Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUSPRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMERIKSAAN MULTISLICE CT-SCAN NASOFARING KONTRAS MEDIA


DENGAN KLINIS KARSINOMANASOFARING
DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
Putaran II ( 25 November – 13 Desember 2019 )

Disusun Oleh :
NOVA ANGGREINI
P2.31.30.1.16.039

PRODI DIPLOMA IV
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan berjudul “Laporan Kasus Praktek Kerja Lapangan
Pemeriksaan Multislice CT-Scan Nasofaring Kontras Media dengan Klinis Karsinoma
Nasofaring di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais” ini.

Laporan Pemeriksaan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan Semester VII, Prodi D-IV Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi Poltekkes Kemenkes
Jakarta II, yang bertempat di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis juga berharap laporan kasus ini dapat
bermanfaatbagi penulis maupun para pembaca.

Jakarta, 13 Desember 2019


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

1
BAB II KAJIAN TEORI
A.Anatomi dan Fisiologi
B. Patofisiologi

BAB III STUDI KASUS


1. Data Pasien
2. Persiapan Pasien
3. Peralatan Yang Digunakan
4. Metode Pemeriksaan
5. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rumah sakit merupakan salah satu penunjang kesehatan dan penegakkan diagnosa bagi
masyarakat, salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pemberian upaya penegakkan
diagnosa yang bermutu adalah pelayanan radiologi rumah sakit.
Kegiatan tersebut dilakukan disetiap rumah sakit yang memiliki instalasi radiologi, salah
satunya adalah adalah pada Rumah Sakit Kanker Dharmais yang berada di Jalan Letjen Jend. S.
Parman No. 84-86, RT.4/RW.9, Kota Bambu Selatan, Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat. Pada
instalasi radiologi di rumah sakit ini, terdapat berbagai macam modalitas sebagai penegak diagnosa
penyakit pada pasien seperti X-Ray Rontgen, Fluoroscopy, Mammografi, Mobile Unit X-Ray,

2
Ultrasonografi, Gamma Camera, SPECT Gamma, Angiografi, PET Scan, CT Scan, MRI dan
Siklotron.
Salah satu modalitas yang penulis kaji sebagai penelitian adalah unit CT Scan Pada
Rumah Sakit Kanker Dharmais Unit CT Scan dan PET Scan menggunakan unit pesawat yang sama,
dimana unit ini sebagai sarana pembelajaran dan penelitian berupa praktek kerja lapangan yang
sudah penulis laksanakan.
Praktek kerja lapangan yang dilaksanakan tentu saja dibimbing oleh instruktur ahli yang
berada pada unit CT Scan ini, mulai dari awal pemeriksaan pasien hingga proses pencetakan film.
Jenis pemeriksaan CT Scan yang dilakukan dirumah sakit ini pun beragam sesuai dengan klinis atau
diagnosa pasien yang beragam pula.
Pemeriksaan CT-Scan merupakan pemeriksaan penunjang diagnostik yang menggunakan
sinar-X dengan menghasilkan gambaran multislice imajing. Pemeriksaan Multislice CT-Scan
dibedakan menjadi dua, yaitu kontras dan non kontras. Kontras media adalah bahan yang digunakan
untuk melihat jaringan organ atau tubuh yang tidak tergambar pada pemeriksaa radiologi dengan X-
Ray. Pemberian media kontras dapat dilakukan melalui oral, intravena, ataupun anal.
Salah satu teknik pemeriksaan yang dibahas pada laporan Praktek Kerja Lapangan ini
yaitu CT Scan Nasofaring Kontras Media dengan klinis Karsinoma Nasofaring (KNF).
Kanker nasofaring adalah jenis kanker tenggorokan yang terjadi pada lapisan luar
nasofaring. Nasofaring merupakan salah satu bagian pada tenggorokan bagian atas yang terletak di
belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala
berupa benjolan pada tenggorokan, penglihatan kabur, hingga kesulitan membuka mulut.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana prosedur pelayanan pemeriksaan Multislice CT-Scan Naofaring dengan kontras
di Rumah Sakit Kanker Dharmais ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya laporan praktek kerja lapangan pemeriksaan Multislice CT-Scan
Nasofaring dengan kontras media di Rumah Sakit Kanker Dharmais :
1 Mengetahui prosedur dan teknik pemeriksaan Multislice CT-Scan Nasofaring dengan
kontras media yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
2 Mengetahui hasil gambaran Multislice CT-Scan Nasofaring dengan kontras media di
Rumah Sakit Kanker Dharmais.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A.Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1.Anatomi Nasofaring


Faring (pharynx) atau tenggorokan atau tekak merupakan saluran berbentuk seperti
tabung kerucut yang dimulai dari belakang hidung dan rongga mulut hingga bagian sebelum

4
trakea (batang tenggorokan) dan esofagus (Tabung yang terhubung kelambung). Bagian faring
semakin menyempit dari awal ke akhir sehingga menyerupai sebuah corong. Faring termasuk
kedalam system pernapasan dan juga system pencernaan.

Fungsi Faring
Adapun fungsi faring, diantaranya yaitu:

1. Berperan penting dalam sistem pernapasan, sistem pencernaan dan juga dalam proses
berbicara (suara).
2. Sebagai penyalur makanan dari mulut ke kerongkongan (dalam sistem pencernaan)
3. Sebagai penyaring, pengatur tekanan dan juga dapat mengatur kelembaban udara yang
masuk (dalam sistem pernapasan)
4. Mengatur tekanan udara antara lingkungan luar tubuh dengan lingkungan dalam telinga

Struktur Faring
Dinding faring tersusun oleh 3 lapisan utama yaitu:

 Lapisan Mukosa
Lapisan ini bersifat kuat dan elastis, pada lapisan ini terdapat epitel yang memiliki sel
goblet sebagai penghasil mukus atau cairan kental. Mukus tersebut berfungsi melindungi
dinding faring.
 Lapisan Fibrosa
Lapisan ini merupakan jaringan yang kuat dan sedikit elastis. Jaringan ini tersusun
oleh serat kolagen.
 Lapisan Muskular (otot)
Otot pada faring terdiri ats otot sirkular (melingkar) dan otot memanjang
(Longitudinal). Kombinasi dari kontraksi kedua otot tersebut akan menggerakkan makanan
ke bagian pencernaan selanjutnya

Faring terdiri dari 3 bagian yaitu Laringofaring, Orofaring dan yang objek yang
merupakan pemeriksaan dari laporan ini Nasofaring

 Nasofaring adalah bagian faring yang terletak pada bagian belakang rongga hidung.
Nosafaring ini merupakan bagian faring yang hanya bisa dilalui udara. Nasofaring
memilikiukuran lebar dan panjang masing-masing berkisar antara 2-4 cm. Fungsi dari
nasofaring ialah sebagai jalur pernapasan dari hidung ketenggorokan, yang kemudian
diteruskan menuju paru-paru. Ada 2 struktur penting yang terdapat pada nosafaring, yaitu

5
Tuba Eustachius, yaitu struktur yang mengubungkan telinga tengah dengan
nasofaring. Tuba eustachius berfungsi untuk mengatur tekanan udara antara lingkungan
luar tubuh dengan bagian telinga. Tabung ini hanya akan terbuka saat menelan, bersin,
menguap, atau menggerakkan rahang pada posisi tertentu. 1/3 bagiannya ke arah telinga
merupakan struktur tulang, sedangkan 2/3 lainnya ke arah nasofaring merupakan tulang
rawan (lunak).

Tonsil Adenoid (Faringeal), yaitu massa berlobus berupa jaringan limfoid yang
terletak di bagian langit-langit mulut. Tonsil adenoid berfungsi untuk melawan bakteri
atau organisme berbahaya masuk melalui hidung dan mulut, ini juga dapat menghasilkan
antibodi untuk melawan infeksi

Sisi anterior Nasofaring dibatasi oleh koana posterior dan septum hidung, pada bagian
dasar dibentuk oleh permukaan atas dari palatum mole dan berhubungan dengan orofaring di
setinggi uvula. Dinding posterior nasofaring terbentang di anterior vertebra servikal I-II, pre
vertebra dan fasia bukofaringeal, superior dari otot konstriktor faringeus serta aponeurosis
faringeal. Atap dari nasofaring dibentuk oleh tulang basis-fenoid dan basis-oksipital dari basis
kranii. Pada sisi lateral terdapat ruang maksilofaringeal dan parafaring. Tuba eustachius juga
berada pada sisi lateral nasofaring yang masing-masingnya terlindungi oleh torus tubarius.
Tepat di atas dan belakang torus tubarius terdapat resesus faringeus yang dinamakan Fossa
Rossenmuller dan merupakan daerah yang paling sering menjadi lokasi tumbuhnya kanker.

B. Faktor Risiko
1. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, termasuk makanan yang
diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap.
2. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat panas dan merangsang
selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol. Selain itu, sering mengisap asap rokok,
asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat nyamuk, atau asap candu.
3. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian udaranya kurang baik.
4. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderta kanker nasofaring

C. Pengobatan

6
Memilih obat kanker tidaklah mudah, banyak faktor yang perlu diperhatikan yakni jenis kanker,
kemosensitivitas atau resisten, populasi sel kanker, persentasi sel kanker yang terbunuh, siklus
pertumbuhan kanker, imunitas tubuh dan efek samping terapi yang diberikan.
Terapi medik yang dapat digunakan untuk mengobati karsinoma nasofaring ialah :

1)Radioterapi
Terapi radiasi adalah mengobati penyakit dengan menggunakan gelombang atau partikel energy
radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan untuk menghancurkan sel kanker (Kelvin dan
Tyson, 2011). Radio terapi masih memegang peranan terpenting dalam pengobatan karsinoma
nasofaring (SoejiptocitIskandar et al, 1989). Radioterapi merupakan pengobatan utama,
sedangkan pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetra
siklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus (Soepardi et al,
2012). Dosis yang diberikan 200 rad / hari sampai mencapai 6000-6600 rad untuk tumor
primer, untuk kelenjar leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika tidak ada pembesaran
diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad (Soejiptocit Iskandar et al, 1989). 19 Kesulitan-
kesulitan yang dihubungkan dengan pemberian terapi radiasi dapat dibagi menjadi komplikasi
dini dan lanjut. Kompilikasi dini dan lanjut tersebut dapat berupa mukositis dengan disertai rasa
tidak enak pada faring, hilangnya nafsu makan (anoreksia), nausea (mual) dan membrane
mukosa yang kering (Adams, 1994).

2)Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obat - obatan. Kemoterapi dapat menjalar
melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker dimanapun di dalam tubuh. Kemoterapi juga
dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam lapisan mulut dan sistem
gastrointestinal, sumsung tulang serta kantung rambut (Kelvin dan Tyson, 2011).

3)Terapi kombinasi
Merupakan terapi kombinasi dari beberapa terapi. Seperti kombinasi antara kemo-radioterapi
dengan motomycin C dan 5- fluorouracil memberikan hasil yang cukup memuaskan dan
memperlihatkan hasil yang member harapan kesembuhan total pasien karsinoma nasofaring
(Soetjiptocit Iskandar et al, 1989).

4)Operasi Tindakan
Operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih
(Soetjiptocit Iskandar et al, 1989). 20 Operasi tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif)
di indikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat operasi (Soeperdi et al, 2012).

7
BAB III
STUDI KASUS

Pada pembahasan merupakan hasil dari pengambilan data Praktek Kerja Lapangan selama 2
minggu. Pada proses kegiatan pemeriksaan di Instalasi Rumah Sakit Kanker Dharmais
diperlukan :
1. Indentifikasi pasien
2. Persiapan pasien
3. Peralatan yang digunakan
4. Metode pemeriksaan

Berikut pemaparannya:
1. Identifikasi Pasien
- NamaPasien : Ny. N
- Tanggal Lahir :dd-mm-yyyy
- Medical Records : 00-00-00
2. Persiapan Pasien
Dalam melakukan pelaksanaan pemeriksaan, petugas pendaftaran harus memberikan
keterangan untuk tata laksana pemeriksaan, diantaranya:
1) Formulir pemeriksaan dari Dokter Pengirim
2) Surat Ijin tindakan ( untuk perijinan pemberian kontras, apakah ada alergi, dll )
3) Formulir pengisian CT Scan
4) Hasil Laboraratorium ( ureum, kreatinin dan E GFR ), hanya untuk pemeriksaan
yang memakai kontras)
3. Peralatan Yang Di Gunakan
a) Peralatan
- Pesawat Biograph Siemens 16 Hybrid
- Head Coil
- Selimut dan bantal
b) Bahan Habis Pakai
- Spuit 25 cc

8
- Jarum suntik
- Alcohol swab
- Abocath
- Media Kontras (Ultravist 300)
4. Metode Pemeriksaan
1. Pasien datang ke bagian administrasi radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais
dengan membawa surat pengantar radiologi untuk dilakukan registrasi. Setelah
teregistrasi, pasien diarahkan ke ruang tunggu pasien MSCT-Scan dan dijelaskan
informed consent
2. Petugas administrasi mengantar surat pengantar radiologi ke ruangan operator MSCT-
Scan untuk dilakukan pengkajian perawatan diagnostikoleh perawat Radiologi.
Pasien juga menyertakan hasil laboratorium (ureum, kreatin GFR).
3. Perawat radiologi memasang jarum suntik sesuai identifikasi pasien yang telah
dilakukan. Setelah selesai dipasang jarum suntik, pasien harap menunggu dipanggil
petugas radiogafer.
4. Operator MSCT-Scan memasukkan data pasien kedalam regitstrasi patient pada
komputer sesuai dengan surat pengantar pasien. Terdiri dari :
- Nama Lengkap
- No MR - Dokter pengirim
- Tanggal lahir - Diagnosa
- Jenis Kelamin - Petugas (radiografer)
- Berat Badan - Jenis pemeriksaan
- Posisi
5. Pasien dipanggil oleh pasien dan diidentifikasi ulang berdasarkan surat
radiografer,
pengantar pasien (Nama, Tanggal Lahir, No. MR). Lalu lakukan positioning dengan
head first dan garis Mid Sagittal Plane (MSP) sejajar dengan lampu sentrasi. Batas
atas sentrasi adalah 3 jari diatas glabella atau 5 cm diatas glabella.
6. Pastikan protokol yang digunakan sesuai dengan obyek yang diperiksa.

7. Setelah sudahGambar
dipastikan semuanya
2. Protokol sesuaiMSCT-Scan
Pemeriksaan dengan surat pengantar pasien dan obyek
Nasofaring

yang diperiksa. Klik “LOAD” pada komputer, dan dilanjutkan dengan klik tombol

9
“START” pada control table. Diakhiri dengan klik “STOP” jika scaning sudah
sampai pada caput humerus.
8. Batas scanogram dari pemeriksaan Nasofaring adalah sinus frontralis hingga caput
humerus.

Gambar 3. Protokol Scanning Topogram Pemeriksaan MSCT-Scan Nasofaring

9. Setelah selesai scanogram, dan lokalisasi scanning. Kemudian perawat radiologi


menyuntikkan kontras 25ml (Ultravist) melalui intravena secara manual. Lalu
mulai scan kembali sesuai lokalisasi yang telah ditentukan.

10. Setelah scanning selesai. Pasien diperbolehkan pulang jika sudah tidak ada
pemeriksaan lagi. Kemudian, radiografer melakukan recon pada gambar agar
hasilnya sesuai dengan kriteria.Yaitu Coronal dan Sagital 5.0 mm.

Gambar 6. Recon Coronal MSCT Nasofaring Tn. S


10
Gambar 7. Recon Sagital MSCT Nasofaring Tn. S

Gambar 6. Recon Sagital MSCT Nasofaring Tn. S

11. Setelah di recon sesuai kriteria. Masukkan gambar ke bagian “FILMING” untuk
diprint. Pastikan sudah sesuai dan tidak ada obyek yang terpotong.

11
Gambar 8. Review Sebelum Print

5. Pembahasan
Dari pemeriksaan yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Ny. N diketahui
merupakan pasien karsinoma Nasofaring. Pasien diharuskan melapirkan hasil laboratorium
yang diberikan kepada petugas saat registrasi di Instalasi radiologi. Sebelum dilakukan
pemeriksan. Kepala serta leher pasien dibebaskan dari benda logam seperti kacamata,
anting, gigi palsu, kalung, dan lain-lain agar terhindar dari artefak. Kemudia pasien
dipositioningkan sesuai ketentuan. Obat kontras media pada pemeriksaan CT Scan
Nasofaring dengan kontras media sebanyak 25 ml.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berlandasan dengan data diatas bahwa laporan berjudul “Laporan


KasusPraktek Kerja Lapangan Pemeriksaan Multislice Ct-Scan Nasofaring Kontras
Media Dengan Klinis KarsinomaNasofaring Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Kanker Dharmais” yaituCitra kontras media dapat dilakukan apabila hasil lab fungsi
ginjal memenuhi syarat. CT Scan Nasofaring CM dengan klinis KNF pada di Instalasi
Radiologi diharapkan hasilnya mampu dijadikan penunjang medis guna dokter
menentukan lokasi karsinoma pada Nasofaring dan mendeteksi serta memonitor

12
kondisi pasien dengan klinis KNF maupun memandu prosedur medis yang akan
dilakukan selanjutnya.

B. Saran

Untuk unit pelayanan radiologi pada RS Kanker Dharmais sebagai rumah sakit
pusat kanker nasional, dikategorikan sudah baik dalam melayani pasien.
Karena pemeriksaan Unit CT Scan pada RS Kanker Dharmais merupakan
pemeriksaan onkologi dengan dominasi pasien mengunakan Kontras Media pada
pencitraannya. Ada baiknya setelah selesai pemeriksaan setiap pasien yang
menggunakannya disarankan untuk meminum air putih yang cukup agar supaya
tidak mengganggu kerja ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

http://dharmais.co.id/page/69/Profil-RS
https://www.alodokter.com/karsinoma-nasofaring
https://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_nasofaring
http://eprints.ums.ac.id/39826/3/BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/doc/282574535/Anatomi-Dan-Fisiologi-Nasofaring

13

Anda mungkin juga menyukai