Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH KEDOKTERAN NUKLIR

Sejarah

Penggunaan isotop radioaktif dalam bidang kedokteran telah dimulai


tahun 1901 oleh Henri Danlos yang menggunakan Radium untuk
pengobatan penyakit Tuberculosis pada kulit. Tetapi yang dianggap Bapak
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C de Havessy. Dialah yang
meletakkan dasar prinsip perunut dengan menggunakan zat radioaktif.
Waktu itu yang digunakan adalah radioisotop alam Pb 212. Dengan
ditemukannya radioisotop buatan, maka radioisotop alam tidak lagi
digunakan.
Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa awal perkembangan
kedokteran nuklir adalah I131. Pemakaiannya kini telah terdesak oleh Tc99m,
selain karena sifatnya yang ideal dari segi proteksi radiasi dan
pembentukan citra juga dapat diperoleh dengan mudah, serta harga
relatif murah. Namun demikian, I131 masih sangat diperlukan untuk
diagnostik dan terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid.

Pengertian

Menurut WHO kedokteran Nuklir (Nuclear Medicine)


didefinisikan ; Merupakan cabang ilmu kedokteran yang menggunakan
sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan,
untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga
dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian
kedokteran.

Prinsip Dasar

Perkembangan serius kedokteran nuklir dimulai tahun 1950-an dengan


terciptanya alat khusus yang disebut "kamera gamma". Istilah
tersebut mengacu ke penangkapan (Trace) sinar gamma. Namun,
berbeda dengan penggunaan sinar X atau CT-Scan yang radiasinya harus
menembus tubuh manusia untuk mendeteksi dan merekamnya ke dalam
film atau komputer, kedokteran nuklir justru menggunakan cara yang
berlawanan. Materi radioaktif dimasukkan ke tubuh pasien, kemudian
dideteksi dengan kamera gamma tadi. Dengan kata lain organ yang
diperiksalah yang menjadi sumber radiasi sehingga pola gambar yang
terjadi berdasarkan pola organ yang memancarkan radiasi (sinar
gamma). Radioaktif yang digunakan berfungsi memancarkan sinar
gamma yang memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada sinar X.
Radioisotop dapat dimasukkan ke tubuh pasien (studi in-vivo) maupun
hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan
lambung, urine, dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien, yang
lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke tubuh pasien
melalui mulut, suntikan, atau dihirup lewat hidung, maka informasi yang
dapat diperoleh dari pasien dapat berupa:

1. Citra atau gambar dari organ/bagian tubuh pasien yang diperoleh


dengan bantuan peralatan kamera gamma ataupun kamera positron
(teknik imaging).
2. Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ/bagian tubuh tertentu
dan angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam
organ/bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh
dengan kamera gamma ataupun kamera positron
3. Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis )darah, urine,
dll) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang
dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging).

Bahan dalam kedokteran nuklir yang dimasukkan ke dalam tubuh baik


melalui injeksi maupun ditelan disebut bahan radiofarmaka.
Radiofarmaka merupakan sediaan yang mengandung 2 bahan utama
yaitu bahan radioisotop sebagi sumber radiasi dan bahan yang berfungsi
membawa bahan radioisotop ke jaringan (organ) target. Radionuklide
yang diserap organ tubuh kemudian memancarkan sinar gamma yang -
meski lemah - dapat diukur oleh kamera gamma.
Dengan memanfaatkan radiofarmaka dapat diperoleh informasi yang
didasarkan atas perubahan-perubahan fisiologik maupun biokimiawi yang
terjadi di dalam organ yang diperiksa pada tingkat sel maupun molekuler.
Inilah salah satu karakteristik dari kedokteran nuklir yang
membedakannya dari modalitas diagnostik lainnya yang didasarkan pada
perubahan anatomi. Dengan demikian, teknik kedokteran nuklir menjadi
sangat sensitif dibandingkan dengan teknik lainnya, karena
pada umumnya kelainan fungsi mendahului kelainan anatomi.

KEDOKTERAN NUKLIR

1. Pengertian Kedokteran Nuklir


Kedokteran Nuklir adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang
memanfaatkan energi inti atom buatan untuk tujuan diagnostik, terapi
dan penelitian kedokteran.

2. Instrumentasi Kedokteran Nuklir

a. Prinsip Pencitraan Kedokteran Nuklir


• Menggunakan radioisotop sbg sumber sinar gamma dengan energi 80-
511 keV
• Radioisotop dimasukkan kedalam organ tubuh yang diperiksa (in vivo)
• Organ tubuh memencarkan radiasi, detektor mencatat paparan diluar
tubuh
• Radiasi diubah menjadi cahaya, cahaya diubah menjadi data digital,
data digital direkonstruksi menjadi citra diagnostik.

b. Alur Pencitraan Kedokteran Nuklir


Dalam prinsip pencintraan pada kedokteran nuklir ada beberapa
alur-alur yang harus di ketahui. Berikut alur-alur untuk pencitraan pada
kedokteran nuklir :

 Pembuatan jenis radiofarmaka sesuai dengan jenis pemeriksaan


kedokteran nuklir yang akan di lakukan. Radiofarmaka adalah
senyawa aktif yang dapat diberikan kepada pasien, merupakan
sumber terbuka dan ikut metabolisme tubuh.
 Radiofarmaka yang sudah di siapkan tersebut lalu di suntikan
melalui pembuluh darah pasien, jenis radiofarmaka yang dimasukan
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan di lakukan pada
kedokteran nuklir.
 Setelah disuntikan radiofarmaka melalui pembuluh darah pasien,
maka radiofarmaka atau radiasi yang ada di dalam tubuh pasien
pasti akan memancar sinar gamma atau radiasi gamma ke segala
arah..
 Radiasi gamma atau sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh
pasien itu akan di tangkap oleh detektor pada pesawat gamma
kamera, lalu akan di saring dengan kolimator, fungsi kolimator pada
kedokteran nuklir ini adalah untuk menangkap radiasi gamma atau
sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien, kolimator yang
digunakan pada kedokteran nuklir ini harus di sesuaikan dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan, misalkan untuk pemeriksaan
thyroid, maka kolimator yang digunakan adalah kolimator khusus
pemeriksaan thyroid. Jadi, bila kolimator tidak sesuai untuk
pemeriksaan yang dilakukan, maka gambaran kedokteran nuklir
akan menjadi tidak jelas, atau bisa di sebut blur dan banyak noise.
 Sinar gamma atau radiasi gamma yang ditangkap oleh detektor
ataupun kolimator maka akan di teruskan ke PHA, Kordinat x.y, logic
sirkuit amplifikasi. PHA, Kordinat xy, dan logic sirkuit amplifikasi ini
berguna untuk menentukan gambaran kedokteran nuklir, apakah
gambaran itu bagus atau blur/jelek.
 Setelah melawati PHA, Kordinat xy dan logic sirkuit amplifikasi maka
akan diteruskan melalui komputer untuk menampilkan gambaran
kedokteran nuklir ataupun untuk pencatatan dan mencetak
gambaran kedokteran nuklir.
Berikut bagan atau skema alur pembentukan pencitraan pada kedokteran
nuklir

3. Unsur utama untuk menentukan perkembangan


pemeriksaan kedokteran nuklir
Ada beberapa faktor atau unsur utama yang sangat menentukan
perkembangan pemeriksaan kedokteran nuklir dari awal penemuan
kedokteran nuklir sampai pada zaman modern ini. Berikut unsur-unsur
utama yang dianggap menentukan perkembangan pemeriksaan
kedokteran nuklir, yaitu :
• Jenis dan formula radiofarmaka
• Instrumen penangkap dan pengubah foton
• Komputer pengolah data dan kemampuan rekonstruksi citra
4. Perkembangan kedokteran nuklir
Dalam materi ini akan dijelaskan perkembangan kedokteran nuklir
dari awal penemuan kedokteran nuklir hingga zaman modern seperti
sekarang ini,

a. Perkembangan dari gamma kamera menuju spect


Berikut akan dijelaskan bagaimana perkembangan dari gamma
kamera menjadi SPECT (Single photon energi computed tomography) :
• Menggunakan radiofarmaka yang sejenis.
• Perubahan/modifikasi pada instrumen penangkap radiasi (kolimator dan
detektor).
• Tujuannya untuk menangkap energi foton tunggal yang mewakili
lapisan/potongan organ tertentu

Selain itu akan kami tampilkan beberapa perbedaan radiofarmaka (energi)


yang akan di gunakan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan :
Organ: radiofarmaka: energy
131
Thyroid I 364 keV
99m
SSP Tc DTPA 140 keV
131
CSF I RISA 364 keV
87m
Tulang Sr 388 keV
99m
Paru Tc MAA 140 keV
99m
Liver Tc sulfur coll 140 keV
GB 131 I Rosebengal 364 keV

Berikut instrument-instrumen yang digunakan pada pesawat


SPECT :
• Kamera sinar gamma dikopel dengan gantry (head + gantry)
• Dapat bergerak mengelilingi obyek, sebagaimana pada CT
• Menggunakan colimator khusus untuk menangkap foton dari lapisan
obyek tertentu
• Konstruksi lobang-lobang colimator (colimator hole) dibuat supaya
dapat menangkap foton yang terpancar dari kedalaman tertentu organ
tertentu.
• Apabila head bergerak (scanning) maka detektor akan menangkap
foton-foton dari lapisan tertentu saja, yang dibutuhkan untuk
penggambaran .

Ada beberapa perkembangan yang begitu pesat pada head dan


Kolimator di pesawat SPEC :
• Single head, double head dan triple head
• Rotasi dari 1800 sampai 3600
• Gambaran : planar, bi-planar, multi planar dan cross-sectional

b. Perkembangan dari SPECT menuju PET pada pemeriksaa kedokteran


nuklir
Berikut perkembangan spect menuju PET :
• Foton gamma merupakan radiasi annihilasi
• Radionuklida C,N,O pemancar positron, diproduksi dengan cyclotron
• Data koinsiden (detektor,sirkuit)
• Konstruksi gantry dan detektor seperti pada CT scan
• Pencitraan : planar, crosssectional, coronal.
• Reolusi gambar hampir sama dengan SPECT
• Foton gamma radiasi annihilasi
• Radionuklida C,N,O pemancar positron, diproduksi dengan cyclotron
• Data koinsiden (detektor,sirkuit)
• Konstruksi gantry dan detektor seperti pada CT scan
• Pencitraan : planar, crosssectional, coronal.
• Reolusi gambar hampir sama dengan SPECT

Kelelahan pada pasien untuk PET :


• Elemen stabil C,N,O dijadikan radionuklida menggunakan cyclotron
untuk menghasilkan positron.
• Dimasukkan kedalam tubuh sehingga positron bertemu elektron
menghasilkan radiasi annihilasi, enersinya kembar (0.51 MeV) arah
berlawanan, keluar tubuh ditangkap oleh detektor koinsiden.

C,N,O diproses dengan cyclotron menjadi radioisotop pemancar positron


(b+)
C,N,O diproses dengan cyclotron

5. Karakteristik Positron
• Definisi : elektron bermuatan positif
• Asal : inti yang kekurangan netron
• Produksi : accelerator
• Peluruhan inti : p n + e+ + neutrino
• Peluruhan positron : annihilasi,
foton kembar 0,511 MeV,
arah berlawanan
11 13 15 18 68
• Radionuklida dalam PET : C, N, O, F, Ga

Radionuklida dalam PET


Carbon Nitrogen Oksigen
11 13 15
Inti : C N O
Half-life : 20,4 min 9,97 min 2,03 min
14
Proton : N(p,a)11C 16
O(p,a)13N 15
N(p,n)15O
Target : N2 (gas) H2O (liquid) N2+1%O(gas)
KEDOKTERAN NUKLIR
Adalah cabng ilmu kedktran yg mnggunakan smbr radisi trbka utk mmpljari fisiologi n
anatomi srta mlekkkan diagnosa & terapi
Atom : bgn terkcil dari unsur
Unsur : bag trkcol dr olekul
Inti atom : trddri dari Proton Neutron
No Atom (z) : jmlh e pd atom (jmlh proton pd inti atom)
No massa (A) : jml Proton + Neutron
Isotop : No atom sama, No masa beda

Isobar : No Massa sam, No atom beda


Isoton : jmlah neutron sama
Isomer : mempunyai nomor, masa dan jmlah neutron sama tapi tingkt energinya berbeda.
Aktifitas : jmlah diistegrasi per detik, satuan Baquerel (Bq),curie(CI)= 3,7x1010
Waktu paroh : wkt yg dprlukan olh zat rdioaktif utk mluruh mnjad separuh dr semula.
Pemanfaatan Radioaktif
- distribusi umum (imaging) dan penngunaan In Vivo
- laju perubahan dlm distrinbusi/ studi alirn organ (organ flow studies)
- studi fungsi organ utk mengukur krja/fungsi orgn
- mengetahui letak suatu organ
- akumulasi abnormal rdioisotop dalam tbuh
- informasi pasien melalui pmx In Vitro
Teknik pmx :
- statik : pmx Kn setelh radioisotp terakumulasi pd organ yang sdng dipelajari ex. Tiroid up
take 24 hours
- Dinamik : pmx KN dilakukan mulai prtama kali radioisotop masuk ke tubuh sampai batas
waktu yang ditetapkan contoh : Renogram
DETEKTOR SINTILASI
Sintilasi : berpendar/berkedip/menimbulkan cahaya, contoh : TV, Osiloskop, Luminesensi,
Fluorosensi, Mis: glow
in the dark
Detektor Sintilasi: Detektor radiasi selalu menggunakan bahan, yang jika ditembus radiasi
akan mengeluarkan cahaya.
Interaksi radiasi (sinar gamma) dgn materi:
> Penetrasi (paling aman)
> Scattering (hamburan)
> Efek foto listrik (ionisasi)
> Efek Compton (ionisasi)
> Pair Production (produksi pasangan)
> Triplet Production(produksi 3 partikel)
> Disintegrasi inti atom
Bahan Sintilasi
> BAHAN CAIR: mendekteksi energi
rendah
> Umumnya bahan kimia organik
2-phenyl-5-(4- biphenyl)- oxazole : PBO
2-phenyl-5-(4-biphenyl)-1,3,4 oxadiazole :
PBD
1,4 – di-(2-(5_phenyloxasolyl)- benzene :
POPOP
> BAHAN PADAT (KRISTAL):
energi tinggi
> Mendeteksi Proton :ZnS(Ag)
> Mendeteksi sinarGamma: Cs J (Tl)
atau Na I (Tl)
KAMERA GAMMA
Bagian detektor :
Kollimator
> Fungsi: hanya
mendeteksi sinar gamma yg sejajar kolimator atau tegak lurus kristal (membatasi foton yg
akan dideteksi)
> Material : Pb
> Macam :
Pararel hole (sejajar),
Converging (Organkecil, permukaan
Krista lbesar)
Diverging (Organ besar permukaan
kristal kecil) à mobile kamera
> Pengelompokan:
Low energy (80 – 150 kev)
Medium energy(150 - 300kev): Tc-99m
High energy (300 – 400 kev): I -131
Kristal
> Bahan: NaI (Tl), Tl
menyebabkan NaI berkelip pada suhu ruangan, sangat Higroskopis
> Fungsi: mengubah sinar
gamma menjadi cahaya (sintilasi)
> Panjang gelombang
cahaya: 3500-5700 Å
> Tebal kristal:13 mm,
9,5 mm, 5 cm
> Kedap cahaya
> Terdapat reflector
(cermin)
Light Guide
> Pemandu cahaya
> Bahan: minyak silikon
> Fungsi: mengarahkan
cahaya dari kristal
menuju PMT
Photo Multiplier Tube (Pmt)
> Fungsi: Pelipatgandaanfoton (elektron)
> Prinsip kerja: adanya
beda potensial (tegangan) yang bertingkat pada dynode
> Photokatoda: mengubahcahaya menjadi
elektron (foto elektron)
> Dynode: menarikelektron, sekaligus
pelipatganda elektron
> Focus grid: mefokuskan elektron pada dynode
> Collector (Anode):mengumpulkan
elektronà muatan/ aruslistrik
Sistem Prosesor
- Preamplifier, merubah muatan listrik dari PMT menjadi pulsa denganamplitude
proporsional terhadap energi cahaya yang diserap oleh PMT
- Amplifier, menguatkan tinggi pulsa
- Pulsa High Analyzer (PHA),
menentukan apakah pulsa yang dihasilkan amplifier berada pada daerah-daerah jendela
(energy window)
Image Correction Processor
Rangaian elektronik yang berfungsi untuk memproses lebih lanjut pulsa dari PHA untuk
diubah menjadi image/gambar/sintigraf
RADIOFARMAKA
Adlh : sediaan farmasi brupa snyw kmia yg mngndng radioisotop dlm struktrnya, dignkn utk
tjuan diagnstik n terapi dlm KN
SARAT RADIOFARMAKA:
- Murni satu radionuklida saj
- Murni scra radiokimia
- Stabil dala bntk senyawanya
- Pmancr sinar gamma, energi tunggal, energi antara 100-400keV,waktu paroh pndek
- Radioaktifitas rendah, bebn rdissi kecil
- Ekonomis, terjngkau, dpt diproduksi
LABELLING
> Proses pemberian tanda radioisotop terhadap kit / imaging agent, sehingga menjadi suatu
senyawa radiofarmaka yang siap untuk pemeriksaan / terapi
KIT / IMAGING AGENT
> DTPA: Diethylene Triamine Penta Acetic Acid > Brain, kidney
>HIDA: Hydroxy Imino Di – Acetate > hepatobiliri
>HAS: Human Serum Albumin (heart blood pool)
>MDP: Metilen Di Phosphonate (Skeleton)
>MAA: Macro Aggregated Albumin (Lungs)
>TSC: Technetium Sulfur Colloid (retikuloendothelial system)
>HEDSPA: Hydroxy Ethylidene (Skeleton)
PRODUKSI BATAN
> Generator : 99m Tc
> Thallium 201 Tl Chlorida
> Gallium 67 Ga Citrate
> Hippuran 131 I
> Natrium Iodida: Na 131 I
PEMANFAATAN RADIOFARMAKA
> In Vivo (masuk ke tubuh manusia)
> Organ flow studies (perfusi)
> Organ function studies (Fungsi organ)
> Localization of an organ (lokasi organ)
> Abnormal accumulation (tumor,
metastase)
> In Vitro (tes pada cuplikan / sampel)
In Vivo
> Otak: 99m Tc Sn DTPA
> Liver: 99m Tc sulfur colloid, 99m Tc HIDA, I 131
> Lung: gas Xenon Xe133, gas Krypton 81m Kr)
> Kidney: Tc 99m, Hg197, I 131
> Bone: 99m Tc polyphoshates
> Pancreas: Selenium Se 75
> ParaThyroid:Selenium Se 75
> Marrow (sumsum): 99m Tc sulfur colloid, In 111
> Spleen (limpa): 99m Tc sulfur colloid, Cr 51
> Heart (hati): Thallium Chloride Tl 201
> Cairan otak: Yb 169 DTPA
> Sistem limpatik: 99m Tc sulfur colloid
> Placenta: I 131 human serum albumin
: 99m Tc albumin
Flow Studies (Metabolisme)
> Otak: 99m Tc Sn DTPA,
99m
Tc gluceptate sodium
> Liver: 99m Tc sulfur colloid, 99m Tc HIDA
> Lung: 99m Tc albumin
> Kidney: 99m Tc Sn DTPA
> Thyroid: 99m Tc
> Heart: 99m Tc sodium
> Placenta: 99m Tc albumin
Fungsi Organ
> Thyroid: Sodium Iodide 131 I
Sodium pertechnetate 99m Tc
> Kidney: 131 I Hippuran
> Liver: Rose bengal 131 I, 99m Tc HIDA
> Lung: gas Xenon Xe133
> Brain: gas Xenon Xe133
> Heart: 99m Tc sel darah merah / Albumin
Lokasi Organ
>Letakplacenta: human serum albumin 131I
:human serum albumin99mTc
> Letak ginjal: 131 I Hippuran
> Pericardial (jantung): albumin 99mTc
> Sub diaphragmatic abscesses: 99mTc
Tumor ~ Metastasis
> Brain: 99mTc, 197 Hg, 67 Ga citrate
> Mediastinum (lung): 67 Ga citrate
> Thyroid: 131 I
> Bone: 99m Tc polyphoshates
> Eye: Larutan Sodium Phosphate 32 P
> Hati: 99m Tc polyphoshates
> Pembuluh darah: Fibrinogen 131 I
> Soft tissues: 67 Ga citrate
In Vitro
> SAMPEL: darah, urine, feces
> Volume darah:
131
I / 125 I serum albumin
51
Cr sel darah merah
> Anemia: Cyanocobalamine 60 Co
> Fungsi pankreas atau malabsorption:
: 131
I / 125 I lemak
> Gastrointestinal: 51 Cr sel darah merah
> Metabolisme Fe: Ferrous 58 Fe citrate
Pemberian dosis:
> Pancreas: 200 μ Ci – 250 μ Ci Se 75
> Limpa: 1 – 2 mCi 99m Tc sulfur colloid
> Liver: 500 μ Ci 99m Tc sulfur colloid
atau 300 μ Ci 131 I Rose Bengal
> Bone: 10 – 15 mCi 99m Tc
polyphoshates
> Lung: 2 mCi 99m Tc MAA
> Thyroid: 1–2 mCi 99m Tc, 200–400 μCi 131 I
> Ginjal: 5 mCi 99m Tc Sn DTPA, 500 μ Ci
> Brain: 15 – 20 m Ci 99m Tc Sn DTPA
Persiapan/Pengukuran Dosis
> Pemilihan radiofarmaka
> Volume: ml atau cc
> Aktivitas total: μ Ci atau m Ci
> Konsentrasi: μCi/ ml atau mCi/ml
> Aktivitas spesifik: μCi/gr atau mCi/gr
> Data dan waktu Aktivitas !!
> Kadaluwarsa
> Informasi
Perhitungan
Knsntrsi =
Total Aktivitas dlm Vial (1 mCi)
Volume Vial (20 ml)
(μCi/ ml atau mCi/ml), mis: 50 μCi/ml
> Diambil 10 ml dengan Syringe
à aktivitas dalam syringe = 500 μCi
Kesimpulan:
> Radiofarmaka dapat dimanfaatkan secara luas untuk mempelajari organ dan sistem
metabolisme.
> Persiapan dan perhitungan dosis perlu diperhatikan karena sifat radioisotop yang meluruh.
PRODUKSI RADIONUKLIDA
> Pemilihan Reaksi inti untuk tujuan produksi Radioisotop:
> Jenis nuklida sebagai target
> Penampang lintang reaksi
> Energi partikel penembak
> Tingkat kemurnian radionuklida yg dihasilkan
Siklotron ( Cyclotron)
> Energi ambang reaksi 10 Mev
> Berkas partikel bermuatan hingga 50 MeV
> Intensitas cukup tinggi
> Kekurangan: berkas partikel untuk 1 penyinaran
Tempat Produksi Radionuklida
> Kamar asam biasa (fume hood)
> Ventilated box dgn lubang untuk tangan
à Isotop skala mikro curie
> Glove box dgn tekanan rendah
àPemancar β lemah, C-14 dan S-35
> Glove box dgn remote handling tong
à Pemancar γ
> Master slave manipulator
Reaktor Nuklir
> Keunggulan: memproduksi macam-macam radioisotop secara serentak
> Energi hingga 50 MeV
> Fluks neutron: 10 12 n / cm2 /det
> Ada batang pengendali
> Problem panas yg timbul akibat rekasi nuklir à Sistem pendingin
Generator Product
> Generator Tc 99m
> Waktu paruh Tc-99m : 6,02 jam
> Dari Molibdinum (Mo)
> Perjanjian : Senin jam 9
> Mempunyai waktu dilusi 24 jam
àMilky (pemerah)
SPET(singgle Photon Emition Tomografi ), tknik pengambaran dng memsukkan radisi sinar
gama yang diemiskan oleh radionulkida yang dimasukkan ketubuh kemudian dideteksi oleh
singgle foton
PET (positrin Emition Tomografi) yaitu teknik dgn menngunakan radionulkida yang
mengemisikan positron dimasukkn ke dlam tubuh kemudian dideteksi oleh PET scanner
ECAT (Emition Computerized Axial Tomography) yaitu suatu sistem sofware komputer
untuk penggambaran tomografi berdasarkan pada radiasi yang diemisikan dr radionuklida
yang dimasukksn ke tbuh.
WORKSTATION KEDOKTERAN
NUKLIR
> Ruang administrasi + ruang tunggu
> Ruang pemeriksaan/konsultasi (poli)
> Laboratorium (hot lab)
> Ruang pemberian radiofarmaka
> Ruang imajing
> Ruang pengolahan limbah
> Ruang penunjang kegiatan (kamar gelap, ruang logistik, ruang karyawan)
> Ruang rawat inap
RUANG ADMINISTRASI
> Informasi (Customer Service)
> Loket penerimaan
> Keuangan
> Jadwal pemeriksaan/program
> Telepon
> Arsip pemeriksaan
> Ruang tunggu nyaman
RUANG PEMERIKSAAN (POLI)
> Tempat tidur pemeriksaan
> Meja kursi
> Papan informasi
> Peralatan medik
HOT LAB
> Design ruangan khusus, dengan memperhatikan faktor keselamatan (kontaminasi) dan
kenyamanan (ventilasi, pencahayaan).
> Sebelum ke hot lab, ada ruang dekontaminasi
> Shower, Saluran pembuangan terpisah
> Terhubung langsung dgn ruang pemberian radiofarmaka & pengolahan limbah
RUANG IMAJING
> Dekat dengan ruang pemberian radiofarmaka
> Design ruang memperhatikan faktor keselamatan (kontaminasi)
> Kenyamanan (suhu, pencahayaan)
> Dekat dgn kamar gelap & administrasi
RUANG PENGOLAHAN LIMBAH
> Dekat Hot Lab
> Memperhatikan prinsip “Delay and Decay” (penundaan dan peluruhan)
Contoh: I-131 à 6 x 10 -6 μ Ci /ml
> Paparan < 0.1 mR/jam
RUANG PENUNJANG
> Jauh dari hot lab
> Untuk kenyamanan karyawan
RAWAT INAP
> Memperhatikan faktor keselamatan radiasi dan kenyamanan pasien
> Perawatan pasien tergantung pada kondisi pasien
> Baik untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
KESIMPULAN
> Workstation pelayanan kedokteran nuklir didesain dengan memperhatikan faktor
keselamatan dan kenyamanan. - See more at:
http://radiologynet.blogspot.com/2012/04/artikel-seputar-kedokteran-
nuklir.html#sthash.NmUcj6fX.dpuf

Anda mungkin juga menyukai