Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HIGH KV TECHNIQUE

Dosen pengampu: H. Nur Utama S,ST

DISUSUN OLEH:

1. ACHMADY AZIZ
2. AGUNG WINORO
3. ANDANI FATMANINGRUM
4. ANITA KESUMA SAVIRA
5. BIBIANA DONARAIS SANTYA DON
6. DANANG DWI SAPUTRO
7. DISTYO SETIAWAN
8. EFRINA SARI MOMANG
9. FEBRIKA PUTRI KUSUMA
10. GIKE MARIA COEI PERANGIN ANGIN
11. JOHAN PRATAMA
12. MUAMMAR ALFARIDZI
13. MUNYATI NUR AZIZAH
14. NATALINO DEJESUS SIPA CASENUBE
15. NUR LAILATUL AULIYA
16. SILFIYANI
17. SRI WANDA

KELAS : PETTER LIYOD

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG


PRODI D3 TEKNIK RONTGEN
TAHUN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Variasi kV pada teknik pemeriksaan adalah salah satu yang biasa digunakan untuk
proyeksi tertentu tergantung pada ukuran ketebalan badan, dan pemberian nilai mAs juga
disesuaikan untuk masing-masing badan yang diperiksa.
Sistem teknik yang menggunakan variasi kV memiliki keuntungan yang menjanjikan
dalam variasi ekspose pada ketebalan badan yang berbeda-beda. Kenaikan kV yang terus
meningkat dapat mengurangi kontras pada radiografi. Penurunan nilai kontras dapat terjadi
jika kV awal terlalu rendah menyediakan penetrasi yang cukup dari organ itu.
Suatu penurunan kontras diperbolehkan ketika kV terlalu tinggi dapat mengurangi
kemampuan radiolog untuk melihat detail yang bagus di gambaran organ. Pemanfaatan sistem
variasi kV harus mampu dalam penetrasi/daya tembus yang cukup dari bagian organ tersebut
dan hasil tingkatan nilai kontras itu bisa diterima oleh radiolog.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai dari kontras. Faktor yang utama adalah untuk
mengontrol kontras yang bergantung pada kVp/mAs. Faktor yang kedua, tidak kalah penting
adalah kendali dari pancaran radiasi untuk menghindari produksi radiasi dalam jumlah yang
berlebihan dalam mengaburkan gambaran. Faktor yang lain yang mempengaruhi skala dari
kontras adalah penggunaan dari IS.
Sehingga pada makalah ini kami memaparkan atau menjelaskan tentang
pemanfaatan penggunaan variasi kV yang berbeda, tepatnya penggunaan high kV teknik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Definisi high kV teknik.
b. Tujuan penggunaan high kV teknik.
c. Anatomi paru-paru.
d.Teknik pengambilan gambar.

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa/i dapat memahami tentang high kV teknik.

D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh data dari membaca buku sumber dan
membuka situs internet yang mendukung pembahasan ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi High kV Teknik


1. Definisi Teknik High kV menurut Bushong (1988)
Teknik High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan kV tinggi
yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang, jaringan, dan udara menjadi
relatif homogen.
2. Definisi Teknik High kV menurut Clark (1974)
Teknik High kV merupakan teknik yang sangat mengutamakan waktu eksposi yang sangat
rendah. Teknik ini sangat efektif untuk mengontrol ketidaktajaman karena pergerakan dari objek
yang tidak disengaja dan menyebabkan gambaran menjadi kabur. Teknik High kV dapat
digunakan untuk pemeriksaan angiografi karena memerlukan waktu yang singkat, dan juga pada
teknik pemeriksaan tulang.
3. Definisi Teknik High kV menurut Van Der Plats (1972)
Teknik High kV merupakan teknik pada bidang radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV)
tinggi dengan menurunkan nilai mAs untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama
dengan kondisi kV standar pada sebuah pemeriksaan radiologi. Gambaran radiografi dihasilkan
oleh 2 variable yaitu kV dan mAs, kedua variable ini sangat mempengaruhi satu sama lain, jika
kV naik maka mAs akan berkurang, untuk ukuran ketebalan yang sama dan begitu juga
sebaliknya jika kV turun maka nilai mAs naik.

B. Tujuan Penggunaan High kV Teknik


- Agar dapat meningkatkan batas densitas pada jaringan dan menghasilkan detail jaringan lebih
baik pada radiografi.
- Untuk mendapatkan perbedaan kontras tulang dan jaringan.
- Untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien dan pekerja radiasi.
- Untuk mendapatkan gambaran yang homogen antara tulang, jaringan, dan udara dengan
mendapatkan perbandingan densitas yang hampir sama.

C. Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700 juta buah. Paru-paru dibagi dua: Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra
superior, lobus media, dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, pulmo sinistra lobus
superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan
lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah
segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada
lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus,
bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus
berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada
datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat bagian tampuk paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari
gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.

D. Teknik Pengambilan Gambar


Salah satu peralatan yang digunakan dalam bidang kedokteran terutama di bidang
radiologi adalah pesawat sinar x. Pesawat sinar x dalam setiap pemeriksaan selain memberikan
keuntungan dalam mendiagnosa suatu penyakit juga mempunyai efek yang merugikan bagi
kesehatan tubuh apabila dosis radiasi yang di terima pada tubuh cukup besar. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan faktor eksposi yang diberikan ke pasien agar aspek proteksi radiasi yang
dalam pemeriksaan radiografi pasien harus menerima penyinaran serendah mungkin
Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan teknik kV tinggi. Akan tetapi perlu diperhatikan,
hal-hal sebagai berikut :
1. Perlu kV tinggi atau diatas 100 kV.
2. Untuk mengurangi hamburan menggunakan grid dengan rasio tinggi 10:1 sampai dengan 12 :1.
3. Menggunakan kolimasi yang baik atau secukupnya.
4. Kapasitas pesawat sinar-x minimal 500 mA.
5. Kaset Green sensitife dengan karakteristik Low speed.
6. Film Green sensitife dengan karakteristik Low speed.
Selain itu ada beberapa rumus tentang pengolahan teknik high kV, berikut rumus-rumus yang
mendasari teknik high kV:
A. Van der plats
- 15% nilai kV naik, maka mAs turun setengah.
- 15% nilai kV turun, maka mAs naik dua kali lipat.
Contoh : kV dari 60 kV dengan 30 mAs jika ditambah menjadi kV = 69 kV, maka mAs
menjadi 15 mAs tapi bila kita turunkan jadi 51 kV maka nilai mAs menjadi 60 mAs.
B. Rumus 10 kV Rule
- Jika kV naik sebesar 10 kV, maka mAs akan berkurang menjadi setengahnya.
- Jika kV turun sebesar 10 kV, maka mAs akan naik menjadi setengahnya.

Ø Teknik Radiografi Thorax Proyeksi PA erect:


1. Klinis : Bronkhitis Kronis, KP, Pleural Effusion, Pneumo thorax,
Massa pada paru/mediastinum.
2. Posisi Pasien : Erect.
3. Posisi Obyek : - Pasien berdiri menghadap buckystand.
- Dada pasien menempel buckystand.
- Dagu diekstensikan.
- Batas atas kaset 3 jari di atas bahu.
- Kedua punggung tangan pasien diletakkan di panggul.
- Kedua siku difleksikan ke depan.
- Pastikan kedua sisi kanan dan kiri tubuh pasien tercakup ke
dalam kaset.
- Letakkan marker R/L.
- Eksposi pada saat pasien tahan napas setelah inspirasi penuh.
4. CP : Setinggi axila.
5. CR : Horizontal tegak lurus film.
6. FFD : 150 cm.
7. Faktor Eksposi: -kV: 100 -mAs: 1
8. Kriteria Gambar : - Apex paru tidak terpotong.
- Kedua sinus costophrenicus tidak terpotong.
- Kedua scapula tidak menutupi area paru.
- CV thoracalis tepat pada pertengahan film.
- Tampak gambaran yang homogen antara tulang, jaringan,
dan udara dengan mendapatkan perbandingan densitas yang
hampir sama, kontras tulang dan jaringan.
* Pada penggunaan high kV teknik untuk foto thorax memungkinkan ke opaquekan dari ribs
berkurang sehingga bila terjadi kelainan pada garis bawah ribs dapat terlihat.

Ø Hubungan mAs terhadap gambaran:


Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah elektron yang dihasilkan dan
mempengaruhi banyaknya foton sinar-x yang dihasilkan atau dengan kata lain mAs berhubungan
dengan kuantitas sinar-x yang dihasilkan, kuantitas sinar-x akan mempengaruhi densitas
gambaran pada film yang dihasilkan, maka semakin tinggi mAs yang digunakan akan semakin
tinggi densitas yang dihasilkan.

Ø Hubungan mAs terhadap kV:


Kenaikan mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk menghasilkan sebuah
gambaran pada film. Jika pada objek yang lebih tebal, supaya sinar-x bisa menembus objek
tersebut dengan baik, maka akan digunakan kV yang lebih tinggi. Karena kV yang digunakan
lebih tinggi maka untuk mengimbanginya digunakan juga mAs yang lebih tinggi (Ball and Price,
1990). Misalnya pada pemeriksaan os manus diberikan kV sebesar 44 dan mAs sebesar 4, maka
jika dilakukan pemeriksaan thorax akan diberikan kV sebesar 58 dan mAs sebesar 6.
Pada kisaran kV tertentu antara 60-80 kV terdapat kecenderungan semakin tinggi kV yang
digunakan akan semakin menurun mAs nya. Hal ini didasarkan pada aturan 10 kV (10 kV’s Rule).
Aturan 10 kv menyebutkan bahwa jika kV naik 10 kV, maka mAs akan turun 50% dari semula
dan jika kV turun 10 kV, maka mAs akan naik 50% dari semula. Untuk penggunaan kV yang tinggi
atau biasa disebut dengan teknik kV tinggi dengan kisaran kV mulai dari 100 kV ke atas, mAs
cenderung menjadi sangat rendah. Hal ini didasarkan pada rumus hubungan antara kV dengan
mAs di bawah ini :
(kV 1) 4 x mAs 1 = (kV 2) 4 x mAs 2
Keterangan :
kV 1 = kV awal sebelum diubah
mAs 1 = mAs awal sebelum diubah
kV 2 = kV sesudah diubah
mAs 2 = mAs sesudah diubah

Ø Keuntungan penggunaan teknik High kV :


- Batasan tegas densitas jaringan dapat tervisualisasikan di film.
- Mengurangi waktu eksposi lebih singkat dengan pemberian mAs yang kecil.
- Panas tabung sinar x berkurang dan akan membuat pesawat menjadi lebih awet.
- Lebih besar latitude eksposi.
- Dengan mA yang kecil menjadikan fokus yang baik.
- Dosis radiasi pasien berkurang di banding dengan teknik biasa bahkan berkurang hingga 80%.
- Penggunaan mAs rendah memungkinkan penggunaan fokus kecil sehingga gambaran lebih
tajam ( Menurut Glenda J. Bryan ).
- Penggunaan mAs rendah memungkinkan terjadinya waktu eksposi singkat sehingga mampu
menghindari movement unsharpness (Menurut Glenda J. Bryan).
- Dengan kV tinggi densitas lebih merata (Menurut Phillip W. Ballinger).
- Dengan mAs yang lebih kecil dari teknik kV biasanya sehingga waktu eksposi lebih
rendah, kemudian movement unsharpness nya dapat teratasi lalu dengan fokus kecil maka
geometri unsharpness juga dapat teratasi. (Menurut Phillip W. Balingger).
Ø Kerugian penggunaan teknik High kV:
- Memerlukan pesawat sinar-x yang memiliki kv besar.
- Radiasi hambur meningkat sehingga memerlukan grid beratio tinggi.
- Mengurangi detail dan kontras di struktur jaringan.
- Dosis yang diterima gonad besar pada pemeriksaan thoraks.
- Penetrasi atau daya tembus beresiko besar untuk pembuluh darah kecil.
- Detail pada tulang kurang terutama pada foto-foto tulang.
- Pada tomogram memiliki kontras yang kurang baik.
- Memerlukan peralatan tambahan khusus (Menurut Glenda J. Bryan).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknik High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan
kV tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang, jaringan, dan udara
menjadi relative homogen. Pada penggunaan high kV teknik untuk foto thorax memungkinkan
ke opaquekan dari ribs berkurang sehingga bila terjadi kelainan pada garis bawah ribs dapat
terlihat.

B. Saran
Bila ingin menghasilkan gambaran dari suatu jaringan, tulang ,udara dengan densitas
yang hampir sama antara ketiganya sebaiknya menggunakan teknik kv tinggi. Untuk mengurangi
dosis radiasi terhadap pasien, salah satu caranya adalah dengan penggunaan teknik kV tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Files, Glen W. 1943. Medical Radiographic Technic. USA: Charles C Thomas
Harsanto, Widy. 2000. Learning Worksheet. Jakarta
http://cafe-radiologi.blogspot.com/2010/09/high-kv-technique.html
(3-4-2011, 17.12 wib)
http://www.gudangmateri.com/2010/10/high-kv-technique-pada-radiologi.html
(3-4-2011, 17.30 wib

Anda mungkin juga menyukai