Anda di halaman 1dari 21

Diagnosa Berbagai Penyakit dengan Radioisotop

Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan teknologi,
termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan penting
dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam
diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit penyakit yang menjadi lebih
penting secara epidemilogis sebagai konsekuensi logis dari pembangunan di segala bidang
yang telah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri
DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tuberculosis pada kulit.
Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. De HEVESSY,
dialah yang meletakan dasra prinsip perunut dengan menggunakan zat radioaktif. Waktu
itu dia menggunakan rasioisotop alam Pb212.. Dengan ditemukannya radioisotop buatan
maka radioisotop alam tidak lagi digunakan.

Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa awal perkembangan kedokteran
nuklir adalah I131. Akan tetapi pemakaiannya kini telah terdesak oleh Tc 99m selain
karena sifatnya yang ideal dari segi proteksi dan pembentukan citra juga dapat diperoleh
dengan mudah serta relatif murah harganya. Namun demikian I131 masih sangat
diperlukan untuk diagnostik dan terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid.

Perkembangan ilmu kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan berkat
dukungan dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama
dengan digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi
yang dahulu hanya menggunakan detektor radiasi biasa dengan sistem elektronik yang
sederhana, kini telah berkembang menjadi peralatan canggih kamera gamma dan kamera
positron yang dapat menampilkan citra alat tubuh, baik dua dimensi maupun tiga dimensi
serta statik maupun dinamik.

Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan
yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis
penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit
syaraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari teknik nuklir
ini.

KEDOKTERAN NUKLIR

Ilmu kedokteran nulkir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi
terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan
fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujan diagnostik, terapi
dan penelitian kedokteran.

Pada kedokteran nuklir, radioisitop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (study invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan
lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai
study in-vitro (dalam gelas percobaan).

Pada study in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui
mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat
diperoleh dari pasien dapat berupa :
1 Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapt diperoleh dengan
bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik imaging).
2 Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angkaangka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh
tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera positron.
3 Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine,dsb) yang
diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor
radiasi (teknik non-imaging).

Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan
informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada kedokteran
nuklir dalam beberap hasl berbeda dengan pencitran dalam radiologi. (tabel 1)
TABEL 1 : Perbandingan Pencitraan pada Kedokteran Nuklir dengan Pencitraan pada
Radiologi
Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1
ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengan suatu zat yang
telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor
radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini
biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormonhormon tertentu dalam darah

pasien seperti insulin, tiroksin dan lain-lain.

Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai


penyakit seperti penyakt jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi
ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada
tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan
lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan
teknologi nuklir yang pada saat ini sangat berkembang pesat.

Di samping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam


terapi penyakit penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar
gondok yang membandel terhadap pemberian obat obatan non radiasi, keganasan sel
darah merah, inflamasi (peradangan) sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan
terapi obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam
dosis yang sangat kecil, maka dalm terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang
besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk
melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir 1960-an, yaitu setelah reaktor
atom Indonesia yang pertama kali mulai dioperasikan di Bandung. Beberapa tenaga ahli
Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit
kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung.

Unit ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta
(RSCM, RS Pusat Pertamina, RS Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Soetomo). Pada
tahun1980-an didirikan unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di RS Sardjito
(Yogyakarta), RS Kariadi (Semarang), RS jantung Harapan Kita (Jakarta) dan RS
Fatmawati (Jakarta).

Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan kedokteran
nuklir dengan menggunakan kamera gamma, disamping masih terdapat 2 buah rumah
sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama
Renograf.

PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI LUAR KEDOKTERAN NUKLIR


Di luar kedokteran nuklir, teknik nuklir masih banyak memberikan sumbangan yang besar
bagi kedokteran serta kesehatan, yaitu misalnya :
1. TEKNIK PENGAKTIVAN NEUTRON
Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama
untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co, Cr, F,
Fe, Mn, Se, Si, V, Zn, dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional.
Kelebihan teknik ini terletak pada siftanya yang tidak merusak dan kepekaannya yang
sangat tinggi. Disini contoh bahan biologik yang akan diperiksa ditembaki dengan neutron
2. PENENTUAN KERAPATAN TULANG DENGAN BONE DENSITOMETER
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi
gamma atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-X yang diserap
oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam
tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat kekeroposan tulang
(osteoporosis) yang sering menyerang wanita pada usia menupause (mati haid) sehingga
menyebabkan tulang mudah patah.
3. THREE DIMENSIONAL CONFORMAL RADIOTHERAPY (3D-CRT)
Terapi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi
telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker.

Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua
dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan
menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan untuk
melakukan radioterapi kanker dengan presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi yang
akan dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis
yang tepat pada target.

Seri Fisika Kesehatan__Radiasi & Manfaatnya dalam


Kedokteran & Kesehatan
Radiasi ada manfaatnya?

Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan


teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan

penting dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat
berharga dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit-penyakit yang
menjadi lebih penting secara epidemologis sebagai konsekuensi logis dari pembangunan
di segala bidang yang telah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri
DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tubercolusis pada kulit.
Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. de HEVESSY,
dialah yang meletakkan dasar prinsip perunut dengan menggunakan radioisotop alam Pb212. Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam tidak lagi
digunakan.
Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa awal perkembangan kedokteran
nuklir adalah I-131. Akan tetapi pemakaiannya kini telah terdesak oleh Tc-99m selain
karena sifatnya yang ideal dari segi proteksi radiasi dan pembentukan citra juga dapat
diperoleh dengan mudah serta relatif murah harganya. Namun demikian I-131 masih
sangat diperlukan untuk diagnostik dan terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid.
Perkembangan ilmu kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan berkat
dukungan dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama
dengan digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi
yang dahulu hanya menggunakan detektor radiasi biasa dengan sistem elektronik yang
sederhana, kini telah berkembang menjadi peralatan canggih kamera gamma dan kamera
positron yang dapat menampilkan citra alat tubuh, baik dua dimensi maupun tiga dimensi
serta statik maupun dinamik.
Dewasa ini, aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan
yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis
penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit
syaraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari teknik nuklir
ini.
Kedokteran Nuklir
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber
radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari
perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat
dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan
bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil dari
tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui
mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat
diperoleh dari pasien dapat berupa:

1. Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapat diperoleh dengan
bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik imaging)
2. Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angkaangka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh
tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma atau kamera
positron.
3. Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine dsb) yang
diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor
radiasi (teknik non-imaging).
Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan
informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada kedokteran
nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan dalam radiologi.
Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1
ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengan suatu zat yang
telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor
radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini
biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah
pasien seperti insulin, tiroksin dll.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai
penyakitseperti penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi
ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada
tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan
lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan
teknologi nuklir yang pada saat ini berkembang pesat.
Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam
terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar
gondok yang membandel terhadap pemberian obat-obatan non radiasi, keganasan sel
darah merah, inflamasi (peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan
terapi obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam
dosis yang sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis
yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk
melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an, yaitu setelah
reaktor atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di Bandung. Beberapa tenaga
ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit
kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit
ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta
(RSCM, RSPP, RS Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Sutomo). Pada tahun 1980-an

didirikan unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi


(Semarang), RS Jantung harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta). Dewasa ini
di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan kedokteran nuklir
dengan menggunakan kamera gamma, di samping masih terdapat 2 buah rumah sakit lagi
yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama
Renograf
PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI LUAR KEDOKTERAN NUKLIR
Di luar kedokteran nuklir, teknik nuklir masih banyak memberikan sumbangan yang
besar bagi kedokteran serta kesehatan, misalnya:
1. TEKNIK PENGAKTIVAN NEUTRON
Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama
untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil
(Co,Cr,F,Fe,Mn,Se,Si,V,Zn dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional.
Kelebihan teknik ini terletak pada sifatnya yang tidak merusak dan kepekaannya sangat
tinggi. Di sini contoh bahan biologik yang akan idperiksa ditembaki dengan neutron.
2. PENENTUAN KERAPATAN TULANG DENGAN BONE DENSITOMETER
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi
gamma atau sinar-x. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-x yang diserap
oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam
tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat bone densitometer
tersebut. Teknik ini bermanfaat untuk membantu mendiagnosiskekeroposan tulang
(osteoporosis) yang sering menyerang wanita pada usia menopause (matihaid) sehingga
menyebabkan tulang muda patah.
3.THREE DIMENSIONAL CONFORMAL RADIOTHERAPHY (3D-CRT)
Terapi Radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit
radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik
elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa
perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat
pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi
kanker dengan sangat presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui
kemampuannya yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan
dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang
tepat pada target. Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah
berkembang metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau
bedahnya (gamma knife). Dengan teknik ini kasus-kasus tumor ganas yang sulit
dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan baik oleh pisau
gamma ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang terpenting tanpa merusak
jaringan di luar target.

Sumber: infonuklir.com

Menyongsong Era Baru Kedokteran Nuklir Di


Indonesia
Submitted by Ratno Nurhadi on Wednesday, 24 December 2008 No Comment
Beberapa hari yang lalu, di sebuah rumah sakit di kawasan Pluit Jakarta dilakukan
peresmian sebuah fasilitas baru berupa fasilitas kedokteran nuklir yang dilengkapi dengan
pemercepat partikel (siklotron) untuk produksi radioisotop. Menteri Negara Riset dan
Teknologi serta Direktur Jenderal Bina Layanan Kesehatan Departemen Kesehatan hadir
dalam acara tersebut. Salah satu bentuk layanan kesehatan yang akan diberikan adalah
diagnosis dini kanker menggunakan radiasi nuklir berupa Positron Emission Tomography
(PET).
Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir Indonesia (PKBNI) dalam konggres
Nasional VIII di Bandung pada tanggal 4 - 6 Desember 2008 pun mengangkat tema PET
ini. Tema konggres nasional tersebut adalah Menyongsong Era Pencitraan Menggunakan
Positron Emission Tomography. Di dalam kongres nasional tersebut dibahas peluang dan
tantangan pemanfaatan PET, disamping beberapa perkembangan kedokteran nuklir
lainnya. Kehadiran positron emission tomography di tanah air ini diharapkan dapat
mendorong laju pemanfaatan teknologi nuklir di bidang kesehatan di tanah air. Setelah
PET untuk diagnosis diharapkan bahwa terapi radiasi melalui brachytherapy dan targeted
therapy segera berkembang di tanah air.

Positron Emission Tomography


Positron emission tomography merupakan salah satu hasil terdepan pengembangan
teknologi nuklir di bidang kedokteran. PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh
menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu, citra (image) yang
diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Kelainan fungsi atau
metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal
ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain seperti MRI (Magnetic Resonance
Imaging) dan CT (Computed Tomography) yang mendeteksi kelainan bentuk organ
tubuh.
Berbagai kelainan metabolisme di dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah adanya
metabolisme sel kanker, dapat diketahui dengan cepat melalui PET. Salah satu bentuk
perbedaan sel kanker dengan sel normal di sekelingnya adalah pada bentuk metabolisme
glukosa. Sel kanker mengkonsumsi glukosa dalam jumlah yang lebih besar dari sel di
sekelilingnya. Secara umum, kecepatan pertumbuhan sel kanker yang mencerminkan

tingkat keganasannya sebanding dengan tingkat konsumsi glukosa. Bentuk metabolisme


glukosa di dalam tubuh ini dapat dideteksi menggunakan bahan radiofarmaka 18FDG (18F2-fluoro-2-deoxy-D-glucose). Keberadaan radioisotop fluor-18 yang ada di dalam
senyawa tersebut dapat dideteksi dengan mudah dari luar tubuh melalui radiasi yang
dipancarkannya. Dengan meletakkan detektor radiasi di luar tubuh, image reconstruction
terhadap sebaran fluor-18 di dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengolah sinyal sinyal
yang ditangkap oleh detektor detektor tersebut. Sebaran fluor-18 di dalam tubuh ini
menunjukkan pola metabolisme glukosa di berbagai bagian tubuh. Konsumsi glukosa
yang berlebihan di suatu tempat mengindikasikan adanya metabolisme sel kanker di
tempat tersebut. Meskipun secara bentuk fisik belum ditemukan atau belum terdeteksi,
keberadaan kanker telah diketahui ketika metabolisme sel kanker telah terjadi.
Kemampuan radioisotop mendeteksi kanker pada stadium ini belum dapat ditandingi oleh
metode lain. Penemuan adanya sel kanker pada stadium sangat dini ini akan
memudahkan penanganan selanjutnya.
PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisa hasil penanganan kanker yang telah
dilakukan. Setelah penanganan kanker melalui operasi perlu dilakukan pemeriksaan
apakah masih ada sisa sisa kanker yang tersisa. Untuk keperluan ini, PET merupakan
metode yang paling tepat, karena pada kondisi ini keberadaan kanker sulit dilihat secara
fisik. Yang diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel kanker. Selain itu, PET
dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan kanker baik dengan
chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil pengobatan kanker dapat diketahui
dari perubahan metabolisme di samping perubahan secara fisik. Untuk keperluan ini,
kombinasi PET dan CT memberikan informasi yang sangat berharga untuk menentukan
tingkat efektivitas pengobatan yang telah dilakukan.
Perangkat PET secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian produksi fluor18, bagian sintesa 18FDG dan bagian kamera PET. Penggunaan PET diawali dengan
proses produksi radioisotop fluor-18. Radioisotop fluor-18 diproduksi dari isotop
oksigen-18 menggunakan siklotron. Partikel bermuatan berupa proton ditembakkan dari
siklotron ke dalam inti oksigen-18 dan terbentuklah fluor-18 sambil melepaskan sebuah
neutron. Oksigen di alam memiliki kandungan isotop oksigen-18 sebanyak 0,20%.
Sisanya berupa isotop oksigen-16 dan oksigen-17 dengan kandungan masing masing
sebesar 99,76 dan 0,04%. Karena kandungan oksigen-18 di alam sangat kecil, maka
untuk keperluan ini diperlukan oksigen yang telah ditingkatkan kandungan isotop
oksigen-18 di dalamnya. Peningkatan kandungan isotop oksigen-18 ini dapat dilakukan
sampai lebih dari 90%. Pada proses produksi fluor-18 ini, oksigen-18 digunakan dalam
bentuk air (H2O).
Radioisotop fluor-18 yang telah didapatkan digunakan untuk mensintesa 18FDG. Reaksi
menempelkan fluor-18 ini dikenal dengan reaksi penandaan (labelling). Di beberapa
negara yang telah menggunakan PET secara rutin seperti Jepang, Amerika Serikat dan
Korea, reaksi penandaan ini dilakukan menggunakan alat otomatis. Pertimbangan utama
penggunaan alat otomatis ini adalah mempercepat waktu proses. Hal ini dikarenakan
fluor-18 memiliki waktu paro, waktu yang diperlukan untuk meluruh sehingga
radioaktivitas tinggal separonya, yang pendek kurang dari 2 jam (110 menit). Jadi reaksi

penandaan ini berpacu dengan waktu. Jika proses ini terlalu lama, maka sebagian besar
fluor-18 telah meluruh sehingga radioaktivitasnya akan berkurang jauh dari radioaktivitas
awal.
Setelah 18FDG selesai disiapkan, radiofarmaka tersebut segera diinjeksi ke pasien. Jumlah
yang diinjeksikan antara 10-20 mCi tergantung pada keperluan, kondisi kamera dan
sebagainya. Di University of Iowa, misalnya, secara rutin digunakan 18FDG sebanyak 10
milicurie untuk tiap pasien guna mendeteksi metabolisme sel kanker. Sebaran fluor-18 di
dalam tubuh dideteksi dengan memasukkan tubuh ke dalam rangkaian detektor elektronik
berbentuk melingkar. Dari hasil pendeteksian ini dilakukan image reconstruction untuk
mendapatkan gambaran sebaran fluor-18 di dalam tubuh. Perangkat kamera PET
biasanya telah dilengkapi dengan program untuk keperluan ini, sehingga hasil image
reconstruction dapat diperoleh dengan mudah.
Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan kamera gamma
yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini dikarenakan
pendeteksiannya didasarkan pada coincidence detection. Ketika positron dilepaskan dari
fluor-18, partikel ini akan segera bergabung dengan elektron dan terjadilah anihilasi. Dari
anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar 511
keV dengan arah berlawanan (180 derajat). Adanya dua buah photon yang dilepaskan
secara bersamaan ini memungkinkannya dilakukan coincidence detection. Pada
coincidence detection ini, sinyal yang ditangkap oleh detektor akan diolah jika dua buah
sinyal diperoleh secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal yang ditangkap, maka
sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karenanya, hampir seluruh sinyal
pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini.

Brachytherapy
Kata brachy berasal dari Bahasa Latin yang berarti dekat. Brachytherapy adalah
penanganan kanker menggunakan sumber radiasi dari jarak dekat. Istilah brachytherapy
biasanya digunakan untuk terapi menggunakan sumber radiasi tertutup (sealed source),
sehingga kadang dinamakan pula dengan terapi radiasi menggunakan sumber tertutup.
Ada empat tipe brachytherapy berdasarkan tempat meletakkan sumber radiasi yaitu
interstitial, intracavitary, intravascular dan mold brachytherapy. Interstitial
brachytherapy adalah terapi radiasi dengan cara memasukkan sumber radiasi ke dalam
tubuh, misalnya ke dalam jaringan kanker. Termasuk di dalam metode ini adalah terapi
kanker prostat menggunakan implant seed. Intracavitary brachytherapy adalah terapi
radiasi dengan cara memasukkan sumber radiasi ke dalam rongga tubuh. Misalnya
rongga pada sistem pernafasan atau sistem reproduksi. Intravascular brachytherapy
adalah terapi radiasi dengan memasukkan sumber radiasi ke dalam pembuluh darah
menggunakan kateter. Misalnya pencegahan restenosis menggunakan radioactive
coronary stent. Sedangkan pada mold brachytherapy, sumber radiasi diletakkan di
permukaan tubuh untuk menangani kanker yang ada di permukaan.

Di Amerika Serikat, jumlah penderita kanker prostat dilaporkan mencapai 230 ribu pasien
per tahun. Dari jumlah pasien tersebut, sebanyak 25% ditangani melalui brachytherapy
menggunakan implant seed berupa titanium shells yang di dalamnya dimasukkan
radioisotop. Sebanyak 60% dari implant seed tersebut menggunakan radioisotop Iodium125 sedangkan sisanya menggunakan radioisotop paladium-103. Metode ini terbukti
efektif untuk penanganan kanker prostat. Data dari Amerika Serikta menunjukkan bahwa
dalam satu dasa warsa terakhir tingkat penyembuhan penanganan kanker prostat
menggunakan implant seed sebesar 80 - 93%.

Targeted Therapy
Targeted therapy diawali dengan konsep magic bullet yang dikemukakan oleh Paul
Ehrlich, penerima hadiah nobel kedokteran pada tahun 1908. Konsep magic bullet, adalah
konsep penanganan sebuah penyakit dengan mengirimkan bahan aktif secara spesifik ke
sumber penyakit, tidak menyebar ke seluruh tubuh. Jadi pembawa (carrier) bahan aktif
seperti sebuah peluru kendali yang dapat dipandu untuk menuju sasaran. Saat ini,
kemajuan teknologi nuklir telah berhasil merealisasikan targeted therapy melalui
radioimmunotherapy untuk penanganan kanker.
Radioimmunotherapy adalah metode penanganan kanker dengan memanfaatkan reaksi
spesifik antigen dan antibodi. Radioisotop dengan jenis radiasi yang mematikan sel
ditumpangkan ke antibodi yang bereaksi secara spesifik dengan tumor-associated
antigen. Setelah dimasukkan ke dalam tubuh, antibodi akan terikat ke dalam antigen yang
ada di sel kanker dan sel tersebut akan dimatikan oleh radiasi yang dipancarkan
radioisotop.
Ada beberapa jenis radioantibodi yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan Amerika Serikat (FDA, Food and Drug Administration), diantaranya adalah
Zevalin dan Bexxar. Zevalin adalah antibodi monoklonal anti-CD20 yang ke dalamnya
telah diikatkan radioisotop pemancar beta Yttrium-90. Sedangkan Bexxar adalah antibodi
monoklonal anti-CD20 yang ke dalamnya telah dimuati dengan radioisotop Iodium-131.
Kedua radioantibodi ini digunakan untuk penanganan kanker lymphoma.
Selain radioimmunotherapy, saat ini dikembangkan pula targeted therapy menggunakan
radiopeptida untuk penanganan kanker. Peptida somatostatin menarik perhatian para
peneliti karena peptida ini memiliki banyak reseptor yang dihasilkan secara berlebih pada
sebagian besar jaringan kanker. Secara alamiah, somatostatin merupakan hormon yang
berfungsi menekan pengeluaran hormon pertumbuhan. Sayangnya, somatostatin memiliki
waktu paro biologi yang pendek yaitu 2 menit. Untuk mengatasi hal itu, telah
dikembangkan beberapa peptida yang memiliki sifat yang mirip namun memiliki waktu
paro biologi yang lebih lama. Senyawa ini dinamakan analog somatostatin. Beberapa
jenis analog somatostatin telah berhasil disintesa dan dikembangkan sebagai peluru
kendali untuk mengirimkan radioisotop penghancur ke sel sel kanker.
Analog somatostatin bertanda radioisotop pertama yang berhasil disetujui oleh badan
pengawas obat dan makanan Amerika Serikat Food and Drug Administration (FDA)

adalah 111In-DTPA-octreotide. Radiofarmaka ini dikenal dengan nama dagang


OctreoScan. Peptida bertanda radioisotop ini merupakan radiofarmaka yang digunakan
untuk cancer imaging. Radiopeptida ini masih sebatas menandai adanya sel kanker
karena radioisotop indium-111 merupakan radioisotop diagnosis yang tidak
memancarkan radiasi partikel bermuatan yang memiliki daya hancur yang tinggi terhadap
sel. Menyusul peptida tersebut, telah berhasil dikembangkan peptida yang diberi nama
P289. Setelah melewati uji klinis, radiofarmaka 99mTc-P289 disetujui penggunaannya oleh
FDA Amerika Serikat. Radiofarmaka ini dikenal dengan nama NeoTech untuk cancer
imaging. Setelah itu beberapa jenis turunan dari octreotide dan P289 terus dikembangkan
untuk meningkatkan kinerja kedua peptida tersebut utamanya pada binding affinity
terhadap reseptor somatostatin. Pengembangan penandaan radioisotop terapi pun terus
dilakukan terhadap peptida tersebut yang telah terbukti dapat secara spesifik menjangkau
sel-sel kanker.
Di beberapa negara, pemanfaatan nuklir di bidang kesehatan terus berkembang pesat.
Skala ekonominya telah mencapai angka yang menjanjikan. Di Amerika Serikat
dilaporkan telah mencapai 49 milyar dollar AS per tahun pada tahun 1998, atau sekitar
5% dari total belanja kesehatan nasional negara tersebut yang sebesar 987 milyar dollar
AS. Sedang di Jepang, pemanfaatan radiasi nuklir memiliki skala ekonomi 12 milyar
dollar AS per tahun, atau setara dengan 4,3% dari total belanja kesehatan yang sebesar
279 milyar dollar AS. Potensi ekonomi yang tersimpan di dalam layanan kesehatan
berbasis teknologi nuklir ini diprediksi akan mendoorong berbagai pihak untuk
mengembangkannya di tanah air. Kehadiran fasilitas PET yang dilengkapi dengan
siklotron pertama di Indonesia ini diduga akan menandai terbukanya era baru

Mengenal USG Dan Manfaat USG


Posted by: yuwielueninet on: March 25, 2008

In: artikel
Comment!

Mengenal USG
Perlu tidak, sih, USG saat hamil? Mari kita mengenalinya lebih jauh.
Sudah di-USG, Bu? Pertanyaan itu kerap muncul dan ditujukan pada ibu hamil.
Seolah-olah pemeriksaan dokter belum komplit tanpa USG. Pada kenyataannya memang
saat ini USG tak bisa dipisahkan dari pemeriksaan kehamilan. Sebenarnya apa, sih, USG
itu? Dan mengapa sangat diperlukan dalam pemeriksaan kehamilan?

USG adalah singkatan dari ultrasonografi. Yaitu suatu alat yang menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi yang dipancarkan oleh suatu penjejak (yang disebut transduser)
pada suatu organ yang diperiksa. Jadi, pemeriksaan USG tidak memakai sinar X atau
rontgen untuk menghasilkan gambar janin, terang dr. Judi Januadi Endjun, SpOG,
sonologist, dari RSPAD Gatot Subroto/UPN Veteran Jakarta.
Lantas, gema kembali (echo) akan diterima dan dipancarkan kembali oleh transduser.
Selanjutnya, akan diubah menjadi bentuk gambar titik-titik pada layar monitor. Dengan
demikian dokter dan ibu hamil dapat melihat janin. Walaupun gambar yang dihasilkan
belum sempurna, namun ahli USG akan dapat menunjukkan bagian mana yang kepala
dan mana yang kaki pada gambar yang masih kabur tersebut.
Kemajuan teknologi membuat hasil USG saat ini jauh lebih baik. Jika dulu gambar yang
dihasilkan kasar. Namun dengan teknologi baru yang disebut USG 3 Dimensi, tampilan
gambarnya lebih jelas dan dapat berwarna. Kita sudah bisa lihat profil muka si bayi ini,
seperti layaknya orang bikin patung. Memang masih nampak kasar dan belum seperti
pasfoto. Namun demikian kita sudah bisa lihat kalau hidungnya pesek atau bila ada
kelainan seperti bibir sumbing, jelas Judi.
Selain itu, alat ini memungkinkan kita mendapat gambaran yang lebih jelas tentang
berbagai hal yang menyangkut kondisi janin pada setiap tahap perkembangannya. Karena
alat ini memungkinkan untuk melihat organ-organ janin dari berbagai sudut. Sayangnya
mengingat mahalnya alat ini belum semua rumah sakit bisa memilikinya.
Namun demikian harap diingat, USG itu hanya alat bantu untuk diagnostik. Jangan
dibalik, kata Judi, seakan-akan kalau tidak USG, dokter tidak bisa membuat diagnosa,
lanjutnya. USG hanya menjadi alat bantu untuk sesuatu yang belum jelas. Dengan USG,
kehamilan bisa diketahui lebih jelas, misalnya umur kehamilan atau bisa diketahui
lokasinya di dalam kandungan atau tidak.
CARA KERJA
Untuk diketahui, USG bekerja dengan cara memanfaatkan gelombang ultrasonik sebagai
prinsip kerjanya. Jadi bukan dengan sinar X, seperti yang diduga awam. Itulah
sebabnya, kata Judi, USG asalkan dikerjakan oleh ahlinya, relatif aman buat ibu dan
janinnya.
USG mempunyai frekuensi gelombang suara di atas 20 KHz (20. 000 gelombang per
detik). Sebagai perbandingan gelombang suara yang dapat kita dengar sehari-hari adalah
20-20.000 Hz. Untuk keperluan diagnostik dibutuhkan sumber suara dengan frekuensi 120 MHz. Namun yang digunakan pada umumnya adalah 3,5 MHz, 5 MHz, serta 7,5
MHz. Penggunaan 3,5 Mhz atau lebih untuk USG perabdominam dan 5 Mhz atau lebih
untuk USG pervaginam.

Kendati relatif aman, sebaiknya USG dilakukan 2 kali selama kehamilan, yaitu saat hamil
muda (trimester I) dan trimester II (pada masa kehamilan 18-20 minggu). Sedangkan
pada trimester III biasanya dilakukan hanya atas indikasi.
Mengapa demikian? Karena USG ini menggunakan gelombang frekuensi tinggi.
Sehingga sebaiknya jika memang tidak perlu sekali jangan terlalu sering menggunakan
USG. Selain itu tidak ada manfaatnya, kecuali kalau ada indikasi medisnya. Tidak itu
saja, kalau dilakukan tiap kali pemeriksaan juga akan jadi beban pasien. Bukankah ia
harus membayar biaya pemeriksaan tersebut?
Dan karena penggunaan gelombang frekuensi tinggi, sebaiknya USG ditangani oleh
dokter yang ahli di bidang ini. Dokter yang menanganinya harus yang punya sertifikat.
Sertifikat ini dapat diperoleh dengan mengikuti pendidikan mengenai USG di PUSKI.
Dengan demikian USG akan menjadi aman digunakan.
Karena, ujar Judi, jika USG ini sembarangan dipakai bukan oleh ahlinya, bisa terjadi ia
tak tahu berapa lama waktu yang harus digunakan. Pada percobaan di laboratorium, sel
yang dikenai gelombang frekuensi tinggi dalam waktu yang lama akan menjadi panas dan
rusak. Nah, kalau sel otak yang kena, bisa jadi ada salah satu struktur syaraf yang jadi
rusak. Bayangkan saja jika pusat penglihatan yang kena, bagaimana bayinya nanti, kan?
DUA PEMERIKSAAN
Secara umum, pemeriksaan USG yang digunakan di bidang ilmu kebidanan ada 2
macam, yaitu perabdominal (lewat perut) dan pervaginal (lewat vagina). Cara lain bisa
transperineal atau transrektal.
Pemeriksaan USG perabdominal biasanya dilakukan pada kehamilan yang sudah cukup
besar (lebih dari 12 minggu). Karena ukuran janin yang sudah cukup besar, sehingga
diperlukan probe (transduser yang mirip mikrofon) yang lebih
besar pula. Karena memang tak memungkinkan untuk lewat vagina.
Sedangkan pemeriksaan USG pervaginal biasanya dilakukan pada kehamilan kurang dari
12 minggu. Dengan dilakukan di usia muda kehamilan inilah maka kita dapat
menentukan secara lebih pasti usia janin. Juga jumlah janin (kembar atau tidak),
ukurannya, lokasi, denyut jantung, dan keadaan uterus maupun organ-organ di sekitarnya.
Dengan diketahuinya kelainan-kelainan pada janin secara dini maka memungkinkan
bagi dokter untuk bertindak lebih cepat sehingga memberikan hasil yang lebih optimal.
Selain itu, dengan pemeriksaan USG pervaginal, probe USG bisa lebih dekat ke organ
genetalia interna. Probe inilah yang akan merekam gelombang suara yang dipantulkan
oleh organ-organ tubuh si janin. Nah, dengan lebih dekat ke janin maka memungkinkan
untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. Selain itu, pasien juga jadi tak perlu repot
untuk menahan air kencingnya.

Perlu diketahui untuk pemeriksaan USG perabdominal ibu hamil akan diminta menahan
air kencingnya sebelum pemeriksaan. Karena pada kehamilan trimester I, organ genitalia
intern masih berada di bawah rongga panggul. Tertutup oleh massa usus yang berisi gas,
selain juga dilindungi oleh tulang panggul sehingga menghalangi penjalaran gelombang
USG. Untuk mengatasi hal itu harus dibantu dengan kandung kemih yang penuh. Dengan
demikian kandung kemih itu akan mendesak massa usus keluar dari rongga panggul
sehingga rahim terdesak lebih jauh. Itulah mengapa sering dikatakan juga air kemih itu
sebagai jendela ventilasi untuk meneropong ke dalam.
Yang jelas para ibu tidak perlu khawatir bahwa pemeriksaan pervaginal ini akan
menyebabkan perdarahan atau keguguran . Karena pemeriksaannya tidak memerlukan
manipulasi atau penekanan pada rahim.
Sedangkan yang melalui perut, si ibu hamil harus berbaring telentang dan perutnya akan
diberi minyak atau jelly. Kemudian sebuah transduser digerakkan perlahan-lahan di
permukaan perut. Pemakaian jelly ini berguna karena di atas kulit terdapat lapisan udara
yang dapat memantulkan kembali gelombang suara yang datang.
Nah, kini sudah jelas mengapa USG itu diperlukan. Dengan bantuan dokter ahli di bidang
ini, ibu hamil akan melihat bagian-bagian dari calon bayinya, dari kepala, kaki, bokong,
atau tulang punggung si janin sampai jenis kelamin. Dan yang paling penting, bisa
mendeteksi adanya kelainan.
Indah Mulatsih
Aneka Manfaat USG
Para ibu sering salah menafsirkan manfaat pemeriksaan USG ini. Sering, kan, ibu-ibu
hamil yang menolak pemeriksaan USG karena merasa tidak perlu untuk memeriksa jenis
kelamin anaknya. Padahal, menurut Judi, USG itu bukan hanya semata-mata untuk
melihat jenis kelamin janin. Banyak manfaatnya. Terlebih lagi bagi ibu yang mempunyai
riwayat obstetrik buruk. Misalnya, memiliki kehamilan ektopik, kista, mioma, atau
bayinya cacat.
Di antara manfaatnya adalah:
* Pada kehamilan trimester I:
- Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.
- Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat bawaan.
- Meyakinkan adanya kehamilan.
- Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda,
misalnya kehamilan ektopik.
- Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.
- Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.
- Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.

- Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.


- Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista, mioma,
dsb.
Pada kehamilan trimester II & III:
- Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat
disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.
- Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan
terhambatnya perkembangan janin.
- Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. Jadi, lebih ke
arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.
- Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya cairan
amnion, dsb.
- Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum persalinan.
- Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.
- Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).
Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka kita dapat
bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran darah pada
janin dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan pada keadaan yang sudah
berat dapat mengakibatkan kematian.
Nah, dengan melihat begitu banyak manfaatnya, tentunya akan rugi jika tidak melakukan
USG. Kerugiannya, ia jadi tidak tahu bayinya cacat atau tidak.
Indah

MRI 1.5
Tesla
Kemajuan teknologi di bidang kedokteran yang ada pada
saat ini memberi kemudahan bagi para praktisi
kedokteran untuk mendiagnosa penyakit serta
menentukan jenis pengobatan bagi pasien. Salah satu
bentuk kemajuan tersebut adalah penggunaan alat MRI
(Magnetic Resonance Imaging) untuk melakukan
pencitraan diagnosa penyakit pasien

Apakah Arti MRI ?

MRI( Magnetic Resonance Imaging ) merupakan suatu alat


diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh anda
dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang
frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan
radioaktif. selama pemeriksan MRI akan memungkinkan molekulmolekul dalam tubuh bergerak dan bergabung untuk membentuk
sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh antena dan dikirimkan ke
komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar monitor menjadi
sebuah gambaran yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian dalam
Apakah manfaat pemeriksaan dengan MRI ?

MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan


sangat jelas dan lebih sensitive untuk menilai anatomi jaringan lunak
dalam tubuh, terutama otak,.sumsum tulang belakang, susunan saraf
dibandingkan dengan pemeriksaan x-ray biasa maupun CT scan Juga
jaringan lunak dalam susunan musculoskeletal seperti otot, ligament ,
tendon , tulang rawan , ruang sendi seperti misalnya pada cedera lutut
maupun cedera sendi bahu. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan
dengan MRI yaitu evaluasi anatomi dan kelainan dalam rongga dada,
payudara , organ organ dalam perut, payudara, pembuluh darah, dan
jantung, . Pada umumnya struktur tulang akan dapat lebih diteliti
dengan lebih baik dengan CT scan daripada dengan MRI.
Apakah pemeriksaan dengan MRI aman ?

Prosedur MRI tidak menimbulkan sakit, kerusakan jaringan dan


sebagainya. Namun karena berada di medan magnet yang besar,pada
saat pemeriksaan berlangsung akan dapat menarik benda-benda yang

bersifat

logam,

dan

menyebabkan

tempatnya

bergeser

.Bisa

dibayangkan jika letaknya di dalam tubuh maka akan dapat melukai


pasien. Oleh karena itu sangatlah penting diingatkan kepada pasien
untuk melepas benda-benda yang bersifat logam sebelum pasien
menjalani pemeriksaan MRI. Fasilitas MRI tentu saja mengharuskan
operator atau staf radiologi untuk mengetahui keberadaan bendabenda logam di dalam tubuh dengan menanyakan riwayat operasi atau
riwayat kesehatan pasien sebelumnya. Benda-benda logam yang
ditanamkan di dalam tubuh (implant) antara lain dapat berupa clip
pada operasi aneurisma, pacemaker pada jantung, alat bantu dengar
(hearing-aid),

gigi

palsu,

dan

sebagainya.

Pada

pasien

dengan

keadaan-keadaan tersebut diatas prosedur MRI dapat dibatalkan


karena takut akan melukai pasien.
Apakah Keunggulan MRI ?

Kelebihan MRI berbanding peralatan lain ialah gambar yang


dihasilkan lebih jelas serta dapat dilihat dari berbagai sisi tanpa
melibatkan

pengunaan

radiasi,

memberikan

hasil

tanpa

perlu

mereposisi pasien, tidak menggunakan kontras untuk sebagian besar


pemeriksaan MRI. Fasilitas MRI di Rumah Sakit Medistra dilengkapi
dengan kemampuan untuk menilai funksi organ tertentu secara
dinamik ( Functional MRI ), untuk menilai distribusi darah baik di otak
maupun di jantung ( Perfusion Imaging ) serta melihat metabolisme
yang ada didalam sebuah tumor (Spectroscopy Imaging )
Bagaimana

pemeriksaan

MRI

dilakukan

dan

bagaimana

pemeriksaan ?

Apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjalani pemeriksaan MRI ?

persyaratan

Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien
akan diminta untuk melepaskan beberapa benda-benda logam seperti :

dompet, kartu kredit, dam kartu-kartu lainnya

peralatan elektronik seperti telepon genggam

alat bantu pendengaran (hearing-aid)

perhiasan atau jam tangan

bolpen, klip kertas, kunci, dan koin

ikat rambut ,bulu mata palsu

baju yang memiliki kancing logam / resleting logam

sepatu, sabuk, pin, dsb.

Sebelum prosedur MRI pasien akan diminta untuk mengisi


kuesioner / selembar kertas mengenai keadaan pasien sebelum
dilakukan pemeriksaan MRI. Selain itu pasien akan ditanyakan juga
riwayat kesehatan atau operasi sebelumnya.
Seperti pada pemeriksaan CT scan dan Radiologi lainnya ,
kadang kadang dokter memerlukan penyuntikan kontras media intra
vena pada kasus tertentuk untuk memperjelas kelainan yang ada
didalam tubuh .Untuk hal ini pasien diharapkan puasa untuk tidak
makan padat 4 jam sebelum pemerikaan . Dan untuk menghindari
kemungkinan risiko penyuntikan kontras intravena terhadap gangguan
funksi ginjal , maka diperlukan penilaian funksi ginjal ( cek ureum dan
creatinine darah ) sebelum pemeriksaan dilakukan
MRI dilakukan di ruangan khusus dan pasien akan diminta oleh staf
radiologi untuk berbaring didalam meja pemeriksaan . Selanjutnya
dipasang penutup telinga untuk mengurangi bunyi mesin yang tidak
diinginkan.( beberapa jenis suara akan terdengar dari mesin selama

pemeriksaan berlangsung ) .
Hal penting yang harus dilakukan oleh pasien adalah berbaring dengan
tenang dan relaks. Pemeriksaan MRI biasanya berlangsung antara 2060 menit tergantung dari bagian tubuh mana yang akan diperiksa .
Saat pemeriksaan berlangsung petugas MRI akan dapat berkomunikasi
dengan Anda dapat mendengar Anda, serta mengobservasi Anda setiap
saat. Segera sampaikan kepada petugas MRI jika ada perasaan yang
tidak nyaman pada saat pemeriksaan berlangsung. Setelah prosedur
MRI selesai, Anda dapat melakukan aktivitas normal.

RUMAH SAKIT MEDISTRA

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 59 Jakarta Selatan 12950


Telp. 021 - 5210200 Ext. 132, 103 - Fax. 021 - 5210184
email :
customercare@medistra.com

Manfaat Laser
SAMPAI saat ini telah dikembangkan berbagai jenis laser dengan jenis medium laser
yang bervariasi. Secara umum laser diklasifikasi menurut jenis mediumnya menjadi 4
tipe, yaitu doped insulator, semikonduktor laser gas, dan liquid (cair).
1. Kedokteran. Laser doped insulator menggunakan bahan padat yang atom-atomnya
berbentuk kristal sebagai medium lasernya. Laser jenis ini sangat kuat, mudah
perawatannya, dan dapat menghasilkan daya yang tinggi. Contohnya, laser ruby dan laser
Nd YAG. Kedua jenis laser ini banyak digunakan dalam dunia medis (kedokteran). Laser
Candela SPLT-1B Vascular banyak digunakan untuk menghancurkan kelainan kulit
berwarna merah. Laser Medlite IV Nd YAG untuk menghilangkan segala pigmentasi
(misalnya bercak cokelat dan hitam di wajah, juga tato dengan pelbagai warna).
2. Serat Optik. Laser semikonduktor menggunakan sambungan p-n sebagai mediumnya.
Contoh bahan semikonduktor yang banyak dipakai adalah InGaAsp (Indium_GaliumArsen-Phosphor). Laser jenis ini yang paling banyak digunakan dalam sistem komunikasi
serat optik karena kelebihannya dalam hal ukuran, tegangan listrik yang diperlukan, dan

harganya yang relatif lebih murah.


4. Kecantikan. Laser gas yang banyak digunakan, misalnya gas Helium-Neon, akan
menghasilkan laser lembut berwarna merah berdaya rendah. Laser arsen menghasilkan
warna biru. Kripton menghasilkan laser berwarna hijau atau uap air menghasilkan laser
inframerah. Laser ini digunakan untuk merangsang penyembuhan kulit/ luka,
pertumbuhan rambut, merangsang pigmentasi normal, dan mencegah perut luka. Laser
karbon dioksida menghasilkan laser inframerah berdaya tinggi.
5. Pembedahan. Jenis laser lain yang banyak digunakan di dunia kedokteran adalah laser
Sharpan Sure Touch karbon dioksida yang merupakan salah satu laser karbon dioksida
terbaik di dunia. Pembedahan menggunakan laser karbondioksida membuat pendarahan
minimal, lebih singkat, penyembuhan lebih nyaman dan lebih cepat. Laser jenis inilah
yang sebenarnya sering digunakan untuk khitan di Indonesia.
Saat ini laser dengan bahan cair dan laser dye sebagai medium telah dikembangkan.
Laser dye ini banyak digunakan untuk keperluan spektroskopi dan penelitian reaksi
kimia. (Amien Nugroho, pegiat populerisasi sains, tinggal di Bantul- 80).

Anda mungkin juga menyukai