Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANAJEMEN RADIOLOGI TENTANG JENIS PEMERIKSAAN,

K3, PENGELOLAAN DOKUMEN, MONITORING DAN EVALUASI


DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA
Dosen Pembimbing : Akhmad Haris Sulistiyadi S.ST, M.Kes.

Disusun oleh:

Kelompok 4/TRR 3A

1. Bayu Saputra (P1337430317003)


2. Umi Sukmawati P (P1337430317015)
3. Damar Indah Lestari (P1337430317023)
4. Wlmar Khoerul F (P1337430317027)
5. Alfian Risky F P (P1337430317031)
6. Asep Fajar N (P1337430317039)
7. Agung Apri A (P1337430317043)
8. Uswatun Chasanah (P1337430317049)
9. Grizelda Widyathea (P1337430317051)
10. Nadhiya Febriyan K (P1337430317055)
11. Imam Ageng P (P1337430317079)
PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
PURWOKERTO
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................


B. Tujuan Penulisan ...........................................................................

BAB II TINJAUN TEORI

A. Macam-macam Pemeriksaan Rdiologi ..........................................


B. Penyimpanan Dokumen .................................................................
C. Keselamatan Kerja .........................................................................
D. Monitoring Dan Evaluasi ...............................................................

BAB III HASIL

A. Waktu Pengamatan......................................................................
B. Tempat Pengamatan ....................................................................
C. Alat Dan Bahan Pengamatan ......................................................
D. Langkah-Langkah Pengamatan ...................................................
E. Hasil Pengamatan ........................................................................

BAB IV PEMBAHASAN
F. Perbandingan Tinjauan Teori Dengan Hasil ...............................

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintegasi dari pelayan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang –
Undang Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat
dan amanat Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah salayaknya
memberikan pelayanan yang berkualitas.
Penyelengaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi
diagnostik khususnya telah dilaksanankan di berbagai sarana pelayanan
kesehatan, mulai dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti
puskesmas dan klinik – klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan
yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A.
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya
radiologi diagnostik, maka instalasi radiologi diagnostik RSUD Dr. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga dalam menyelengarakan pelayanan radiologi
diagnostik selalu berupaya berpedoman pada Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1014 Tahun 2008. Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana
Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa, pelayanan radiologi sebagai bagian yang
terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Disamping itu juga berupaya mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang pelayanan radiologi
diagnostik sehingga diharapakan kualitas maupun kuantitas hasil pelayanan
radiologi diagnostik selalu terjaga mutunya sesuai dengan sarana prasarana di
instalasi radiologi diagnostik RSUD Dr. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
Sehingga disini penulis akan membahas tentang Jenis pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan peralatan pencitraan diagnostik yang
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia, dan
biologi serta teknologi elektronika, dan komputer. Dalam pembangunan suatu
fasilitas kesehatan, peralatan pencitraan diagnostik merupakan investasi terbesar
dari seluruh anggaran yang diperlukan (Kartawiguna & Georgiana, 2011:1).

B. TUJUAN
Tujuan umum : Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik
diseluruh Indonesia sesuai dengan jenis dan kelas sarana
pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan
pelayanan pemeriksaan radiologi diagnostik dan pengelolaan dokumen
radiologi.
2. Memahami pentingnya patent safety demi keamanan dan kenyamanan
pasien saat pemeriksaan radiologi.
3. Sebagai pedoman dalam upaya memonitoring dan evaluasi untuk
pengembangan lebih lanjut disesuaikan dengan tingkat pelayanan
radiologi yang telah dicapai untuk kebutuhan pelayanan yang lebih baik
di masa depan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK

1. Macam-macam Pemeriksaan Radiologi


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di
Sarana Pelayanan Kesehatan menyatakan, dalam pelayanan radiologi diagnostik
memiliki tiga jenis. Tiga pelayanan radiologi diagnostik meliputi:
1. Pelayanan Radiodiagnostik.
2. Pelayanan Pencitraan Diagnostik.
3. Pelayanan Radiologi Intervensional.
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi pengion (sinar-X), meliputi antara lain pelayanan
sinar-X konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan) dan mammografi.
Pelayanan pencitraan diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan
dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG).
Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dan terapi intervensi dengan menggunakan peralatan radiologi sinar-X
(angiografi, CT Scan). Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan radiasi non
pengion. Ilmu Radiologi intervensi adalah area spesialisasi dalam bidang radiologi
yang menggunakan teknik radiologi seperti radiografi sinar-X, pemindai CT,
pemindai MRI, dan ultrasonografi untuk menempatkan kabel, tabung, atau
instrumen lain di dalam pasien untuk mendiagnosa atau mengobati berbagai
kondisi.
Berikut ini dijelaskan macam-macam pemeriksaan radiologi yang umum
dilakukan. Jenis-jenis pemeriksaan ini dijelaskan secara garis besar berdasarkan
modalitas radiodiagnostik maupuan pencitraan diagnostik lainnya yang
digunakan.

1. Radiografi dan Fluoroskopi


Pemeriksaan sinar-X klasik adalah metode radiologi tertua. Secara
umum, radiogram dapat membedakan antara tulang, udara, dan jaringan, tetapi
sulit membuat penggambaran yang tepat dari struktur oleh karena tumpang tindih.
Saat ini, pemeriksaan sinar-X klasik terutama digunakan untuk memeriksa paru-
paru dan tulang (Kartawiguna & Georgiana, 2011:6).
Selama pemeriksaan sinar-X dilakukan, sinar-X akan menembus tubuh.
Jaringan tubuh, seperti tulang dan organ-organ tubuh akan melemahkan sinar - X
dengan berbagai tingkat perlemahan yang berbeda, sinar yang mampu melewati
tubuh sepenuhnya akan mengenai sebuah film yang sensitif terhadap cahaya,
membentuk pola paparan. Ini adalah radiogram klasik. Sedangkan pada sebuah
radiogram digital, film sinar-X digantikan dengan detektor datar yang bekerja
berdasarkan teknik semikonduktor.

2. Computed Tomography
Sama seperti sinar-X konvensional, tomografi komputer (computed
tomography atau CT) bekerja dengan sinar-X, tetapi memberikan gambar yang
tidak tumpang tindih yang disebut tomografi. Ini berarti bahwa daerah yang akan
diperiksa adalah disinari dengan sinar-X pada banyak irisan tipis yang terpisah,
yang dapat dilihat secara individual atau dapat dikombinasikan untuk membentuk
tampilan tiga dimensi, sehingga memudahkan diagnosis yang lebih baik
(Kartawiguna & Georgiana, 2011:8).
Selama pemeriksaan CT, tubuh dipindai dalam bagian-bagian individu
sementara pasien bergerak di atas meja melalui gantry. Sebuah tabung sinar-X,
yang terletak di dalam cincin berbentuk donat, diarahkan menuju pusat cincin, di
mana pasien berbaring. Seberkas sinar-X berbentuk kipas dengan ketebalan 1 – 10
mm melewati pasien menuju detektor irisan berganda pada sisi yang berlawanan,
memungkinkan gambar dalam bentuk volume dibuat.
3. Ultrasound atau Sonography
Sonografi paling cocok untuk pencitraan terus menerus atau pemantauan,
karena ini adalah teknik yang sama sekali bebas risiko diagnostik dibandingkan
dengan radiografi, yang menggunakan radiasi berbahaya. Bahkan pemeriksaan
gema berganda (multiple echo) benar-benar aman bagi pasien. Untuk alasan ini,
sonografi, sebagai contoh, telah menjadi prosedur standar untuk pemantauan
kehamilan. USG mengkonversi pulsa elektrik ke gelombang suara, yang
ditransmisikan dari transduser atau probe ke tubuh. Tergantung pada berbagai
jenis jaringan tubuh, gelombang suara diserap dan dipantulkan secara berbeda.
Mereka dideteksi oleh probe dan komputer kemudian dihitung waktu kembalinya
gema dan intensitas gema, mengkonversi gelombang suara yang dipantulkan ke
dalam gambar (Kartawiguna & Georgiana, 2011:6).

4. Magnetic Resonance Imaging


MRI adalah pilihan metode pencitraan saat diperlukan diferensiasi
jaringan lunak ditambah dengan resolusi spasial tinggi dan kemampuan pencitraan
fungsional. Seperti CT, MRI juga merupakan metode tomografi, tapi tidak seperti
CT, tidak menggunakan sinar-X. Sebaliknya, MRI menggunakan medan magnet
yang kuat yang terbentuk dalam cincin menyebabkan perubahan orientasi proton
hidrogen dalam tubuh. Jaringan yang berbeda menghasilkan sinyal yang berbeda,
yang direkam oleh peralatan dan diubah menjadi gambar dengan komputer
(Kartawiguna & Georgiana, 2011:9).

5. Angiografi
Angiografi adalah pemeriksaan sinar-X khusus yang memungkinkan untuk
memvisualisasikan pembuluh darah. Aplikasi klinis khas berkisar dari visualisasi
pembuluh darah koroner, kepala, dan pembuluh arteri serviks dan vena, ke
pembuluh perifer di panggul dan ekstremitas. Metode ini memudahkan diagnosis
stenosis (penyempitan) dan trombosis (penyumbatan) dan bahkan penyembuhan
kondisi ini menggunakan teknik invasif khusus (Kartawiguna & Georgiana,
2011:10).
Angiografi menggunakan media kontras untuk memvisualisasikan
pembuluh darah. Media kontras diberikan melalui kateter yang ditempatkan
sedekat mungkin dengan pembuluh darah yang akan divisualisasikan. Sebuah
sistem sinar-X berbentuk lengan C (C-arm) yang dibutuhkan untuk melakukan
radiografi pembuluh darah. Alat ini dilengkapi dengan lengan berbentuk C yang
dapat bergerak dengan tabung sinar- X di satu ujung dan detektor panel datar pada
sisi yang lain.
2. Penyimpanan Dokumen
Setiap unit atau departemen radiologi diagnostik menyimpan dokumen –
dokumen tersebut di bawah ini:
a. Surat permintaan pelayanan radiologi diagnostik atau surat rujukan dokter.
b. Hasil pembacaan dan hasil pemeriksaan.
c. Catatan dosis.
d. Hasil pemantauan lingkungan dan daerah kerja.
e. Dokumen kepegawaian yang meliputi data diri tiap tenaga yang ada, sertifikat
atau bukti upaya peningkatan sumber daya manusia.
f. Catatan kondisi peralatan.
g. Kartu kesehatan pekerja.
Prinsip penyimpanan dokumen:
a. Semua dokumen yang disimpan dalam bentuk rangkap asli.
b. Berkas rekam medik pasien berobat jalan disimpan selama 5 tahun sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis.
3. Keselamatan dan kesehatan kerja

Pemanfaatan sinar-X diagnostik meliputi disain ruangan, pemasangan dan


pengoperasian setiap pesawat Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan
alat, perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional, proteksi pasien,
dan uji kepatuhan (compliance test).
Keselamatan kerja yang diterapkan antara lain :

a Dilakukan pengujian pesawat sinar-x dan CT Scan / kalibrasi setiap satu


tahun sekali
b Pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan dalam kondisi yang baik dan
dirawat dengan program jaminan kualitas.
c Ruangan Sinar-X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan
beban perlatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga
memberikan proteksi yang cukup terhadap operator (petugas) dan orang
lain yang berada di sekitar ruangan pesawat Sinar-X.
d Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb
sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan..
e Pintu ruang pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan terdapat penahan
radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik.
f Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasangdi atas pintu, yang
dapat menyala pada saat pesawat Sinar-X digunakan dan terdapat tanda
peringatan radiasi seperti berikut : ” AWAS SINAR-X”
g Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara
dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan
gonad untuk pemakai dari radiasi langsung.
h Sarung tangan pelindung harus mempunyai ketebalan yang setara dengan
0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup dari radiasi langsung yang
mengenai tangan dan pergelangan tangan.
i Terdapat fasilitas untuk imobilisasi pasien, untuk mengurangi pergerakan
pasien pada saat pemeriksaan dengan Sinar-X dan CT Scan.
j Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya
konvensional seperti kebakaran, banjir, dan kedaruratan yang berkaitan
dengan listrik.
k Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol.
l Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang
lemah pada saat penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga
dengan menggunakan apron, tidak dilakukan oleh petugas.
m Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan
minimum pada pasien atau petugas.
n Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan
dan pasien berada dalam ruang penyinaran.
o Pesawat Sinar-X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak
berwenang.
p Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan
oleh teknisi yang telah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang.
q Teknisi tersebut mempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi
untuk mengerjakan pekerjaannya dengan aman.
r Terdapat peralatan monitoring personil yaitu film badge untuk memantau
paparan radiasi yang diterima setiap satu bulan sekali

4. PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan radiologi dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi
pelayanan radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan serta
sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan radiologi.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Radiologi perlu adanya evaluasi sistem dan
prosedur pelayanan, fasilitas dan penyelenggaraan pelayanan, penyelenggaraan
pelayanan radiologi, hasil penyelenggaraan pelayanan dan perbaikan sarana yang
dilaksanakan secara intern dan rutin melalui rapat intern radiologi.

Program Peningkatan Mutu adalah cakupan keseluruhan Program menejemen


yang di terapkan untuk menjamin keprimaan mutu pelayanan kesehatan melalui
suatu kegiatan secara sistematis yang bertujuan untuk menjamin terlaksananya
pelayanan radiologi yang prima sesuai standar, dapat memberikan informasi
diagnostik yang tepat, dengan dosis radiasi yang serendah-rendahnya dan biaya
yang sekecil-kecilnya. Pelaksana dari program peningkatan mutu adalah tim yang
bibentuk oleh instalasi radiologi dan disahkan oleh direktur. Penyusunan tim
melibatkan staf instalasi radiologi.

Pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu mencakup :

a Program peningkatan mutu berfokus pada standar input (SDM, peralatan,


ruangan, bahan habis pakai dan lain-lain).
b Program peningkatan mutu berfokus pada proses, yaitu pemantauan
terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan.
c Program peningkatan mutu berfokus pada output, yaitu evaluasi terhadap
hasil-hasil yang sudah dilaksanakan (hasil radiograf, hasil bacaan, reject
analisis, kepuasan pasien dan lain-lain).
BAB III
HASIL

A. WAKTU PENGAMATAN
Waktu Pengamatan dilakukan pada hari Kamis, tanggal 1 Oktober 2019.

B. TEMPAT PENGAMATAN
Tempat Pengamatan dilakukan di Instalasi Radiologi Diagnostik
RSUD Purbalingga. Pada tahun 1983 RSUD Purbalingga berdasarkan SK
Menteri Kesehatan Nomor : 223/ Menkes/ VI/ 1983 tentang perijinan
penetapan menjadi Rumah Sakit Kelas C.

C. ALAT DAN BAHAN PENGAMATAN


1. Buku Catatan
2. Alat tulis
3. Literatur Pustaka (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008)

D. LANGKAH-LANGKAH PENGAMATAN
1. Menentukan waktu dilakukan pengamatan.
2. Membuat janji dengan radiografer di Instalasi Radiologi Diagnostik RSUD
Purbalingga.
3. Datang ke Instalasi Radiologi Diagnostik RSUD Purbalingga, untuk
melakukan pengamatan, pengambilan data dan wawancara dengan
radiografer.
4. Mengidentifikasi standar pelayanan di Instalasi Radiologi Diagnostik
RSUD Purbalingga menyusun makalah hasil pengamatan.

E. HASIL PENGAMATAN
1. JENIS PEMERIKSAAN
a Pemeriksaan Non Kontras
1. Thorax AP/ Lateral
2. Kepala
3. Sinus Paranasal
4. Abdomen / BNO
5. Abdomen 3 Posisi
6. Pelvis
7. Extremitas Atas (Humerus, Cubiti, Antebrachi,Wrist Joint, Manus)
8. Extremitas Bawah (Femur, Genu, Crurist, Ankle Joint, Pedis,
Calcaneus)
9. Vertebra Thoracolumbal, Vertebra Lumbosacral, Vertebra Cervical.
10. Ultrasonography (USG)
b Pemeriksaan Non Kontras
1. BNO IVP
2. Collon In Loop
3. HSG
4. Uretrografi
5. Uretrocystografi
6. Appendicografi
7. Oesofagus Maag Duodenum
8. Fistulografi
9. CT Scan dengan Kontras
Dalam pelaksanaan pemeriksaan dengan kontras persiapan yang dilakukan
oleh pasien rawat inap yakni dilakukan oleh perawat ruangan, sedangkan
untuk pasien rawat jalan di lakukan oleh petugas radiologi.
c Persetujuan Informed

Pemeriksaan radiologi yang diminta Informed Informed Pemeriksaan yang


menggunakan Media Kontras yang disuntikkan langsung melalui Intra
Vena. Hal ini merupakan persetujuan pasien atau keluarga pasien untuk
disetujui tindakan medis di Radiologi.

d Pelaksanaan Pemeriksaan Radiologi


Surat permintaan pemeriksann radiologi yang telah diregistrasi oleh petugas
administrasi diterima oleh radiografer. Kemudian disetujui pasien yang akan
difoto sesuai dengan surat permintaan foto, Sebelum diminta peneriksnan,
diminta terlebih dahulu pada buku register yang ada dikamar diperiksa.
Setelah itu siapkan lembar dan asesoris yang sesuai dengan jenis
pemeriksaan. Setelah menerima pasien dengan pemeriksaan buju. Bila perlu
periksa pasien berganti baju. Melepas perhiasan atau benda yang dapat
digulung dan digelar untuk pasien apa yang akan difoto.

Setelah selesai dengan persiapan-persiapan itu kemudian melakukan


posisioning sesuai dengan jenis pemeriksaun foto Kemudien diberikan
faktor eksposi (KV, MA dan Sec) dan siap diekspose. Sctelah selesai
ekspose, periksa sclesai, pasien diterima menunggu di ruang tunggu untuik
pasien yang dari poliklinik dan untuk pasien rawat inap, kembali ke
ruangun. Selama pemeriksaen, petugas yang melaksanakan peraturan
proteksi rodiasi

e Penggunaan Komputer Radiografi (CR)


Petugas Radiologi dalam pembelian hasil foto dengan menggunakan CR
Alat CR ini bekerja dengan menggunakun sisten komputerisasi delam
menghasilkan foto.

f Pemberian Ekspertise
Pemberian Ekspertise dilakukan oleh Dokter Spesialis Radiologi dengan
standar sebagai berikut:
1. Di dalam jam kerja
2. Di luar jam kerja pemeriksaan CITO Pemeriksaan Non CITO

g Penyerahan Hasil
Pasien Rawat Jalan Pasien Rawat Jalan mengambil sendiri hasil
pemeriksaan radiologi dengan munyebutkan Nama dan menunjukkan selip
pembayaran administrasi. Pada sant pasien mengambil hasil rongsen,
pasien harus menerjemahkan nama bisa tanda tangan pada buku
pengambilan foto.
Pasien Rawat Inap Petugas ruangan atau perawat ruangan mengambilkan
foto pasien yang ada diruangan dun kemudian direkam pada buku
mengambil foto.
h Pelayanan Pemeriksaan

Dengan Perjanjian Hal itu diperlukan pemeriksaan tersehut perlu persiapan


perencanaan yang sesuai dengan prosedur. Terkait tujuan sedang disetujui:

1. Mempersiapkan keadaan pasien secara psikologis


2. Agar pelaksanaan pemeriksaan lebih terjadwal dan teratur. pemeriksaan
Radiologi.
3. Pemeriksaan memang perlu persiapan untuk dilakukan dilakukanya
4. Mempersiapkan keadaan pasien secara psikologis.

2. KESELAMATAN KERJA
a Pengertian Keselamatan

Kerja Keselamatan adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, kerja dan lingkungan
kerja serta cara kerja cara kerja dan proses produksi. Keselamatan kerja
merupakan tugas semua orang yang ada di rumah sakit termasuk instalasi
radiologi, dengan demikian keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk
setiap tenaga kerja dan orang-orang laten yang bisa di rumah sakit dan
masyarukat di rumah sakit yang memerlukan bantuan proses kerja.
Dengan demikian jelaskan, keselamatan kerja merupakan sarana utama
untuk mencegah kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan cedera / ciden,
cacat / kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan / mesin
dan lingkungan secara luas

b Tujuan Keselamatan Kerja


Mencegah dan mengurangi kecelakaan kompilasi melakukan pekerjaan.
Mencegah dan mengatur timbul atau menyebar luasnya radiasi sinar.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit kerja baik fisik maupun
psikis Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban Menerapkan
ergonomi di tempat kerja. Mengamankan dan menyimpan alat-alat
perlengkapan radiologi. Mencegah bahaya aliran listrik berbahaya. Mencegah,
mengurangi dan memadam/kan kebakaran.

c Klasifikasí Kecelakaan

Kerja Klasifikasi kecelakaan kerja di radiologi garis besar, diharapkan:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan


Terpapar Radiasi Terjatuh Tersandung Benda Terbentur Alat Terkena
Arus Listrik, dll.
2. Kalsifikasi Menurut Agen Penyebabnya
Alat-alat Radiologi seperti kesetrum, terbentur, dan Radiasi.
Lingkungan kerja seperti kamar panas, dan pencahayaan kurang.
3. Kalsifikasi Menurut Jenis Luka dan Cideranya
Efek radiasi Letak dan aliran listrik Patah tulang Dislokasi Penyerian
Otot dan kejang Luka tergores
4. Kalsifikasi menurut Bagian Tubuh Yang Terluka , dsb.

3. PENGELOLAAN DATA
Prinsip penyimpanan dokumen:
a. Semua dokumen yang disimpan dalam bentuk rangkap asli.
Berkas rekam medik pasien berobat jalan disimpan selama 5 tahun sesuai
dengan Peraturan

4. MONITORING EVALUASI
Program monitoring dan evaluasi pelaksanaan mutu pelayanan instalasi
radiologi.
Indicator mutu yang diukur adalah pengukuran respon time waktu tunggu
pemeriksaan foto Thorax, respon time waktu pelaporan hasil pemeriksaan
laporan kasus, tolak analisis dan pemeriksaan pasien dan dokter pengirim.
a. Pengukuran respon time waktu pemeriksaan foto Thorax
Pengukuran waktu respon foto pemeriksaan Thorax Pengukuran waktu
tunggu pemeriksaan foto thorax berjalan dengan haik dengan waktu
mencapai rata-rata 72,2 menit per pasien, sesal target / standar yang
disediakan . Evaluasi dan persetujuan tindak lanjut yang telah ditentukan
b. Pengukuran waktu respon pelaporan hasil pemeriksaan kasus
Pengukuran waktu respon pelaporan hasil pelaporan kasus berikut:
1). Pemeriksaan perut 3 posisi dengan dingnosa ileus / perforasi berjalan
dengan baik, 100% hasil penilaian Pemeriksaan abdomen 3 posisi dengan
diagnosa ileus / perforasi kurang dari 60 menit, sessa arget / standar yang
ditetapkan. Evaluasi dan persetujuan tindak lanjut telah ditentukan,
2). Pemeriksaan thorax pasien ICU berjalan dengan baik, 100 9% laporan
hasil pemeriksaan foto thorax ICU kurang dari 60 menit, seuni target /
standar yang ditentukan. Evaluasi dan persetujuan tindak lanjut telah
ditentukan
3). Pemeriksaan CT Scan Kepala dengan diagnosa perdarahan berjalan
dengan baik, 100% hasil pemeriksaan CT Scan Kepala perdarahan kurang
dari 60 menit, sesuai target / standar yang ditentukan.
c. Pengukuran Reject Analisis
Pengukuran Tolak Analisis berjalan dengan baik. Semua fllm gagal
diterima, kemudian dihitung prosentasenya dan dievaluasi Prosentase film
gagal mencapai 1,90% sesuai target / standar yang ditentukan.
Rekomendasi tindak lanjut hasil tolak analisis yang dapat ditentukan
d. Pengukuran tingkat kepuasan pasien dan dokter pengirim.
Pengukuran tingkat kepuasan pasien dan dokter terhadap pelayanan
Radiologi melafui kuisioner belum dilakukan. Frekuensi pengukuran satu
tahun sekali
Penggunaan obat-obatan dan barang habis pakai dengan memperhatikan
waktu kadaluarsa. Barang yang dibutuhkan waktu kadaluarsa paling
pendek di gunakan terlebilebih dahulu.

e. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan barang-barang logistik dilakukan setiap bulan,


pada saat membuat laporan bulana
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PERBANDINGAN TINJAUAN TEORI DENGAN HASIL


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai