belum mendapat jaminan kesehatan dari Askes, Jamkesmas dan asuransi kesehatan lain, kata
Kadiskes Aceh, dr M Yani kepada Serambi, Senin (18/1).
Menurut M Yani, program JKA dua tahun lalu diusulkan tetapi tidak jelas sasaran sehingga
usulan anggaran yang telah dialokasikan dipangkas oleh panitia anggaran dewan dan
dialokasikan untuk program lain. Tahun ini ujar M Yani, Gubernur Aceh Irwandi minta dirinya
mempersiapkan dokumen dan data dari program JKA secara matang. Persiapan diperlukan
sehingga dalam pembahasan bersama antara Badan Anggaran DPRA bersama Tim Anggaran
Pemerintah Aceh usulan ini tidak lagi di tolak. Misi dan tujuan JKA bukan mengejar jumlah
untuk dilayani tapi kualitas dari pelayanan medis yang diberikan pada pasien JKA akan lebih
baik. Tentunya, ujar M Yani dalam pemilihan asuransi yang akan menangani program ini harus
perusahaan bonafit dan mampu melaksanakan kewajiban dalam pelaksanaan JKA.
Ia mengatakan, uang jaminan yang dalam JKA mencapai Rp 16.000/orang atau lebih besar dari
nilai jaminan Jamkesmas Depkes yang hanya Rp 12.000/orang. Tujuannya agar rakyat miskin
yang mendapat kartu program JKA ini jika berobat ke Puskesmas dan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) di 23 Kabupaten/Kota serta RSU Zainal Abidin di Banda Aceh, mendapat
pelayanan medis yang maksimal.
Untuk maksud ini ujar M Yani, perusahaan asuransi kesehatan yang akan melaksanakan program
JKA APBA 2010 harus yang sudah punya jaringan luas di berbagai rumah sakit umum daerah di
Aceh. Begitujuga RSU yang ditinjuk menerima pasien JKA harus bisa menunjukkan jatidiri
sebagai RSUD yang telah memiliki sertifikasi standar pelayanan minimum (SPM). SPM yang
kita maksud bukan RSU yang memberikan pelayanan standar minimum kepada pasien JKA, tapi
RSU yang mampu memberikanan pelayanan standar rumah sakit yang bisa memuaskan pasien
yang sesungguhnya, katanya.
Begitu juga Puskesmas yang ditunjuk ujar M Yani, adalah Puskesmas yang mampu memberi
pelayanan pada pasien. Puskesmas yang ditunjuk menjadi penerima pasien JKA akan diberikan
dana operasi yang cukup dan sangat berarti bagi para dokter dan perawatnya. Pelaksanaan
program JKA telah dialokasikan dana dalam RAPBA Rp 350 miliar. Pagu dana sebesar ini untuk
pelaksanaan tujuh bulan sedangkan untuk pelayanan 12 bulan nilainya mencapai Rp 552 miliar,
ujarnya. her/serambi indonesia
(puskesmasjeuram.wordpress.com)
Program
Informasi yang diterima wartawan koran ini, program P2DTK yang berada di bawah dinas
kesehatan Aceh Utara sudah hampir rampung terlaksana. Dari 16 item kegiatan, jadwal yang
diprogram oleh UPKD berlangsung sekitar 2,5 bulan. Kegiatan itu melibatkan tim tehnis dan
juga panitia dari dinas maupun masyarakat.
Salah seorang yang mengerti dibidang program kesehatan masyarakat sangat menyesalkan
kondisi kegiatan yang sedang dan telah dilakukan dinas kesehatan. Sebab dinilai kegiatan yang
dilakukan dengan dana program P2DTK kurang tepat sasaran. Bahkan terkesan ada beberapa hal
yang menyimpang sehingga apa yang diharapkan sulit dicapai.
Sangat kita sayangkan jika dana yang besar itu sia-sia dan kurang bermanfaat. Karena saya
menilai pelaksanaan kegiatan itu tidak sesuai dengan rencana anggaran. Ditambah unsur
pemantau yang dipakai pada kegiatan tidak mampu melakukan pengawasan yang sebenarnya.
Bahkan cenderung tidak mengerti apa yang dipantaunya, ungkap sumber wartawan koran ini
yang tidak mau namanya ditulis.
Dari 16 item kegiatan, dia mencontohkan dua item kegiatan diantaranya, kegiatan TOT PHBS
Rumah tangga. Pada kegiatan ini, peserta hanya petugas KIA, Gizi dan kesling serta promkes.
Sedangkan kader sama sekali tidak dilibatkan. Padahal kegiatan yang diharapkan peserta berasal
dari petugas promosi kesehatan puskesmas dan kader gampong siaga.
Juga untuk nara sumber, pada pelaksanaan terdiri dari, WI, Unsur teknis P2DTK dan NGO lokal.
Seharusnya menurut sumber ini haruslah fasilisator yang sudah terlatih dan mempunyai
sertifikasi tentang PHBS rumah tangga, baik tingkat propinsi maupun kabupaten. Hal senada
juga pada pemberian materi, modul yang diberikan tidak sesuai dengan petunjuk dan tujuan yang
akan dicapai.
Materi seharusnya memakai pedoman PHBS RT terbaru. Lebih banyak ke praktek survey,
pengenalan kartu survey, tehnik wawancara, uji coba dan analisa data. Dengan kekeliruan ini,
maka target akan sulit dicapai dan tidak sampai kepada masyarakat daerah tertinggal,ujarnya.
Kekeliruan juga terlihat pada item kegiatan TOR penyuluh kesehatan masyarakat. Kegiatan yang
punya butget mencapai Rp.142 juta itu juga dinilai tidak sesuai rencana. Padahal hasil konsultasi
publik masyarakat mengharapkan adanya peningkatan sumber daya manusia petugas penyuluh
ditiap puskesmas. Tetapi dalam pelaksanaan, tenaga yang direkrut untuk dilatih bukan tenaga
penyuluh yang mempunyai SK fungsional penyuluh.
Tetapi tenaga-tenaga yang tidak sesuai job description dipuskesmas masing-masing. Ini baru
dua item, bayangkan ada 16 item yang dikerjakan dari program P2DTK. Saya berharap agar
pihak-pihak terkait dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Sehingga tujuan program
Rencana Program
Rencana Program yang akan kami jalankan Tahun 2010/2011:
1. Emergency Response terhadap korban bencana Gempa & Tsunami di Mentawai dan Korban
Letusan Gunung Merapi di Magelang.
2. Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) Di Aceh.
3. Pelatihan Penanggulangan Kedaruratan Pada Proses Persalinan Normal untuk Bidan dan
Perawat di Tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit di Aceh.
4. Seminar Nasional dengan Teman Perspektif Seks dan Pengaruhnya terhadap Kepemimpinan
Politik di Aceh.
5. Riset tentang Tingkat Kepuasan Masyarakat atas Pelayanan Rumah Sakit di Aceh.
6. Pelatihan tentang Prinsip-Prinsip Dasar Hak Asasi Manusia (HAM) kepada Para Pekerja
Kesehatan
(ahhfkita.wordpress.com)