BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini alat-alat radiologi adalah alat diagnostik yang sangat diperlukan dalam
perawatan medis, terutama dalam keadaan darurat, onkologi dan Departemen Pediatrik.
Pencitraan radiologi memiliki manfaat untuk tindak lanjut pasien serta signifikansi
diagnostik. Alat radiologi telah banyak membantu dokter dalam mendiagnosa suatu
penyakit. Jenis citra yang digunakan untuk kepentingan diagnosa penyakit ini
merupakan jenis citra khusus yang dihasilkan dari peralatan medis seperti X-ray, USG
(Ultrasonography), CT (Computed Tomography) scanner, MRI (Magnetic Resonance
Imaging), PET (Positron emission Tomography). Dalam 15 tahun terakhir, teknik
pencitraan yang canggih dalam neuroradiology memberikan data yang sangat penting
dari otak seperti metabolit dengan spektroskopi MR, mikrovaskularitas dengan
pencitraan perfusi, integritas materi putih dengan pencitraan tensor difusi dan jaringan
korteks dengan pencitraan fungsional. Teknik ini dilakukan untuk pemantauan pada
pasien onkologis dan evaluasi pra operasi serta diagnosis dini stroke (Reddy, 2017;
Toto et al., 2009).
Banyak manfaat dari prosedur yang memanfaatkan radiasi pengion. Prosedur ini
sudah berkembang dan diterima dengan baik oleh masyarakat yang berprofesi di
bidang medis dan masyarakat luas. Di sisi lain, terdapat risiko yang terkadang
merugikan yang sulit untuk diperkirakan dan diukur.
Beberapa pasien salah menafsirkan risiko radiasi dan menolak pemeriksaan yang
bermanfaat atau berpotensi menyelamatkan nyawa karena takut akan radiasi. Ada bukti
yang menjelaskan risiko yang ditimbulkan tidak akan merugikan pasien, bahkan ketika
risiko ini dijelaskan kepada pasien dalam kelompok usia yang peka terhadap radiasi
(Reddy, 2017).
Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan temuan
diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi
merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya untuk
keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi seperti
biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization
(menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut
secara bertahap (gradually) (Kartawiguna & Georgiana, 2011:3).
1. Pelayanan Radiodiagnostik.
2. Pelayanan Pencitraan Diagnostik.
3. Pelayanan Radiologi Intervensional.
dengan menggunakan radiasi pengion (sinar-X), meliputi antara lain pelayanan sinar- X
konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan) dan mammografi.
2. Computed Tomography
Sonografi paling cocok untuk pencitraan terus menerus atau pemantauan, karena
ini adalah teknik yang sama sekali bebas risiko diagnostik dibandingkan dengan
radiografi, yang menggunakan radiasi berbahaya. Bahkan pemeriksaan gema berganda
(multiple echo) benar-benar aman bagi pasien. Untuk alasan ini, sonografi, sebagai contoh,
telah menjadi prosedur standar untuk pemantauan kehamilan. USG mengkonversi pulsa
elektrik ke gelombang suara, yang ditransmisikan dari transduser atau probe ke tubuh.
Tergantung pada berbagai jenis jaringan tubuh, gelombang suara diserap dan dipantulkan
secara berbeda. Mereka dideteksi oleh probe dan komputer kemudian dihitung waktu
kembalinya gema dan intensitas gema, mengkonversi gelombang suara yang dipantulkan
ke dalam gambar (Kartawiguna & Georgiana, 2011:6).
MRI adalah pilihan metode pencitraan saat diperlukan diferensiasi jaringan lunak
ditambah dengan resolusi spasial tinggi dan kemampuan pencitraan fungsional. Seperti
CT, MRI juga merupakan metode tomografi, tapi tidak seperti CT, tidak menggunakan
sinar-X. Sebaliknya, MRI menggunakan medan magnet yang kuat yang terbentuk dalam
cincin menyebabkan perubahan orientasi proton hidrogen dalam tubuh. Jaringan yang
berbeda menghasilkan sinyal yang berbeda, yang direkam oleh peralatan dan diubah
menjadi gambar dengan komputer (Kartawiguna & Georgiana, 2011:9).
5. Angiografi
Dokter Spesialis Radiologi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
2. Radiografer
Radiografer atau Penata Rontgen memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
3. Fisikawan Medik
1. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi untuk
penggunaan klinik.
2. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.
3. Pengadaan prosedur jaminan kualitas atau Quality Assurance (QA) dalam
radiologi diagnostik, meliputi pelaksanaan diagnosa terapi, keamanan
radiasi dan kendali mutu.
4. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janin pada
wanita hamil.
5. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai dengan
keselamatan radiasi.
6. “Acceptance test” atau uji kesesuaian dari unit yang baru.
7. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.
8. Berpatisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan
sumber daya manusia, peralatan, prosedur dan perlengkapa proteksi radiasi.
9. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.
10. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.
Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
6. Tenaga Perawat
Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
Tenaga Teknologi Informasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Tenaga Kamar Gelap diperlukan bila departemen radiologi masih menggunakan cara
pemrosesan film manual. Posisi Tenaga Kamar Gelap memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
9. Tenaga administrasi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian
kuantitatif melibatkan pengumpulan data berdasarkan survai. Dan dalam penelitian ini
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan terhadap tujuan untuk melukiskan variabel atau kondisi apa yang ada dalam
suatu konsisi.
Penelitian ini akan dilakukan pada Pasien yang berobat di RSUP Sanglah Bali dan
penelitian berlangsung 6 bulan di mulai pada bulan januari hingga juni tahun depan 2023
apabila di nyatakan lulus sebagai mahasiswa pascasarjana Sp-1 Radiologi (PPDS).
Metode penelitian yang digunakan adalah Survai. Metode survai dirancang untuk
memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan Terhadap
tujuan untuk melukiskan variabel atau kondisi atau kondisi apa yang ada dalam suatu
situasi.
Pada bagian lain dinyatakan bahwa metode survai digunakan bukan saja untuk
membandingkan kondisi-kondisi tersebut Terhadap kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya atau untuk menilai keefektifan program, melainkan survai dapat juga
digunakan untuk menyelidiki Kontribusi atau untuk menguji hipotesis.
Populasi penelitian ini adalah sebagian pasien yang berobat di RSUP Sanglah Bali
yang berjumlah 70 orang. Sampel dipilih Terhadap teknik sensus (Total sampling).
Pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan Terhadap cara dilotre pada semua populasi
untuk mendapatkan sampel yang representatif. Masing-masing obyek diberi nomor urut
sesuai Terhadap abjad nama atau nomor semula.
Finzia PZ dan Ichwanisa N. (2017). Gambaran pengetahuan radiografer tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di Instalasi Radiologi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Aceh Medika, 1(2): 67-73.
Gumilang, Galang Surya. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan
konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2): 144-159.
Hidayatullah, Rahmat. (2017). Dampak tingkat radiasi pada tubuh manusia. Jurnal Mutiara
Elektromedik, 1(1): 16-23.
Ravikanth, Reddy. (2017). Effective radiological imaging for the good of patients: Weighing
benefits and risks. World Journal of Nuclear Medicine, 16(2): 85-87.
Scatliff JH dan Morris PJ. (2014). From röntgen to magnetic resonance imaging: The history of
medical imaging. NC Medical Journal, 75(2): 111-113.
Sunarno S, Setiowati E, Lestari L. (2012). Aplikasi alat radiografi digital dalam pengembangan
layanan foto rontgen. Jurnal MIPA, 35(2): 145-150.
Suyatno, Ferry. (2008). Aplikasi radiasi sinar-x di bidang kedokteran untuk menunjang
kesehatan masyarakat. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, 503-510.
Suyatno, Ferry. (2010). Aplikasi radiasi dan radioisotop dalam bidang kedokteran. PRPN-
BATAN, 507-514.
Trikasjono T, Marjanto D, Timorti B. (2009). Analisis keselamatan pesawat sinar-x di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. PTNBR – BATAN, 278-289.