Anda di halaman 1dari 18

Parameter Pemeriksaan MRI

diposting oleh hanifah-ayu-fk13 pada 20 November 2013


http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-87556-Selayang%20Pandang%20Radiologi-
Parameter%20Pemeriksaan%20MRI.html

PARAMETER PEMERIKSAAN MRI Ada banyak parameter tersedia yang dapat diubah oleh
operator ketika ingin membuat sebuah sequence. Pilihan penggunaan pulsa sequence menentukan
mutu gambaran seperti halnya kepekaan mereka ke ilmu penyakit. Parameter Pemilihan waktu yang
terpilih spesifically menentukan gambaran yang dibuat.

1. TR menentukan nilai T1 dan pembobotan proton density.


2. Flip angle mengontrol nilai T1 dan pembobotan proton density.
3. TE mengontrol nilai T2.

Mutu gambaran dikendalikan oleh banyak faktor. Itu adalah hal yang sangat penting bahwa operator
menyadari faktor ini dan bagaimana mereka menghubungkan satu dengan yang lain, sedemikian
sehingga kualitas mutu gambaran yang optimal selalu dapat diperoleh. Ada empat pertimbangan
utama menentukan mutu gambaran diantranya adalah:

1. Signal to noise ratio (SNR),


2. Contrast to noise ratio (SNR),
3. Spatial resolution,
4. Scan time.

Signal to noise ratio (SNR)

Yang dimaksud SNR adalah perbandingan antara besarnya amplitudo sinyal dengan besarnya
amplitudo noise dalam gambar MRI. Signal tersebut dapat mempengaruhi voltase tegangan pada
receiver coil dengan cara presesi (precession) dari NMV pada bidang transvelsal. Noise ini
digeneralisasi dengan adanya pasien yang berada pada medan magnet, dan dengan menggunakan
pulsa listrik dari sistem tersebut. Noise yang ada adalah konstan pada setiap pasien dan tergantung
pada objek dari pasien, area yang diperiksa dan inherent noise dari sistem. Noise terjadi pada semua
frekwensi dan juga acak pada waktunya. Walau bagaimanapun signal yang terjadi adalah curmulative
dan tergantung pada banyak faktor dan dapat diubah. Signal tersebut kemudian ditingkatkan atau
dikurangi sehubungan dengan noise yang ada. Meningkatkan signal itu dapat meningkatkan SNR,
sedangkan bila mengurangi signal maka SNR akan berkurang. Oleh karena itu, manapun faktor yang
mempengaruhi amplitudo itu pada akhirnya akan mempengaruhi SNR. Faktor yang mempengaruhi
SNR adalah:

 proton density dari luas lapangan yang diperiksa,


 voxel volume,
 TR, TE dan flip angle,
 NEX,
 receive bandwidth,
 type coil.

Proton density

Jumlah proton yang ada pada daerah yang diperiksa menunjukkan amplitudo dari signal yang
diterima. Daerah yang mempunyai jumlah proton density yang rendah (seperti daerah paru), maka
mempunyai signal yang rendah, begitu pula dengan SNR yang rendah, sedangkan area dengan jumlah
proton density yang tinggi (seperti daerah pelvis), mempunyai signal yang kuat dan SNR yang tinggi.
Voxel volume

Gb. 1 Voxel.

Satu unit bangunan dari gambaran digital dinamakan pixel. Terangnya sebuah pixel
menunjukkan kuatnya signal MRI yang dihasilkan dari satu unit volume pada organ pasien atau
disebut dengan voxel. Voxel ini menunjukkan volume jaringan lunak atau organ dari pasien, dan hal
ini ditentukan oleh pixel area dan ketebalan slice (Gb. 1). Pixel area ini ditentukan oleh besarnya
ukuran FOV dan jumlah pixel pada FOV atau disebut juga dengan matrix. Sedangkan;

Gb. 2 Voxel volume dan SNR

Matrix yang kasar menunjukkan jumlah frekuensi encoding yang rendah dan atau phase
encoding dan akan menghasilkan jumlah pixel yang rendah pada FOV. Matrix yang kasar
menghasilkan pixel dan voxel yang besar (diumpamakan diberikan FOV yang berbentuk kotak atau
kubus). Matrix yang halus adalah dimana matrix tersebut mempunyai jumlah frekuensi encoding dan
atau phase encoding yang tinggi, dan menghasilkan jumlah pixel yang besar pada FOV. Matrix yang
halus atau baik ditunjukkan dengan ukuran pixel dan voxel yang kecil. Voxel yang besar
menghasilkan jumlah spin atau nuclei yang lebih banyak dibandingkan dengan voxel yang lebih kecil,
sedangkan dengan mempunyai nuclei yang lebih banyak maka akan membuat signal menjadi lebih
baik. Jumlah voxel yang lebih banyak akan meningkatkan SNR dibandingkan dengan jumlah voxel
yang lebih kecil (Gb. 2).
SNR tersebut sebanding dengan voxel volume dan parameter manapun yang mengubah ukuran voxel
sehingga mengubah SNR itu. Pilihan manapun yang digunakan untuk menurunkan ukuran voxel maka
juga akan menurunkan SNR, dan begitu pula dengan kebalikannya. Voxel dapat diubah dengan cara
mengubah ketebalan slice atau pixel area. Melipatgandakan ketebalan slice maka akan
melipatgandakan pula volume voxel dan SNR, sedangkan bila menurunkan nilai ukuran slice menjadi
setengahnya maka nilai SNR akan menjadi setengahnya (Gb. 3).

Gb. 3 Slice thickness terhadap SNR

Pixel area dapat dirubah dengan cara mengubah ukuran matrix atau mengubah FOV.
Diumpamakan bahwa FOV berbentuk kotak atau kubus, melipatgandakan phase encoding, maka akan
menurunkan nilai dimensi pixel menjadi setengahnya pada phase axis. Hal ini juga akan
menyebabnkan volume voxel dan SNR menjadi setengahnya. Ini akan menjadi kebalikannya jika
jumlah phase encoding menjadi setengah maka volume voxel dan SNR akan menjadi dua kali lipat.

Melipatgandakan FOV maka akan melipatgandakan volume voxel pada kedua sumbu pixel,
dan akan meningkatkan volume voxel dan SNR empat kali lipat. Hal yang berkebalikan juga akan
terjadi bila menurunkan nilai FOV menjadi setengahnya maka volume voxel dan SNR akan berkurang
menjadi seperempatnya dari nilai yang sebenarnya. FOV merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap SNR (Gb. 4).

Gb. 4 FOV terhadap SNR

TR, TE dan flip angle

Meskipun TR, TE dan flip angle adalah parameter yang sering digunakan untuk mengubah
kontras gambar, mereka juga dapat mempengaruhi SNR dan qualitas gambar secara keseluruhan. Spin
echo pulse sequence secara umum mempunyai signal yang lebih baik apabila dibandingkan dengan
gradient echo sequence, selama menggunakan flip ange 900 pada magnetisasi longitudinal terhadap
magnetisasi transversal. Gradient echo pulse sequence hanya mengkonversi suatu proporsi
magnetisasi longitudinal ke dalam magnetisasi transversal, seperti saat mereka menggunakan flip
angle selain dari 900. Sebagai tambahan, rephasing pulsa 1800 akan lebih efisien pada saat rephasing
dibandingkan dengan rephasing gradient pada gradient echo sequence, sehingga echo yang terakhir
akan mempunyai amplitudo signal yang lebih besar. Flip angle mengontrol besar magnetisasi
transversal yang diinduksikan oleh signal yang berada pada coil (Gb. 5). Titik maksimum signal
amplitudo dapat dicapai pada flip angle 900.

Semakin kecil flip angle, maka SNR semakin lemah.

TR mengontrol besar magnetisasi longitudinal yang diizinkan untuk mengembalikan (recover)


eksitasi pulsa sebelum eksitasi pulsa selanjutnya diberikan. TR yang panjang dapat memberikan
pengembalian yang penuh terhadap magnetisasi longitudinal sehingga siap untuk diberikan pada
repetisi berikutnya. TR yang singkat tidak dapat memberikan pengembalian yang penuh terhadap
magnetisasi longitudinal, sehingga kurang siap untuk diberikan pada repetisi berikutnya.

TR yang panjang meningkatkan SNR dan TR yang singkat menurunkan SNR.

TE dapat mengontrol besar magnetisasi transversal sehingga dapat decay sebelum echo disatukan. TE
yang panjang dapat menghasilkan decay pada magnetisasi transversal sebelum echo tersebut
disatukan, sedangkan bila TE singkat maka tidak akan terjadi (Gb. 6).

TE yang panjang mengurangi SNR dan TE yang singkat meningkatkan SNR.


Gb. 6 TE terhadap SNR

Number of averages (NEX)

NEX menunjukkan berapa kali data tersebut diperoleh atau dicatat selama scanning. NEX
mengontrol jumlah data yang disimpan pada masing-masing K space. Double NEX berarti jumlah
data yang tersimpan pada K-space juga double. Namun karena noise-nya random dimana saja data
tersebut dicatat, sedangkan sinyalnya tetap; maka double NEX akan meningkatkan SNR hanya
sebesar √ 2 = 1,4. Meningkatkan NEX bukan pilihan terbaik untuk meningkatkan SNR (Gb. 7).
Meningkatkan NEX juga akan mengurangi motion artefact.
Gb. 7 NEX terhadap SNR

Receive bandwidth
Receive bandwidth adalah rentang frekuensi yang terjadi pada sampling data pada obyek
yang di scan. Mengurangi nilai receive bandwidth maka akan menurunkan noise yang akan
disampling pada signal. Sesuai dengan rendahnya noise yang diberikan maka akan sesuai dengan
signal, SNR akan meningkat sesuai dengan berkurangnya nilai receive bandwidth (Gb. 8).

Semakin kecil bandwidth maka noise akan semakin mengecil, tapi akan berpengaruh terhadap
TE minimal yang bisa dipilih. Gb. 8 Bandwidth terhadap SNR
Tipe coil Coil dengan jenis quadrature dengan dua receiver coil dan surface coil sehingga akan
menempel dekat dengan organ dan akhirnya akan meningkatkan SNR. Cara meningkatkan SNR

SNR Dapat ditingkatkan dengan cara:

1. gunakan SE atau FSE bila memungkinkan


2. gunakan coil yg tepat dan tuning yg tepat
3. gunakan matrix yang kasar
4. gunakan FOV yang besar
5. pilih slice yang tebal
6. gunakan NEX sebesar mungkin.

Contrast to noise ratio (CNR)

Adalah perbedaan SNR antara organ yang saling berdekatan. CNR dipengaruhi oleh faktor
yang sama seperti faktor yang mengontrol SNR. CNR yang baik dapat menunjukkan perbedaan
daerah yang patologis dan daerah sehat.

CNR dapat ditingkatkan dengan:

 menggunakan kontras media


 menggunakan T2
 memilih magnetization transfer
 menghilangkan gambaran jaringan normal dengan spectral pre-saturation, atau menggunakan
STIR atau FLAIR untuk menekan jaringan tertentu.
 Kontras Gambar tergantung pada:
 TR
 TE
 TI
 flip angle
 flow
 turbo factor (pada FSE)
 T1
 T2
 proton density

Teknik lain yang dapat mempengaruhi CNR antara jaringan adalah tranfer magnetisasi.

Spatial resolusi

Adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik secara terpisah dan jelas. Ini dikontrol oleh
ukuran voxel. Semakin kecil ukuran voxel, resolusi akan semakin baik. Ukuran voxel dapat
dipengaruhi oleh:

 slice thickness,
 FOV,
 jumlah pixel atau matrix.
 Spatial resolution dapat ditingkatkan dengan :
 slices tipis
 matrix halus/kecil
 FOV kecil
 menggunakan rectanguler/asymetric FOV bila memungkinkan.

Besarnya matrix menunjukkan jumlah pixel yang ada dalam FOV. Ukuran pixel yang kecil
dapat meningkatkan spatial resolusi sebagaimana dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk
membedakan dua struktur yang berdekatan yang ada pada pasien. Meningkatkan nilai matrix dapat
pula meningkatkan spatial resolusi (Gb. 9).

Gb. 9 Pixel size terhadap matrix size

Spatial resolusi dan dimensi pixel

Pixel dengan bentuk bujursangkar selalu dapat memberikan gambaran spatial resolusi yang
lebih baih apabila dibandingkan dengan pixel yang berbentuk empat persegi panjang pada gambar
dengan frekuensi dan phase yang sama. Jika FOV berbentuk bujursangkar, maka pixelnya pun akan
berbentuk bujursangkar pada matrix yang dipilih, misalnya 256 x 256. Jika FOV berbentuk
bujursangkar dan matrix yang dipilih tidak seimbang , misalnya 256 x 128 maka pixelnya akan
berbentuk empat persegi panjang (Gb. 10 dan 11). Gb. 10 Pixel bujursangkar (Square pixels). Gb. 11
Pixel empat persegi panjang (Rectangular pixels).
1. Square pixels, menetapkan SNR dengan mengabaikan matrix yang dipilih. Matrix
menunjukkan waktu scan dan FOV.
2. Rectangular pixel, menetapkan FOV yang berbentuk bujursangkar dengan mengabaikan
matrix yang dipilih. Matrix menunjukkan waktu scan dan resolusi.

Scan Time

Scan time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah data akuisisi atau
sequence. Scan time merupakan salah satu factor yang penting dalam menghasilkan kualitas gambar,
semakin lama waktu yang diberikan untuk menghasilkan satu data akuisisi maka akan semakin besar
kemungkinan bagi pasien untuk melakukan pergerakan. Waktu scanning dipengaruhi oleh TR, jumlah
phase encoding, dan NEX.

Untuk mengurangi waktu scan dapat dilakukan dengan cara:

 TR sependek mungkin
 Matrix kasar
 NEX sekecil mungkin.

Trade-offs

Saat ini mungkin banyak cara yang dapat dilakukan untuk men-trade-off parameter dengan
puse sequence. Idealnya sebuah gambaran mempunyai SNR yang tinggi, spatial resolusi yang baik
dan dilakukan dengan waktu scan yang sangat singkat. Walaupun demikian, hal ini jarang dilakukan
bahwa dengan meningkatkan satu factor, maka akan mengurangi salah satu bahkan keduanya. Ini
merupakan hal yang sangat penting bahwa operator atau radiographer mempunyai poemahaman yang
sangat baik dari semua parameter yang dapat mempengaruhi kualitas gambar dan bagaimana cara
untuk memperlakukannya (trade-offs).
Trade Off T2 Axial HEAD MRI dengan perubahan Slice Thickness dari 6 mm / 7 mm menjadi 3 mm/
3.5 mm

Normal Trade Off


FOV 24 cm 26 cm
Slice Thickness 6 mm 3 mm
Interslice Gap 7 mm 3.5 mm
Time Repetition 5157.0 ms 4002.7 ms
TE effektif 125.5 ms 153.5 ms
Echos 1 1
NEX 3 4
Flip Angle 900 900
Scan Time 3m5s 6m24s
Matrix Read 256 256
Matrix P1 192 192
Bandwitch 1 26246.7 Hz 21739.1 Hz
Slice 16 5
Normal Trade Off

Trade Off T2 LUMBAL Axial MRI dengan perubahan Matrix 192x192 pada NEX 6 ; 192x128 pada
NEX 6 dan 192x128 pada NEX 4

Normal Trade Off 1 Trade Off 2


FOV 25 cm 25 cm 25 cm
Slice Thickness 5 mm 5 mm 5 mm
Interslice Gap 5.5 mm 5.5 mm 5.5 mm
Time Repetition 2600 ms 2600 ms 2600 ms
TE effektif 110.0 ms 110.0 ms 110.0 ms
Echos 1 1 1
NEX 6 6 4
Flip Angle 900 900 900
Scan Time
Matrix Read 192 192 192
Matrix P1 192 128 128
Bandwitch 1 15151.5 Hz 15151.5 Hz 15151.5 Hz
Slice 3 3 3

Normal Trade Off 1


Trade Off 2

Trade Off T2 Axial LUMBAL MRI dengan perubahan Time Repetition dan TE effektif dari 3853.1
ms/ 110.0 ms ; 4700.0 ms/ 110.0 ms ; 4550.4 ms/ 61.6 ms dan 6919.9 ms/ 200.0 ms

Normal Trade Off 1 Trade Off 2 Trade Off 3


FOV 28 cm 28 cm 28 cm 28 cm
Slice Thickness 5 mm 5 mm 5 mm 5 mm
Interslice Gap 5.5 mm 5.5 mm 5.5 mm 5.5 mm
Time Repetition 3853.1 ms 4700.0 ms 4550.4 ms 6919.9 ms
TE effektif 110.0 ms 110.0 ms 61.6 ms 200.2 ms
Echos 1 1 1 1
NEX 5 5 5 5
Flip Angle 900 900 900 900
Scan Time 3m51s 4m42s 4m38s 6m55s
Matrix Read 192 192 192 192
Matrix P1 192 192 192 192
Bandwitch 1 15151.5 Hz 15151.5 Hz 45454.5 Hz 12500 Hz
Slice

Normal Trade Off 1


T
keselamatan dalam pemeriksaan MRI

September 30th, 2013, article from : Radiology.web.id

Hal-hal penting yang berkaitan dengan keselamatan pada MRI

1. Magnet utama (STATIC FIELD)

2. Bahan-bahan ferromagnetik yang bisa tertarik oleh magnet utama

3. Transient magnet / gradient coil – untuk lokasi proton dalam tubuh – arus induksi dalam tubuh

4. Radiofrekuensi dan sar ( RF mengenai tubuh) tubuh menjadi hangat

5. Suara bising dari magnet dan gradient coil hingga 95 Db

6. Superkonduktor “ QUENCH”

7. Psikologis pada pasien klaustrofobia

8. Pemasukan bahan kontras

9. Kondisi pasien yang sangat buruk dengan sedasi

10.Pasien hamil

MAGNET UTAMA / MEDAN MAGNET STATIS

•efek biology :

- medan magnet bumi tidak memberi dampak pada kehidupan makhluk kecil

Mis: burung migrasi terkena 6 gauss.

- penelitian pd monyet dengan 10 T magnet tidak ada efek yang membahayakan.

- hasil penelitian penggunaan magnet < 2 T tidak ada efek pd pertumbuhan atau morfologi sel

•Fringe fields (medan magnet tepi)

Dampak penempatan MRI terhadap sekitarnya, ruangan, lantai, dll.

Aktif shielding : menggunakan coils tambahan dalam rumah magnet untuk membatasi fringe fields.

Passiev shielding : tembok dilapisi besi atau tembaga. Faraday Cage

•Area 5 gauss diberi tanda dengan garis kuning.

Barang yang harus ditanggalkan sebelum masuk area 5 gauss

•Jam analog
•Tape recorder

•Credit card

•Calculators

•Perhiasan

•Wigs

•Jepit rambut

•Gigi palsu dll

Orang yang tidak boleh masuk daerah 5 gauss area:

•Pasien dengan pacemaker

•Pasien dengan klip aneurisme

Pasien hamil

•Safety Committee of Society for Magnetic Resonance Imaging (1991) : Mengeluarkan pedoman :
bahwa untuk pasien hamil bila pemeriksaan yang tidak memungkinkan, dan hanya dengan MRI,
pasien tersebut harus diberi informasi bahwa hingga saat ini tidak indikasi bahwa MRI menimbulkan
efek pada pasien hamil.

Pekerja yang hamil

•Pekerja yang hamil aman masuk dalam ruangan magnet superkonduktor, akan tetapi pada saat
scanning berjalan (saat RF dan gradient fields bekerja) sebaiknya ada di luar ruangan.

Survey Dr Emanuel Kanal: tidak ada indikasi kejadian abortus spontan pada technologis maupun pada
perawat yang berada dalam medan magnet. Insiden abortus hampir sama dengan yang tidak
diperiksa/bekerja di medan magnet.

Bahan ferromagnetik dapat berbahaya

•Bahan feromagnetik semua tertarik oleh magnet. Klip kertas atau hair pins – bila tertarik ke magnet
(1,5 T) kecepatan hingga 60 km/jam.

•Alat bantu lain : hemostats, gunting, klem yg terbuat dari stainless steel juga tertarik magnet

•Tangki oksigen juga dapat ditarik oleh magnet

•Petugas lain seperti perawat, cleaning service, pemadam kebakaran dll harus diberi penjelasan
tentang bahaya magnet tersebut.

•Di depan ruangan, harus ditempelkan tanda

•Masyarakat umum harus berada di area 5-15 G


•Screening dengan metal detector bila ada.

Prothesis dan Implant

•Implantasi pada pasien dapat menimbulkan serius efek spt : torque (berputar), heating, artifact pd gbr
MRI.

•Aneurisme klips : kontra indikasi MRI .Hanya akan diperiksa dengan MRI bila klips tersebut pasti
non ferromagnetic.

•Protehese : pada katup jantung : dari penelitian diketahui bahwa 25 dr 29 prothesis terpengaruh oleh
magnet, akan tetapi pergerakannya masih lebih kecil dibanding dgn akibat pergerakan jantung. Model
Pre-6000 kontra indikasi MRI.

Gigi palsu dan dental devices lainnya

•Hampir sebagian besar tidak terpengaruh oleh Maget

•Akan dapat menyebabkan artifact khususnya pd gradien echo.

•Otologic implant ( implantasi kokhlea)

seluruh kokhlea implant terpengaruh oleh magnet. Pasien kontra indikasi utk MRI

•Occular implant : dua dari 12 terpengaruh oleh magnet (1,5 T). Eye shadow : dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pasien.

•Intra occular foreign bodies: sebaiknya di foto plain, objec ukuran 0,1 x 0,1 x 0,1 mm dapat terlihat
pada foto. Karena ferromagnetik , maka barang tersebut bisa berbahaya utk mata dan sekitarnya.

•Peluru : kebanyakan terbuat dari bahan non ferromagnetik, namun masih banyak juga yang
ferromagnetik. Harus ekstra hati-hati bila diperiksa MRI, dipertimbangkan juga letak peluru dalam
tubuh.

•Orthopedik implant : berdasarkan test 15 dari 15 jenis prothese tidak terpengaruh oleh MRI, hanya
menyebabkan rasa hangat.

•Surgical clips dan pins : umumnya aman utk MRI.

hanya menyebabkan artifact pada gambar.

PACEMEKER

•Pacu jantung, kontra indikasi MRI.

•Walaupun dalam area 10 gauss dapat berpengaruh terhadap pacu jantung (program)

•Bila pacu jantung telah dilepas, masih ada sisa kawat, yang dapat berfungsi sebagai antena –
sehingga bisa menyebkan – cardiac fibrilation.

•Daerah dengan 5 Gauss diberi tanda, untuk menghindarkan pasien didaerah MRI bila menggunakan
pacu jantung
TRANSIENT MAGNET / GRADIENT MAGNET

•Gradient coil pada MRI berfungsi untuk menghasilkan kemiringan magnet yang dikenal dengan
time-varying magnetic fields (TVMF) sehingga dapat dihasilkan irisan. Gradient coil selalu on dan off
selama pemeriksaan.

•Amplitude / maksimum kemiringan gradient 8 mT/m – 10 mT/m, scanner terbaru hingga 25mT/m.

•Safety tidak berkaitan dengan besar amplitude tapi berkaitan dengan seberapa cepat untuk mencapai
amplitude tersebut, yang dikenal dengan “ rise time” ( dalam micro seconds)

•Batas yang bisa memberi efek pada manusia 3T/s

•Efek biologi bisa terjadi perubahan dalam penglihatan, cardiac fibrilliation, terjadi bila arus disekitar
jantung 0,5mA/cm2) > 3 detik.Dan kembali normal bila scan berhenti.

•On dan off gradient dapat menimbulkan noise (bising), magnet semakin kuat (superkonduktor) akan
semakin keras.

•Brummet dkk (1988) melaporkan terjadi kurang pendengaran sebanyak 43% pasien yg tidak
menggunakan tutup telinga.

•Tutup telinga mengurangi hingga 10-20 dB

Generalisasi tentang noise/bising

•Semakin besar kekuatan magnet, semakin besar noise

•Semakin cepat slew rate (untuk mencapai amplitude) semakin besar noise

•Scanner baru telah didisain utk mengurangi noise (Thosiba).

•Bahwa kehilangan pendengaran bisa tidak disebabkan oleh noise MRI, sebaiknya telinga ditutup
apalagi untuk ultra fast MRI .
Efek radiofrekuensi

•RF radiation dapat membuat panas tissue

•Banyanya deposition RF dalam tissue diukur dengan SAR (spesific absorption rate) diukur dengan
Watts/kg.Kenaikan suhu 0-2 C

•Berdasar FDA USA SAR :

– 0,4 W/kg rata-2 pada seluruh tubuh > 15 menit

– 3,2 W/kg pd kepala lebih dari 10 menit

– 8 W/kg dalam setiap gram tissue pada kepala dan vertebrae dan 12 W/kg dalam setiap gram jaringan
ekstrimitas dalam waktu 5 menit.

•Spin echo memberikan SAR 0,4 W/kg

•Scanner terbaru dengan scanning yang cepat nilai SAR akan lebih besar.

•Setiap pesawat MRI didisain aman dari batas SAR yakni dengan memasukkan data berat badan
pasien dan umur.

•SAR ditentukan oleh antara lain:

- waktu sequences

- RF energy yang diperlukan (coil tuning dan flip)

- jumlah pulse dalam setiap TR

- volume dan resistivity jaringan.

Pasien anxiety

•Dilaporkan bahwa 1 dari 10 pasien tidak bisa melanjutkan scan

•Hal tersebut karena dimensi scanner MRI seperti terowongan, akustik noise dari pompa cryogen
maupun gradient.

Studi lain menyebutkan bahwa gangguan tersebut hilang selama pemeriksaan dan dengan penanganan
pasien scr profesion

Tip menghilangkan klaustrofobia tanpa dengan obat sedative

•Pasien diberi penjelasan yang akurat apa yang akan dicari dalam pemeriksaan MRI

•Pasien ditanya bila ada hal-hal yang kurang jelas atau hal yang dikhawatirkan.

•Pasien diminta memakai penutup telinga/musik dan buat komfortable.

•Pasien diminta memegang emergensi buzzer.


•Berkomunikasi selama berlangsung scanning

•Pasen dimasukkan dengan kaki terlebih dahulu

•Gunakan lampu yang terang di ruang pemeriksaan

•Gunakan penutup mata/ mata tertutup selama pemeriksaan

•Ditemani oleh saudara

•Diberi obat tidur bagi anak-anak atau anestesi (pilihan terakhir).

Kontras dan MRI safety

•Efek kontras media MRI < daripada kontras dengan Iodium, yakni 1 dari 450.000 pasien atau 2-4%
saja.

•Reaksi yang sering terjadi adalah :Pening, mual, emesis.

•Sesaat memasukkan kontras pasien ditanya, hingga selama pemeriksaan.

•Bila terjadi mual yg parah, pasien dikeluarkan dari “bore”

•Pasien diminta untuk memencet emergensi buzzer

Bagi pasien yang parah yang dipasang berbagai monitor

•Monitor untuk memantau heart rate, skin blood flow, suhu, resipratory rate, oxygen saturation, blood
pressure, end tidal carbon dioksida dll digunakan monitor yg “MR compatible” dan ada staf yg ahli
dalam alat tsb.

•Dalam menggunakan alat dipertimbangkan:

– kabel harus aman /tidak terkelupas

–Letak kabel harus sedemikian rupa agar tidak beerfek pd pasien

CRYOGEN SAFETY

•Cryogen = helium

•Berfungsi agar bisa superkonduktor, suhu berkisar-269 C atau 4,17 K.

•Konsumsi helium 0,5 – 1 l/hari karena penguapan.

•Quench terjadi bila suhu penguapan terlalu tinggi (melebihi titik didih helium) , magnet tidak
berfungsi.

•Saat Quench, 100 –150 l helium menguap/ menit.


•Oxygen dalam ruangan akan diganti dengan gas helium. Bila terhirup berbahaya, bisa frosbite.

•Ada indikator oksigen bila oksigen dibawah 140 ppm akan berbunyi sirine. (normal O2 150 ppm)

Pasien segera dikeluarkan dr magnet.

Bila terjadi kebakaran

•Bila terjadi kebakaran, petugas pemadam harus diberi tahu bahwa mereka bekerja di daerah medan
megnet.

•Hati- hati bila membawa tabung gas pemadam.

•Sebaiknya seluruh sistem dimatikan.

•Perlu ada

Anda mungkin juga menyukai