PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus besar merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh kita. Sehingga
jika terjadi kelainan atau terdapat patologi pada usus besar maka dapat mengakibatkan
dampak yang besar bagi tubuh yaitu salah satunya mengganggu jalannya pencernaan.
Kelainan atau patologi yang sering kali muncul pada usus besar adalah karsinoma, polip,
kolitis ulseratif dan abses. Setelah diketahui patologinya, tindakan medis yang biasa
dilakukan adalah dengan colostomy. Colostomy adalah lobang buatan pada daerah colon
yang sengaja dibuat oleh dokter bedah setelah memotong dan mengangkat daerah usus
yang terinfeksi.
Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus dengan memasukkan
media kontras positif kedalam usus melalui lobang buatan (colostomy) pada daerah
abdomen.
Lopografi pada pasien dengan indikasi hirschsprung post colostomy. Pada pemeriksaan
ini terdapat beberapa perbedaan dengan teori yang penulis dapatkan di perkuliahan.
Dengan adanya perbedaan tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
1
B. Rumusan Masalah
Agar dalam penyusunan Studi Kasus ini dapat terarah dan karena terbatasnya
C. Tujuan Penulisan
Colostomy di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dengan teori yang telah penulis
dapatkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Usus besar menutupi usus kecil melalui 3 sisi dan berjalan dari katub ileosekal
menuju anus. Diameternya lebih besar dari usus kecil (oleh karena itu disebut usus
besar), tapi lebih pendek. Fungsi utamanya adalah mengabsorbsi air dari sisa-sisa
Pada hampir seluruh panjangnya, usus besar memiliki tiga keunikan yang tidak
terdapat pada organ tubuh lainnya; taenia coli, haustra dan appendik epiploica. Kecuali
pada bagian ujung terminalnya, bagian longitudinal dari lapisan otot direduksi menjadi 3
barisan otot polos disebut taenia coli (artinya pita dari kolon). Adanya variasi dari dinding
usus besar membentuk suatu kantongan yang disebut haustra (artinya menggambarkan
variasi). Dan terakhir sangat jelas adalah appendik epiploika, suatu lapisan lemak kecil dari
3
peritonium viseralis yang menggantung pada permukaan kolon. Kegunaannya belum
diketahui.
a. Sekum
vermiformis berbentuk seperti cacing dan berasal dari sisi medial usus besar.
b. Kolon asenden
kanan hati, menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah sampai ke hati,
hepatik). Kolon asenden ini terletak pada regio illiaca kanan dengan panjang
sekitar 13 cm.
c. Kolon transversum
dapat turun sampai pelvis. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa,
d. Kolon desenden
Kolon desenden terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang sekitar
25 cm. Kolon desenden ini berjalan ke bawah dari fleksura lienalis sampai
4
pinggir pelvis membentuk fleksura sigmoideum dan berlanjut sebagai kolon
sigmoideum.
e. Kolon sigmoideum
f. Rektum
sigmoideum dan berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan
eksternal.
Keterangan :
1. Apendiks
2. Sekum
3. Persambungan ileosekal
4. Apendises epiploika
5. Kolon asendens
6. Fleksura hepatika
7. Kolon transversal
8. Fleksura lienalis
9. Haustra
10. Kolon desendens
11. Taenia koli
12. Kolon sigmoid
13. Kanalis Ani
14. Rektum
15. Anus
5
2. Fungsi usus besar :
kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus setiap hari, hanya 100 ml
cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan. Dengan mengeluarkan
sekitar 200-250 ml tinja semi padat. Dalam hal ini kolon sigmoid berfungsi
b. Sekresi mukus.
Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang membungkus dinding
usus. Fungsinya sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna oleh enzim-enzim
yang terdapat didalam usus dan sebagai pelumas makanan sehingga mudah
terganggu, selain itu tinja akanmenjadi sangat keras tanpa efek lubrikasi dari
mukus.
banyak reaksi alkali dan tidak mengandung enzim. Pada keadaan peradangan
c. Menghasilkan bakteri
Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis vitamin K dan
6
Mikroorganisme yang terdapat di kolon terdiri tidak saja dari eschericia
seperti bacteriodes fragilis. Sejumlah besar bakteri keluar melalui tinja. Pada saat
lahir kolon steril, tetapi flora bakteri usus segera tumbuh pada awal masa
kehidupan.
dapat dihambat dengan menjaga agar spingter eksternus tetap berkontraksi atau
1. Definisi
tidak dijumpai pleksus auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. sembilan
puluh persen (90%) terletak pada rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai
seluruh kolon bahkan seluruh usus (Total Colonic Aganglionois (TCA). Tidak
sehingga terjadi ileus fungsional dan dapat terjadi hipertrofi serta distensi yang
bulan dengan berat lahir ≥ 3 kg (penyakit ini tidak bisa terjadi pada bayi kurang
bulan) yang terlambat mengeluarkan tinja.1,2 Trias klasik gambaran klinis pada
7
neonatus adalah pengeluaran mekonium yang terlambat, yaitu lebih dari 24 jam
mencapai 30% apabila tidak ditangani dengan sempurna. Diagnosis penyakit ini
anatomi.
2. Etiologi
selalu tidak ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.1
dari sel-sel neural crest vagal servikal dari esofagus ke anus pada minggu ke
bisa ada namun gagal untuk berkembang menjadi ganglia dewasa yang
8
mengalami kerusakan karena elemen-elemen didalam lingkungn mikro dalam
differensiasi, dan kolonisasi dari sel-sel ini mingkin terletak pada genetik,
sinyal pada tingkat molekular yang diperlukan dalam pertubuhan sel dan
pematangan sel-sel neural crest yang mempersarafi colon. Mutasi pada gen ini
Endothelian-3 gene baru-baru ini telah diajukan sebagai gen yang rentan juga.
enterik. Mutasi pada proto- oncogene RET adalah diwariskan dengan pola
dominan autosom dengan 50-70% penetrasi dan ditemukan dalam sekitar 50%
kasus familial dan pada hanya 15-20% kasus spordis. Mutasi pada gen
9
c) Kelainan dalam lingkungan
kelas 2 telah terbukti terdapat pada segmen aganglionik dari usus pasien
laminin dan kolagen tipe IV yang tinggi alam matriks telah ditemukan dalam
usus dapat mencegah migrasi sel-sel normal neural crest dan memiliki peranan
1. Sindrom Down
9. Cartilage-hair hypoplasia
2. Sindrom Neurocristopathy 10. Sindrom hypoventilasi entral
10
C. Teknik Pemeriksaan
1. Pengertian
radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus
2. Tujuan Pemeriksaan
medis selanjutnya.
3. Persiapan Pasien
adalah untuk membersihkan kolon dari feases, karena bayangan dari feases dapat
persiapan pasien,yaitu :
yang keras.
b. Minum sebanyak-banyaknya
keadaan lembek
11
4. Persiapan Alat dan Bahan
3). Marker
4). Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
9). Bengkok
10). Apron
11). Plester
b. Persiapan bahan
3) Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula
5. Teknik Pemeriksaan
12
dilanjutkan, tetapi seandainya persiapan pasien kurang baik ditandai dengan
sehingga pada saat kontras telah dimasukkan Faktor Eksposi bisa optimal.
b. Inform Consent
sebagai hukum legal yang seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan, kita
(radiographer) dapat terlepas dari jeratan hukum, kecuali jika memang ada
unsur kesengajaan.
keluarnya kontras melalui anus. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas
pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling
d. Proyeksi Radiograf
(Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus
13
Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah
sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien
pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke
bawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, objek
dan batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien
ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada pertengahan kedua crista
14
Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat termasuk fleksura dan
rektum.
3) Proyeksi LPO
bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja
fiksasi.
Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua
crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4) Proyeksi RPO
lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik
pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiaca
dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan
15
Gambar 6. Posisi Pasien RPO
5) Proyeksi RAO
depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah
dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke
arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiaka dengan arah sinar
vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien
16
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan
6) Proyeksi LAO
kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja
lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua
krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi
sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon
desenden tampak.
7) Proyeksi Lateral
Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk
17
fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane
D. Proteksi Radiasi
kesehatan yang bertujuan memperkecil penerimaan dosis radiasi yang diterima baik
penderita dengan cara mengatur luas lapangan sesuai lapangan objek yang
foto).
18
2. Proteksi radiasi bagi petugas
apron.
Yang dimaksud masyarakat umum disini adalah orang yang berada disekitar
yang jika lampu menyala maka tidak ada yang boleh masuk ke ruangan unit
radiologi.
radiasi sinar-X.
19
BAB III
A. Paparan Kasus
1. Data Pasien
post colostomy, mengambil kasus seorang pasien dengan data sebagai berikut :
a. Nama : An. A.
c. Umur : 11 Tahun
e. Alamat :-
dan dibuat colostomy atau lubang buatan. Sekarang dokter akan menutup colostomy
dan menyambung colon yang telah dipotong. Sebelum ditutup harus dilakukan
pemeriksaan Lopografi yang bertujuan untuk melihat anatomi dan fisiologi dari
colon distal masih normal atau tidak setelah beberapa hari tidak digunakan.
Dengan membawa lembar permintaan foto rontgen dari dokter, pasien datang
20
B. Prosedur Pemeriksaan
1. Tujuan Pemeriksaan
Adapun tujuan dari pemeriksaan Lopografi ini adalah untuk untuk melihat
anatomi dan fisiologi dari colon bagian distal sehingga dapat membantu
2. Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien
2) Persiapan Alat
1. Pesawat x – ray
3. Marker
5. Sarung tangan
7. Kain kassa
8. Bengkok
9. Apron
10. Plester
21
3. Teknik Pemeriksaan
Foto polos ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien sudah maksimal
ditunda, selain itu juga untuk menentukan Faktor Eksposi sehingga pada saat
kontras telah dimasukkan Faktor Eksposi bisa maksimal. Pada foto polos
diperlukan marker pada anus dan stoma distal, ini berfungsi sebagai tanda pada
gambaran radiograf.
2. Inform Consent
medis yang akan dilakukan (Lopografi). Ini dapat digunakan sebagai hukum
22
legal yang seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan, kita (radiographer)
dapat terlepas dari jeratan hukum, kecuali jika memang ada unsur kesengajaan.
Tetapi pada pemeriksaan ini kateter tidak dapat masuk melalui stoma,
media kontras dihentikan. Agar informasi yang didapat lebih jelas pasien
dirotasikan ke kanan dan ke kiri dan dibuat radiograf full filling untuk melihat
keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior serta spot foto yang
diperlukan.
4. Proyeksi Pemotretan
(Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek
diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah
Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar
vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi
23
Gambar 11. Hasil Radiograf Proyeksi AP
b. Proyeksi Lateral
Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi.
Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina
illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan
tahan nafas.
24
Kriteria : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid
C. Pembahasan
usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus melalui lobang buatan
pada daerah abdomen. Pada pemeriksaan ini pasien sebelumnya Hirschsprung Disease
pada daerah colon ascendens sampai colon transversum, sehingga oleh dokter bedah
daerah tersebut dipotong dan dibuat colostomy. Saat ini dokter akan menyambung
pemeriksaan lopografi yang digunakan untuk melihat anatomi dan fisiologi dari colon
distal apakah normal atau tidak, setelah diistirahatkan beberapa hari. Seandainya
normal maka penyambungan dapat dilakukan, tapi bila tidak normal maka
menggunakan media kontras. Media kontras adalah suatu media yang dapat
perbedaan tingkat kehitaman pada radiograf. Media kontras yang digunakan pada
pemeriksaan ini adalah Water Souluble yang dilarutkan dengan air hangat dengan
perbandingan Water Souluble : NaCl adalah 1:3. Tujuan digunakan media kontras
water soluble adalah mudah diserap tubuh, mudah untuk dikeluarkan, tidak berbahaya
dan cukup aman digunakan jika terdapat kelainan pada bagian kolon. Pemasukan
media kontras pada pemeriksaan lopografi adalah melalui stoma atau lubang buatan
bagian distal, tapi pada pemeriksaan ini kateter tidak bisa masuk melalui stoma
sehingga kateter masuk melalui anus. Perbedaan pemasukan media kontras ini tidak
25
dipermasalahkan karena tujuan akhirnya sama yaitu melihat anatomi dan fisiologi dari
colon distal. Pemasukan media kontras melalui anus juga diharapkan dapat mengisi
seluruh colon bagian distal secara bertahap. Setelah kontras mengisi penuh bagian
colon, kateter dilepas, ini dimaksudkan untuk melihat peristaltik usus besar bagian
rekto-sigmoid dan anus. Seandainya normal, maka bagian rekto-sigmoid dan anus
tidak ada jarak (nyambung). Untuk melihat bagian tersebut, pasien diposisikan lateral.
Proses pengambilan foto yang pertama adalah Plain Foto yang digunakan untuk
melihat persiapan pasien dan penentuan factor eksposi. Selanjutnya adalah foto full
filling AP dilakukan sesaat setelah colon distal telah penuh terisi media kontras. Dan
yang terakhir adalah foto lateral, ini digunakan untuk melihat daerah rekto-sigmoid
Pada pemeriksaan ini hanya dibuat 3 spot foto, karena tujuan utama dari
rekto-sigmoid menyatu dengan anus (tidak ada jarak). Foto pertama adalah foto plain.
Lateral. Proyeksi AP dapat dilihat pada foto full filling, tetapi pada proyeksi ini bagian
ini dapat memperlihatkan bagian ini dengan jelas. Sehingga dengan tiga spot foto
1. Untuk Pasien :
26
2. Untuk Pekerja Radiasi :
b. Karena apron terbatas, maka petugas yang tidak memakai apron berlindung
dibelakang petugas lain yang memakai apron atau berlindung dibelakang tabir
pemeriksaan berlangsung.
27
BAB IV
A. Kesimpulan
usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus melalui lobang
2. Pemasukan media kontras melalui anus, karena kateter tidak bisa masuk melalui
tujuan akhirnya sama yaitu untuk melihat anatomi dan fisiologi dari colon distal.
4. Kelebihan Media kontras water soluble mudah diserap tubuh, mudah untuk
dikeluarkan, tidak berbahaya dan cukup aman digunakan jika terdapat kelainan
pada bagian kolon. Serta pada pasien post Colostomy ini adalah pasien pasca
5. Pemeriksaan ini hanya menggunakan tiga spot foto, karena sudah dapat
B. Saran
2. Karena kamar radiologi terdiri dari dua pintu, maka perlu pengawasan lebih dari
28
3. Komunikasi kepada pasien lebih diperhatikan untuk mencegah missed
komunikasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Frank, Eugene D, et al. 2012. Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning & Procedures.
30
LAMPIRAN
Lampiran 1
31
Lampiran 2
32