Anda di halaman 1dari 61

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2017
TUGAS FISIKA
RADIODIAGNOSTIK
BODY SECTION RADIOGRAPHY
Dosen Pengampu : Ibu Sri Mulyati, S.Si., M.T

Disusun Oleh:
Afif Naufal Hisyam P1337430215061
Hendra Atmajaya P1337430215079
Ayudia Siswi Prihatiningrum P1337430215030
Nur Khamidah P1337430215033
Silvina Roadha P1337430215053
Sarika Setya Putri P1337430215007
Intania Megantari Putri P1337430215035
Indah Apriyani P1337430215047
Ayu Yuliana Fajriyah P1337430215013
Nurilma Anggid Kusumasari P1337430215073
Latar Belakang
Sejarah tomografi berawal jauh sebelum ditemukannya
teknik pengolahan citra digital, yaitu pada tahun 1917 ketika
Radon mempublikasikan artikelnya yang kemudian dikenal
sebagai transformasi Radon. Selama bertahun-tahun orang tidak
tahu kegunaan dari transformasi ini, hingga pada era 1960-an
ketika beberapa peneliti mengembangkan teknik tomografi
transmisi sinar-X. Siapa yang sebenarnya pertamakali
menemukan CT (Computed Tomography atau Computerized
Tomography) masih merupakan kontroversi. Namun pengakuan
diberikan kepada Godfrey Hounsfield dan Allan Cormack yang
pada tahun 1971 membangun CT. Delapan tahun kemudian, pada
tanggal 10 Desember 1979, kedua ilmuwan ini mendapatkan
hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran dan Fisiologi (Medicine
and Physiology) untuk penemuan tersebut.
Definisi Body Section Radiography
Body Section Radiography(Radiografi Irisan Tubuh) merupakan teknik
radiografi khusus menggunakan sinar-X untuk memperlihatkan struktur
tubuh yang diperiksa secara lebih jelas dengan mengaburkan bayangan dari
struktur yang berada di bawah dan di atas obyek yang akan diperiksa. Body
section radiography bukan metode untuk meningkatkan ketajaman dari semua
gambaran radiograf. Pada tahun 1962,International Commission on Radiologic
Unit and Measurement memberikan istilah tomografi untuk menggambarkan
semua tipe dari teknik-teknik body section.

Istiah lain yang umum digunakan adalah:


Tomography (tomogram) preferred
Planigrafi (Zienies des Plantes, Bartelink
Stratigrafi (Vallebona)
Laminografi
Revolusi teknik baru ditemukan di inggris tahun 1972 yang disebut Computed
Tomography (CT) (Christensens,1984).
DefinisiTomografi
Tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan
struktur jaringan anatomi yang berada pada sebuah bidang
jaringan dimana struktur anatomi diatas dan dibawahnya terlihat
kabur ( Principles of radiographic Imaging An Art and science, 1992).
Teknik radiografi untuk memperlihatkan gambaran lapisan-
lapisan tubuh tertentu dengan cara mengaburkan lapisan atas dan
bawahnya (Richard R Chalton 1992).
Komponen Pesawat Tomografi

Gambar 2.2 Komponen pada pesawat tomografi konvensional. Gambar 2.1 Pesawat tomografi konvensional.
Pesawat tomografi mempunyai
komponen sebagai berikut:
Tiang penghubung ( Telescopic Rod ) adalah yang menghubungkan
tabung rontgen dengan tempat kaset yang dapat bergerak
sewaktu eksposi ( movement cassette tray ) , tiang penghubung ini
menghubungkan fokus pada tabung sinar X sampai pada cassette
tray.
Fulcrum, merupakan titik gerak yang dapat diatur ketinggiannya
sesuai dengan kedalaman lapisan yang dikehendaki.
Tabung sinar X , dapat bergerak selama eksposi.
Meja kontrol ( control table ) berfungsi mengatur faktor eksposi.
Panel control berfungsi mengatur penyudutan tabung, jarak sinar X
dengan meja, ketinggian fulcrum dan mengatur kolimasi.
Prinsip Kerja Pesawat Tomografi
Prinsip kerja dari pesawat tomografi ialah dengan cara
blurring (pengaburan) yang merupakan distorsi (perubahan
bentuk) dari penggambaran obyek yang tidak berada dalam
bidang focus. Pada tomografi, istilah blur digunakan pada
obyek diluar bidang fokal, dan istilah ini tidak digunakan
pada ketidaktajaman gambaran inheren (inherent unsharpness)
pada tomografi
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Tomografi
Dari gambar diatas diterangkan tentang prinsip dan
teknik tomografi, yaitu pada permulaan eksposi tabung dan
film pada posisi T1 dan F1, selama eksposi tabung akan
bergerak berlawana dengan film dan pergerakan keduanya
akan berakhir pada posisi T2 dan F2. Focal plane adalah bidang
yang berada tepat pada titik fulcrum. Struktur gambaran yang
setinggi focal plane akan terproyeksi jelas yaitu titik 2,
sedangkan daerah diatas focal plane yaitu pada titik 1, dan
dibawahnya titik 2 akan terproyeksi kabur. Dalam tomografi
ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan film dan
pengaturan fulcrum atau pivot point.
Terminologi-terminologi dalam
tomografi:
Blurring (pengaburan) merupakan distorsi (perubahan bentuk) dari
penggambaran obyek yang tidak berada dalam bidang focus.
Fulkrum merupakan titik sumbu (perpotongan) dari arm yang
berrotasi.
Focal plane merupakan bidang dari focus maksimal dan mewakili
sumbu (fulcrum) dari tabung sinar-X dan film yang berrotasi.
Focal plane level merupakan ketinggian focal plane di atas meja
pemeriksaan.
Tomographic angle merupakan amplitude yang dinyatakan dalam
satuan derajat.
Exposure angle merupakan sudut dimana berkas sinar-X (Central
Ray) bergerak selama eksposi berlangsung.
Blurring
Tujuan utama dari tomografi adalah untuk mengubah bentuk yang mengganggu
persesi kita pada gambaran radiorafi yang khusus. Pada tomografi, istilah blur
digunakan pada obyek diluar bidang fokal, dan istilah ini tidak digunakan pada
ketidaktajaman gambaran inheren (inherent unsharpness) pada tomografi.
Lebar Blur
Lebar blur tergantung pada jarak dimana gambaran sebuah obyek tersebar pada film.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:


1. Amplitudo pergerakan tabung
Lebar blur merupakan fungsi linear langsung dari derajat pergerakan tabung. Jika
amplitude pergerakan tabung meningkat, maka lebar blur juga akan meningkat.
2. Jarak dari bidang fokal
Semakin jauh suau obek dari bidang fokal, maka obyek akan semakin blur. Sayangnya,
dalam radiologi diagnostic, kita tidak dapat mengendaikan jarak ini. Sementara,
hubungan antara anatomi tubuh dan lesi patologi pada pasien adalah tetap.
3. Jarak dari film
Obyek yang jauh dari film akan lebih blur dari pada obyek yang
berada didekat film.

4. Orientasi dari pergerakan tabung


Banyak bagian tubuh manusia yang panjang, sempit dan memiliki
sumbu longitudinal. Ketika sumbu longitudinal dari sebuah obyek
diorientaskan pada arah yang sama dengan arah pergerakan
tabung sinar-X, gambaran dari obyek tidak akan tampak blur,
bahkan jika berada di luar bidang focal.
Blur Margin
Dengan tomografi linear, seluruh gambaran akan di-blur-kan
secara seragam dan gambarannya akan terlihat tidak jelas pada
ujung-ujungnya secara bertahap. Dengan pergerakan tabung
sinar-X yang melingkar, blur pada gambaran yang dihasilkan
tidak seragam. Pada bagian tepinya akan terlhat lebih putih
dan digambarkan secara lebih tajam pada film dari pada
bagian yang lain. Tabung bergerak sejajar dan menyilang
terhadap sumbu obyek dengan porsi yang berbeda sepanjang
pergerakannya. Blur maksimal terjadi ketika tabung bergerak
menyilang terhadap sumbu obyek. Dan bagian dari eksposi ini
menghasilkan pusat dari pola blur. Sediki blur terjadi ketika
tabung sinar-X bergerak sejajar dengan sumbu obyek.
Ketebalan Irisan
Pada teorinya, bidang fokal tidak memiliki ketebalan. Gambaran
yang kita lihat sebenarnya dibentuk oleh bidang tipis yang saling
bertumpuk satu dengan yang lainnya. Semakin dekat bidang-bidang ini
dengan bidang fokal yang sesungguhnya, maka gambarannya akan
semakin tajam. Ketebalan irisan berbanding terbalik dengan amplitude
pergerakan tabung sinar-X. semakin besartomographic angle, maka
irisannya akan semakin tipis.

NARROW vs. WIDE-ANGLE TOMOGRAPHY


Kita dapat menggunakan tomografi untuk berbagai macam
tujuan. Satu system menggunakan tomographic arc yang lebar, system
lainnya menggunakan tomograpic yang sempit dan disebut sebagai
zonography. Zonografi bertujuan untuk memperlihatkan gambaran
keseluruhan obyek tidak mengalami perubahan bentuk dan memiliki
ketajaman yang tinggi. Pemilihan antara keduanya tergantung pada tipe
jaringan yang diperiksa dan masalah yang dihadapi.
Wide-angle tomography
Tujuan dari wide-angle tomography untuk menambah batas
visibilitas Roentgen untuk memungkinkan kita mampu melihat
obyek yang mengganggu karena ada bayangan pada radiograf
konvensional. Kelemahan tomografi ini adalah mengurangi
kontras pada gambaran. Bagian tubuh menghasilkan kontras yang
lebih tinggi dari pada bagian tubuh yang tipis dengan kerapatan
yang sama dan karena tomografi ini menghasilkan irisan yang
tipis, hal ini akan mengurangi kontras.
Narrow-angle tomography
(Zonography)
Sudut yang digunakan pada zonografi kurang dari 10 .
Zonografi tidak efisien bila menggunakan tomografi linear dan
memerlukan pergerakan tabung yang multi-direction (ke berbagai
arah), biasanya dipilih yang melingkar. Narrow-angle tomography
menghasilkan gambaran yang tidak mengalami perubahan bentuk dan
tajam pada obyek yang berada pada bidang fokal. Semua struktur
diperlihatkan dalam focus yang tajam. Kualitas gambaran yang
dihasilkan menyerupai radiograf konvensional dan gangguan dari
bayangan yang mengganggu dapat diminimalisasikan.
WIDE ANGLE-TOMOGRAPHY NARROW-ANGLE TOMOGRAPHY

Tomographic arc lebih dari 10 (biasanya 30 Tomographic arc kurang dari 10


sampai 50 )

Ketebalan irisan kurang Ketebalan irisan lebih tinggi

Terdapat ketidaktajaman pada gambaran bidang Sangat sedikit ketidaktajaman pada


fokal gambaran bidang fokal

Obyek di luar bidang fokal mengalami blur Obyek di luar bidang fokal mengalami
maksimal blur yang minimal

Baik untuk memperlihatkan jaringan dengan Baik untuk memperlihatkan jaringan


kontras tinggi dengan kontras yang rendah (misalnya
paru-paru)

Dapat dilakukan dengan pergerakan linear Biasanya digunakan dengan pergerakan


maupun sirkular sirkular

Waktu eksposi tinggi Waktu eksposi singkat


Panoramic
Radiograf panoramik adalah scanning gigi X-ray panorama
rahang atas dan bawah. Ini menunjukkan tampilan dua
dimensi dari setengah lingkaran dari telinga ke telinga.
Radiografi panoramik adalah bentuk tomography; dengan
demikian, gambar dari beberapa pesawat yang diambil untuk
membuat gambar panorama komposit, di mana rahang atas
dan rahang bawah berada di palung fokus dan struktur yang
dangkal dan mendalam untuk palung adalah kabur.
Gambar 2.4 Pesawat Panoramic
Komponen Pesawat Panoramic
Tube head sinar-X, menghasilkan berkas sinar-X yang sempit
dengan penyudutan ke arah atas kira-kira 80 dari bidang
horizontal.
Kaset film dan kaset carriage (tempat kaset), terbuat perisai
tembaga, dihubungkan dengan tube head sehingga dapat
bergerak saling berlawanan arah selama eksposi. Hal ini
menghasilkan pergerakan tomografi yang singkron pada
bidang vertikal. Kaset yang digunakan adalah kaset tipis yang
fleksibel atau kaset yang kaku dengan dilengkapi screen,
biasanya ukuran kaset 5 x 12 inchi atau 6 x 12 inchi.
Peralatan untuk memposisikan pasien termasuk light beam
marker.
Hand Grips, digunakan untuk pegangan tangan pasien dan untuk
mengurangi pergerakan pasien pada pesawat panoramik posisi
berdiri (stand up unit). Wheel chair digunakan untuk tempat
duduk pasien yang dapat diputar untuk memudahkan penataan
posisi pada pesawat panoramik posisi duduk (sit down unit). Light
beam marker (sinar penanda) digunakan untuk membantu
memposisikan pasien jika pasien menghadap ke dinding. Bite block
digunakan untuk mengganjal gigi agar insisivus sentral atas dan
bawah pada posisi ujung dengan ujung sehingga dapat
menghindari superposisi. Penopang dagu digunakan untuk
meletakkan dagu pasien agar tidak bergerak.
Prinsip Kerja Pesawat Panoramic
Prinsip kerja pesawat panoramik menggunakan tiga pusat putaran.
Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-
masalah yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak superposisi pada
gigi bagian posterior. Pada pesawat ini pasien dalam keadaan diam,
sumber sinar-X dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan
kurva film kaset berputar pada sumbunya dan bergerak
mengelilingi pasien. Sumber sinar-X dan tempat kaset bergerak
bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit pada
tabung mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien mengenai
film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu
sumbu konsentris untuk region anterior pada rahang (tepatnya di
sebelah incisivus pada region premolar). Dan dua sumbu rotasi
eksentris untuk bagian samping rahang (tepatnya di belakang
molar tiga kiri dan kanan.
Computed Tomography Scan (CT-Scan)
CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.CT-Scan
merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi
yang universal utk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti
sususan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga
perut.
Gambar 2.5 Peswat CT Scan
Komponen Pesawat CT-Scan
Meja pemeriksaan, merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan, bentuknya kurva dan terbuat
dari Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai,
maka meja akan bergeser sesuai ketebalan slice (slice thickness).
Gantry, merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya
terdapat tabung sinar-x, filter, detector, DAS (Data Acquisition
System), dan lampu indikator untuk sentrasi. Di dalam gantry
terdapat komponen-komponen sebagai berikut:
Tabung sinar-x, berfungsi sebagai pembangkit sinar-X.
Kolimator, pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah
kolimator, yaitu :
Kolimator pada tabung sinar-x, yang fungsinya adalah untuk:
mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan
penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya
focal spot kecil.
Kolimator pada detector, yang fungsinya adalah untuk : pangarah
radiasi menuju ke detector, pengontrol radiasi hamburan dan
menentukan ketebalan lapisan (slice thickness).
Detector dan DAS (Data Acquisition System), jumlah
detector keseluruhan adalah 512 detector, yang menggunakan
gas Xenon bertekanan tinggi.Setelah sinar-x menembus
objek, maka akan diterima oleh detector yang selajutnya
dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi
detector dan DAS secara garis besar adalah : menangkap
sinar-x yang telah menembus objek, mengubah sinar-x dalam
bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak
menjadi signal-signal elektron dan mengubah signal tersebut
ke dalam data digital.
Komputer, merupakan pengendali dari semua instrumen pada CT-
Scan, berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi
atau pengolahan data, menampilkan (display) gambar serta
menganalisa gambar.Adapun elemen-elemen pada komputer
adalah sebagai berikut :
Input device adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar
ke dalam bahasa komputer sehingga dapat menjalankan program
atau instruksi.
CPU (Central Processing Unit), merupakan pusat pengolahan dan
pengontrolan dari keseluruhan system komputer yang sedang
bekerja. Terdiri atas : ALU (Arithmetric Logic Unit) yang
melaksanakan proses berupa arithmetric operation seperti
penambahan, pengurangan, pembagian serta perkalian, kemudian
terdapat Control Unit yang berfungsi mengontrol keseluruhan
sistem komputer dalam melakukan pengolahan data, dan Memory
unit yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun
yang sedang dikerjakan.
Output device, digunakan untuk menampilkan hasil program
atau instruksi sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh
personil yang mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda
Ray Tube).
Layar TV monitor, berfungsi sebagai alat untuk menampilkan
gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan
instruksi-instruksi atau program yang diberikan.
Image recording, berfungsi untuk menyimpan program hasil
kerja dari komputer ketika melakukan scanning, rekonstruksi
dan display gambar. Di R.S. Pusat Pertamina digunakan :
Compact Disc
Multi-format Camera
Prinsip Dasar Pesawat CT-Scan
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang
sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama
memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu
obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara
keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh
citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang
dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan
oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat
memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang
tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan
dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang
diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran
kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan
oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan
oleh teknik radiografi konvensional.
Prinsip Kerja Pesawat CT-Scan

Gambar 2.6 Bagan Prinsip Kerja CT Scanner


Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber
radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x
tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami
pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal
bahan yang dilaluinya.
Pemrosesan data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray
didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini
juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.7 Collimator dan Detektor


Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian
dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan
ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :

Gambar 2.8 Proses pembentukan citra


Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal
tadi dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D
Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer
sehingga membentuk citra yang sebenarnya. Hasilnya dapat
dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke
film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses
scanning menggunakan CT Scanner :

Gambar 2.9 Hasil whole body scanning


Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan sebuah teknik radiologi yang
menggunakanmagnetisasi, radiofrekuensi, dan computer
untuk menghasilkangambaran struktur tubuh. MRI adalah
suatu alat diagnostik gambar berteknologi tinggi
yangmenggunakan medan magnet, frekuensi radio tertentu
danseperangkat komputer untuk menghasilkan gambar irisan-
irisanpenampang tubuh manusia.

Gambar 2.10 Pesawat MRI


Komponen Pesawat MRI
1. Magnet utama, dipakai untuk membangkitkan medan magnet
berkekuatan besar yang mampu menginduksi jaringan tubuh
sehingga menimbulkan magnetisasi. Beberapa jenis magnet utama,
antara lain :
Magnet permanen, terbuat dari beberapa lapis batang keramik
ferromagnetik dan memiliki kuat medan magnet maksimal 0,3
Tesla. Magnet ini di rancang dalam bentuk tertutup maupun
terbuka (C shape) dengan arah garis magnetnya adalah antero-
posterior.
Magnet resistif, medan magnet dari jenis resistif dibangkitkan
dengan memberikan arus listrik pada kumparan. Kuat medan
magnet yang mampu dihasilkan mencapai 0,3 Tesla.
Magnet Super Conductor, magnet ini mampu menghasilkan medan
magnet hingga berkekuatan 0,5 Tesla-3.0 Tesla, dan sekarang
banyak dipakai untuk kepentingan klinik. Helium cair digunakan
untuk mempertahankan kondisi superkonduktor agar selalu berada
pada temperatur yang diperlukan.
2. Koil Gradien, dipakai untuk membangkitkan medan magnet
gradien yang berfungsi untuk menentukan irisan, pengkodean
frekuensi, dan pengkodean fase. Terdapat tiga medan yang
saling tegak lurus, yaitu bidang x,y, dan z. Peranannya akan
saling bergantian berkaitan dengan potongan yang dipilih
yaitu aksial, sagital atau coronal. Gradien ini digunakan untuk
memvariasikan medan pada pusat magnet yang terdapat tiga
medan yang saling tegak lurus antara ketiganya (x,y,z).
Kumparan gradien dibagi 3, yaitu :
Kumparan gradien pemilihan irisan (slice) Gz
Kumparan gradien pemilihan fase encoding Gy
Kumparan gradien pemilihan frekuensi encoding - Gx
3. Koil Radio Frekuensi (RF Coil) terdiri dari 2 yaitu koil
pemancar dan koil penerima. Koil pemancar berfungsi untuk
memancarkan gelombang radio pada inti yang terlokalisir
sehingga terjadi eksitasi, sedangkan koil penerima berfungsi
untuk menerima sinyal output setelah proses eksitasi terjadi.
Koil RF dirancang untuk sedekat mungkin dengan obyek agar
sinyal yang diterima memiliki amplitudo besar. Beberapa
jenis koil RF diantaranya :
KoilVolume ( Volume Coil )
Koil Permukaan ( Surface Coil )
Koil Linier
Koil Kuadrat
Phase Array Coil
4. Sistem Komputer, bertugas sebagai pengendali diri dari
sebagian besar peralatan MRI. Dengan kemampuan piranti
lunak yang besar komputer mampu melakukan tugas-tugas
multi (multi tasking), diantaranya adalah operator input,
pemilihan slice, kontrol sistem gradien, kontrol sinyal RF dan
lain-lain. Komputer juga berfungsi untuk mengolah sinyal
hingga menjadi citra MRI yang dapat dilihat pada layar
monitor, disimpan ke dalam piringan magnetik, atau bisa
langsung dicetak.
Prinsip Dasar Pesawat MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat
diagnostik muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi
tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan
gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar
X, ataupun bahan radioaktif, yang menghasilkan rekaman
gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan
meng-gunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064
1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran
terhadap inti atom hidrogen. Merupakan metode rutin yang
dipakai dalam diagnosis medis karena hasilnya yang sangat
akurat.
Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama
kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial
dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien
sehingga sangat sesuiai untuk diagnostik jaringan lunak.
Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran
yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila
pemilihan para-meter tersebut tepat, kualitas gambar MRI
dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan
perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi
jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Prinsip Kerja Pesawat MRI
Alat MRI berupa suatu tabung berbentuk bulat dari magnet
yang besar. Penderita berbaring di tempat tidur yang dapat
digerakkan ke dalam (medan) magnet. Magnet akan
menciptakan medan magnetik yang kuat lewat penggabungan
proton-proton atom hidrogen dan dipaparkan pada
gelombang radio. Ini akan menggerakkan proton-proton
dalam tubuh dan menghasilkan sinyal yang diterima akan
diproses oleh komputer guna menghasilkan gambaran
struktur tubuh yang diperiksa.
Gambar 2.11 Prinsip kerja pesawat MRI
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang
optimal sebagai alat diagnostik, maka harus
memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik
penggambaran MRI, antara lain :
Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik,
Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya,
Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya,
Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.
Single Photon Emmision Computed Tomography
(SPECT)
Emisi foton tunggal computed tomography (SPECT / spet)
adalah kedokteran nuklir teknik pencitraan menggunakan
sinar gamma secara tomografi . Hal ini sangat mirip dengan
pencitraan nuklir kedokteran planar konvensional
menggunakan kamera gamma (gamma camera). Namun
SPECT, mampu memberikan 3D informasi. Informasi ini
biasanya disajikan sebagai irisan penampang melalui pasien,
tetapi dapat secara bebas diformat ulang atau dimanipulasi
sesuai kebutuhan. Citra proyeksi planar standar diperoleh
dari putaran 180 (umumnya SPECT untuk jantung) dan
360 (untuk SPECT bukan jantung). Umumnya SPECT
menggunakan satu atau lebih head/kepala sintilasi kamera
yang bergerak mengelilingi pasien.
Gambar 2.12 Pesawat SPECT
Komponen Pesawat SPECT
Kamera sinar gamma dikopel dengan gantry (head + gantry).
Dapat bergerak mengelilingi obyek, sebagaimana pada CT.
Menggunakan colimator khusus untuk menangkap foton dari
lapisan obyek tertentu.
Konstruksi lobang-lobang colimator (colimator hole) dibuat
supaya dapat menangkap foton yang terpancar dari kedalaman
tertentu organ tertentu.
Apabila head bergerak (scanning) maka detektor akan
menangkap foton-foton dari lapisan tertentu saja, yang
dibutuhkan untuk penggambaran .
Prinsip Dasar Pesawat SPECT
SPECT pencitraan dilakukan dengan menggunakan kamera
gamma untuk mendapatkan beberapa gambar 2-D (juga
disebut proyeksi ), dari berbagai sudut. Sebuah komputer
kemudian digunakan untuk menerapkan rekonstruksi
tomografi algoritma ke beberapa proyeksi, menghasilkan
kumpulan data 3-D. Kumpulan data ini kemudian dapat
dimanipulasi untuk menunjukkan irisan tipis sepanjang
sumbu yang dipilih dari tubuh, mirip dengan yang diperoleh
dari teknik tomografi lain, seperti magnetic resonance
imaging (MRI), X-ray computed tomography (X-ray CT),
dan tomografi emisi positron (PET).
Prinsip Kerja Pesawat SPECT
Gamma Camera dengan desain khusus.
Mempunyai 1, 2 atau 3 detector head.
Makin banyak detector head, akuisisi data makin cepat.
Rotating Gamma Camera berputar 180- 360 mengelilingi pasien.
Akuisisi data oleh detector.Didapatkan 1 seri gambar matrix dinamic
planar. Terdiri dari 64 gambar pada matrix (128 x 128).
Untuk mengurangi keterbatasan SPECT (kolimator dan waktu
pengambilan data). Maka dilengkapi dengan dua atau tiga kamera sintilasi
yang dapat bergerak mengelilingi pasien.
Dengan multi kepala kamera dimungkinkan untuk menggunakan
kolimator resolusi relatif tinggi pada suatu batas kuantum mottle dalam
pencitraan dibanding dengan kepala kamera tunggal (gamma camera).
Rekonstruksi data oleh komputer
Filtered back Projection
Dalam beberapa format : transaxial, sagital, coronal, planar dan 3
dimensi.
Gambar 2.13 Prinsip kerja pesawat SPECT
Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu
modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan
oleh Brownell dan Sweet pada tahun 1953. Prototipenya telah
dibuat pada sekitar tahun 1952, sedangkan alatnya pertama kali
dikembangkan di Massachusetts General Hospital, Boston pada
tahun 1970. Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama
kali diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun 1920-an. PET
adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan
radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu, citra (image)
yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ
tubuh. Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel
yang tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya.
Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui
dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan
metode visualisasi tubuh yang lain seperti foto rontgen, computed
tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI) dan single
photon emission computerized tomography (SPECT).
Komponen Pesawat PET
Detektor
Coincidence Processing Unit
Sinogram/Listmode Data
Image Reconstruction

Gambar 2.14 Komponen pesawat PET Gambar 2.15 Detektor pesawat PET
Prinsip Dasar Pesawat PET
Sel-sel kanker memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi
dari sel-sel lain. Salah satu karakteristik adalah bahwa sel-sel
kanker memerlukan tingkat yang lebih tinggi glukosa untuk
energi. Ini adalah langkah-langkah proses biologis PET.
Positron emisi tomografi (PET) membangun sistem
pencitraan medis gambar 3D dengan mendeteksi gamma
sinar radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan
radioaktif) tertentu disuntikkan ke pasien. Setelah dicerna,
gula tersebut diolah diserap oleh jaringan dengan tingkat
aktivitas yang lebih tinggi / metabolisme (misalnya, tumor
aktif) daripada bagian tubuh.
Prinsip Kerja Pesawat PET
PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu
radionuklida glukosa-based) dari jarum suntik ke pasien. Sebagai
FDG perjalanan melalui tubuh pasien itu memancarkan radiasi
gamma yang terdeteksi oleh kamera gamma, dari mana aktivitas
kimia dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap aktivitas kimia
abnormal mungkin merupakan tanda bahwa tumor yang hadir.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan
dari bahan radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan.
Tubrukan yang dihasilkan menghasilkan sepasang foton sinar
gamma yang berasal dari situs tabrakan di arah yang berlawanan
dan terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur di sekitar pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal
dan ratusan tabung photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola
melingkar di sekitar pasien. Kilau kristal mengkonversi radiasi
gamma ke dalam cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.
Gambar 2.16 Proses anhilisai pada pencitraan PET
Gambar 2.17 Blok Diagram Sistem PET-Scan
Kesimpulan
Body Section Radiography atau Radiografi Irisan Tubuh
merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang memotong
tubuh dalam bidang axial, coronal dan transversal.
Modalitas dalam body section radiography bermacam-macam,
yaitu:
Tomografi
Panoramic
Computed Tomography Scan (CT Scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Single Photon Emisson Tomography (SPECT)
Positron Emission Tomography (PET)
Cara kerja dari masing-masing modalitas masih mengandalkan
radiasi pengion kecuali modalitas MRI. Adapun prinsip kerja dari
masing-masing modalitas ialah:
Pada tomografi, panoramic dan CT Scan menggunakan radiasi pengion
eksternal berupa sinar-X dan image receptor/detector yang berputar
bersamaan.
Pada MRI menggunakan medan magnet yang dibangkitkan dari kumparan
magnet dan magnet-magnet ini akan menggetarkan electron dalam tubuh dan
energy getaran tersebut akan ditangkan oleh detector.
Pada SPECT dan PET menggunakan radiasi pengion internal, yang mana
radionuklida yang telah dicampur senyawa pembawa ke masing-masing organ
yang selanjutnya disebut radiofarmaka dimasukkan ke dalam tubuh pasien.
Namun pada SPECT radiofarmaka yang dimasukkan memancarkan radiasi
gamma sedangkan pada PET radiofarmaka yang dimasukkan memancarkan
radiasi positron. Pada SPECT sinar gamma akan langsung ditangkap oleh
detector yang mengelilingi tubuh. Sedangkan pada PET radiasi positron akan
bertabrakan dengan electron tubuh sehingga terjadi anihilasi dan terbentuk
radiasi gamma yang akan direkam oleh detector.
DAFTAR PUSTAKA

Clark, K.C. 1974. Positioning in Radiography, Ninth Edition.London


: Ilford Limited. Curry, Thomas S, dll. 1984. Christensens
Introduction to the Physics of Diagnostic
Radiology. Philadelphia : Lea & Febiger.Meredith, W.J. dan J.B.
Massey. 1977. Fundamental Physics of Radiology,Third Edition.
Bristol : John Wright & Sons Ltd.
Plaats, G.J. Van Der. 1969. Medical X-Ray Technique,Third Revised
and Enlarged Edition. Netherlands : Centrex Publishing Company.
THANK YOU
:3 :* ;)

Anda mungkin juga menyukai