Anda di halaman 1dari 41

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA PEDIS

PADA KASUS ARTHRITIS PEDIS SINISTRA DI INSTALASI


RADIOLOGI RSUD PANTURA M.A SENTOT PATROL
INDRAMAYU

LAPORAN KASUS
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktek Kerja Lapangan II

Disusun oleh :
Khafidzul Fiqih Reviyant Toha
NIM : 450.106.19.A.018

PROGRAM STUDI
DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI CIREBON
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya berupa ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus

yang berjudul : “Teknik Pemeriksaan Pada Kasus Arthritis Pedis Sinistra Di

instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol

Indramayu” ini tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu penugasan

dalam Praktek Kerja Lapangan II Jurusan Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Umu Daerah Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu.

Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Moh. Firman Ismana, MM selaku Ketua STIKes Cirebon.

2. H. Abdul Gamal Sukaryono, SKM, MKKK selaku Ketua Program Studi D-

III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon.

3. H. Arif Wibowo, AMR selaku Kepala Ruangan Radiologi RSUD Pantura

M.A Sentot Patrol Indramayu.

4. Seluruh radiographer dan Staf Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A

Sentot Patrol Indramayu.

5. Fahrul Ramadhan, A m d . T r r selaku pembimbing penulisan laporan

kasus ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

6. Kedua Oran Tua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

ii
7. Teman-teman mahasiswa STIKes Cirebon yang sama-sama melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan II dengan penulis di Instalasi Radiologi RSUD

Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak, penulis berharap

laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan dijadikan studi bersama.

Indramayu, 17 September
2021

Khafidzul Fiqih

3
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa oleh Clinic Instructur (CI) Instalasi radiologi

RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu dan telah disetujui untuk memenuhi

tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan III Jurusan Teknik Radiodiagnostik

dan Radioterapi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon.

Nama : Khafidzul Fiqih Reviyant Toha

NIM : 4501.0619.A.018

Judul : “Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis Pada Kasus

Arthritis Pedis Sinistra di Instalasi Radiologi RSUD Pantura

M.A. Sentot Patrol Indramayu”

Indramayu, 17 September 2021

Menyetujui:

Pembimbing Kepala Ruangan

Fahrul Ramadhan, Amd. Trr H. Arif Wibowo. AMR


NIP: 19870520201101002 NIP: 196510091988031010
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................
i BAB I..................................................................................................................................
1
PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 3
BAB II.................................................................................................................................
4
PEMBAHASAN .................................................................................................................
4
2.1 Anatomi Ossa pedis .................................................................................................. 4
2.2 Patofisiologi Ossa Pedis.......................................................................................... 10
2.3. Teknik Pemeriksaan Ossa Pedis ............................................................................ 13
2.4 Processing film........................................................................................................ 19
2.5 Proteksi Radiasi ..................................................................................................... 21
BAB III .............................................................................................................................
24
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 24
3.1 Hasil Pengamatan.................................................................................................... 24
3.2 Penatalaksanaan Pemeriksaan Ossa Pedis .............................................................. 25
3.3 Pembahasan............................................................................................................. 30
BAB IV .............................................................................................................................
32
PENUTUP ........................................................................................................................
32
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 32
4.2 Saran ....................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
33
LAMPIRAN GAMBAR ...................................................................................................
34
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur tulang Ossa Pedis………………………………………………………………..….4

Gambar 2. 2 Struktur tulang metatarsal dan phalanges joint………………………………....6

Gambar 2.3 Struktur tulang Ossa Tarsal………………………………………………………………….7

Gambar 2.4 Proyeksi AnterioPosterior (AP) Ossa Pedis ………………………………………….14

Gambar 2.5 Proyeksi Lateral Ossa Pedis……………………………………………………………..…16

Gambar 2.6 Proyeksi Dorsi-plantar (AP) Ossa Pedis……………………………………………….18

Gambar 2.7 Proyeksi Lateral Ossa Pedis ………………………………………………………………..19

Gambar 3.1 Lembar Permintaan Pemeriksaan Radiologi……………………………………...25

Gambar 3.2 Pesawat Sinar X Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol
Indramayu……………………………………………………………………………………………………………26

Gambar 3.3 Komputer Radilogi Unit Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot
Patrol Indramayu………………………………………………………………………………………………..26

Gambar 3.4 Hasil Radiograf Proyeksi AP Ossa Pedis (RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol)………………………………………………………………………………………………………………..28

Gambar 3.5 Hasil Radiografi Proyeksi Oblique Ossa Pedis (RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol)………………………………………………………………………………………………………………..29

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Sinar-X dari massa ke massa sangatlah pesat sejak

ditemukannya oleh seorang fisikiawan asal jerman bernama Wilhelm

Conrad Rontgen pada tahun 1895, sinar x memegang peran yang sangat

penting dalam dunia medis, yaitu digunakan untuk melihat bagian dalam tubuh

manusia berupa tulang, persendian antar tulang organ-organ dalam, saluran-

saluran dalam tubuh maupun pembuluh darah, oleh karena itu, sinar-X

digunakan sebagai penegak diagnosa suatu penyakit atau kelainan. (Asih Puji

Utami, dkk. 2014)

Ekstremitas bawah dapat dibagi menjadi 2, yaitu korset pangggul dan

tungkai. Tungkai dibagi oleh beberapa persendian mulai dari pangkal paha

tungkai bawah, dan kaki. Tungkai bawah berfungsi untuk lokomotor dan

penahan beban tubuh. (Sob bota, 2018)

Ossa pedis merupakan salah satu organ dalam kelompok ekstremitas

bawah. Ossa pedis dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu Phalanges (toes atau

digits), Metatarsal (punggung kaki), dan Tarsal yang terdiri dari 7 tulang

(talus,calcaneus, navicular, cuboid, medial cuneiform, intermedial cuneiform,

dan lateral cuneiform). Tulang kaki pada dasarnya mirip dengan ossa manus

dan wrist joint. (Lampigano dan Kenderick, 2018)

1
Pemeriksaan ossa pedis merupakan bagian dari jenis pemeriksaan

ekstremitas bawah (extremitas lower). Untuk mendapatkan radiograf Ossa

Pedis maka perlu mengetahui riwayat patologis pasien, seperti trauma,

tumor, keganasan, atau post orif. Bagian permukaan anterior (superior) kaki

disebut dengan dorsum atau permukaan dorsal, dan inferior (posterior)

aspek dari kaki disebut permukaan plantar. (Evelyn C. Pearce, 2016)

Dari latar belakang itulah maka penulis tertarik untuk membahas masalah

tersebut dalam laporan kasus dengan berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiografi

Ossa Pedis dengan kasus Arthritis Pedis Sinistra” di RSUD Pantura M.A.

Sentot Patrol Indramayu.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi Ossa pedis dengan

beberapa proyeksi dalam beberapa literature buku dan jurnal?

2. Bagaimana hasil pemeriksaan radiografi Ossa Pedis di unit Instalasi

Radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hasil gambaran radiografi pada teknik

pemeriksaan radiografi Ossa Pedis dengan klinis Arthritis Pedis Sinistra di

instalasi radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu.


1.3.2 Tujuan Penulis

Tujuan dari penulis laporan kasus ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Ossa Pedis

dengan beberapa proyeksi dalam beberapa literature buku dan

jurnal.

2. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Ossa Pedis di instalasi

radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai pemeriksaan Ossa

Pedis dengan klinis Arthritis Pedis Sinistra.

1.4.2 Manfaat bagi pembaca

Dapat menjadi literature dan kajian pustaka tambahan di program

studi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, serta diharapkan

menjadi acuan untuk mahasiswa - mahasiswa program studi D-III

Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon dalam mengembangkan

karya tulis ilmial ini lebih luas lagi.

1.4.3 Manfaat untuk Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi pelayanan kesehatan khususnya instalasi

radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu, sebagai masukan

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan radiologi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Ossa pedis

Gambar 2.1 Struktur tulang Ossa Pedis (Lampignano dan Kenderick,2018)

Menurut Lampignano dan Kenderick (2018) Ossa pedis merupakan

salah satu organ dalam kelompok ekremitas bawah. Ossa pedis dibagi menjadi

3 bagian besar yaitu Phalanges (toes atau digits), Metatarsal (punggung kaki),

dan Tarsal yang terdiri dari 7 tulang (os talus, os calcaneus, os navicular, os

cuboid, os medial cuneiform, os intermedial cuneiform,dan os lateral

cuneiform).
2.1.1. Phalanges

Phalanges adalah tulang kaki bagian distal yang terdiri dari V digiti.

Terdapat 14 phalanges di setiap kaki. Setiap digiti memiliki 3 phalanges

kecuali digiti I (Ibu Jari). Digiti I (Ibu jari) berada disisi medial, dan hanya

memiliki 2 phalanges yaitu proksimal phalanges dan distal phalanges. Digiti

II sampai digiti V memiliki 3 phalanges yaitu proksimal phalanges, medial

phalanges, dan distal phalanges.

2.1.2 Metatarsal

Metatarsal disebut juga tulang punggung kaki. Terdiri dari 5 tulang dan

diberi nomor I sampai V. Tulang metatarsal digiti I dimulai dari sisi medial

dan tulang metatarsal digiti V di sisi lateral. Metatarsal digiti 1 lebih

pendek dan lebih kuat daripada yang lain,sedangkan metatarsal digiti II paling

panjang. Metatarsal terdiri dari tiga bagian, bagian terkecil dan terdapat pada

distal metatarsal disebut head (kepala), pada bagian medial berbentuk panjang

dan ramping disebut body (shaft), dan bagian proximal disebut dengan

metatarsal base. Pada metatarsal digiti V bagian sisi lateral terdapat tulang

kasar yang menonjol, tulang tersebut dinamakan Tuberosity. Trauma pada kaki

biasanya terjadi pada tulang tuberosity, oleh karena itu bagian sisi lateral

metatarsal digiti V ini harus tervisualisasikan dengan jelas dalam radiograf.


2.1.3 Metatarsal dan Phalanges joint

Gambar 2.2 struktur tulang metatarsal dan phalangeal joint (Lampignano dan kenderick, 2018)

Setiap sendi memiliki nama yang berasal dari dua tulang dikedua sisi

sendi tersebut. Pada phalanges digiti I terdapat sendi yang dinamakan

Interphalangeal joint (IP) yaitu sendi yang menghubungkan tulang distal

phalanges dan proksimal phalanges. Pada phalanges digiti II sampai V

terdapat dua sendi karena mereka memiliki tiga tulang phalanges yaitu

proksimal phalanges, medial phalanges, dan distal phalanges. Sendi yang

menghubungkan antara tulang distal phalanges dengan middle phalanges

adalah Distal Interphalangeal (DIP) joint. Sedangkan, sendi yang

menghubungkan antara tulang middle phalanges dengan proksimal

phalanges adalah Proksimal Interphalngeal (PIP) Joint. Pada tulang

metatarsal terdapat dua sendi, yaitu Metatarsophalangeal (MTP) joint dan

Tarsometatarsal (TMT) joint. Metatarsophalangeal (MTP) joint adalah sendi

yang ada diantara tulang distal metatarsal dengan tulang proksimal

phalanges. Sedangkan, Metatarsophalangeal (MTP) joint adalah sendi yang

menghubungkan tulang proksimal metatarsal dengan tulang tarsal.


2.1.4 Ossa Tarsal

Gambar 2.3 Struktur tulang Ossa Tarsal (Lampignano dan Kenderick, 2018)

Tarsal adalah tulang bagian proksimal, terdiri dari 7 tulang-tulang besar

pada kaki. Tulang tarsal terdiri dari os calcaneus, os talus, os navicular, os

cuboid, os medial cuneiform, os intermedial os cuneiform,dan os lateral

cuneiform.

a. Os Calcaneus

Tulang yang ada pada bagian posterior atau disebut tumit. Os

calcaneus adalah tulang terbesar dan terkuat pada bagian kaki.

Terkadang tulang calcaneus disebut dengan os calcis. Os calcaneus

berartikulasi dengan tulang anterior cuboid dan superior talus.

Artikulasi yang terbentuk dari superior talus adalah talocalcaneal

joint. Bagian calcaneus yang berfungsi untuk menahan berat,

tubercalcanei, massif, memiliki prominentia, memiliki tuberculum

medial, lateral dan anterior adalah bagian calcaneus posterior.


Namun, bagian calcaneus yang menyentuh lantai saat berdiri adalah

hanya tuberculum medial.

b. Os Talus

Os talus adalah tulang terbesar kedua pada bagian kaki

terletak diantara tulang calcaneus dan tungkai bawah. Tulang talus

terkadang diberi nama astragalus atau tulang pergelangan. Os

talus juga berfungsi untuk mentransmisikan berat tubuh melalui ankle

joint (sendi pergelangan kaki) dengan talocalcaneal joint.

Berartikulasi dengan empat tulang, pada superior berartikulasi

dengan os tibia dan os fibula, pada inferior berartikulasi dengan os

calcaneus, dan pada anterior dengan os navicular.

c. Os Navicular

Os navicular adalah tulang oval pipih yang terletak di sisi

medial kaki antara os talus dan tiga os cuneiform. Terkadang tulang

navicular disebut dengan scapoid. Permukaan medial os naviculare

berproyeksi di inferior untuk membentuk tuberositas ossis navicularis,

suatu tempat penting untuk pelekatan tendo karena batas medial kaki

tidak terletak di atas lantai, seperti batas lateral. Os navicular

berartikulasi dengan lima tulang. Pada posterior berartikulasi dengan

os talus, pada lateral berartikulasi dengan os cuboid, dan pada anterior

dengan tiga os cuneiform.

d. Os Cuboid

Os cuboid berada pada sisi lateral kaki, terletak diantara distal os

calcaneus dan proximal metatarsal digiti IV dan V. Os cuboid

berartiulasi dengan lima tulang yaitu, proksimal os calcaneus, medial os


navicular, metatarsal digiti IV, metatarsal digiti V, dan lateral os

cuneiform.

e. Os Cuneiform

Os cuneiform yang artinya tulang berbentuk baji. Tulang

cuneiform terbagi menjadi tiga yaitu os medial cuneiform, os intermedial

cuneiform, dan os lateral cuneiform. Terletak pada bagian medial

kaki atau tengah kaki diantara tulang distal metatarsal digiti I sampai

III dan proksimal os navicular. Os medial cuneiform adalah tulang yang

paling besar diantara ketiga tulang berbentuk baji tersebut, dan

berartikulasi dengan empat tulang yaitu proksimal os navicular,

metatarsal digiti I dan II, dan sisi lateral os medial cuneiform . Os

intermedial cuneiform adalah tulang yang terkecil diantar ketiga tulang

cuneiform, dan berartikulasi dengan empat tulang yaitu proksimal os

navicular, metatarsal digiti II, setiap sisi os medial cuneiform dan os

lateral cuneiform. Os lateral cuneiform adalah tulang yang berada di

tengah kaki, berartikulasi dengan enam tulang yaitu proksimal os

navicular, metatarsal digiti II, metatarsal digiti III, metatarsal digiti

IV, medial os intermedial cuneiform, dan lateral os cuboid.

2.2 Patofisiologi Ossa Pedis

2.2.1 Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau

kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur

(elastisitas) dengan kekuatan yang memadai apabila trauma melebihi

dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab
terjadinya fraktur adalah trauma stres kronis dan berulang maupun

pelunakan tulang yang abnormal. (Gusti Ayu Suryani, 2016)

Fraktur terjadi apabila :

A. Trauma (benturan)

Ada dua trauma benturan yang dapat mengakibatkan

fraktur yaitu benturan langsung dan benturan tidak langsung.

B. Tekanan.

Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu yang lama akan

mengakibatakan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada

tulang tibia dan fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal

pada olahragawan, militer maupun penari. Contoh seorang yang

senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya maka

mungkin terjadinya patah tulang didaerah tertentu.

C. Adanya keadaan tidak normal pada tulang.

Kelemahan pada tulang yang abnormal karena adanya

proses patologi seperti tumor maka dengan energi kekerasan

yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal

belum dapat menimbulkan fraktur.

2.2.2 Benda Asing (Corpus Alienum)

Benda asing yaitu benda yang seharusnya ada dalam sistem

fisiologi, masuknya tidak disengaja atau menyalahi fisiologi, dan

mengganggu sirkulasi tubuh atau sistem fisiologi tubuh. Benda asing

pada gambaran radiograf bisa berwarna lusen atau opaq. Berwarna


lusen bila berasal dari benda non logam, nomor atomnya lebih rendah

seperti kayu, kayu, plastik, dan lain-lain. Berwarna opaq bila berasal

dari logam, nomor atomnya lebih tinggi dari jaringan sekitar seperti

paku, jarum, peluru, dan lain-lain. (Nona Zesifa, 2016).

2.2.3 Osteomielitis

Penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya

peradangan sumsum tulang dan terjadi perubahan jaringan lunak

seperti pembekakan, dengan edema dan timbunan lemak yang kabur

pada hasil radiograf. Osetomeilitis paling sering timbul dari patah tulang

terbuka, infeksi pada kaki penderita diabetes, atau terapi bedah

pada luka tertutup. (Wahyu Fernanda, 2018).

2.2.4 Arthritis

Arthritis merupakan suatu kondisi peradangan sendi. Peradangan

sendi ini dapat menyerang beberapa sendi. Dua jenis Arthritis yang

paling umum ditemui adalah Osteoarthritis (OA) dan Rheumatoid

Arthristis (RA). (Nurarif & Kusuma, 2013)

A. Osteoarthritis

Osteoarthritis mempengaruhi lapisan tulang rawan

sendi yang mengakibatkan nyeri dan kesulitan bergerak pada

pengidapnya. OA umumnya diidap oleh orang paruh baya,

terutama diakhir usia 40-an atau lebih tua, Pada OA,

kehilangan tulang rawan dapat menyebabkan tulang saling

bergesekan, mengubah bentuk sendi, serta memaksa tulang


keluar dari posisi normalnya. OA sering timbul pada Manus,

tulang vertebrae, genu, pelvis.

B. Rheumatoid Arthritis (AO)

Orang yang berusia antara 40 hingga 50 tahun umunya

memiliki resiko tinggi terkena RA. Pelindung luar sendi

adalah tempat pertama yang terpengaruh. Kemudian, yang

dapat mengakibatkan patah tulang rawan. Jika semakin parah,

RA dapat memicu masalah pada jaringan dan organ.

Gejala Arthritis :

Gejala umum dari Arthritis, antara lain :

- Nyeri sendi, bahkan tanpa melakukan gerakan.

- Gerakan sendi menjadi terbatas.

- Kemerahan pada kulit disekitar sendi.

- Pembekakan dan kekakuan pada sendi.

- Peradangan didalam dan sekitar sendi.

Penyebab Arthritis

Arthritis terjadi ketika jaringan tulang rawan mengalami peradangan,

sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sendi. Tulang rawan adalah jaringan

ikat yang berfungsi untuk melindungi tulang agar tidak bergesekan satu

dengan yang lain ketika sedang bergerak. Penyebabnya Arthritis dapat

bervariasi tergantung dari jenisnya.

a. Osteoarthritis

Melibatkan kerusakan dan robeknya tulang rawan sendi, yaitu suatu

lapisan licin dan keras pada ujung tulang. Kerusakan ini mengakibatkan
tulang saling bergesekan langsung, sehingga timbul nyeri sendi dan

pergerakan menjadi terbatas. Keausan pada sendi ini dapat terjadi selama

selama bertahun-tahun dan dapat dipercepat oleh cedera sendi atau infeksi.

b. Rheumatoid Artrhitis

Disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang lapisan

kapsul sendi, yaitu suatu membran yang menutupi semua bagian sendi.

Lapisan ini, mengalami peradangan dan menjadi bengkak. Ini dapat

merusak tulang rawan dan tulang di dalam sendi. (Morison, 2003 dalam

Nurarif & Kusuma, 2013)

2.3. Teknik Pemeriksaan Ossa Pedis

1. Merill’s Atlas of Radiograpihic Positions & Radiologic Procedures

(Volume One) 2014.

A. Proyeksi Antero Posterior Axial (AP Axial)

- Posisi Pasien : Pasien duduk atau berbaring (supine) diatas

meja pemeriksaan.

- Posisi Objek :

- Posisikan IR dibawah kaki pasien, pusatkan

ke dasar metatarsal ketiga, dan sesuaikan

sehingga sumbu panjangnya sejajar dengan

sumbu panjang kaki.


- Pegang kaki dalam posisi vertikal dengan

meminta pasien menekuk lutut yang

berlawanan dan menyandarkannya ke lutut

sisi yang terkena.

- Pada posisi kaki ini, seluruh

permukaan plantar bertumpu pada IR: oleh

karena itu perlu berhati-hati pada IR yang

terpeleset.

- Pastikan tidak ada putaran, geseran

(gerakan) pada kaki.

- Central Point : Basis metatarsal III

- Central Ray : Diarahkan ke salah satu dari dua cara:

1) 10 grees menuju tumit dasar metatarsal


ketiga

- FFD : 100 cm

- Ukuran Kaset : 24 x 30 cm

- Faktor Eksposi : Kv 60, mAs 2

- Marker : R/L

Gambar 2.4 Proyeksi Anterio Posterior (AP) (Merill’s 2014)


Kriteria Gambar :

1. Tidak ada putaran kaki.

2. Jumlah spasi yang sama antara poros tengah dari

metatarsal kedua hingga keempat.

3. Tumpang tindih (superposisi) basis metatarsal kedua

hingga kelima.

4. Visualisasi phalanx dan tarsal ke talus, serta

metatarsal.

5. Tampak os navicular, os cuneiform, os cuboid,

tarsometatarsal joint, metatarsal I-V, os sesamoid,

metatarsophalangeal joint, tampak ke 14 phalanx.

B. Proyeksi Lateral

Posisi Pasien :

- Pasien berbaring (supine) diatas meja

pemeriksaan dan berbalik ke sisi yang

kena sampai tungkai dan kaki

menyamping

Posisi Objek :

- Angkat lutut pasien cukup untuk

menempelkan patella tegak lurus

dengan bidang horizontal, dan atur

penyangga dibawah lutut pasien.


- Pusatkan IR ke area tengah kaki, dan

sesuaikan sehingga sumbu panjangnya

sejajar dengan sumbu panjang kaki.

- Dorsiflexi untuk membentuk sudut

90ᴼ (derajat) dengan tungkai bawah

Central Point : Navicular cuniform region.

Central Ray : Tegak lurus ke dasar metatarsal ketiga.

FFD : 100 cm

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm

Faktor Eksposi : Kv 60, mAs 2

Marker : R/L

Gambar 2.5 Proyeksi Lateral. (Merill’s 2014).

- Kriteria Gambar :

1. Metatarsal hampir bertumpukan (superposisi)

2. Kaki distal.

3. Fibula tumpang tindih (superposisi) dengan bagian

posterior dari tibia.

4. Sendi tibiotalar.

5. Kepadatan yang cukup untuk menunjukkan tarsal dan

metatarsal yang bertumpukan (superposisi).

2. Buku/Jurnal (Clark’s Positioning in Radiography, 2011)


A. Proyeksi Dorsi-Plantar (AP)

Posisi Pasien :

Pasien duduk diatas meja pemeriksaaan,

didukung jika diperlukan, dengan pelvis dan

genu yang tertekuk

Posisi Objek :

- Genu ditekuk, telapak pedis ditempatkan

kaset, Pedis bagian bawah ditopang dalam

posisi vertikal oleh genu lainnya.

- Cara lainnya, kaset dapat dinaikkan diatas

bisa 15ᴼ (derajat) untuk memudahkan posisi

objek yang akan di eksposi.

Central Pont :

Sinar pusat diarahkan ke sendi cuboid-

navicular, pertengahan antara tuberositas

navicular teraba dan tuberositas metatarsal

kelima.

Central Ray :

Tabung sinar-X dibuat miring 15ᴼ (derajat)

secara cranial saat kaset diletakkan rata

diatas meja pemeriksaan. Sinar vertikal

tegak lurus pada kaset.

FFD : 100 cm

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm

Faktor Eksposi : Kv 60, mAs 2


Marker : R/L

Gambar 2.6 Proyeksi Dorsi-plantar (AP). (Clark’s 2011).

Kriteria Gambar :

1. Sendi tarsal dan tarso-metatarsal harus terlihat jelas saat

seluruh pedis diperiksa.

2. KVp yang dipilih harus mengurangi perbedaan dalam subjek

kontras antara ketebalan jari kaki dan tarsus untuk memberikan

kontras radiografi yang seragam pada rentang kepadatan kaki.

3. Filter irisan dapat digunakan untuk mengimbangi

perbedaan ketebalan jaringan

B. Proyeksi Lateral

Posisi Pasien : Dari posisi dorsi plantar, tungkai diputar ke luar

agar aspek lateral kaki bersentuhan dengan kaset.

Posisi Objek : Posisi kaki disesuaikan sedikit untuk membawa

aspek tegak lurus pada kaset.

Central Point : Berpusat di atas navicular cuneiform joint .

Central Ray : Sinar sentral vertical tegak lurus pada kaset.


FFD : 100 cm

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm

Marker : R/L

Gambar 2.7 Proyeksi Lateral. (Clark’s, 2011).

Kriteria Gambar :

- Jika pemeriksaan benda asing yang dicurigai, kVp yang

dipilih harus cukup untuk menunjukkan benda asing tersebut

terhadap struktur jaringan lunak.


2.4 Processing film

Definisi Digital / Radiografi (DR) adalah suatu bentuk pencitraan sinar-x

dimana detector panel datar digunakan sebagai pengganti film. Dengan system DR

gambar dapat dilihat di monitor segera setelah akuisisi, yang memakan waktu

beberapa detik dan dapat disimpan / diteruskan dimanapun mereka dibutuhkan.

Seperti gambar-gambar digital, beberapa salinan data gambar selalu identik.

Digital Radiography adalah sebuah bentuk pencitraan sinar-X dimana sensor-

sensor digital sinar-X digunakan menggantikan film fotografi konvensional. Dan

processing kimiawi digantikan dengan system computer yang terhubung dengan

monitor atau laser printer. Komponen Digital Radiography sebuah sistem

digital radiografi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source,detector

Analog- Digital Converter, Computer, dan Output Device. Beberapa keuntungan

DR yang signifikan terhadap CR dan film screen imaging adalah :

DR menghilangkan penggunaan kaset, yang menjadikan penhematan waktu yang

signifikan.

Sistem DR meningkatkan efisiensi karena waktu pemrosesan lebih singkat,

umumnya detik.

Factor paparan untuk DR dapat dikurangi bila dibandingkan dengan factor paparan

untuk CR dan film screen.

Dalam prinsip kerja DR, terdapat 2 tipe penangkapan pada detector, yaitu :
a) Penangkapan tidak langsung DR (Indirect)

Mesin menyerap sinar-x dan mengubahnya menjadi cahaya.

CCD atau thin-film transistor (TFT) mengubah cahaya menjadi sinyal listrik.

Gambar dilihat di monitor computer.

Computer memproses sinyal listrik.

b) Langsung menangkap DR (Direct)

Foto konduktor menyerap sinar-x.

TFT mengumpulkan sinyal.

Sinyal listrik dikirim ke computer untuk diproses.

Gambar dilihat di layar computer.

2.5 Proteksi Radiasi

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2007

tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif pasal 1,

proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh

radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.

a. Pasal 21

1) Justifikasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir;

2) Limitasi dosis; dan

3) Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi.

b. Pasal 22
1) Ayat (1) Setiap orang atau badan yang melaksanakan pemanfaatan

tenaga nuklir wajib memenuhi prinsip justifikasi pemanfaatan tenaga

nuklir.

2) Ayat (2) Justifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

didasarkan pada manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada risiko

yang ditimbulkan.

3) Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai justifikasi diatur dengan

Peraturan Kepala BAPETEN.

c. PP Republik Indonesia nomor 33 tahun 2007 pasal 23

1) Ayat (1) Limitasi dosis sebagaimana dimaksud dalam pasal 21

huruf b wajib diberlakukan untuk paparan kerja dan paparan masyarakat

melalui peneerapan nilai batas dosis.

2) Ayat (2) Limitasi dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku untuk : Paparan Medik dan Paparan yang berasala dari alam.

3) Ayat (3) Nilai Batas Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh dilampaui, kecuali dalam

kondisi khusus.

d. PP Republik Indonesia nomor 33 tahun 2007 pasal 34.

1) Ayat (1) Optimasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 21 huruf c harus diupayakan agar besarnya dosis

yang diterima serendah mungkin yang dapat dicapai dengan

mempertimbangkan factor sosial dan ekonomi.


2) Ayat (2) Besarnya dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus di

bawah nilai batas dosis.

Menurut perka bapeten nomor 8 Tahun 2011 Pasal 35 ayat (3)

perlengkapan proteksi radiasi meliputi :

a. Peralatan pemantau dosis perorangan; dan

b. Peralatan proteksi radiasi

Peralatan pemantau dosis perorangan sebagimana dimaksud

pada ayat (3) huruf a meliputi film badge, dan / atau dosimetri peorangan

pembacaan langsung. Peralatan protektif radiasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf b meliputi :

1. Apron;

2. Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb;

3. Kacamata Pb;

4. Sarung tangan Pb;

5. Pelindung tiroid Pb;

6. Pelindung ovarium; dan/atau

7. Pelindung gonad P.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

a) Identitas Pasien

Pada hari Senin, 09 September 2021 pasien bernama TN, S

berumur 49 tahun mendaftarkan ke Instalasi Radiologi untuk

pemeriksaan radiografi Pedis. Pasien dating dengan membawa surat

permintaan pemeriksaan dari dokter yang memeriksa. Pasien dengan data

sebagai berikut:

Nama : TN, S

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Indramayu

Permintaan foto : Pedis AP/Lateral

Dokter pengirim : dr. H. Sucipto, Sp.B

Dokter Spesialis Radiologi : dr. Bonny Haryanto, Sp. Rad

No RM : 22****

Tanggal : 09 September 2021

Diagnosa : Atritis Pedis Sinistra

Ruang : Radiologi

Kesan : Foto Pedis Sinistra dalam batas normal


Pada kasus ini, prosedur pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di

Instalasi Radiologi menggunakan Proyeksi AP dan Proyeksi Oblique

untuk pemeriksaan Ossa Pedis pada kasus ini. Pemeriksaan radiografi

arthritis pedis dilakukan untuk menegakkan diagnose dokter dan

mengetahui perkembangan penyembuhan yang terjadi pada pasien setelah

dilakukan operasi serta membahas kesesuaian pemeriksaan di lapangan

dengan teori yang ada.

Gambar 3.1 Lembar Permintaan Pemeriksaan Radiologi (RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu)

3.2 Penatalaksanaan Pemeriksaan Ossa Pedis

Sebelum melaksanakan pemeriksaan Ossa Pedis, dilakukan terlebih


dahulu persiapan alat dan bahan :

1. Pesawat x-ray

Data-data mengenai pesawat radiografi yang dilakukan adalah sebagai


berikut:

Merek pesawat : Mindray

Tipe Model : DIGEYE 760 smart

No seri : 3G0210
Kv Maksimum : 600 Ma

Berikut gambaran alat untuk memeriksa Ossa Pedis :

Gambar 3.2 Pesawat Sinar X Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

2. Processing Film

System direct radiography (DR) adalah system baru pada pesawat

konvensional digital yang berkembang saat ini dimana image atau gambar hasil

exposure dari objek radiografi diubah kedalam format digital secara real team

dengan menggunakan sensor berupa flat panel atau chard coupled devices (CCD),

dan tidak perlu menggunakan kaset reader untuk mendapatkan gambaran secara

digital.

Gambar 3.3 Komputer Radilogi Unit Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu
3. Persiapan Pasien

Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Ossa Pedis di

Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu, sebagai

berikut:

- Apakah pasien menggunakan benda-benda yang mengganggu hasil

radiograf.

- Kemudian ditanya mengenai keluhan pasien apa sebelumnya sudah

dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit tersebut.

4. Pelaksanaan pemeriksaan

Teknik pemeriksaan radiografi ossa pedis di instalasi radiologi RSUD

Pantura M.A Sentot Patrol adalah dengan menggunakan proyeksi

Anteroposterior (AP) dan Oblique.

1. Proyeksi Anteroposterior (AP)

Posisi Pasien : Supine diatas tempat tidur

Posisi Objek : Genu flexi, telapak kaki diletakkan di atas meja

pemeriksaan. Tungkai yang difoto diatur tidak condong ke medial maupun

ke lateral.

Central Point : Basis metatarsal III

Central Ray : Vertikal tegak lurus film

FFD : 100 cm

Evaluasi kriteria : Pada proyeksi ini akan tampak gambaran AP dari ossa

metatarsal,ossa phalanx, ossa tarsal


Faktor eksposi : Kv 60, mAs 8

marker :L

Gambar 3.4 Hasil Radiograf Proyeksi AP (RSUD Pantura M.A Sentot Patrol)

2. Proyeksi Oblique

Posisi Pasien : Supine diatas tempat tidur.

Posisi Objek : Tungkai diatur condong ke medial, sehingga tepi lateral


o
telapak kaki terangkat dan membentuk sudut 30

Central Point : Basis metatarsal III

Central Ray : Vertikal tegak lurus film

FFD : 100 cm

Evaluasi kriteria : Pada proyeksi ini akan tampak gambaran AP dari ossa

metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal dan os calcaneus

Faktor eksposi : Kv : 60 mAs : 8


marker :L

Gambar 3.5 Hasil Radiografi Proyeksi Oblique (RSUD Pantura M.A Sentot Patrol)

Hasil expertise :

Besar, bentuk dan struktur trabekula os tarsal, metatarsal, dan

phalanges dalam batas normal.

Sela sendi dan permukaan sendi dalam batas normal.

Tidak tampak garis fraktur.

Tidak tampak lesi litik maupun sklerotik.

Tidak tampak osteofit.

Kesan : Foto pedis sinistra dalam batas normal.


3.3 Pembahasan

Pasien TN.S, pada tanggal 09 September 2021 datang ke Instalasi

Radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu dengan membawa

surat permintaan pemeriksaan radiologi Ossa Pedis.

Setelah melakukan pendaftaran, pasien memasuki ruangan

pemeriksaan. Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh mengenai

pemeriksaan Ossa Pedis Sinistra di Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A

Sentot Indramayu adalah pemeriksaan Ossa Pedis menggunakan proyeksi

Anteroposterior (AP) untuk proyeksi yang pertama dan proyeksi Oblique

untuk proyeksi yang kedua.

Untuk pemeriksaan pertama dengan menggunakan proyeksi AP

prosedurnya memanggil pasien dan mencocokan identitasnya, menjelaskan

kepada pasien pelaksanaan pemeriksaan, pasien diposisikan supine

diatas meja pemeriksaan, mengatur posisi pasien diatas meja

pemeriksaan. Mengatur cetral point pada basis metatarsal III, dengan

menggunakan FFD 100 cm dan factor eksposi Kv 60, mAs 8. Kemudian

setelah pengaturan posisi selesai, melakukan eksposi.

Untuk pemeriksaan yang kedua dalam proyeksi Oblique

memposisikan pasien supine, tungkai yang difoto dekat meja pemeriksaan,

mengatur central point pada metatarsal III dengan menggunakan FFD 100

cm dan factor eksposi Kv 60, mAs 8 diberi marker L, setelah pengaturan

posisi selesai, melakukan eksposi.


Kemudian memproses film dikomputer diprint dengan automatic

film. Hasil radiograf dibaca oleh dokter untuk didiagnosa. Hasil dari

pemeriksaan ini diberikan kembali kepada pasien untuk pengobatan lebih

lanjut. Dari pemeriksaan tersebut dengan klinis Atritis Pedis Sinistra ini

dapat dilihat struktur anatomi dengan jelas. Dari pemeriksaan diatas dengan

klinis Atritis Pedis Sinistra dapat dihasilkan gambaran radiograf yang baik.

Hal ini ditandai dengan pengambilan gambar tanpa pengulangan foto.

Perbedaan antara 2 literatur buku dengan praktek yang telah

dilakukan adalah factor eksposi, proyeksi pemeriksaan, dan penggunaan

kaset. Pada buku “Merrill’s Atlas of Radiographic Positions and Radiologic

Procedures Vol.1” factor eksposi yang digunakan adalah Kv 60 dan mAs

2,menggunakan proyeksi Anterior Posterior (AP) / Lateral, menggunakan

kaset 24x30 cm. sedangkan pada Praktek factor eksposi yang

digunakan adalah kV 60 dan mAs 8. Menggunakan proyeksi Anterior

Posterior (AP) / Oblique, dan tidak menggunakan kaset.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Teknik radiografi Ossa Pedis dengan kasus Atritis Pedis Sinistra di

Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

mengggunakan proyeksi Antero-posterior (AP) dan Oblique.

2. Terdapat kesamaan antara 2 literatur buku dan praktek yaitu

diantaranya : posisi pasien,posisi objek, central point, central ray, FFD,

marker. Perbedaan antara 2 literatur buku dan praktek yaitu factor eksposi,

pada buku factor eksposi kV 60 mAs 2. Sedangkan pada praktek factor

eksposi yang digunakan yaitu kV 60 mAs 8.

4.2 Saran

- Pengaturan kolimasi hanya untuk objek yang diperiksa dengan

maksud untuk proteksi radiasi

- Posisikan pasien senyaman mungkin agar pemeriksaan berjalan

lancar tanpa kesakitan

- Pasien sebaiknya menggunakan apron untuk melindungi tubuh dari

paparan sinar radiasi

- Sebaiknya keluarga pasien untuk tidak memasuki ruangan

pemeriksaan pada saat pemeriksaan sedang berlangsung.

- Siapkan alat fiksasi, seperti sadbag atau softbag jika diperlukan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kenderick, John P. Lamignano dan Leslie E. Kenderick. Textbook of

Radiographic Positioning and Related Anatomy Edisi Sembilan. Missouri:

Elsevier, 2018.

2. Merill’s Atlas of Radiograpihic Positions & Radiologic Procedures

3. (Volume One) 2014.

4. Clark’s Positioning in Radiography, 2011

5. Nurarif & Kusuma, 2013 : Arthritis Pedis.

6. (Morison, 2003 dalam Nurarif & Kusuma, 2013)

7. Paulsen,F dan Waschke. Sobotta atlas of anatomy : General Anatomy and

8. Musculoskeletal System16th Edition. Elsevier, 2018.

9. Puji Asih Utami,dkk. 2014. “Radiologi Dasar I”. Magelang: inti Medika Pustaka

Akhadi Mukhlis. 2020. “Sinar-X Menjawab Masalah kesehatan”. Yogyakarta :

CV.Budi Utama.

10. BAPETEN,2011. “Uji kesesuaian Pesawat Sinar –X Radiologi diagnostik.”


LAMPIRAN GAMBAR

SURAT HASIL EXPERTISE DOKTER

Anda mungkin juga menyukai