Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS PROSEDUR PEMERIKSAAN HISTEROSALPHINGOGRAFI

KLINIS INFERTILITAS SEKUNDER DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD


KABUPATEN TEMANGGUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kesehatan

Disusun oleh :

Nur Amalia
1910505003

PROGRAM STUDI D3 RADIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

STUDI KASUS PROSEDUR PEMERIKSAAN HISTEROSALPHINGOGRAFI


KLINIS INFERTILITAS SEKUNDER DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
KABUPATEN TEMANGGUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh :

Nur Amalia

1910505003

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Untuk Mengikuti Ujian Hasil Karya Tulis Ilmiah

Program Studi D3 Radiologi

Fakultas Ilmiah Kesehatan Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta

Pembimbing : Asih Puji Utami, S. KM, M. Kes

Tanggal :

Tanda Tangan

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat 2

E. Keaslian Penelitian 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

A. Kerangka Teori 3

B. Pertanyaan Penelitian 4

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 4

A. Jenis Penelitian 4

B. Tempat Dan Waktu 4

C. Subjek Penelitian 4

D. Alat Dan Metode Pengumpulan Data 4

E. Rencana Jalannya Studi Kasus 5

F. Analisis Data 5

iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sistem reproduksi adalah sistem yang berperan dalam menghasilkan gamet pada
tubuh (Haviz, 2013). Sistem reproduksi perempuan berdasarkan letak anatominya dibagi
menjadi dua bagian yaitu organ genitalia eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia
eksterna pada perempuan terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibulum, selaput dara (hymen), lubang vagina, lubang uretra dan perineum. Organ genitalia
interna terdiri dari ovarium (indung telur), fimbriae, tuba falopii (saluran telur), uterus (rahim)
dan vagina (Drake dkk, 2013).
Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan untuk mencapai sebuah kehamilan
meski sudah rutin melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi selama 12
bulan atau lebih (Dhyani dkk, 2020). Infertilitas pada wanita dibedakan atas infertilitas primer
dan infertilitas sekunder. Dikatakan infertilitas primer jika seorang wanita yang telah
berkeluarga belum pernah mengalami kehamilan meskipun telah melakukan hubungan seksual
secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi untuk selang waktu minimal 12 bulan.
Sedangkan dikatakan infertilitas sekunder jika seorang wanita yang telah menikah dan sudah
pernah mengalami kehamilan akan tetapi tidak berhasil hamil lagi setelah melakukan
hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama 1 tahun
(Muslimin, Arif dan Ryadinency, 2016).
Menurut Matthews (2017), pasien dengan diagnosa infertilitas biasanya dianjurkan
melakukan pemeriksaan Hysterosalpingography atau HSG untuk mengevaluasi tuba fallopi
dan rongga uterus. Histerosalpingografi (HSG) merupakan pemeriksaan radiografi dengan
memasukkan media kontras radio-opaque melalui cannula untuk memperlihatkan bentuk,
ukuran dan posisi uterus serta tuba fallopi dengan menggunakan fluoroskopi atau real time
screening (Mascrochah dkk, 2018). HSG juga dilakukan untuk memperlihatkan polip, massa
tumor submukosa, atau saluran fistula, dan untuk menyelidiki patensi tuba fallopiseorang
pasien yang tidak dapat hamil (Smith, Long dan Rollins, 2016).
Pemeriksaan HSG adalah pemeriksaan radiografi dengan persiapan khusus.
Pemeriksaan ini dilakukan pada hari 7-10 dilihat dari siklus haid dan dihitung dari
hari pertama haid. Pasien dilarang melakukan hubungan suami istri sebelum dilakukan
pemeriksaan agar tidak mengganggu pemeriksaan supaya rahim dalam keadaan bersih
tidak terdapat sperma. Selain itu malam hari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien
melakukan urus-urus bisa dengan minum obat laksatif. Sebelum melakukan pemeriksaan ini,
pasien juga diminta untuk mengosongkan vesika urinarianya terlebih dahulu (Bontrager,
2010).
Media kontras yang biasa digunakan pada pemeriksaan HSG adalah media kontras
positif water-soluble. Water-soluble dipilih karena menghasilkan gambaran diagnostik yang
lebih baik daripada oil-soluble dan tidak memiliki efek samping (Bontrager, 2010). Rata-rata
volume media kontras yang digunakan sekitar 5 ml untuk mengisi rongga rahim dan
ditambahkan 5 ml untuk melihat patensi tuba fallopii (Bontrager, 2010).
Cara pemasukan media kontras dapat dilakukan dengan pemasangan HSG set atau
apabila pasien dalam kondisi tertentu tidak tahan terhadap bahan yang terbuat dari metal,
maka dapat digunakan kateter sebagai media pemasukan media kontras ke dalam lubang
vagina (Saunders, 2006).
Pemeriksaan HSG dilakukan dengan menggunakan proyeksi plain foto, proyeksi
Anteroposterior (AP) sambil mengikuti jalannya media kontras melalui fluoroskopi, serta
proyeksi tambahan lainnya. Proyeksi tambahan tersebut adalah oblique, lateral, axial sesuai
kebutuhan dokter radiolog saat mengamati obyek, serta foto post pemeriksaan . Proyeksi
tersebut dilakukan menggunakan kaset yang berukuran 24 x 30 cm (Bontrager, 2010).
Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan
diketahui bahwa prosedur pemeriksaan HSG di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Temanggung dilakukan tanpa persiapan khusus dimana pasien tidak perlu dibersihkan organ
sistem pencernaannya dengan obat pencahar (urus-urus) pada malam sebelum
pemeriksaan dan pasien dianjurkan makan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan.
Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung memiliki dua alat untuk memasukkan

1
media kontras dalam pemeriksaan HSG yaitu HSG set dan folley kateter. Namun dalam
pelaksanaannya di RSUD Kabupaten Temanggung peralatan yang digunakan adalah folley
kateter. Media kontras yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Temanggung untuk pemeriksaan HSG yaitu media kontras water-soluble Iopamiro sebanyak
16 cc yang dicampur dengan aquades dengan perbandingan 2:1. Pemeriksaan HSG yang
dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung menggunakan proyeksi
Anteroposterior (AP) untuk plain foto, proyeksi AP post pemasukan media kontras, AP post
pemeriksaan dan AP Post miksi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “STUDI KASUS PROSEDUR PEMERIKSAAN
HISTEROSALPHINGOGRAFI KLINIS INFERTILITAS SEKUNDER DI INSTALASI
RADIOLOGI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG”
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis Infertilitas
Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung dengan metode
kateter?
2. Mengapa pada pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis Infertilitas Sekunder
di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung volume media kontras yang
digunakan sebanyak 16 cc dan dicampur dengan aquades?
3. Bagaimana peran proyeksi AP post miksi setelah pemeriksaan pada pemeriksaan
Hysterosalpingography dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Temanggung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Histerosalphingografi pada klinis Infertilitas
Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung dengan metode
kateter.
2. Untuk mengetahui alasan pada pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis
Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung volume
media kontras yang digunakan sebanyak 16 cc dan dicampur dengan aquades.
3. Untuk mengetahui peran proyeksi AP post miksi setelah pemeriksaan pada
pemeriksaan Hysterosalpingography dengan klinis infertilitas sekunder di Instalasi
Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung.
D. Manfaat
1. Teoritis
Menambah wawasan pengetahuan penulis dan pembaca serta memberikan
informasi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai prosedur pemeriksaan
Histerosalphingografi dengan klinis infertilitas sekunder di Instalasi Radiologi RSUD
Kabupaten Temanggung.
2. Praktis
Dapat menambah informasi, pengetahuan, wawasan dan bahan masukan
mengenai prosedur pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis infertilitas sekunder di
Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung.
E. Keaslian penelitian
1. Hervina, 2017. Judul “ Prosedur Pemeriksaan Histerosalphingografi (HSG) Pada Kasus
Infertilitas Di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung”. Hasil penelitian
menunjukkan pemasukan media kontras pada pemeriksaan Histerosalphingografi (HSG)
pada kasus Infertilitas di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung
dilaksanakan menggunakan kateter karena lebih simple dan lebih praktis dari HSG set
sehingga bisa ditinggal saat eksposi karena diberi balon pengunci dan petugas
tidak terkena paparan radiasi, selain itu portio pasien tidak perlu dijepit sehingga
pasien tidak merasakan sakit yang berlebihan.dilakukan tiga tahap. Media kontras yang
digunakan adalah 15 cc iopamiro dicampur dengan 15 cc aquades. Proyeksi yang
digunakan yaitu plain foto proyeksi AP, post pemasukan media kontras proyeksi AP, post
pemasukan media kontras proyeksi oblik kiri, dan post pemasukan media kontras proyeksi
oblik kanan. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Prosedur

2
Pemeriksaan Histerosalphingografi (HSG) di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Temanggung. Perbedaannya dalam penelitian adalah judul, waktu penelitian, proyeksi
pemeriksaan dan rumusan masalah yang dibahas.
2. Widyaningsih, 2020. Judul “Prosedur Pemeriksaan Radiografi Hysterosalpingography
(HSG) Pada Klinis Infertilitas Primer di Instalasi Radiologi RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo” . Hasil penelitian menunjukkan prosedur pemeriksaan HSG di Instalasi
Radiologi RS KRT Setjonegoro Wonosobo Media kontras yang digunakan adalah media
kontras yang larut dalam air dicampur dengan aquabides dengan perbandingan 1:1 sehingga
total media kontras yang digunakan adalah 20 cc. Pemeriksaan HSG ini menggunakan
proyeksi foto polos AP Pelvis, AP Post Contrast, RPO, dan foto polos LPO. Alasan media
kontras dicampur dengan aquabides adalah untuk lebih efisien dan mengurangi tekanan saat
media kontras disuntikkan oleh ahli radiologi, sedangkan alasan media kontras yang
digunakan adalah 20 cc karena kondisi anatomi pasien dan sebagai pendorong kontras.
untuk memasuki dua saluran tuba. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
membahas tentang Prosedur Pemeriksaan Histerosalphingografi (HSG) di Instalasi
Radiologi. Perbedaannya dalam penelitian ini yaitu judul, tempat penelitian, waktu
penelitian dan rumusan masalah yang dibahas.
3. Rachma, 2021. Judul “Peranan Proyeksi Anteroposterior(AP) Post Miksi Dalam
Pemeriksaan Hysterosalpingography(HSG) Pada Klinis Infertilitas (Studi Literatur)”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pemeriksaan HSG dilakukan persiapan
pasien meliputi pemeriksaan HSG dijadwalkan 10 hari setelah hari pertama haid
terakhir, pasien diberikan obat pencahar, pereda nyeri, dan diminta mengosongkan
vesika urinaria. Teknik pemasukan media kontras pasien berbaring dengan posisi
lithotomy. Spekulum dimasukkan pada vagina, area vagina dan serviks dibersihkan,
sonde uterus digunakan untuk menentukan arah dan posisi uterus, kateter dimasukkan
ke dalam serviks, foto AP polos pelvis diambil, dan media kontras diinjeksikan.
Proyeksiyang digunakan yaitu AP polos, AP post kontras, RPO, LPO, dan AP post
miksi. Proyeksi AP post miksi berperan untuk mengetahui indikasi hydrosalpinx, spill
media kontras dan media kontras yang tersisa pada rongga pelvis. Persamaan dalam
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Prosedur Pemeriksaan
Histerosalphingografi (HSG) di Instalasi Radiologi. Perbedaannya dalam penelitian ini
yaitu judul, metode penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian dan rumusan masalah
yang dibahas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka teori

3
B. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan Histerosalphingografi (HSG) dengan klinis Infertilitas
Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimana persiapan pasien sebelum melakuan pemeriksaan HSG dengan klinis
Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
3. Bagaimana persiapan alat dan bahan pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas Sekunder
di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
4. Bagaimana prosedur pemasukan kontras pada pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas
Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
5. Mengapa pada pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Temanggung menggunakan kateter padahal mempunyai HSG set?
6. Berapa volume media kontras yang digunakan pada pemeriksaan HSG dengan klinis
Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
7. Mengapa pada pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Temanggung media kontras dicampur dengan aquades?
8. Bagaimana teknik pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi
Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
9. Mengapa pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Temanggung hanya menggunakan proyeksi AP post kontra?
10. Mengapa pada pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Temanggung ditambah pryeksi AP Post Miksi setelah foto post
pemeriksaan?
11. Bagaimana perawatan pasien setelah pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas Sekunder
di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
12. Bagaimana proteksi radiasi pada pasien pemeriksaan HSG dengan klinis Infertilitas
Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?
13. Bagaimana peran informasi anatomi pemeriksaan HSG dalam menegakkan klinis
Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung?

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah kualitatif dengan pendekatan
studi kasus pada pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis Infertilitas Sekunder di
Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung
B. Tempat dan waktu
Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung bulan
November 2021 - Januari 2021.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah pasien dengan
pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi
RSUD Kabupaten Temanggung. Adapun responden yang terkait yaitu 2 (dua) orang
radiografer, 1 (satu) orang dokter radiolog, 1 (satu) orang dokter pengirim.
D. Alat dan Metode Pengumpulan Data
Peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1. Pedoman observasi
2. Pedoman wawancara
3. Alat perekam
4. Alat tulis
5. Kamera
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini adalah :
a. Observasi
Penulis mengamati secara langsung dengan mengamati teknik yang digunakan kepada
pasien saat dilakukan pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis Infertilitas
Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung

4
b. Wawancara
Penulis melakukan wawancara guna mendapatkan informasi dan keterangan yang
berhubungan dengan pemeriksaan Histerosalphingografi dengan klinis Infertilitas
Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Temanggung, dokter pengirim,
radiolog dan radiografer yang terlibat dalam pemeriksaan untuk mengumpulkan data
c. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data serta mempelajari dokumen medis yang memiliki
informasi yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan Histerosalphingografi
dengan klinis Infertilitas Sekunder di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten
Temanggung berupa surat permintaan foto, hasil radiograf dan hasil baca radiograf.
E. Rencana Jalannya studi kasus

F. Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. Adapun tahap
pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap pengumpulan data
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.
b. Tahapan reduksi data
Setelah data terkumpul dibuat transkrip observasi dan wawancara, kemudian untuk
mempermudah analisis peneliti melakukan reduksi data dengan membuat koding
terbuka.
c. Tahapan penyajian data
Pada tahap ini peneliti menyajikan data dalam bentuk gambar dan kuotasi, kuotasi
adalah cuplikan pernyataan responden.
d. Tahapan pembahasan dan kesimpulan
Pembahasan hasil penelitian diperkuat dengan data yang dihubungkan dan
dibandingkan dengan teori yang ada untuk selanjutnya ditarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai