tracer dalam skala lab.

Fisikawan Amerika pemenang Nobel Fisika tahun 1939 untuk penemuan siklotron.

Pada tahun 1929, Ernest O. Lawrence, bekerja di Universitas California di Berkeley. Ia berhasil
menemukan siklotron yang dapat membuat sejumlah radioisotop yang berguna untuk keperluan
biologis maupun medis.

Glenn T. Seaborg dan John J. Livingood masuk ke Universitas Calofornia di Berkeley. Pada tahun 1937
bersama dengan Fred Fairbrother, mereka berhasil memproduksi besi-59 (Fe-59) dengan
menggunakan siklotron. Besi-59 sangat berguna dalam studi hemegoblin pada darah manusia. Pada
tahun 1938, Livingood dan Seaborg juga berhasil menemukan iodium-131 (I-131). Iodium-131
merupakan zat radioaktif yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit tiroid.

Dr. Glenn Seaborg dianggap sebagai salah seorang pendiri kedokteran nuklir. Sampai akhir hayatnya,
ia berhasil menemukan banyak radioisotop yang hingga kini masih dipergunakan untuk diagnosis
maupun pengobatan penyakit. Dr. Seaborg meninggal dunia pada tahun 1999.
Fisikawan Italia penemu antiproton, yang karena penemuannya ini berhasil memenangkan Nobel
Fisika pada tahun 1959.

Bersama-sama dengan Seaborg, mereka berhasil menemukan technetium-99m (Tc-99), yang hingga
kini adalah radioisotop yang paling banyak digunakan dalam kedokteran nuklir.

Bapak Kedokteran Nuklir dan presiden pertama dari Society Nuclear Medicine.

Dr. Marshall Brucer, adalah seorang “founding father”dari kedokteran nuklir, ia juga memiliki
pengaruh yang sangat besar pada kemajuan dunia kedokteran nuklir. Ia juga presiden pertama dari
Society of Nuclear Medicine, suatu organisasi kedokteran nuklir terbesar di dunia.

Penemu kamera pemindai sintilasi pada tahun 1958.

Pada akhir 1950an, seorang penemu berkebangsaan Amerika, Hal Anger berhasil merevolusi dunia
kedokteran nuklir dengan memodifikasi kamera gamma pada masa itu. Selain itu, ia juga berhasil
mengembangkan well counter yang dapat dipergunakan pada uji skala laboratorium dengan
menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif. (adi,th.erni/ sumber nuclearmuseum)

Anda mungkin juga menyukai