Anda di halaman 1dari 16

Pelaksanaan Sosialisasi Manfaat Pemeriksaan Radiologi

dan Edukasi Dokter Radiologi Kontribusinya Terhadap


Kepatuhan Pasien (Survai pada Pasien di Departemen
Radiologi RSUP Sanglah Bali)
Usulan Penelitian oleh :
dr Vanhos Saragih

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895.
Penemuan sinar-X ini dipengaruhi oleh hasil percobaan sebelumnya dari J.J. Thomson
mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan
tersebut mengamati gerak electron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang
berada dalam tabung kaca yang hampa udara. Sinar-X adalah pancaran gelombang
elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar
ultraviolet, dengan panjang gelombang yang sangat pendek Pemanfaatan sinar-X di
bidang kedokteran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat. Aplikasi ini telah cukup beragam mulai dari radiasi untuk diagnostik
sampai penggunaan radiasi untuk terapi (Ferry, 2008; Toto et al., 2009).

Saat ini alat-alat radiologi adalah alat diagnostik yang sangat diperlukan dalam
perawatan medis, terutama dalam keadaan darurat, onkologi dan Departemen Pediatrik.
Pencitraan radiologi memiliki manfaat untuk tindak lanjut pasien serta signifikansi
diagnostik. Alat radiologi telah banyak membantu dokter dalam mendiagnosa suatu
penyakit. Jenis citra yang digunakan untuk kepentingan diagnosa penyakit ini
merupakan jenis citra khusus yang dihasilkan dari peralatan medis seperti X-ray, USG
(Ultrasonography), CT (Computed Tomography) scanner, MRI (Magnetic Resonance
Imaging), PET (Positron emission Tomography). Dalam 15 tahun terakhir, teknik
pencitraan yang canggih dalam neuroradiology memberikan data yang sangat penting
dari otak seperti metabolit dengan spektroskopi MR, mikrovaskularitas dengan
pencitraan perfusi, integritas materi putih dengan pencitraan tensor difusi dan jaringan
korteks dengan pencitraan fungsional. Teknik ini dilakukan untuk pemantauan pada
pasien onkologis dan evaluasi pra operasi serta diagnosis dini stroke (Reddy, 2017;
Toto et al., 2009).

Banyak manfaat dari prosedur yang memanfaatkan radiasi pengion. Prosedur ini
sudah berkembang dan diterima dengan baik oleh masyarakat yang berprofesi di
bidang medis dan masyarakat luas. Di sisi lain, terdapat risiko yang terkadang
merugikan yang sulit untuk diperkirakan dan diukur.

Beberapa pasien salah menafsirkan risiko radiasi dan menolak pemeriksaan yang
bermanfaat atau berpotensi menyelamatkan nyawa karena takut akan radiasi. Ada bukti
yang menjelaskan risiko yang ditimbulkan tidak akan merugikan pasien, bahkan ketika
risiko ini dijelaskan kepada pasien dalam kelompok usia yang peka terhadap radiasi
(Reddy, 2017).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdahulu, maka dapat
dipahami betapa pentingnya upaya pelakasanaan sosialisasi dan edukasi dokter radiologi
terhadap kepatuhan pasien yang berobat di RSUP Sanglah Bali.

1.3 Pembatasan Masalah


Mengingat banyaknya faktor yang dapat menyebabkan peningkatan atau
penurunan kepatuhan pasien di RSUP Sanglah untuk melakukan pemeriksaan radiologi
yang tidak mungkin dapat diamati secara keseluruhan, maka kajian penelitian ini hanya
dibatasi pada Kontribusi antara pelaksanaan sosialisasi manfaat pemeriksaan radiologi
Terhadap Kepatuhan pasien, Kontribusi antara Edukasi Dokter Radiologi Terhadap
Kepatuhan pasien, dan Kontribusi antara pelaksanaan sosialisasi dokter radiolgi dan
edukasi dokter radiologi secara bersama-sama Terhadap Kepatuhan Pasien yang berobat
di RSUP Sanglah Bali.

1.4 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan terdahulu, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat Kontribusi antara Pelaksanaan Sosialisasi Manfaat Pemeriksaan
Radiologi Terhadap Kepatuhan Pasien di RSUP Sanglah Bali ?
2. Apakah terdapat Kontribusi antara Edukasi Dokter Radiologi Terhadap Kepatuhan
Pasien di RSUP Sanglah Bali ?
3. Apakah terdapat Kontribusi antara pelaksanaan Sosialisasi Manfaat Pemeriksaan
Radiologi dan Edukasi Dokter Radiologi secara bersama-sama Terhadap Kepatuhan
Pasien di RSUP Sanglah Bali ?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)
Apakah terdapat Kontribusi pelaksanaan sosialisasi manfaat pemeriksaan radiologi
Terhadap Kepatuhan pasien (2) Apakah terdapat Kontribusi antara edukasi dokter
radiologi terhadap kepatuhan pasien, dan (3) Apakah terdapat Kontribusi antara
pelaksanaan sosialisasi manfaat pemeriksaan radiologi dan edukasi dokter radiologi secara
bersama-sama Terhadap Kepetuhan pasien di RSUP Sanglah Bali.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Edukasi Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan gambar


bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan pencitraan
diagnostik. Menurut Patel (2005:2), radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan
untuk melihat bagian tubuh manusia yang menggunakan pancaran atau radiasi gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Modalitas pencitraan (modality)
merupakan istilah dari alat-alat yang digunakan dalam bidang radiologi untuk melakukan
diagnosa terhadap penyakit. Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit
terdeteksi pada tahap awal sehingga akan meningkatkan keberhasilan pengobatan yang
dilakukan. Jenis pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan peralatan pencitraan
diagnostik yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia,
dan biologi serta teknologi elektronika, dan komputer. Dalam pembangunan suatu fasilitas
kesehatan, peralatan pencitraan diagnostik merupakan investasi terbesar dari seluruh
anggaran yang diperlukan (Kartawiguna & Georgiana, 2011:1).

Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan temuan
diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi
merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya untuk
keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi seperti
biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization
(menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut
secara bertahap (gradually) (Kartawiguna & Georgiana, 2011:3).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana
Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa, pelayanan radiologi sebagai bagian yang
terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat
Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat


terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan
pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi
diagnostik khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai
dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik–klinik swasta,
maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A.
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini
telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas
radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion
(gelombang mekanik). Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah
mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.

2.1.1. Macam-macam Pemeriksaan Radiologi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008


tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
menyatakan, dalam pelayanan radiologi diagnostik memiliki tiga jenis. Tiga pelayanan
radiologi diagnostik meliputi:

1. Pelayanan Radiodiagnostik.
2. Pelayanan Pencitraan Diagnostik.
3. Pelayanan Radiologi Intervensional.

Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis

dengan menggunakan radiasi pengion (sinar-X), meliputi antara lain pelayanan sinar- X
konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan) dan mammografi.

Pelayanan pencitraan diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis


dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Magnetic
Resonance Imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG).
Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dan terapi intervensi dengan menggunakan peralatan radiologi sinar-X (angiografi, CT
Scan). Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan radiasi non pengion. Ilmu Radiologi
intervensi adalah area spesialisasi dalam bidang radiologi yang menggunakan teknik
radiologi seperti radiografi sinar-X, pemindai CT, pemindai MRI, dan ultrasonografi
untuk menempatkan kabel, tabung, atau instrumen lain di dalam pasien untuk
mendiagnosa atau mengobati berbagai kondisi.

Berikut ini dijelaskan macam-macam pemeriksaan radiologi yang umum


dilakukan. Jenis-jenis pemeriksaan ini dijelaskan secara garis besar berdasarkan modalitas
radiodiagnostik maupuan pencitraan diagnostik lainnya yang digunakan.

1. Radiografi dan Fluoroskopi

Pemeriksaan sinar-X klasik adalah metode radiologi tertua. Secara umum,


radiogram dapat membedakan antara tulang, udara, dan jaringan, tetapi sulit membuat
penggambaran yang tepat dari struktur oleh karena tumpang tindih. Saat ini, pemeriksaan
sinar-X klasik terutama digunakan untuk memeriksa paru-paru dan tulang (Kartawiguna &
Georgiana, 2011:6).

Selama pemeriksaan sinar-X dilakukan, sinar-X akan menembus tubuh. Jaringan


tubuh, seperti tulang dan organ-organ tubuh akan melemahkan sinar - X dengan berbagai
tingkat perlemahan yang berbeda, sinar yang mampu melewati tubuh sepenuhnya akan
mengenai sebuah film yang sensitif terhadap cahaya, membentuk pola paparan. Ini adalah
radiogram klasik. Sedangkan pada sebuah radiogram digital, film sinar-X digantikan
dengan detektor datar yang bekerja berdasarkan teknik semikonduktor.

2. Computed Tomography

Sama seperti sinar-X konvensional, tomografi komputer (computed tomography


atau CT) bekerja dengan sinar-X, tetapi memberikan gambar yang tidak tumpang tindih
yang disebut tomografi. Ini berarti bahwa daerah yang akan diperiksa adalah disinari
dengan sinar-X pada banyak irisan tipis yang terpisah, yang dapat dilihat secara individual
atau dapat dikombinasikan untuk membentuk tampilan tiga dimensi, sehingga
memudahkan diagnosis yang lebih baik (Kartawiguna & Georgiana, 2011:8).
Selama pemeriksaan CT, tubuh dipindai dalam bagian-bagian individu sementara
pasien bergerak di atas meja melalui gantry. Sebuah tabung sinar-X, yang terletak di
dalam cincin berbentuk donat, diarahkan menuju pusat cincin, di mana pasien berbaring.
Seberkas sinar-X berbentuk kipas dengan ketebalan 1 – 10 mm melewati pasien menuju
detektor irisan berganda pada sisi yang berlawanan, memungkinkan gambar dalam bentuk
volume dibuat.

3. Ultrasound atau Sonography

Sonografi paling cocok untuk pencitraan terus menerus atau pemantauan, karena
ini adalah teknik yang sama sekali bebas risiko diagnostik dibandingkan dengan
radiografi, yang menggunakan radiasi berbahaya. Bahkan pemeriksaan gema berganda
(multiple echo) benar-benar aman bagi pasien. Untuk alasan ini, sonografi, sebagai contoh,
telah menjadi prosedur standar untuk pemantauan kehamilan. USG mengkonversi pulsa
elektrik ke gelombang suara, yang ditransmisikan dari transduser atau probe ke tubuh.
Tergantung pada berbagai jenis jaringan tubuh, gelombang suara diserap dan dipantulkan
secara berbeda. Mereka dideteksi oleh probe dan komputer kemudian dihitung waktu
kembalinya gema dan intensitas gema, mengkonversi gelombang suara yang dipantulkan
ke dalam gambar (Kartawiguna & Georgiana, 2011:6).

4. Magnetic Resonance Imaging

MRI adalah pilihan metode pencitraan saat diperlukan diferensiasi jaringan lunak
ditambah dengan resolusi spasial tinggi dan kemampuan pencitraan fungsional. Seperti
CT, MRI juga merupakan metode tomografi, tapi tidak seperti CT, tidak menggunakan
sinar-X. Sebaliknya, MRI menggunakan medan magnet yang kuat yang terbentuk dalam
cincin menyebabkan perubahan orientasi proton hidrogen dalam tubuh. Jaringan yang
berbeda menghasilkan sinyal yang berbeda, yang direkam oleh peralatan dan diubah
menjadi gambar dengan komputer (Kartawiguna & Georgiana, 2011:9).

5. Angiografi

Angiografi adalah pemeriksaan sinar-X khusus yang memungkinkan untuk


memvisualisasikan pembuluh darah. Aplikasi klinis khas berkisar dari visualisasi
pembuluh darah koroner, kepala, dan pembuluh arteri serviks dan vena, ke pembuluh
perifer di panggul dan ekstremitas. Metode ini memudahkan diagnosis stenosis
(penyempitan) dan trombosis (penyumbatan) dan bahkan penyembuhan kondisi ini
menggunakan teknik invasif khusus (Kartawiguna & Georgiana, 2011:10).

Angiografi menggunakan media kontras untuk memvisualisasikan pembuluh


darah. Media kontras diberikan melalui kateter yang ditempatkan sedekat mungkin dengan
pembuluh darah yang akan divisualisasikan. Sebuah sistem sinar-X berbentuk lengan C
(C-arm) yang dibutuhkan untuk melakukan radiografi pembuluh darah. Alat ini dilengkapi
dengan lengan berbentuk C yang dapat bergerak dengan tabung sinar- X di satu ujung dan
detektor panel datar pada sisi yang lain.

2.2 Sumber Daya Manusia

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1014/MENKES/SK/XI/2008


tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, setiap
tenaga yang ada dalam instalasi atau unit pelayanan radiologi diagnostik mempunyai tugas
dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan mutu teknis
dan proteksi atau keamanan pelayanan pencitraan radiodiagnostik atau intervensional.

Tenaga yang melakukan pemeriksaan radiologi diagnostik khusus untuk kesehatan


gigi dan jantung perlu mendapatkan pelatihan khusus untuk bidang tersebut. Tugas pokok
masing – masing sumber daya manusia yang bertugas pada departemen radiologi adalah:

1. Dokter Spesialis Radiologi

Dokter Spesialis Radiologi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP (Standar Operasional Prosedur)


tindak medik radiodiagnostik, pencitraan diagnostik dan radiologi intervensional
serta melakukan revisi bila perlu.
2. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, pencitraan diagnostik dan
radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkan dalam SOP .
3. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi bersama dengan
radiografer. Khusus pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena,
dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi atau dokter lain atau tenaga kesehatan
(perawat) yang mendapat pendelegasian.
4. Menjelaskan dan menandatangani informed consent atau izin tindakan medik
kepada pasien atau keluarga pasien.
5. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radio diagnostik, pencitraan
diagnostik dan tindakan radiologi intervensional.
6. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, pencitraan diagnostik
dan radiologi intervensional sesuai kebutuhan.
7. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
8. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
9. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra
radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan
paparan medik.
10. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional
dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya.
11. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
12. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK radiologi.

2. Radiografer

Radiografer atau Penata Rontgen memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mempersiapkan pasien, obat – obatan dan peralatan untuk pemeriksaan dan


pembuatan foto radiologi.
2. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
3. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus untuk pemeriksaan
dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan dikerjakan bersama dengan dokter
spesialis radiologi.
4. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station) atau
pencetakan hasil pemeriksaan secara digital.
5. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
6. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di sekitar
ruang pesawat sinar-X.
7. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang
diterima pasien sesuai kebutuhan.
8. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.

3. Fisikawan Medik

Fisikawan Medik memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi untuk
penggunaan klinik.
2. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.
3. Pengadaan prosedur jaminan kualitas atau Quality Assurance (QA) dalam
radiologi diagnostik, meliputi pelaksanaan diagnosa terapi, keamanan
radiasi dan kendali mutu.
4. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janin pada
wanita hamil.
5. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai dengan
keselamatan radiasi.
6. “Acceptance test” atau uji kesesuaian dari unit yang baru.
7. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.
8. Berpatisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan
sumber daya manusia, peralatan, prosedur dan perlengkapa proteksi radiasi.
9. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.
10. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.

4. Tenaga Teknik Elektromedis


Tenaga Teknik Elektromedis memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Melakukan perawatan peralatan Radiologi diagnostik, bekerja sama dengan


Fisikawan Medis secara rutin.
2. Melakukan perbaikan ringan.
3. Turut serta dengan pemasok (supplier) pada setiap pemasangan alat baru atau
perbaikan besar.
5. Tenaga Petugas Proteksi Radiasi (PPR)

Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi.


2. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi.
3. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi, dan
memantau pemakaiannya.
4. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat di
mana pesawat sinar-x digunakan.
5. Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi.
6. Berpartisipasidalammendesainfasilitasradiologi.
7. Memelihara rekaman.
8. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
9. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal
kedaruratan.
10. Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan radiasi.
11. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan
keselamatan radiasi, dan verfikasi keselamatan yang diketahui oleh pemegang izin
untuk dilaporkan kepada Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
12. Melakukan inventarisasi zat radioaktif.

6. Tenaga Perawat

Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:

a. Mempersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan radiologi.

b. Membantu dokter dalam pemasangan alat-alat pemeriksaan dengan bahan kontras.

c. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat.

d. Bertanggung jawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan.


7. Tenaga TI (Teknologi Informasi)

Tenaga Teknologi Informasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Memasukkan dan menyimpan data secara elektronik dengan rutin.


2. Memelihara dan memperbaiki alat-alat TI.

8. Tenaga Kamar Gelap

Tenaga Kamar Gelap diperlukan bila departemen radiologi masih menggunakan cara
pemrosesan film manual. Posisi Tenaga Kamar Gelap memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:

1. Menyiapkan kaset dan film.


2. Melakukan pemrosesan film.
3. Mengganti cairan processing (cairan developer dan fixer).
4. Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang kamar gelap.

9. Tenaga administrasi

Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan


di institusi pelayanan.
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian
kuantitatif melibatkan pengumpulan data berdasarkan survai. Dan dalam penelitian ini
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan terhadap tujuan untuk melukiskan variabel atau kondisi apa yang ada dalam
suatu konsisi.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Pasien yang berobat di RSUP Sanglah Bali dan
penelitian berlangsung 6 bulan di mulai pada bulan januari hingga juni tahun depan 2023
apabila di nyatakan lulus sebagai mahasiswa pascasarjana Sp-1 Radiologi (PPDS).

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Survai. Metode survai dirancang untuk
memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan Terhadap
tujuan untuk melukiskan variabel atau kondisi atau kondisi apa yang ada dalam suatu
situasi.

Pada bagian lain dinyatakan bahwa metode survai digunakan bukan saja untuk
membandingkan kondisi-kondisi tersebut Terhadap kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya atau untuk menilai keefektifan program, melainkan survai dapat juga
digunakan untuk menyelidiki Kontribusi atau untuk menguji hipotesis.

Konstelasi Kontribusi antara variabel bebas Terhadap variabel terikat secara


skematis dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Keterangan:

X1 : Pelaksanaan Sosialisasi Manfaat Pemeriksaan Radiologi


X2 : Edukasi Dokter Radiologi
Y : Kepatuhan Pasien

3.3 Populasi dan Sampling

Populasi penelitian ini adalah sebagian pasien yang berobat di RSUP Sanglah Bali
yang berjumlah 70 orang. Sampel dipilih Terhadap teknik sensus (Total sampling).
Pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan Terhadap cara dilotre pada semua populasi
untuk mendapatkan sampel yang representatif. Masing-masing obyek diberi nomor urut
sesuai Terhadap abjad nama atau nomor semula.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk


pernyataan. Kuesioner ini dibuat dari indikator variabel masing-masing sebagai acuan
dalam mengembangkan butir-butir instrumen dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan
Terhadap dimensi masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Finzia PZ dan Ichwanisa N. (2017). Gambaran pengetahuan radiografer tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Aceh Medika, 1(2): 67-73.
Gumilang, Galang Surya. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan
konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2): 144-159.
Hidayatullah, Rahmat. (2017). Dampak tingkat radiasi pada tubuh manusia. Jurnal Mutiara
Elektromedik, 1(1): 16-23.
Ravikanth, Reddy. (2017). Effective radiological imaging for the good of patients: Weighing
benefits and risks. World Journal of Nuclear Medicine, 16(2): 85-87.
Scatliff JH dan Morris PJ. (2014). From röntgen to magnetic resonance imaging: The history of
medical imaging. NC Medical Journal, 75(2): 111-113.
Sunarno S, Setiowati E, Lestari L. (2012). Aplikasi alat radiografi digital dalam pengembangan
layanan foto rontgen. Jurnal MIPA, 35(2): 145-150.
Suyatno, Ferry. (2008). Aplikasi radiasi sinar-x di bidang kedokteran untuk menunjang
kesehatan masyarakat. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, 503-510.
Suyatno, Ferry. (2010). Aplikasi radiasi dan radioisotop dalam bidang kedokteran. PRPN-
BATAN, 507-514.
Trikasjono T, Marjanto D, Timorti B. (2009). Analisis keselamatan pesawat sinar-x di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. PTNBR – BATAN, 278-289.

Anda mungkin juga menyukai