Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah suati istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu penyakit di
mana sel-sel abnormal membelah secara aktif dan tak terkendali sehingga mampu menyerang
jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem
limfe.
Di Indonesia kanker yang tingkat keganasannya terbanyak dan memiliki angka kematian
cukup tinggi yaitu kanker payudara. Diperkirakan satu diantara sepuluh sampai dua belas wanita
harus berhadapan dengan kanker payudara. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) pada tahun 2004-2008, kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi pada
pasien kanker rawat ini di semua RS di Indonesia dengan proporsi sebesar 18,3% (Kemenkes,
2013).

Kanker payudara adalah kanker yang terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel
di dalam jaringan payudara. Sel abnormal bisa tumbuh di bagian-bagian jaringan payudara dan
mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti. Jaringan payudara tersebut terdiri dari
kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran susu) dan jaringan penunjang
payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus
(Mardiana, 2009).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker payudara yaitu gaya hidup, makanan siap
saji, polusin lingkungan, penggunaan insektisida, zat pengawet, zat pewarna, zat penyedap, stress
berkepanjangan, perkembangan zaman, keadaan hormonal (estrogen dominan) dan genetic
(Ranggiasanka, 2010;Kusminarto, 2005). Kelainan payudara dapat dideteksi dengan
pemeriksaan thermography,mammography, ductography, biopsy dan USG payudara.

Mammografi merupakan pemeriksaan radiologi dengan menggunakan sinar- x untuk


mengidentifikasi adanya kanker pada jaringan payudara, bahkan sebelum adanya perubahan
yang terlihat pada payudara atau benjolan yang dirasakan pasien. Mammografi tidak mencegah
atau bahkan mengobati, namun dapat mengurangi resiko terjadinya kematian dengan
mengidentifikasi tumor pada jaringan payudara dalam tingkat yang masih dapat ditangani
dengan mudah.

1
Teknik pemeriksaan mammografi pada kasus kanker payudara atau mammae menurut
Bontrager, 2014) yaitu empat proyeksi, carniocaudal (CC), mediolateral oblique (MLO),
mediolateral (ML)¸dan exaggerated craniocaudal laterally (XCCL). Tujuan dari pemeriksaan
mammografi dengan proyeksi craniocaudal yaitu untuk memperlihatkan struktur jaringan
payudara dengan jenis dilihat dari pandangan superoinferior, tujuan pemeriksaan mammografi
dengan proyeksi mediolateral oblique untuk mengkonfirmasikan dan melokasikan ke abdominal
pada proyeksi standar yang kemungkinan overlapping dengan jaringan glandula mammae, tujuan
pemeriksaan mammografi dengan proyeksi mdiolateral yaitu untuk memperlihatkan jaringan
payudara terutama daerah lateral, dan tujuan dari proyeksi exaggerated craniocaudal laterally
untuk melihat penyebaran tumor pada kelenjar aksila.

Berdasarkan kasus yang terjadi di lapangan penulis tertarik untuk mengangkat laporan
kasus tentang “Teknik Pemeriksaan Mammografi pada Kasus Kanker Payudara di RSUD
Banyudono”

1.1 RumusanMasalah
1.1.1 Bagaimanaprosedur Teknik Pemeriksaan Mammografi pada Kasus Kanker Payudara
di RSUD Banyudono?
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Untuk mengetahui prosedur Teknik Pemeriksaan Mammografi pada Kasus Kanker
Payudara di RSUD Banyudono.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
penulis dan dapat memperdalam tentang prosedur Teknik Pemeriksaan Mammografi
pada Kasus Kanker Payudara.
1.3.2 Bagi Instansi
Dapat memberikan masukan dalam meningkatkan pelayanan diagnostic, khussnya
pada pemeriksaan mammografi.
1.3.3 Bagi Pembaca
Dapat memberikan informasi kepada pembaca gambaran yang lebih detail tentang
Teknik Pemeriksaan Mammografi pada Kasus Kanker Payudara.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara


Pengembang dan struktur dari glandula mammae atau payudara berkaitan dengan
kulit. Fungis utamanya mesekresi susu untuk bayi. Payudara terdiri dari jaringan
kelenjar, fibrosa dan lemak. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot - otot
dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior. Sedikit dibawah pusat payudara
dewasa terdapat putting atau papilla mamae, tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh
areola. Putting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil,
yaitu aperture ductus laktiferosa (Price, et.al.,2011).
Kelenjar mamae dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar kompeks yang terdiri atas
kurang lebih 20 lobus. Semua lobus berhubungan dengan duktur laktiferus yang
bermuara di papilla. Lobus dipisahkan oleh sekat - sekat jaringan ikat dan jaringan
lemak. (Arianto,2010).
Kelenjar payudara terletak didalam fasia superfisialis di daerah pectoral antara
sternum dan aksila serta melebar dari iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau
ketujuh. Bentuk kelenjar payudara cembung ke depan dengan putting ditengahnya
yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna coklat tua. Putting dilingkari
daerah berwarna coklat yang disebut areola. Dekat dasar putting terdapat kelenjar
monigomery yang mengeluarkan zat lemak agar putting teteap lemas. (Evelyn, 2008).
Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
ductus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktifrus (ampula) sebelum
muncul untuk memperforasi putting. Lobus - lobus dikelilingi jaringan adipose dan
dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pertoralis sampai
farsia superficial tepat dibawah kulit. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai
40 lobuslus, setiap lobules kemudian bercabang menjadi ductus - ductus kecil yang
berakhir dialveolia sekretori. Sel - sel alveolr, dibawah pengaruh hormonal saat

3
kehamilan dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan
mesekresi susu (Sloane,2009).
Putting memiliki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar sekitar 1
cm sampai 2 cm untuk membentuk areola. Areola mengandung kelenjar sebaseus dan
kelenjar keringat yang besar, beberapa diantarnya berhubungan dengan folikel rambut
dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi putting saat berkontraksi (Desen,
2011).
Mamae mulai mengembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen yang
berasal dari siklus seksual wanita bulanan saat esterogen merangsang pertumbuhan
kelenar payudara ditambahn dengan deposit lemak untuk memberi massa pada
payudara. Pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama kehamilan. Selama
kehamilan, sejumlah besar esterogen disekresikan oleh plasenta sehingga system
ductus payudara tubuh dan bercabang. Secara bersamaan, stoma payudara juga
bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat didalam stroma. Empat hormone
lain yang juga penting untuk pertumbuhan system ductus yaitu hormone prolactin,
glukokortikoid adrenal, dan insulin. Perkembangan akhir payudara menjadi organ
yang mengeksresi air susu juga memerlukan progesterone. Sekali system ductus telah
berkembang, progesterone bekerja secara sinergistik dengan esterogen, juga dengan
semua hormone - hormone lain yang menyebabkan pertumbuhan lobules payudara
dengan pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat - sifat sekresi dari sel – sel
alveoli sangat berpengaruh dengan pengembangan payudara (Guyton, A.C., 2006).
Penurunan mendadak estrogen dan rogesteron yang terjadi seiring dengan
keluarnya plasenta pada persalinan memicu lakstasi. Setelah persalinan, laktasi
diperahankan oleh dua hormone penting yaitu prolactin, yang bekerja pada epitel
alveolus untuk meningkatkan skresi susu dan oksitosin, yang menybabkan
penyemprotan susu. (Sheerwood, 2009).

4
Gambar 2.1 Anatomi Payudara (Ambarwati, 2008)
Keterangan gambar :
1. Corpus (Badan) 9. Lubang Putting
2. Areola 10. Sinus Lactiferus
3. Papilla 11. Ductus Lactiferus
4. Tulang Iga 12. Kapiler
5. Otot 13. Vena
6. Lemak 14. Arteri
7. Otot Polos 15. Alveoli
8. Putting 16. Lobus

2.2 Patologi Kanker Payudara


Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang
menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel
melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis didekatnya, dan bermigrasi di
jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau system limfatik (Prce et. Al.,
2006).

5
Kanker payudara diawali ketika sejumlah sel - sel didlam payudara tubuh dan
berkembang secara berlebihan. Pertumbuhan sel - sel yang tidak normal itu
membentuk gumpalan besar serupa benjolan yang disebut tumor. Apabila
pertumbuhan sel - sel yang berlebihan itu tidak dapat dikendalikan oleh tubuh,
terjadilah yang disebut dengan neoplasma. Neoplasma kemudian akan menyerang
jaringan sekitar dan menyebar keseluruh tubuh. Keadaan seperti ini disebut
neoplasma ganas. Neoplasma ganas pada payudara inilah yang akhirnya disebut
kanker payudarai (Ghofar, 2009).
Sel kanker payudarayang pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm
dalam waktu 8 sampai 12 tahun. Dan setelah itu jika terus berkembang, baru akan
mucul berbagai keluhan seperti nyeri, hilang nafsu makan, pusing dan sebagainya.
Pada tahap awal, gejala kanker payudara tak terlihat. Biasanya penderita tidak merasa
sakit dan tidak ada tanda - tanda sama sekali (Ghofar, 2009).
2.2.1. Gejala Klinis
Menurut (Nucrcahyo Jalu, 2010) gejala kanker payudara adalah
sebagai berikut :
a. Ditemukannya benjolan pada payudara, gejala awal yang signifikan
dan sering dialami wanita adalah benjolan yang tidak biasa ditemukan
pada payudara dan biasanya ditandai dengan rasa sakit bila dipegang
atau ditekan.
b. Perubahan pada payudara, biasanya gejala yang terjadi adalah
berubahnya ukuran, bentuk payudara dan putting. Gejala awalnya
ditandai dengan permukaan payudara akan berwarna merah kemudian
perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk.
c. Putting susu mengeluarkan cairan (nipple discharge) seperti darah,
terkadang juga berwarna kuning seperti nanah.
d. Gejala kanker payudara juga ditandai dengan pembengkakan tanpa
adanya benjolan yang merupakan gejala umumnya bahkan kadang
terlihat pembuluh darah pada salah satu payudara.
2.2.2. Stadium Kanker Payudara

6
Menurut Nurcahyo Jalu, 2010) tahapan kanker payudara adalah
sebagai berikut :
a. Stadium I, tumor terbatas dalam payudara, bebas ari jaringan
sekitarnya, tidak ada fiksasi kekulit dan jaringan yang dibawanya.
Besar tumor 1 sampai 2 cm. Kelenjar getah bening regional belum
teraba.
b. Stadium II, sesuai stadium I, hanya 2,5 sampai 5 cm dan sudah ada
satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas
dengan diameter kurang dari 2 cm.
c. Stadium III, dibagi dalam :
1. Stadium III A, tumor sudah meluas dalam payudara (5 sampai 10
cm) tapi masih bebas dijaringan sekitarnya, kelenjar getah bening
aksila masih bebas satu sama lain.
2. Stadium III B, tumor sudah meluas dalam payudara (5 sampai 10
cm), fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan
oedeme (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), kelenjar getah
bening aksila melekat satu sama lain atau terhadap jaringan
sekitarnya. Diameter lebih dari 2,5 cm dan belum ada metastasi
jauh.
d. Stadium IV, tumor seperti pada yang lain (stadium I,II,III). Tetapi
sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikulasi
dan metastasis jauh lainnya.
2.2.3. Faktor Resiko
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara masih belum
diketahui, namun menurut (National Breast and Ovarian Cancer
Center, 2010) menyebutkan beberapa factor yang berhubungan dengan
etiologi kanker payudara adalah sebagai berikut :
a. Umur
Bertambhanya usia merupakan salah satu factor resiko
paling kuat untuk kanker payudara. Meskipun kanker payudara
dapat terjadi pada wanita muda, secara umum merupakan penyakit

7
penuaan. Seorang wanita berumur 30-an resikonya kira - kira 1
berbanding 250, sedangkan untuk wanita pada usia 70-an, adalah
sekitar 1 berbanding 30.

b. Riwayat Keluarga
Resiko mendapatkan kanker payudara dibandingkan wanita
tanpa riwayat keluarga berlipat ganda setidaknya mempunyai salah
seorang diantara ibu atau saudara perempuan mengalami kanker
payudara.
c. Faktor Genetik
Gen penentrasi tinggi yang berperan dalam terjadinya
kanker payudara yaitu BRCA 1 (breast cancer 1), BRCA 2 (breast
cancer 2) dan TP 53 (gen penekan tumor). Namun gen - gen ini
hanya berperan kurang dari 10 % dari semua kasus kanker
payudara dalam populasi.
d. Faktor Reproduktif
Wanita yang memiliki siklus haid lebih karena mereka
mulai mestruasi pada usia dini (sebelum usia 12 tahun) atau
melalui menopause pada usia kemudian (setelah umur 55 tahun)
mempunyai resiko sedikit lebih tinggi mendapat kanker payudara.
Hal ini mungkin terkait dengan eksposure seumur hidup yang lebih
tinggi kepad hormone estrogen dan progesterone.
e. Alkohol
Asupan alcohol yang berlebih juga dapat meningkatkan
resiko, berdasarkan analisi terbaru 53 penelitian menujukan bahwa
sekitar 4% kanker payudara di negara maju mungkin dikaitkan
dengan konsumsi alcohol.
f. Alat Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi oral pada jangka waktu terdekat
sekitar miningkatkan resiko kanker payudara, namun wanita yang

8
telah berhenti menggunakan kontrasepsi oral selama 10 tahun atau
lebih memiliki resiko yang sama dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan pil.

g. Terapi Hormonal
Penggunaan hormone menopause (terapi penggantian
hormone) dengan gabungan estrogen dan progesterone telah
menunjukkan peningkatan rsiko kanker payudara, dengan resiko
yang lebih tinggi dikaitkan dengan penggunaan jangka masa
panjang. Namun, peningkatan resiko kelihatan berkurang dalam 5
tahun perhentian penggunaan hormone.
h. Obesitas
Obesitas diukur dengan indeks massa tubuh tinggi,
meningkatkan resiko kanker payudara pasca menopause dan
merupakan salah satu dari beberapa factor resiko untuk kanker
payudara yang mampu dimodifikasi.
2.3. Teknik Pemeriksaan Mammografi
2.3.1. Pengertian Pemeriksaan Mammografi
Seuatu pencitraan khusus untuk memeriksa payudara dengan
menggunakan sinar - x beda potensial (kVp) rendah atau low kVp. Bertujuan
untuk mendeteksi dan mendiagnosis secara dini kelainan payudara (Irianto,
2012)
2.3.2. Indikasi Pemeriksaan Mammografi
Indikasi pemeriksaan mammografi menurut (Bontrager, 2014) adalah :
a. Kanker payudara (breas carsinoma)
b. Kista (cysts)
c. Tumor jinak berbentuk benjolan (fibroadenoma)
d. Benjolan atau gumpalan (fibrocystic changes)
e. Pertumbuhan adnormal atau pembesaran pada payudara (gynecomastia)
f. Tumor jinka tumbuh di putting payudara (intrductal papilloma)

9
g. Kanker yang tumbuhn disekitar putting payudara (paget’s disease of the
nipple)
2.3.3. Kontra Indikasi Pemeriksaan Mammografi
Kontra Indikasi pemeriksaan mammografi menurut (Nurcahyo Jalu, 2010)
adalah :
a. Kehamilan
b. Wanita yang menggunakan implant payudara
c. Wanita yang sedang menyusui dan haid
d. Wanita yang berusia kurang dari 40 tahun
2.3.4. Persiapan Alat dan Bahan pemeriksaan mammografi
Adapun persiapan alat dan bahan pemeriksaan mammografi adalah
sebagai berikut :
a. Pesawat Mammografi

Gambar 2.2 Pesawat Mammografi


b. Kaset ukuran 24 X 30 cm

10
c. Baju Pasien

Gambar 2.3 Baju Pasien


d. Marker R/L
e. CR (Computed Radiography) Mammografi

Gambar 2.4 Komputer Mammografi

2.3.5. Persiapan pasien pemeriksaan mammografi

11
Sebelum pemeriksaan mammografi berlangsung, radiographer
mengintruksikan kepada pasien untuk melepaskan semua benda yang
memberi efek radiopaque dari daerah leher dan dada, termasuk baju dengan
peniti, kancing,logam atau benda lainnya yang dapat mempengaruhi hasil
radiograf. Bontrgaer, 2014).
2.4. Proyeksi pemeriksaan mammografi
Menurut (Bontrager, 2014) proyeksi yang digunakan untuk pemeriksaan
mammografi adalah sebagai berikut :
2.4.1. Proyeksi Craniocaudal (CC)
a. Posisi Pasien : Erect (Berdiri)
b. Posisi Objek :
1. Tinggi IR (Image Receptor) ditentukan dari pengangkatan payudara
untuk mencapai sudut 90o dengan dinding dada. IR akan berada pada
batas atas lipatan inframammry
2. Payudara ditarik kedepan sehingga papilla berada pada pertengahan
kaset
3. Lengan pasien ditekuk kebelakang sampai menempel pada punggung
pasien
4. Kepala diarahkan menjauhi IR
5. Jaringan padan bagian medial payudara yang tidak diperiksa diarahkan
menjauhi IR
6. Lakukan kompresi secara perlahan sampai kencang agar tidak ada
lipatan pada payudara
7. Marker R atau L dan identitas pasien selalu ditempelkan disisi aksila

12
Gambar 2.5 Posisi Craniocaudal (CC) (Bontrager, 2014)

c. Centar Ray (CR) : Tegak lurus pada pertengahan payudara


d. Focus Film Distance (FFD) : 60 cm (24 inci)
e. Kriteria Radiograf :
1. Otot dada (otot pectoral) harus ditampakkan 30% pengukuran
posterior nipple line
2. Papilla tampak pada gambar, ketebalan tampak merata yang
menunjukkan kompresi optimal
3. CR dan luas apangan penyinaraan beraada pada pertengahan jaringan
payudara yang ditandai dengan payudara berada pada pertengahan IR
4. Faktor eksposi yang cukup, sehingga menghasilkan kontras yang
optimal. Ketajaman gambar menunjukkan tidak ada pergerakan.
Marker R atau L dan identitas pasien selalu ditempatkan disisi aksila
dan tidak ada artefak yang tampak.

13
Gambar 2.6 Radiograf Proyeksi CC (Bontrager, 2014)
2.4.2. Proyeksi Mediolateral Oblique (MLO)
a. Posisi Pasien : Erect (Berdiri)
b. Posisi Objek :
1. Tabung dan IR sejajar satu sama lain
2. Atur batas atas IR sehingga pada bagian aksila
3. Pasien menghadap pesawat dan lengan pada sisi payudara yang
diperiksa memegang pesawat
4. TaTrik payudara agar otot - otot dada anterior dan medial jauh dari
dinding dada. Dorong pasien kearah IR sampai bagian inferolateral
payudara menyentuh IR
5. Lakukan kompresi secara perlahan sampai kencang agar tidak ada
lipatan pada payudara
6. Marker R atau L selalu ditempelkan disisi aksila

14
Gambar 2.7 Posisi Mediolateral Obloque (MLO) (Bontrager, 2014)
c. Central Ray (CR) : Tegak lurus pada pertengahan payudara
d. FFD : 60 cm (24 inchi)
e. Kriteria radiograf :
1. Seluruh jaringan terlihat dari otot - otot dada sampai papilla dan
jaringan inframammary
2. Papilla tampak pada gambar, payudara ditarik menjauh dari dada agar
ketebalan rata yang menunjukkan kompresi optimal
3. CR dan luas lapangan penyinaran berada pada pertengahan payudara
4. Faktor eksposi yang cukup menembus keapdatan jaringan sehingga
menghasilkan kontras yang optimal. Ketajaman gambar menunjukkan
tidak ada pergerakkan. Marker R atau L dan identitas pasien selalu
berada pada sisi aksila. Tidak ada artfak yang tampak

15
Gambar 2.8 Radiograf Proyeksi MLO (Bontrager, 2014)
2.4.3. Proyeksi Mediolateral (ML)
a. Posisi Pasien : Erect (Berdiri)
b. Posisi Objek :
1. Tabung dan IR sejajar serta CR vertical tegak lurus
2. Atur ketinggian IR pada pertengahan payudara
3. Pasien berdiri menghadap pesawat, lengan pada sisi payudara yang
diperiksa menjauh dari IR
4. Tarik payudara agar otot - otot dada anterior dan medial jauh dari
dinding dada. Dorong pasien kearah Ir sampai menyentuh bagian
inferiolateral payuara
5. Lakukan kompresi secara perlahan sampai kencang agar tidak da
lipatan pada payudara
6. Jika perlu, intruksikan pasien menarik payudara yang tidak
diperiksa untuk mencegah superimposisi
7. Marker R atau L ditempatkan disisi aksila

16
Gambar 2.9 Posisi Mediolateral (ML) (Bontrager, 2014)
c. Central Ray (CR) : Tegak lurus pada pertengahan payudara
d. FFD : 60 cm (24 inchi)
e. Kriteria Rdiograf :
1. Tampak payudara bagian lateral termasuk aksila otot - otot dada
dan jaringan IMF terbuka
2. Papilla tampak pada gambar, ketebalan pada jaringan pada gambar
yang akan menunjukkan kompresi optimal. Jaringan aksila
(umumnya otot dada) terlihat yang mnunjukkan letak CR dan IR
dengan benar
3. CR dan luas lapangan penyinaran berada pada pertengahan
jaringan payudara yang ditandai dengan payudara berada pada
pertengahan IR
4. Faktor eksposi yang cukup menmbus kepadatan jaringan sehingga
menghasilkan kontras yang optimal. Ketajaman gambar
menunjukkan tidak ada pergerakan. Marker R atau L dan identitas
pasien selalu ditempatkan disisi aksila dan tidak ada artefak yang
tampak

17
Gambar 2.10 Radiograf Proyeksi ML (Bontrager, 2014)
2.4.4. Proyeksi Exaggerated Cranoicaudal Laterally (XCCL)
a. Posisi Pasien : Erect (Berdiri)
b. Posisi Objek :
1. Posisi awal seperti proyeksi Cranioicaudal, rotasikan tubuh sedikit
agar bagian aksila terlihat pada IR
2. Letakkan tangan pasien ke depan agar bahu rileks
3. Kepala diarahkan menjauh dari IR
4. Lakukan kompresi pelan sampai kencang agar tidak ada lipatan
pada payudara
5. Tampak papilla pada gambar
6. Marker R atau L selalu ditempatkan disisi aksila

18
Gambar 2.11 Posisi Exaggerated Cranoicaudal Laterally (XCCL)
(Bontrager, 2014)
c. Central Ray (CR) : Tegak lurus pada pertengahan payudara
d. FFD : 60 cm (24 inchi)
e. Kriteria Radiograf :
1. Tampak jaringan aksila payudara
2. Papilla tampak pada gambar, ketebalan jaringan merata yang
menunjukkan kompresi optimal. Tampak jaringn aksila dan otot -
otot dada yang menunjukkan posisi rotasi tubuh yang cukup baik
3. CR dan luas lapangan penyinaran berada pada pertengahan
payudara yang ditandai dengan hasil gambaran berada pada
pertengahan IR
4. Faktor eksposi yang cukup menembus kepadatan jaringan sehingga
menghasilkan kontras yang optimal. Ketajaman gambar
menunjukkan tidak ada pergerakkan. Marker R atau L selalu
ditempatkan disisi aksila dan tidak ada artefak yang tampak

19
Gambar 2.12 Radiograf Proyeksi XCCL (Bontrager, 2014)
2.5. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi pemeriksaan mammografi menurut (Kalsta A, 2012) adalah :
a. Waktu, yaitu akumulasi dosis yang diterima pekerja radiasi yang mempunyai laju
dosis tertentu sebanding dengan lamanya pekerja radiasi di daerah radiasi
b. Jarak, yaitu penyinaran radiasi makin berkurang dengan bertambahnya jarak dari
sumber radiasi
c. Perisai, yaitu banyaknya perisai yang diperlukan tergantung dengan tipe radiasi,
aktivitas sumber, dan laju dosis. Perisai ini dibuat dari bahan timbal atau beton
d. Luas lapangan kolimasi secukupnya dengan menyesuaikan pada objek yang
diperiksa
e. Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
f. Pasien hamil, terutama pada bulan pertama tidak boleh diperiksa radiodiagnostik

20
BAB III
PEMAPARAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Umur : 53 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 071776
3.2 Riwayat Pasien
a. Keluhan Utama
Saat masuk Rumah Sakit, pasien mengatakan nyeri pada payudara kiri dan saat observasi
tanggal 29 Maret 2013, pasien mengeluh nyeri pada jahitan bekas operasi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan seminggu seelum masuk RS merayakan nyeri dan keluar darah
diputing payudara, pasien memutuskan untuk memeriksakan di Puskesmas Ngemplak
dan dirujuk ke RSUD Banyudono. RSUD Banyudono merujuk ke laboratorium RS
Yarsis, pasien didiagnosa carcinoma mammae atau kanker payudaradan dianjurkan untuk
dilakukan operasi.
3.3 Teknik Pemeriksaan Kasus Kanker Payudara
3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat mammografi
b. Kaset mammografi
c. Marker mammografi
d. Baju Pasien
e. Komputer mammografi

21
3.3.2 Teknik Pemeriksaan Mammografi
1. Proyeksi Craniocaudal (CC)
a. Posisi Pasien : Berdiri menghadap pesawat mammografi dan
kepala menghadap tegak kedepan
b. Posisi Objek : Payudara diletakkan pada pertengahan bucky,
tangan pada payudara yang diperiksa
berpegangan pada tumpuan yang tersedia
dipesawat mammografi dan tangan yang
satunya menarik payudara yang tidak diperiksa
ke samping kemudian kompresi.
c. Centar Ray (CR) : Arah sinar diatur vertical tegak lurus terhadap
kaset
d. Central Point (CP) : Pada pertengahan payudara
e. Focus Film Distance (FFD) : 60 cm
2. Proyeksi Mediolateral Oblique (MLO)
a. Posisi Pasien : Berdiri menyudut 30o kiri pasien dan kepala
menghadap kesamping kiri.
b. Posisi Objek : Payudara diletakkan pada pertengahan bucky,
tangan pada payudara yang diperiksa
berpegangan pada tumpuan yang tersedia
dipesawat mammografi dan tangan yang
satunya menarik payudara yang tidak diperiksa
ke samping kemudian kompresi.
c. Centar Ray (CR) : Arah sinar diatur menyudut 45o terhadap
kaset
d. Central Point (CP) : Pada pertengahan payudara
e. Focus Film Distance (FFD) : 60 cm
3.4 Proteksi Radiasi
Adapun tindakan proteksi radiasi yang dilakukan pada pasien yaitu melaksanakan
pemeriksan sebaik - baiknya agar tidak terjadi pengulangan foto dan mengatur program
otomatis kV dan mAs di control table sesuai dengan ketebalan objek yang diperiksa.

22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel - sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Dalam tubuh terdapat sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah - ubah
tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi factor lain
maka akan menjadi sel dysplasia yaitu sel yang menjadi tidak normal dan terbatas dalam
lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjar -
kelenjar). Dimana pada suatu saat sel - sel ini akan berkembang menjadi kanker karena
berbagai factor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10 - 15 tahun.
Pada kasus kanker payudara, pemeriksaan yang dilakukan pada RS Yarsis hanya
menggunakan 2 jenis proyeksi pemeriksaan yang menjadi basic dari setiap pemeriksaan
mamoggrafi di RS Yarsis yang terkhusus dengan klinis kanker payudara yaitu dengan
proyeksi Craniocaudal (CC) dan Mediolateral Oblique (MLO). Namun pada teori itu sendiri
menjelaskan ada 4 jenis proyeksi basic dengan masing - masing tujuan dari proyeksi tersebut
yang meliputi, untuk proyeksi Craniocaudal (CC) yang bertujuan untuk memperlihatkan
struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan superoinferior, sedangkan
untuk proyeksi Mediolateral Obique (MLO) yang bertujuan untuk mengkonfirmasikan dan
melokasikan ke abnormal pada proyeksi standar yang kemudian overlapping dengan jaringan
glandula mamae, sedangkan proyeksi Mediolateral (ML) yang bertujuan untuk
memperlihatkan jaringan payudara pada bagian lateral, dan untuk proyeksi Exaggerated
Craniocaudal Laterally (XCCL) memiliki tujuan pemeriksaan untuk penyebaran tumor pada
kelenjar aksila. Sehingga pada penerapannya dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
2 proyeksi basic yaitu CC dan MLO di RS Yarsis dapat memberikan diagnose, namun untuk
lebih menegakkan diagnose dengan akurat diperlukan pemeriksaan tambahan yaitu ML dan
XCCL.
Dan adapun kelebihan dan kekurangan dari teknik pemeriksaan mammografi yang akan
dijabarkan dibawah ini.

23
1. Kelebihan dari teknik pemeriksaan mammografi yaitu :
a. Memiliki modalitas pencitraan pada tumor/massa pada payudara secara umum
b. Mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi (75,3 %)
c. Mempunyai spesifitas sangat tinggi mencapai 88% untuk massa payudara yang
nonpalpable
2. Kekurangan dari teknik pemeriksaan mammografi, yaitu :
a. Hanya dapat digunakan pada penderita yang berumur lebih dari 35 tahun
b. Pada penderita yang memiliki densitas payudara yang tinggi akan mengurangi
sensitifitas
c. Sulit mengevaluasi jaringan payudara pada penderita yang implant pada seluruh
payudar, scar yang berat pada operasi sebelumnya sehingga sensitifitas
pemeriksaan mammografi dapat menurun 10%
d. Mempunyai angka positif palsu yang cukup tinggi

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang
menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas
normal), menyerang jaringan biologis didekatnya, dan bermigrasi di jaringan tubuh yang lain
melalui sirkulasi darah atau system limfatik. Kanker payudara tersebut dapat tentukan sudah
mencapai sejauh mana perkembangannya menggunakan pemeriksaan diagnostic yaitu
mammografi. Sedangkan mammografi merupakan pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan sinar - x untuk mengidentifikasi adanya kanker pada jaringan payudara,
bahkan sebelum adanya perubahan yang terlihat pada payudara atau benjolan yang dirasakan
pasien. Untuk pemeriksaan mammografi pada teori terdapat 4 jenis proyeksi yaitu
Craniocaudal (CC), Medilateral Oblique (MLO), Mediolateral (ML), dan Exaggerated
Cranicaudal Laterally (XCCL), namun untuk penerapan di RS Yarsis hanya menggunakan 2
proyeksi yaitu Craniocaudal (CC) dan Mediolateral Oblique (MLO).
5.2 Saran
Dengan laporan kasus ini, penulis berharap dapat menjadi salah satu referensi untuk para
pembacanya terutama dibidang diagnostic untuk lebih mempertimbangkan dalam melakukan
pelayanakan kesehatan dikarenakan dari masing - masing proyeksi tersebut dapat
menghasilkan atau dapat mendiagnosa kondisi dan bentuk dari kanker payudara tersebut.

25

Anda mungkin juga menyukai