Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX PADA KASUS

PNEUMONIA DI INSTALASI RADIOLOGI HOSPITAL NASIONAL

GUIDE VALEDARES DILI TIMOR LESTE

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan

diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterpi

Diajukan Oleh:

CRISTINA BENDITA LOURENCA PEREIRA

NIM : 011710054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN

RADIOTERAPI BALI

(ATRO BALI)

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dibidang kedokteran semakin berkembang yaitu

dengan ditemukanya alat dan metode yang dapat digunakan untuk

menegakkan diagnose terhadap penderita dan dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya adalah dengan pemeriksaan radiografi.

Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dalam

menegakkan diagnose suatu penyakit, dengan dilakukannya foto rontgen maka

susunan anatomi fisiologi dan kelainan orang tubuh dapat terlihat. Salah satu

pemeriksaan radiologi yang sering di lakukan di rumah sakit adalah

pemeriksaan thorax pada kasus Pneumonia.

Thorax atau rongga dada adalah bagian tubuh yang berbentuk kerucut,

terletak diantara leher dan abdomen. Rangka dingding thorax dinamakan

cavea thoracis, di bentuk oleh : columna vetebralis (belakang), costae dan

spatium intercostale (samping), sternum dan cartilage costalis (depan). Bagian

atas thorax berhunbungan dengan leher dan di bagian bawah dipisahkan dari

abdomen oleh diafragma. Cavea thoracis melindungi paru dan jantung,

merupakan tempatnya otot otot thorax, extremitas superior, abdomen dan

punggung. Cavitas thoracis (rongga thorax) dibagi : bagian tengah disebut

mediastinum, dan bagian lateral tempat paru dan pleura. Paru diliputi oleh

selapis membrane tipis yang disebut pleura visceralis yang beralih di halus
pulmonalis menjadi pleura parietalis dan menuju ke permukaan dalam

dinding thorax (Merrill,2016).

Pneumonia merupakan salah satu kelainan pada paru-paru yang sering

terjadi di masyarakat dan diagnosanya dapat ditegakkan melalui pemeriksaan

thorax. Pneumonia adalah perandagan atau inflamasi infeksius akut pada paru-

paru yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan alveoli untuk menyerap

oksigen, kekurangan oksigen mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat

bekerja secara maksimal(Misnadiarly 2010) . Pneumonia disebabkan dengan

peradangan akut di parekim paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme

(virus atau bakteri), staphycoccus pneumonia, Haemophilus influenza,

mycoplasma pneumonia, bakteri yang sering menyebabkan pneumonia pada

anak yaitu streptococcus pneumoniae (Elorriaga et al. 2016.)

Gejala penderita dengan pneumonia akan mengalami flu, demam, sakit

kepala, gelisah, dan batuk (Muttaqin 2010). Menurut (Langke 2016) Penyakit

ini menjadi penyebab utama jutaan kematian pada semua kelompok (7% dari

kematian total dunia) setiap tahun. Angka ini paling besar terjadi pada anak-

anak yang berusia kurang dari 5 tahun dan dewasa yang berusia lebih dari 75

tahun, penyakit pneumonia merupakan penyakit saluran pernfasan yang paling

banyak dijumpai dinegara dengan iklim tropis dan banyak pada anak-anak

yang kekurangan gizi, Penyakit ini banyak menyebabkan kematian baik pada

anak-anak maunpun pada orang dewasa, sehingga penulis ingin melakukan

penelitian tentang radiograf pada penyakit ini.


Pemeriksaan radiografi thorax untuk mengakan diagnosa pada kelainan

pneumonia dilakukan dengan proyeksi posterioranterior dan lateral chest,

(Merrill 2016). Tujuan dari proyeksi posteroanterior untuk patologi

pneumonia adalah melihat keadaan dari keseluruhan paru-paru dan kelainan

pneumonia dari arah posterioranterior dan tujuan dari proteksi lateral chest

adalah melihat paru-paru pada kelainan pneumonia arah lateral (Broder 2011).

Selama penulis melakukan praktek di Hospital Nasional Guide Valadares Dili

Timor-Leste untuk pasien dengan kasus Pneumonia dilakukan hanya

menggunakan proyeksi PA untuk pasien yang kooperatif dan proyeksi AP

untuk pasien yang tidak kooperatif.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas dalam

Proposal karya Tulis Ilmiah dengan judul “ TEKNIK PEMERIKSAAN

RADIOGRAFI THORAX PADA KASUS PNEUMONIA DI INSTALASI

RADIOLOGI HOSPITAL NASIONAL GUIDE VALADARES DILI

TIMOR-LESTE”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi thorax pada kasus Pneumoni

di Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guide Valedares Dili Timor

Leste?
1.2.2 Apa saja kelebihan dan kekurangan teknik pemeriksaan radiografi thorax

pada kasus Pneumoni di Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guide

Valedares Dili Timor Leste?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan proposal karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi thorax pada kasus

Pneumonia di Instalasi Radilogi Hospital Nasional Guide Valedares Dili

Timor Leste?

1.3.2 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik pemeriksaan

radiografi thorax pada kasus Pneumonia di Instalasi Radilogi Hospital

Nasional Guide Valedares Dili Timor Leste?

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan proposal karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan masukan dan saran-saran yang berguna bagi rumah sakit,

dalam hal ini instalasi radilogi umumnya dan radiographer pada

khususnya mengenai pemeriksaan radiografi thorax pada kasus

Pneumonia.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber pustaka bagi mahasiswa Akademi Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali (ATRO Bali).


1.4.3 Bagi Penulis

Menambah dan memperdalam pengetahuan penulis tentang pemeriksaan

radiografi thorax pada kasus Pneumonia

1.5 Keaslian Penelitian

1). Mahardika Adnyana,(2011) “ Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax pada

kasus Efusi pleura di instalasi Radiologi RSUP Sanglah”. Persamaan

dengan penelitian yang peneliti ambil adalah sama-sama meneliti teknik

pemeriksaan radiografi thorax. Perbedaannya terdapat pada jenis kasus

yang diteliti, dimana peneliti menggunakan studi kasus Pneumonia Instalasi

Radiologi Hospital Nasional Guido Valedares Dili Timor Leste .

2).Janardana Made (2011) “ Teknik Pemeriksaan Radiografi thorax pada

pasien dengan infeksi Human immunodeficiency virus di instalasi Radiologi

RSUD Wangaya kota Denpasar. Persamaan dengan penelitian yang peneliti

ambil adalah sama-sama meneliti teknik pemeriksaan radiografi thorax.

Perbedaannya terdapat pada jenis kasus yang diteliti, dimana peneliti

menggunakan studi kasus Pneumonia Instalasi Radiologi Hospital Hospital

Nasional Guido Valedares Dili Timor Leste .

3). Astina Yuda (2011) “ Teknik pemeriksaan radiografi thorax Anak pada

kasus Dengue Haemorrhagic fever (DHF) di Instalasi Radilogi RSU

Negara. Persamaan dengan penelitian yang peneliti ambil adalah sama-

sama meneliti teknik pemeriksaan radiografi thorax. Perbedaannya terdapat

pada jenis kasus yang diteliti, dimana peneliti menggunakan studi kasus
Pneumonia Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guido Valedares Dili

Timor Leste.

4) Raharjaya Krisna,(2012), “ Teknik Pemeriksaan radiografi thorax pada

kasus Tuberkolosis (TBC) di Instalasi Rradiologi Rumah sakit Bali Med.

Persamaan dengan penelitian yang peneliti ambil adalah sama-sama

meneliti teknik pemeriksaan radiografi thorax. Perbedaannya terdapat pada

jenis kasus yang diteliti, dimana peneliti menggunakan studi kasus

Pneumonia Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guido Valedares Dili

Timor Leste

5). Arthana Juli,(2012), “ Teknik pemeriksaan Radiografi thorax pada kasus

fraktur costae di Instalasi Radiologi BRSU Tabanan. Persamaan dengan

penelitian yang peneliti ambil adalah sama-sama meneliti teknik

pemeriksaan radiografi thorax. Perbedaannya terdapat pada jenis kasus

yang diteliti, dimana peneliti menggunakan studi kasus Pneumonia Instalasi

Radiologi Hospital Nasional Guido Valedares Dili Timor Leste .

6). Ita Skolastika, (2012).” Teknik pemeriksaan radiografi thorax pada kasus

Bronchitis di instalasi radiologi Rumah sakit Bali Royal Denpasar.

Persamaan dengan penelitian yang peneliti ambil adalah sama-sama

meneliti teknik pemeriksaan radiografi thorax. Perbedaannya terdapat pada

jenis kasus yang diteliti, dimana peneliti menggunakan studi kasus

Pneumonia Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guido Valedares Dili

Timor Leste .
7). Luh Putu Surya Pratiwi (2015),” Teknik Pemeriksaan radiografi thorax

pneumoni di instalasi Radiologi IRD RSUP Sanglah. Persamaan dengan

penelitian yang peneliti ambil adalah sama-sama meneliti teknik

pemeriksaan radiografi thorax. Perbedaannya terdapat pada jenis kasus

yang diteliti, dimana peneliti menggunakan studi kasus Pneumonia Instalasi

Radiologi Hospital Nasional Guido Valedares Dili Timor Leste .

8). Mince Soares (2018), “ Teknik Pemeriksaan Radiografi thorax TBC di

Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guide Valedares Dili Timor –Leste.

Persamaan dengan penelitian yang peneliti ambil adalah sama-sama

meneliti teknik pemeriksaan radiografi thorax. Perbedaannya terdapat pada

jenis kasus yang diteliti, dimana peneliti menggunakan studi kasus

Pneumonia Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guido Valedares Dili

Timor Leste .

1.6 Sistematika penulisan

Dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini sistematika yang

digunakan penulis secara garis besar adalah:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, sistematika penulisan dan keaslian penelitian.

Bab II: Tinjauan pustaka

Bab ini berisi tentang tinjauan teori dan pertanyaan penelitian


Bab III:Metologi penelitian

Bab ini berisi tentang rancangan penlitian, populasi sampel dan

subyek penelitian, alat dan bahan, metode pengambilan data,

metode pengolahan dan analisa data serta alut penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjuan Teori

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Thorax

Thorax atau rongga dada adalah bagian tubuh yang berbentuk

kerucut, terletak diantara leher dan abdomen. Rangka dingding thorax

dinamakan cavea thoracis, di bentuk oleh : columna vetebralis (belakang),

costae dan spatium intercostale (samping), sternum dan cartilage costalis

(depan). Bagian atas thorax berhubungan dengan leher dan di bagian bawa

dipisahkan dari abdomen oleh diafrgma. Cavea thoracis melindungi paru

dan jantung, merupakan tempatnya perletakan otot otot thorax, extemitas

superior, abdomen dan punggung. Cavatis thoracis (rongga thorax) dibagi :

bagian tengah disebut mediastinum, dan bagian lateral tempat paru dan

pleura. Paru diliputi oleh selapis membrane tipis yang disebut pleura

visceralis yang beralih di halus pulmonalis menjadi pleura parietalis dan

menuju ke permukaan dalam dinding thorax (Merrill, 2016).


Gambar 2.1 Anatomi tulang pada dinding thorax (Drake, et al., 2010)
Keterangan Gambar:
1. Incisura julgularis 10. Subscapular fossa
2. Manubrium sterni 11. Neck of scapula
3. Simfisis manubrium sterni 12. Glenoid fossa
4. Corpus sterni 13. Coracoid prosess
5. Prosesus xipoideus 14. Acromion
6. Costae fluctuantes 15. Notch of scapula
7. Costal sporia 16. Claviculae
8. Costal cartilage 17. Vertebrae Tohoracalis
9. Costae vera

2.1.1.1 Saluran Pernafasan pada Thorax

a.Laring

Laring terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkanya

dari columna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk ke dalam bawahnya. Laring terdiri atas kepingan


tulang rawan yang diikat oleh ligament dan membrane yang terbesar di

antaranya ialah tulang rawan tiroid dan di sebelah depannya terdapat

benjolan subkutanesu yang dikenal sebagai jakun, yaitu di sebelah depan

leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina bersambung di garis

tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berbentuk V.

Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain : 1 buah kartilago
tiroid, 2 buah kartilago arytenoid, 1 buah kartilago krikoid, dan 1 buah
kartilago epiglottis. Pada puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis,
yang berupa Kantun tulang rawan dan membantu menutup laring
sewaktu orang menelan, laring dilapisi oleh selaput lendir kecuali pita
suara dan bagian epiglottis dilapisi oleh epitelium berlapis ( Pearce,
2010).

Gambar 2.2 Anatomi Laring (Bontranger, 2018)

Keterangan :

1. Epiglotis

2. Tulang Hyoid

3. Membran Thyrohyoid

4. Ligmen Krikothyroid

5. Cartilago Thyroid
6. Muskulus Krikothyroid

7. Cartilago Krikorthyroid

8. Trakhea

b.Trakhea

Trakhea atau batang tenggorok mempunyai panjang kira-kira 9cm.

trachea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis

kelima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus. Trachea tersusun

atas 16 sampai 20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang

diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di

sebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

Trakhea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan

sel cangkir (Pearce, 2010).

Gambar 2.3 Anatomi Trakhea (Bontranger, 2018)


Keterangan :

1. Cartilage

2. Ligament cricothroid medial

3. Cartilago cricoid

4. Connective tissue sheath

5. Ligament anular

6. Cartilage trakeal

7. Mukosa dinding trakeal posterior

c. Bronchus

Merupakan lanjutan dari trachea, terdiri dari 2 bagian : bronkus

kanan dan kiri. Bronkus tersebut berjalan kebawah dan kesamping

menuju ke paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar dan lebih

letaknya dari yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan

bronkus kanan bercabang menjadi bronkus ke lobus atas sebelum

memasuki hilus dan begitu masuk hilus terbagi menjadi lobus medial dan

inferior. Bronkus kanan dan terbagi menjadi bronkus lobus superior dan

inferior (Pearce, 2010).


Gambar 2.4Anatomi Bronkus (Bontranger, 2018)

Keteragan :

1. Trakea

2. Bronkus principalis

3. Bronkus segmentalis

d. Paru-Paru

Merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru mengisi rongga

dada, terlatak di sebelah kanan dan kiri, di tengah dipisahkan oleh jantung

beserta pembuluh dara mediastrium. Paru-paru adalah organ yang

berbentuk kerucut dengan apex di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari

klavikula. Pangkal paru-paru terletak di atas rongga thorax, di atas

diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang membuat paru-

paru, sisi belakang yang menyentuh berupa cincin tulang rawan yang

diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di

sebelah belakang trachea, selain itu juga membuat jaringan otot

(Sherwood, 2010)
Gambar 2.5Anatomi Paru-Paru (Bontranger, 2018)

2.2 Patologi Pneumonia

Pneumonia didefinisikan sebagai suatu perandangan paru yang

disebabakan oleh bakteri, staphylococcus pneumonia,Haemophilus

infuelnzae, mycoplasma pneumonia dan dapat pula disebabkan oleh virus

influenza atau sering juga disebut proses infeksi atau akut yang mengenai

jaringan paru-paru dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan alveoli

untuk menyerap oksigen, kekurangan oksigen mengakibatkan sel-sel didalam

tubuh tidak dapat bekerja secara maksimal.

Kuman yang telah masuk kedalam parekim paru akan berkembang

biak dengan cepat masuk ke dalam alveoli dan menyebar ke alveoli-alveoli

lain melalui pori intraalveolaris dan percabang bronkus. Hal itu akan

menyebabakan terjadinya batuk yang disertai sputum dan kesulitan untuk

bernafas ( Misnadialy 2010).


Gambar 2.5 Hasil Radiograf Kelainan Pneumonia (Jeana, 2010)

2.3 Teknik Radiografi Thorax

2.3.1 Pengertian

Teknik radiografi thorax adalah pemeriksaan secara radiografi

yang memperlihatkan struktur anatomis dan kelainan-kelainan yang

terjadi pada rongga thorax untuk membantu meneggakan diagnose

(Merrill, 2016).

1.3.2 Persiapan alat dan Bahan

Adapun persiapan yang diperlukan pada pemeriksaan thorax

adalah pesawat sinar-X, kaset ukuran 35 x 35 cm , marker R/L, baju

pasien, apron dan computer radiologi (CR).

1.3.3 Persiapan Pasien

Persiapan pasien untuk pemeriksaan radiografi thorax yaitu

melepaskan semua benda opaque dari daerah dada dan leher, termasuk

baju dengan kancing, logam, atau benda lainya yang dapat ditampilkkan
pada radiograf sebagai bayangan. Untuk menyakinkan semua benda

opaque dilepaskan dari daerah dada, prosedur umum yang dilakukan

adalahh menyuruh pasien untuk melepas pakaian, termasuk bra, kalung,

atau obyek lain sekitar leher, jalinan rambut panjang atau diikat

bersamaan karet atau pengikat rambut lainya bisa menyebabkan

bayangan yang mencurigakan pada radiograf. Saluran oksigen atau

pacemaker wires harus dipindahkan secara hati-hati ke sisi dada jika

memungkinkan ( Merrill, 2016).

1.3.4 Proyeksi pada Teknik Radiografi Thorax

Menurut Merrill, 2016, proyeksi yang digunakan pada teknik

radiografi thorax untuk menegakkan diagnosa Pneumoni adalah : PA

dan Lateral.

1.3.4.1 Proyeksi PA (Merrill, 2016)

1. Posisi pasien

a.Pasien berdiri, kaki dibuka lebar, dan berat tubuh bertumpu pada

kedua kaki.

b. Dagu diangkat, diletakkan di atas kaset.

c.Tangan di bawah pinggang, telapak tangan mengahadap ke luar,

dan siku ditekuk.

d. Bahu dirotasikan berlawan depan kaset agar scapula

terodorong ke lateral sehingga pada daerah paru terbebas dari


scapula .selain itu bahu didorong turun agar klavikula berada bawah

apek.

2. Posisi obyek

a.Atur pertengahan midsagittal palne (MSP) pada peretngahan kaset

dan berjarak sama dengan melihat batas thorax lateral dan sisi

luar kaset.

b. Pastikan tidak ada rotasi

3. Central ray

Tegak lurus terhadap kaset dan berada di tengah kaset .

4. CR berada pada thorakal ke 7 (T7), 7-8 inci atau 17-20 cm di

bawah angulus scapula.

5. FFD

75 inci (150 cm)

6. Atur kolimasi sesuai dengan obyek yang diperiksa.

Pastikan posisi sudah benar eksposi dilakukan pada saat inspirasi

penuh dan tahan nafas.


Gambar 2.6 Posisi pasien PA (Merrill, 2016)

7. Kriteria Radiografi

a. Struktur yang tampak : kedua paru masuk dari apex sehingga

sudut costeophrenicus dan udara terisi pada trachea dari

thorakal ke -1 (T1) hingga ke bawah.daerah hilum, jantung,

pembuluh dara besar, dan tulang-tulang thorax dapat

ditunjukkan.

b. Posisi dagu cukup terangkat untuk mencegah superimposisi

dengan apex, bahu cukup berotasi untuk mencegah scapula

superimposisisdengan paru-paru, banyangan dada lebih besar

terutama pada daerah paru lateral, kedua SC joint sternum

clavikular joint berjarak sama dari pertengahan spine, jarak

antara batas ke columna vertebra sama dengan jarak atas

dengan jarak bawah.

c. Kolimasi dan CR garis kolimasi sama antara garis atas dan

bawah dengan pertengahan lapangan kolimasi berada pada

daerah T1 untuk pasien pada umunya. Inspirasi penuh tanpa

adanya pergerakan, sedikitnya tergambar 10 iga posterior pada

umumnya 11 diafragma, tidak ada gerakan terlihat jelas dari

garis tepi iga yang tajam, diafgrama, dan perbatasan jantung


yang sama baiknya dengan paru-paru yang menandai daerah

hilum dan seluruh paru-paru.

d. Kriteria eksposi skala kontras cukup ditandai dengan gambaran

vascular yang baik di dalam pari-paru, garis besra pada sedikit

pertengahan dan thorakal atas dan iga posterior terlihat hingga

jantung dan struktur mendiastinum.

Gambar 2.7 Radiografi proyeksi PA (Merrill, 2016)

1.3.4.2 Proyeksi Lateral

1. Posisi lateral

a. Pasien berdiri, bagian lateral kiri menempel kaset, lateral kanan

dibuat jika ada permintaan dokter.

b. Berat tubuh bertumpu pada kedua kaki.

c. Tangan dinaikkan di atas kepala dan dagu mengadah.

2. Posisi obyek

a. Bagian anterior dan posterior tubuh pada pertengahan kaset dan CR.
b. Pasien true lateral coronal palne tegak lurus terhadap kaset dan

midsagittal plane sejajar terhadap kaset.

3. Central ray

Tegak lurus terhadap kaset

4. Central point

Pada pertengahann thorax setara thorakal ke-7 (T7), 3-4 inci atau 8-10

di bawah jugular notch.

5. FFD

72 inci (180 cm)

6. Atur kolimasi sesuai dengan obyek yang diperiksa

Pastikan posisi sudah benar lakukan ekspose pada saat inspirasi dan

tahan nafas.

Gambar 2.8 Posisi pasien lateral (Merrill,2016)

7. Kriteria Radiografi
a. Struktur yang tampak seluruh paru masuk dari apex hingga sudut

costophrenicus dan dari sternum anterior hingga iga posterior dan

thorax anterior.

b. Posisi dagu dan lengan cukup terangkat untuk mencegah soft tissue

yang berlebihan dari superimposisi apek, tidak ada rotasi dimana

iga posterior dan sudut costphrenicu berada pada sisi luar dari kaset

karena sinar divergen.

c. Kolimasi dan CR batas kolimasi sama antaranya atas dan yang

bawah, daerah hilum halus berada kira-kira pada pertengahan kaset.

d. Kriteria eksposi tidaka ada gerakan dimana terlihat jelas garis yang

tajam antara diafgrama dan paru-paru, harus menggunakan eksposi

dan kontras cukup agar dapat menggambarkan garis iga dan paru-

apru hingga bayangan jantung dan paru-apru bagian atas tanpa

adanya overexposure pada bagian lain dari paru-paru.

Gambar 2.9 Radiograf proyeksi lateral (Merrill,2016).

2.4 Proteksi Radiasi


2.4.1 Proteksi Radiasi Secara Umum

Proteksi radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan disebut Keselamatan Radiasi yaitu tindakan

yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota

masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya Radiasi (BAPETEN,

2011).

Dalam memanfaatkan teknologi nuklir, faktor keselamatan

manusia menjadi prioritas utama. Program proteksi radiasi bertujuan

untuk melindungi para pekerja radiasi serta masyarakat dari bahaya

radiasi. Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi tersebut, ada tiga cara

pengendalian paparan radiasi. Berdasarkan BAPETEN, 2011

menjelaskan bahwa ada tiga cara pengendalian tingkat pemaparan

radiasi adalah sebagai berikut.

1. Waktu

Akumulasi dosis yang diterima pekerja radiasi yang

mempunyai lajus dosis tertentu sebanding dengan lamanya pekerja

radiasi berada di daerah radiasi. Pemeparan dapat diatur dengan

waktu melalui cara :

a. Pembatasan waktu berkas yang diarahkan ke ruang tertentu.

b. Pembatasan ruang yang dipakai.

2. Jarak
Paparan radiasi semakin berkurang dengan bertambahnya

jarak dari sumber radiasi.

1. Psserisai

Banyaknya perisai yang diperlukan

tergantung pada tipe radiasi, aktivitas sumber, dan laju dosis.

Perisai ini dibuat dari timbal atau beton. Ada 2 jenis perisai

yaitu:

a. Perisai primer yaitu terhadap radiasi primer (sinar guna).

Misalnya tempat tabung sinar-X dan kaca timbal pada

tabirfluoroscopy.

b. Perisai sekunder yaitu proteksi terhadap radiasi sekunder

(sinar bocor dan sinar hambur). Misalnya tabir sarat

timbale pada tabir fluoroscopy dan perisai yang dapat

dipindahkan (apron, kacamata Pb, sarung tangan Pb).

2.4.2 Proteksi Radiasi Pada Pasien Pemeriksaan Thorax

Menurut Bontranger (2018), proteksi radiasi yang dapat

dilakukan pada saat pemeriksaan Thorax adalah dengan menggunakan

kolimasi sesuai dengan area pemeriksaan, penggunaan faktor eksposi

yang tepat, dan mengurangi bahkan mencegah terjadinya pengulangan.

Untuk mengurangi radiasi hambur pada organ yang memiliki


radiosensitivitas yang tinggi dapat digunakan pelindung berbahan dasar

Pb seperti gonad shield untuk alat reproduksi (testis dan ovarium), dan

lead apron.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam Penulisan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan

pendekatan studi kasus pada teknik pemeriksaan Thorax dengan

kasus Pneumonia di Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guido

Valedares Dili Timor-Leste.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data dalam Penulisan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini adalah di Instalasi Radiologi Hospital Nasional

Guido Valedares Dili Timor-Leste.

3.1.3 Waktu pengambilan data

Waktu pengambilan data data Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

adalah dimulai pada bulan Mei 2020.


3.2 Populasi dan sampel penelitian

3.2. 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

pemeriksaan Thorax dengan kasus Pneumonia, radiografer dan

dokter radiolog di Instalasi Radilogi Hospital Nasional Guido

Valedares Dili Timor-Leste.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah tiga orang pasien

pemeriksaan Thorax dengan kasus Pneumonia, tigaorang

Radiografer minimal bekerja lima tahun, tiga dokter spesialis

radiologi, dan satu dokter pengirim di Hospital Nasional Guido

Valedares Dili Timor-Leste.

3.2.3 Subyek Penelitian

Dua orang dokter radiolog di Instalasi Radiologi Hospital

Nasional Guido valadares serta dokter pengirim pada pemeriksaan

Thorax pada kasusPneumonia

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung dalam

keseluruhan proses pelaksanaan pemeriksaan Thorax dengan kasus

Pneumonia di Instalasi Radiologi Hospital Nasional Guido

Valedares Dili Timor-Leste Wawancara Mendalam


Penulis melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang

berhubungan dengan Penyusunan Proposal karya tulis ini

diantaranya dokter radiologi, radiografer dan pasien.

3.3.2 Dokumentasi

Penulis mendokumentasikan hasil pemeriksaan baik

radiograf maupun hasil pembacanya serta dokumen-dokumen

penting dalam penelitian ini.

3.4 Alat Pengumpulan Data

Adapun peralatan yang digunakan dalam pengambilan data

selama melakukan penelitian ini yaitu :

a.Alat tulis

b. Alat perekam

c.Kamera

d. Pedoman wawancara

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data.

Analisis dimulai dengan melakukan pengolahan data yang

diperoleh melalui observasi dan pengamatan secara langsung terhadap

jalannya pemeriksaa Thorax pada kasusPneumonia di Instalasi Radiologi

Hospital Nasional Guido Valedares Dili Timor-Leste. Disamping data

yang diperoleh melalui observasi, penulis juga melakuka pengolahan

data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam dengan pasien


dengan kasusPneumonia, radiografer dan radiolog, berkenaan dengan

subyek masalah yang penulis ambil dan penulis juga melakukan

dokumentasi dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang

mendukung data berupa radiograf, lembar permitaan foto, lembar

pembacaan radiograf . Setelah penulis mengumpulkan data kemudian

semua data diolah menggunakan koding terbuka, yaitu pengambilan data

dari observasi dan wawancara terhadap responden dengan menganalisa

dan mengelompokkan hasil wawancara dengan dengan radiographer,

pasien dan radiolog.

Selanjutnya penulis mengkaji data-data yang ada dengan

literatur yang digunakan untuk membahas sesuai dengan permasalahan

yang ada sehingga dapat diambil kesimpulan.


3.6 Alur Penelitian

Studi Kasus
Teknik pemeriksaan Thorax dengan kasus
Pneumonia Di Instalasi Radiologi Hospital Nasional
Guide Valedares Dili Timor-Leste

Pelaksanaan Pelaksanaan di Instalsai


Radiologi Hospital
Literatur Nasional Guido
Valedares Dili Timor
Merrill, 2016, Leste
Rumusan masalah
BoBOBontrang 1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografiThorax
pada kasus Pneumonia di Instalasi Radiologi Hospital
Nasional Guido Valedares Dili Timor Leste ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan Teknik Pemeriksaan
Thorax   pada kasus Pneumonia di Instalasi Radiologi
Hospital Nasional Guido Valedares Dili Timor Leste?

Pengumpulan data

1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi

Pengolahan dan Analisis data

Hasil danPembahasan

Kesimpulan dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

ATRO Bali 2018. Pedoman Penulis Tugas Akhir Akadeemi Teknik

Radiodiagnostik dan Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali, ATRO

Bali, Denpasar.

Bontragers, 2018. Texbook Of Radiographic Postionung and Related

Anatomi NinthyEdition.

BAPETEN.2011 Pendidikan dan Pelatihan Petugas Proteksi radiasi

Bidang Radiodiagnosatik.

Merrill’s, 2016 Atlas of Radiographic Positioning and Procedures, Thirteenth

Edition.

Bahar, A, 2012. Pneumonia dan ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Pearce, C, 2010 Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.


Sherwood, 2010. Clinical Anatomy for Medical Students. Data Reproduction

Corp, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai