Anda di halaman 1dari 27

BAHAN PRESENTASI FREKUENSI DALAM SEISMIK

Frekuensi Gelombang Seismik


Frekuensi gelombang seismik yang 'berguna' biasanya berada dalam rentang 10
sampai 70Hz dengan frekuensi dominan sekitar 30Hz [Ozdogan Yilmaz].
Gambar berikut menunjukkan tipikal spektrum amplitudo gelombang seismik
(tras ditunjukkan di sebelah kiri).

Terlihat rentang frekuensi


gelombang seismik 10-70Hz dengan frekuensi dominan 30Hz, juga karakter spektrum
amplitudo wavelet yang digunakan. Komponen frekuensi rendah data sumur ( <>

Aliasing
Adalah fenomena bergesernya frekuensi tinggi gelombang seismik menjadi lebih
rendah yang diakibatkan pemilihan interval sampling yang terlalu besar (kasar).
Gambar di bawah menunjukkan fenomena aliasing.

Perhatikan jika sampling interval =


2 mili detik atau 4 mili detik spektrum amplitudo gelombang bersangkutan
sekitar 80Hz. Akan tetapi jika sampling interval 16 mili detik maka frekuensi
menjadi bergeser lebih rendah yaitu sekitar 20Hz.

Resolusi Seismik
Resolusi seismik adalah kemampuan untuk memisahkan dua reflektor yang
berdekatan.
Didalam dunia seismik, resolusi terbagi dua: resolusi vertikal (temporal) dan
lateral (spasial).

Resolusi vertikal didefinisikan dengan panjang gelombang seismik (),


dimana = v/ f dengan v adalah kecepatan gelombang seismik (kompresi) dan f
adalah frekuensi.

Frekuensi dominan gelombang seismik bervariasi antara 50 and 20 Hz dan


semakin berkurang terhadap kedalaman.

Tabel dibawah ini menunjukkan contoh hubungan antara v , f dan :

Dari tabel diatas kita melihat bahwa untuk anomali dangkal dengan kecepatan
gelombang seismik 2500 m/s dan frekuensi 50Hz diperoleh resolusi vertikal 12.5
meter, artinya batas minimal ketebalan lapisan (ketebalan tuning / tuning
thickness) yang mampu dilihat oleh gelombang seismik adalah 12.5 meter.
Widess[1973] dalam papernya 'How thin is a thin bed', Geophysics, mengusulkan
1/8 sebagai batas minimal resolusi vertikal. Akan tetapi dengan
mempertimbangkan kehadiran noise dan efek pelebaran wavelet terhadap
kedalaman maka batas minimal resolusi vertikal yang dipakai adalah 1/4.
Resolusi lateral dikenal dengan zona Fresnel (r) dengan:

Dengan t adalah waktu tempuh gelombang seismik (TWT/2).

Untuk anomali dalam dengan waktu tempuh 4s, v 5500 m/s dan f 20 Hz, batas
minimal lebar anomali yang mampu dilihat oleh gelombang seismik adalah
1229.8 meter.

Frekuensi Nyquist

Adalah frekuensi tertinggi yang dimiliki oleh gelombang


seismik. Secara matematis Frekuensi Nyquist dituliskan sbb: FN=1/(2 x interval sampling)
Sehingga jika interval sampling 0.0025 mili detik (2.5 detik) , maka Frekuensi Nyquist adalah
200Hz. frekuensi nyquist itu merupakan frekuensi hasil cuplikan yang kita inginkan dalam

data sesimik. rumus nya Fn = 1 / 2x(SI) SI=Sampling Interval jadi jika SI=2 ms maka
frekuensi Nyquistnya Fn=250Hz jadi data seismik itu diolah dalam rentang sumbu y
kebawah 4 ms. dan frekuensi maksimum yang dikandung oleh data sesimik adalah 250 hz.
jika pemilihan SI terlalu kasar atau lerlalu besar makan akan menimbulkan efek aliasing.
Efek aliasing itu menyebabkan frekuensi data maksimum yang dikandung menjadi kecil.
coba anda hitung Fn jika SI nya anda pilih 16 ms.. jangan heran kalo frekuensi maksimumnya
jadi turun. padahal data seismik yang kita olah itu kan terdiri dari berbagai macam frekuensi.
bagaimana mungkin kita mau mengoalh data kalau frekuensi mak nya cuma 20 Hz,
sedangakn target reflektor menurut Yilmaz (1987) frekuensi data seismik itu berada di sekitar
30 Hz. Jangan lupa tujuan kita untuk memproses data seismik salah satunya adalah untuk
mengembalikan frekuensi data yang telah ter-filter oleh bumi pada saat penjalaran gelombang
seismik. Dimana frekuensi kita yang seharusnya tinggi begitu melewati lapisan di bawah
permukaan, begitu samapai geophone atau receiver nilainya jadi kecil. oh iya sebagai
tambahan informasi ternyata dalam pengolahan data seismik besarnya frequensi yang kita
oleh hanya berpengaruh pada rentang 3/4 x Fmax data , artinya jika kita punya fmax=250 Hz
maka data yang dapat dioalh hanya samapai pada frekuensi (250 Hz x 3/4) = 187,5 jadi diatas
frekuensi 187,5 sampai 250 Hz itu tidak akan mempengaruhi nilai frekuensinya.

About

Tentang Pemilik Blog

Kritik dan Saran

Download

RSS Subscribe: RSS feed


Seismic Interpreter
all about geoscience particularly seismic interpretation

Resolusi Vertikal Seismik


Posted on 24/09/2012
0

Resolusi vertikal merujuk pada kemampuan untuk memisahkan dua event yang berdekatan
pada level kedalaman yang berbeda. Seismik mempunyai resolusi vertikal yang lebih rendah
dibandingkan dengan resolusi sumur yang bisa mencapai 0.5ft. Faktor-faktor yang
mempengaruhi resolusi vertikal data seismik adalah:
Frekuensi dan bandwidth
Semakin tinggi frekuensinya dengan bandwidth yang lebar maka akan semakin tinggi pula
tingkat resolusi data seismik. Penjalaran gelombang yang semakin dalam akan menyebakan
hilangnya atau teratenuasinya kandungan frekuensi tingginya sehingga hanya kandungan
frekuensi rendah saja yang mampu menjalar lebih dalam.
Interval velocity
Semakin tinggi kecepatannya maka akan semakin rendah resolusinya
Bumi sebagai filter alami akan mengatenuasi frekuensi tinggi pada kedalaman yang semakin
dalam yang diikuti dengan trend umum velocity yang semakin besar pada kedalaman yang
semakin dalam karena adanya faktor kompaksi dan diagenesa. Kedua fenomena ini dengan
bertambahnya kedalaman akan memperburuk resolusi seismik.
Kedua faktor di atas dapat dilihat hubungannya dengan rumus:
=v/f
Semakin kecil nilai (wavelength) maka semakin kecil jarak event yang mampu di resolve
oleh seismik, dengan demikian semakin tinggi tingkat resolusi seismik begitu juga
sebaliknya.
Untuk meningkatkan resolusi vertikal seismik, maka kita harus memperhatikan faktor
kecepatan dan frekuensi. Karena tidak ada yang bisa kita lakukan terhadap faktor kecepatan,
maka fokus lebih ditunjukan pada faktor frekuensi. Untuk meningkatkan frekuensi dapat
dimulai dari tahapan akuisisi data seismik yang berkenaan dengan parameter lapangan,
source seismik, dan perekaman yang ditingkatkan, kemudian pada tahap processing di mana
usaha untuk meningkatkan spectral bandwidth.
Widess mengusulkan batas resolusi seismik sebesar 1/8 . Namun, karena berkenaan dengan
adanya noise dan konsekuensi melebarnya wavelet selama penjalaran ke bawah permukaan
bumi, batas resolusi yang digunakan adalah 1/4 , dan 1/4 inilah yang dipakai sebagai
standar batas resolusi seismik sekarang ini oleh geophysicist.

Kontras impedansi akustik


Semakin besar kontras impedansinya maka akan semakin tinggi nilai amplitudo sehingga
akan semakin lebih terlihat dan menambah tinggi tingkat resolusinya
Interferensi
Resolusi seismik juga tergantung pada tingkat kerapatan spacing vertikal, semakin rapat
maka akan terjadi interferensi yang menyebabkan resolusi seismik berubah karena respon
wavelet pada bidang batas kontras impedansi yang saling overlap (Gambar 1). Interferensi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu destructive interference dan constructive interference.
Dikatakan destructive jika respon seismik menjadi saling meniadakan nilai amplitudo satu
sama lain sehingga merusak respon seismik, sedangkan dikatakan constructive jika respon
seismik antara boundary saling menguatkan nilai amplitudo satu sama lainnya.
Jika constructive interference nya maksimum maka fenomena ini dikenal dengan tuning
thickness yaitu suatu ketebalan di mana respon seismik pada ketebalan tersebut mempunyai
nilai amplitudo paling besar yang diakibatkan oleh interferensi (Gambar 2).

Gambar 1. Efek interferensi lapisan yang membaji dengan nilai akustik impedansi yang
tinggi (limestone) di encased oleh lapisan shale dengan nilai akustik impedansi yang lebih
rendah.

Gambar 2. Hubungan antara amplitudo dengan ketebalan lapisan. Tuning thickness berada
pada ketebalan 1/4

Diberikan suatu permisalan, yaitu antara gelombang sinus tunggal 30 Hz dalam medium
velocity 2000 m/s dengan Big Ben London setinggi 380 ft dan sebuah log gamma-ray pada
lapangan minyak Beatrice (Gambar 3).

Gambar 3. Perbandingan antara panjang gelombang sinyal 30 Hz, Big Ben dan sebuah Log
pengeboran.
Jika dominan frekuensi data seismik kita sebesar 30 Hz dan interval velocity 2000 m/s, maka
top dan base reservoir akan dapat dipisahkan minimal sebesar sekitar 83 m dan batas
ketebalan yang dapat dideteksi sebesar 41 m. Ketebalan 41 m atau 1/4 ini dikenal sebagai
tuning thickness seperti yang telah disinggung di atas di mana reflektor top dan base
bergabung menjadi satu yang yang mengakibatkannya terlihat sebagai single interface dengan
amplitudo tinggi.
Reference:

Badley, M.E. 1985. Practical Seismic Interpretation. IHRDC. Amerika

Chopra, S., Castagna, J., dan Portniaguine, O. 2006. Seismic resolution and thin-bed
reflectivity inversion.CSEG RECORDER

Kruk, J. 2001. Seismic Reflection 1. Institut fr Geophysik. Jerman

Peranan Lebar Bandwidth Pada Resolusi Data Seismik

Posted on 20/01/2013
0

Penambahan komponen frekuensi yang semakin tinggi akan mempertajam


(mempersempit/squeezing) central peak wavelet yang akan memberikan tingkat resolusi yang
meningkat yang mampu memisahkan lapisan tipis, sedangkan penambahan komponen
frekuensi yang semakin rendah akan mengurangi bentukan sidelobe pada wavelet (Gambar
1). Wavelet yang ideal adalah wavelet yang memiliki bentuk sesempit mungkin seperti paku
(bandwidth sangat lebar) yang akan mampu memberikan reflektor dengan sangat jelas pada
interface batuan, namun wavelet ideal seperti ini tidak mungkin atau mustahil ditemui di
dunia nyata.

Gambar 1. Efek penambahan komponen frekuensi yang semakin tinggi dan frekuensi yang
semakin rendah terhadap wavelet seismik
Pada Gambar 1 terlihat bagaimana semakin tinggi frekuensi maka wavelet akan semakin
sempit, sedangkan semakin rendah frekuensi maka jumlah sidelobe pada wavelet akan

semakin berkurang sehingga dengan menghilangnya sidelobe ini berkontribusi besar pada
better imaging pada deep target dan variasi facies skala besar serta menghilangkan false
impression high resolution. Sedangkan Gambar 2 menunjukan perbedaan lebar bandwidth
pada data seismik.

Gambar 2. Perbandingan penampang data seismik dengan lebar bandwidth yang berbeda
Gambar 2 menunjukan bagaimana pinch-out (zona 1) dan thin bed (zona 2) pada pada data
broadseis tidak mengalami fenomena tuning thickness seperti halnya yang ditunjukan pada
data seismik konvensional. Sedangkan zona 3 pada data broadseis tidak menunjukan adanya
interfensi sidelobe seperti yang ditunjukan pada data seismik konvensional.
Perbandingan tingkat resolusi kedua data juga ditunjukan dalam bentuk time slice untuk
kedalaman dangkal yaitu pada time 216 ms TWT (sekitar 100 ms di bawah water bottom)
(Gambar 3).

Gambar 3. Perbandingan time slice pada 216 ms TWT menunjukan fitur channel
Gambar 3 menunjukan bagaimana pengaruh adanya komponen frekuensi rendah -yang
memberikan true envelope signature karena sidelobe yang minimal- dapat meningkatkan
image fitur channel dan batas-batasnya dengan lebih tegas dan jelas. Sedangkan Gambar 4
memfokuskan pada Formasi Tay yang merupakan reservoir yang sangat prospek. Top Tay
ditandai dengan reflektor berwarna hitam pada data seismik.

Gambar 4. Perbandingan penampang seismik pada top Formasi Tay. A) Broadseis, B)


Konvensioanl, C) Broadseis yang di downgrade
Top Tay terlihat lebih jelas serta konstan amplitudonya dibandingkan dengan data seismik
konvensional yang mengalami penurunan amplitudo di tengah-tengah penampang. Jika kita
mengaplikasikan band pass filter (10-40Hz 50-70Hz) pada data broadseis sesuai dengan
kandungan frekuensi pada data seismik konvensional maka hasilnya akan seperti data
konvensional yaitu meluruhnya amplitudo di tengah-tengah penampang pada top Tay
(Gambar 4C). Biasanya downgrade pada data broadband dilakukan untuk keperluan tertentu
seperti 4D matching maupun proses mistie data 2D dari vintage data seismik yang berbeda.
Perbandingan data broadband dengan data konvensional dilakukan untuk kedalaman yang
lebih dalam seperti pada Gambar 5. Sekilas, data konvensional menunjukan image yang
lebih smooth dan terkesan lebih bagus dibandingkan data broadband yang terkesan memiliki
tingkat resolusi yang lebih rendah serta dengan jumlah reflektor yang lebih sedikit. Hal ini
dapat dikarenakan adanya tambahan sidelobe yang dimiliki pada data konvensional akibat
konsekuensi tidak/kurangnya komponen frekuensi rendah.

Gambar 5. Perbandingan penampang seismik broadband dengan konvensioanl untuk


kedalaman yang lebih dalam
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya tambahan
komponen frekuensi rendah hingga 2.5 Hz dan lebar bandwidth yang mencapai 6 oktaf, maka
dapat memudahkan interpreter dalam:

interpretasi stratigrafi dengan lebih akurat, thin beds dan subtle structure
> high frequency content

menghasilkan interpretasi yang lebih jelas terutama pada kedalaman yang


dalam serta interpretasi yang lebih jelas pada variasi facies skala besar
dan subtle > low frequency content

mengekstrak true seismic signature dari formasi geologi dengan


menghilangkan wavelet sidelobe > expanding the bandwidth to include
both the low and high frequencies

Referensi:

Duval, G. 2012. How broadband can unlock the remaining hydrocarbon


potential of the North Sea. First Break Volume 30 December

Resolusi Horisontal Seismik


Posted on 05/01/2013

Disamping resolusi vertikal, seismik juga mempunyai resolusi horisontal. Jika


resolusi vertikal dapat dianggap sebagai tingkat kemampuan untuk mendeteksi
dan meresolve lapisan tipis, maka resolusi horisontal dapat dianggap sebagai
tingkat kemampuan untuk mendeteksi dan meresolve fitur-fitur dalam map
sense seperti fitur fault atau stratigrafi. Perhatikan Gambar 1 di bawah ini yang
menunjukan resolusi laretal seismik yang bervariasi pada kedalaman yang
semakin meningkat.

Gambar 1. Contoh variasi resolusi lateral data seismik dengan kedalaman dan
kecepatan yang meningkat dan frekuensi yang menurun dengan gap sebesar
200 meter

Resolusi lateral ditentukan oleh radius zona Fresnel yang tergantung pada
panjang gelombang dan kedalaman reflektor (Gambar 2). Zona Fresnel
merupakan ukuran atau area reflektor yang mengirimkan kembali energinya ke
receiver dalam setengah cycle (1/4 ), sehingga akan menghasilkan interferensi
konstruktif.

Gambar 2. Zona Fresnel

Perhatikan pada Gambar 2 bahwa zona frekuensi tinggi memiliki zona Fresnel
yang lebih sempit dibandingkan frekuensi rendah.

Pada data seismik yang belum dimigrasi, resolusi lateral tergantung pada:

bandwidth
kecepatan interval
two-way travel time ke top unit pantulan.

Sedangkan untuk data seismik yang sudah dimigrasi terutama data seismik 3D,
resolusi lateralnya tergantung pada:

trace spacing
panjang operator migrasi
time/depth reflektor
bandwidth

Referensi:

Emery, D dan Myers, K.J. 1996. Sequence Stratigraphy. Blackwell Science


Veeken, P. C. H. 2007. Seismic Stratigraphy, Basin Analysis and Reservoir
Characterisation. Elsevier.

Resolusi Seismik
Resolusi atau daya pisah yang dimaksud adalah kemampuan untuk melihat
antara dua obyek yang terpisah agar tampak benar-benar terpisah. Untuk dapat
melihat obyek tersebut diperlukan gelombang. Seperti halnya mata, mata dapat
melihat benda karena menggunakan gelombang cahaya tampak dengan panjang

gelombang sekitar (400-800) x 109m. Sebaliknya apabila melihat obyek dengan


menggunakan gelombang seismik yang panjang gelombangnya puluhan sampai
ratusan meter, maka lapisan batuan yang heterogen tampak oleh mata akan
tampak seolah-olah menjadi lapisan homogen dalam kacamata gelombang
seismik.
Dengan demikian lapisan-lapisan batuan yang tipis yang tampak oleh mata
manusia belum tentu dapat ditunjukkan/ditampilkan sebagai sistem perlapisan
yang terpisah oleh gelombang seismik. Terdapat dua hal pokok dalam resolusi
seismik, yaitu :

Seberapa jauh terpisah (jarak minimum dalam kawasan ruang atau kawasan waktu)
antara dua reflektor yang dapat ditunjukkan sebagai dua reflektor terpisah, hal ini

disebut sebagai resolusi vertikal.


Seberapa jauh terpisah antara dua obyek yang terpisah di dalam reflektor tunggal yang
dapat ditunjukkan dalam penampang seismik sebagai dua obyek yang terpisah, hal ini
disebut sebagai resolusi horizontal.

Faktor dominan yang mempengaruhi resolusi seismik, baik resolusi vertikal


maupun resolusi horizontal adalah panjang gelombang/frekuensi dominan
gelombang
menentukan

seismik
adalah

yang

digunakan.

kedalaman

Sedangkan

target,

daya

faktor

tembus

lain

yang

ikut

gelombang,

laju

pencuplikan data (dalam kawasan ruang dan waktu) dan kecanggihan perangkat
(keras dan lunak) pengolahan data.

Resolusi vertikal
Dalam seismik, resolusi vertikal adalah daya pisah pada arah kedalaman

(tebal) yang dipresentasikan oleh sumbu waktu.

Dalam hal ini ditinjau faktor-faktor yang mempengaruhi resolusi dan


hubungan antara ketebalan lapisan dengan frekuensi dominan sinyal yang
dikandung.
Gambar berikut memperagakan model dua lapisan pemantul yang tebalnya
bervariasi sesuai dengan posisinya. Panjang gelombang sinyal digunakan =
100 m. Di gambar tersebut nampak bahwa ada nilai batas di mana penampang
seismik tak mampu lagi memisahkan kedua lapisan pemantul. Nilai batas itu
adalah /4 atau 25 m dalam contoh ini untuk panjang gelombang kurang dari
/4, sinyal dari kedua lapisan pemantul tadi telah menyatu dan tidak mampu lagi
melihat sebagai dua lapisan yang terpisah. Karena tergantung pada frekuensi,
berarti resolusi vertikal bergantung pula pada frekuensi dominan sinyal yang
dipakai. Semakin tinggi frekuensi yang digunakan terbatasi oleh adanya efek
serapan medium, sehingga mengurangi daya tembus sinyal.
Walaupun resolusi vertikal data seismik dibatasi oleh frekuensi sinyal seismik
yang mampu direkam, dengan memanfaatkan high resolution processing
techniques resolusinya dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Hal ini banyak
diperlukan untuk studi sekuen stratigrafi, seismik stratigrafi maupun studi-studi
reservoar.
Model Geologi

Gambar 19a. Model Geologi berupa lapisan pasir yang ketebalannya menipis ke arah kiri

Trace seismik hasil konvolusi deret koefisien refleksi (berdasarkan model geologi)
dengan Ricker berferekuensi dominan 60 hz

Gambar 19b. Rekaman seismik bebas noise pada kondisi pantulan tegak setelah migrasi
dari model 19a

Sinyal Recker berfrekuensi dominan 60 hz

Gambar 19c. Tebal lapisan sebesar /4, sebagai batas refleksi gelombang seismik yang
masih tampak terpisah. Bila lebih tipis dari itu, sinyal terpantul yang berasal
dari bagian atas dan bawah lapisan tersebut akan menyatu menjadi satu
gelombang.

Resolusi Horizontal/lateral
Resolusi horizontal merupakan kemampuan melihat dua buah obyek yang

terpisah secara lateral. Bila resolusinya rendah maka dua benda yang terpisah
akan tampak sebagai satu benda saja (menyatu), seperti yang ditunjukkan pada
gambar 20. Dari gambar tersebut dua buah lingkaran akan tampak terpisah bila
resolusi horizontalnya terpenuhi. Nilai resolusi horizontal akan menurun pada
saat posisi pengamatan bergerak menjauhi obyek, sehingga kedua benda
tersebut akan tampak lebih menyatu lagi dengan menurunnya resolusi horizontal

Gambar 20. Dua obyek lingkaran terpisah secara horizontal menjadi tampak menyatu
bila resolusi horizontal pengamat tidak mencukupi

Perhatikan gambar gambar 21., sering dianggap bahwa energi yang


terpantul dalam seismik refleksi berasal dari satu titik pantul. Anggapan ini
tidaklah tepat. Energi yang berasal dari sumber S sebetulnya dipantulkan oleh
suatu zona atau

luasan di sekitar titik R sebelum mencapai detektor di G.

Resolusi horizontal tergantung pada besarnya radius zona Fresnel, semakin kecil
radius zona fresnel, semakin tinggi resolusi lateralnya.

(b)

Gambar 21. zona-zona fresnel dilihat dari samping (a) dan dari atas (b). Energi yang
mencapai detektor di G berasal dari suatu zona di sekitar titik pantul R. Zona
fresnel berupa lingkaran untuk pantulan tegak.

Di dalam teori optik fisis pada percobaan cincin Newton prinsip-prinsip


dasarnya berlaku juga di seismik refleksi. Jari-jari zona Fresnel orde-1 (lingkaran
pertama yang terdalam dan paling besar sumbangannya) adalah

]
Dengan z adalah kedalam reflektor, adalah panjang gelombang yang
digunakan. Jadi, apabila terdapat reflektor target sedalam 800 m, cepat rambat
gelombang 2000 m.s dan frekuensi dominan yang digunakan 40 hz, maka r 1 =
100 m dan untuk kedalaman 3200 m, r1 = 200 m.
Zona fresnel dalam rekaman seismik diperlihatkan pada gambar 22. yang
mencerminkan refleksi dari satu obyek yang ukurannya lebih besar dari r 1.
Apabila terdapat tiga obyek yang ukurannya lebih kecil dari r 1 dan letaknya
berdekatan. Maka resolusi horizontal dari rekaman seismiknya tidak dapat
memisahkannya (gambar 23a.) untuk mengatasi hal tersebut, harapannya
tinggal terletak pada keberhasilan proses migrasi data seismik yang hasilnya
diberikan oleh gambar 23b.
Fresnel zone

Gambar 22. wujud dari pengaruh zona fresnel (orde pertama) yang ukurannya lebih
besar dari pada r1 pada rekaman seismik

Gambar 23. (a). Refleksi dari tiga obyek yang ukurannya lebih kecil dari zona fresnel
membentuk rekaman yang resolusi horizontalnya tidak mampu
memisahkan ketiga obyek tersebut.
(b). Hasil dari proses migrasi data seismik meningkatkan resolusi lateral

Amplitudo gelombang seismik yang diterima oleh detektor tergantung pada


ukuran obyek relatif terhadap radius zona fresnel. Amplitudo gelombang pantul
ini akan semakin lemah bila zona yang memantulkan semakin sempit. Gambar
24. memperlihatkan fenomena pelemahan amplitudo tersebut. Semakin kecil
ukuran obyek yang memantulkan, semakin terhambur (terdifraksi) gelombang
seismik yang diterima detektor. Sehingga nampak jelas obyek yang kecil akan
bertindak sebagai penghambur (pendifraksi).

Gambar 24. Amplitudo gelombang seismik yang diterima oleh detektor tergantung pada
ukuran obyek relatif terhadap radius zona fresnel. Makin kecil ukuran obyek,
makin rendah amplitudonya karena luasan yang memantulkan energi hanya
berasal dari segmen lingkaran/bukan lingkaran penuh.

Zona fresnel untuk offset nol jelas akan berbentuk lingkaran-lingkaran yang
konsentris yang diperlihatkan oleh gambar 21. tetapi untuk offset yang tidak nol
(lihat gambar 25.), bentuk zona fresnel akan berupa ellips dengan panjang
sumbu pendeknya adalah

Dan sumnbu panjangnya

Dengan adalah sudut yang dibentuk antara sumber terhadap normal

Sumbu panjang elips a = b/cos , sumbu pendek

Gambar 25. Zona-zona fresnel untuk event pantulan yang tidak tegak berbentuk ellips
dengan sumbu panjangnya tergantung kepada panjang gelombang dan
jarak antara titik pemantul O sampai ke detektor R.

Filter Frekuensi
Tujuan dari filter frekuensi adalah untuk menghilangkan komponen frekuensi yang
menggangu pada data seismik dan meloloskan data yang diinginkan. Gelombang permukaan
(ground roll), contohnya, biasanya diamati sebagai suatu event frekuensi rendah dengan
amplitudo yang besar dan dapat dipisahkan dengan filter frekuensi.
Filter frekuensi dilakukan dalam kawasan frekuensi. Transformasi Fourier dibutuhkan
sebelum filtering dan Transformasi Fourier Balik diaplikasikan sesudahnya. Kedua
transformasi tersebut biasanya merupakan rutin filter. Dengan menentukan frekuensi cutt-off
dan slope dari taper antara full-reject dan full-pass, maka sinyal dapat dipisahkan menurut
frekuensi yang diinginkan. Taper seharusnya didisain untuk menghindari efek batas
(boundary effect). Kemiringan taper pada frekuensi rendah seharusnya lebih tajam
dibanding kemiringan pada frekuensi tinggi.

V.1.1. Desain Filter Frekuensi


Spesifikasi frekuensi-frekuensi cutt-off dan taper-taper dalam Seismic Unix
dikerjakan dengan membuat 4 frekuensi yang berurutan dari frekuensi kecil ke besar dan
menentukan persentase amplitudo yang akan diloloskan oleh frekuensi ini. Contohnya adalah
sebagai berikut
a

Filter Band-pass. Amplitudo yang berasosiasi dengan frekuensi-frekuensi a, b, c dan d


adalah 0, 1, 1, 0. filter balik dapat didisain dengan memilih amplitudo seperti 1, 0, 0,
1, ini berarti frekuensi yang dibuang/ditolak oleh filter Band-pass.

Gambar V.1. Filter Band-pass

Filter Low-pass/High-cut. Urutan amplitudo untuk frekuensi a, b, c dan d adalah 1, 1,


0, 0 dengan nilai frekuensi a dan d sembarang. Taper berada antara frekuensi b dan c.

Gambar V.2. Filter Low-pass

Filter High-pass/Low-cut. Urutan amplitudo untuk frekuensi a,b,c dan d adalah 0,0,1,1
dengan nilai frekuensi a dan d sembarang.

Gambar V.3. Filter High-pass

Filter frekuensi yang sering digunakan dalam pengolahan data seismik adalah filter Bandpass. Energi seismik secara umum terekam dalam suatu range frekuensi yang pasti. Batas
rendah dari range ini ditandai dengan ground roll. Sedangkan batas atas dari range ini hanya
noise yang dapat teramati, bergantung pada bermacam-macam faktor seperti: tipe source
yang digunakan, penetrasi kedalaman dari gelombang dan properti batuan.
Ilustrasi-ilustrasi berikut merupakan penggambaran filtering terhadap data seismik.
Gambar V.4 merupakan contoh shot gather sebelum dikenakan proses filtering. Sedangkan
nilai Gambar V.5 menampilkan shot gather setelah poses filtering. Dengan parameter band
filter sebesar 10,12,70 dan 100 Hz.

(a)

(b)

Gambar V.4. Shot gather [YILMAZ 25] sebelum dilakukan proses filtering.

(a).

(b).

(c).

Gambar V.5. (a )Shot gather setelah dilakukan proses filter bandpass 10,12,70 dan 100 Hz. (b). Spektrum
frekuensi setelah di filter, (c). sinyal yang tidak terpakai.

Anda mungkin juga menyukai