Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Geologi

Tinjauan Geofisika

Dilihat dari struktur geografis, Kecamatan Tirtomoyo terletak di daerah pegunungan. Bentuk
lahan daerah ini berupa perbukitan denudasional, lereng perbukitan denudasional, dan lereng
perbukitan karst dengan kemiringan 15% - 40%. Berdasarkan Bappeda Wonogiri (2012),
Kecamatan Tirtomoyo termasuk daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di Wonogiri. Dari
faktor-faktor tersebut, menyebabkan Kecamatan Tirtomoyo beresiko longsor tinggi.

Pada tahun 2016, Surastuti melakukan penelitian dengan menggunakan sistem informasi
geografis dengan teknik overlay untuk analisis risiko tanah longsor di Kecamatan Tirtomoyo,
Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan data penelitian Surastuti (2016), diketahui bahwa tingkat
risiko longsor di Kabupaten Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi tiga kelas, yaitu
risiko rendah, sedang, dan tinggi. Menurut penelitiannya, diketahui bahwa area lokasi penelitian
di Desa Hargorejo termasuk dalam tingkat risiko longsor yang tinggi. Diketahui juga faktor
paling dominan mempengaruhi longsor di Kecamatan Tirtomoyo yaitu jenis tanah komplek
litosol coklat kemerahan yang tersebar merata di seluruh wilayah Tirtomoyo.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Priyono et al. (2018) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
risiko longsor dan distribusi lahannya serta menganalisis faktor-faktor paling dominan yang
dapat mempengaruhi tanah longsor di Kabupaten Tirtomoyo. Analisis dilakukan dengan
menggunakan Geographic Information System (GIS) dengan teknik overlay menggunakan
software ArcGis 10.2 pada peta parameter longsor. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan
bahwa di Kabupaten Tirtomoyo terdapat 3 tingkat risiko bencana, yaitu rendah, sedang, dan
tinggi yang disajikan dalam bentuk informasi spasial tentang risiko longsor.
METODE PENELITIAN

Konsep Dasar
Metode mikroseismik merupakan metode geofisika yang terklasifikasikan menjadi
metode seismik pasif yang merekam getaran bersumber dari alam seperti aktivitas perkotaan,
gunung api, ombak, pergerakan fluida dan lain lain. Metode ini berperan besar dalam proses
eksplorasi dan pengembangan eksploitasi. Alat mikroseismik harus bisa mengidentifikasi adanya
peluruhan getaran yang terjadi pada medium bersama dengan broadband seismometer mengukur
secara real time pergerakan tanah kemudian direkam sebagai fungsi waktu.

A. Gelombang Mikroseismik
Gelombang seismik merupakan gelombang elastis yang merambat dalam bumi yang
umumnya ditimbulkan oleh pergerakan alami atau buatan. Sedangkan gelombang mikroseismik
sendiri merupakan aktivitas gelombang seismik yang berskala mikro yang umumnya ditimbulkan
oleh pengaruh luar seperti dari atmosfer atau gelombang air laut.
Terjadinya gelombang mikroseismik dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori pantai dan
teori siklon. Teori pantai adalah teori yang menjelaskan bahwa gelombang mikroseismik berasal
dari aktivitas ombak yang memecah pada pantai yang curam. Teori siklon merupakan teori yang
menerangkan bahwa gelombang ini berasal dari aktivitas siklon (pusaran angin) di atas laut
dalam. Untuk saat ini, kedua teori tersebut dianggap benar karena penyelidikan di berbagai
tempat menunjukkan timbulnya gelombang mikroseismik berhubungan dengan salah satu
aktivitas tersebut.

B. Transformasi Fourier
Analisis fourier merupakan metode untuk mendekomposisi sebuah gelombang seismik
menjadi beberapa gelombang harmonik sinusoidal dengan masing-masing frekuensi tertentu.
Sedangkan kumpulan dari gelomang harmonik sinusoidal dikenal sebagai Deret Fourier.
Transformasi Fourier digunakan untuk merepresentasikan fungsi waktu transien ke domain
frekuensi seperti pada persamaan berikut :


𝐹(𝜔) = ∫ 𝑓(𝑡)−𝑖𝜔𝑡𝑑𝑡
−∞
Dengan,

𝐹(ω = transformasi dari 𝑓(𝑡) yang masih berada dalam kawasan waktu
)
f(𝑡) = fungsi waktu
ω = frekuensi
𝑡 = waktu
Pada komputasi digital, transformasi ini dapat dihitung lebih cepat menggunakan Fast Fourier
Transform (FFT). Salah satu metode FFT yang digunakan adalah algoritma Cooley Tukey

C. Metode HVSR
Metode HVSR dilakukan dengan mengestimasi rasio spektrum Fourier komponen
vertikal terhadap komponen horizontal. Dari metode ini akan mengeluarkan output berupa kurva
yang dapat diketahui nilai parameter frekuensi dominan (f0) dan nilai amplifikasi (A0) pada
puncak kurva rata-rata yang terbentuk yang selanjutnya akan diolah dengan data Peak Ground
Acceleration (PGA) untuk mendapatkan parameter kerentanan gempa dan ground shear stress.
Pada metode HVSR, terdapat 2 komponen horizontal yaitu North-South dan East-West serta 1
komponen vertikal, adapun persamaan HVSR adalah sebagai berikut:

2 2
𝑆 +𝑆
ℎ𝑜𝑟(𝑛−𝑠) ℎ𝑜𝑟(𝑒−𝑤)
𝐻𝑉𝑆𝑅 = 𝑆(𝑣𝑒𝑟)

dengan:
HVSR = perbandingan spektrum horizontal dan vertikal
2
𝑆 = nilai spektrum komponen utara – selatan.
ℎ𝑜𝑟(𝑛−𝑠)
2
𝑆
ℎ𝑜𝑟(𝑒−𝑤) = nilai spektrum komponen timur – barat.
𝑆
(𝑣𝑒𝑟) = nilai spektrum komponen vertikal

D. Frekuensi Resonansi Dominan (f0)


Frekuensi dominan merupakan frekuensi alami dari daerah pengukuran. Semakin rendah
frekuensi alami suatu daerah maka semakin besar potensi terjadinya resonansi terhadap getaran
atau gempa bumi yang mempengaruhi amplifikasi gelombang seismik. Nilai frekuensi alami
dipengaruhi oleh ketebalan lapisan lapuk dan kecepatan rambat gelombang seismik di bawah
permukaan (Mucciarelli, 2008). Parameter ini berhubungan dengan kedalaman batuan dasar atau
ketebalan lapisan sedimen yang dirumuskan dengan persamaan berikut:
𝑉
𝑓 = 𝑠

0 4𝐻

Dengan :
𝑉𝑠 = kecepatan gelombang S yang merambat pada lapisan sedimen (m/s)
𝜆 = panjang gelombang (meter)
𝑓0 = frekuensi natural daerah penelitian (Hz)
𝐻 = ketebalan lapisan sedimen (meter)
E. Amplifikasi
Amplifikasi terjadi ketika gelombang gempa merambat ke permukaan tanah sedangkan
nilai frekuensi alaminya lebih rendah atau sama dengan frekuensi gelombang gempa. Menurut
Tohwata (2008), amplifikasi disebabkan oleh :
· Adanya lapisan lapuk yang terlalu tebal di atas lapisan keras.
· 𝑓𝑛 (frekuensi natural tanah) rendah.
· 𝑓 gempa dengan 𝑓 geologi setempat sama atau hampir sama.
· Gelombang gempa terjebak di dalam lapisan lapuk dalam waktu yang lama.
Menurut (Nakamura, 2002), nilai amplifikasi tanah memiliki korelasi dengan
perbandingan kontras impedansi lapisan permukaan dengan lapisan yang berada di bawahnya.
Jika perbandingan kontras impedansi kedua lapisan bernilai tinggi, maka amplifikasi akan
bernilai tinggi pula. Faktor amplifikasi ditentukan oleh densitas batuan yang dilalui dan
kecepatan rambat gelombang saat melalui medium tersebut. Faktor amplifikasi dirumuskan
dengan persamaan berikut:
ρ𝑉
0 0
𝐴0 = ρ𝑉
1 1

Dengan,

F. Indeks Kerentanan Seismik (Kg)


Nakamura (1998) dan Huang dan Tseng (2002) menyatakan bahwa Indeks Kerentanan
Seismik (Kg) mengidentifikasi tingkat kerentanan lapisan tanah permukaan suatu wilayah yang
mengalami deformasi akibat gempa bumi dengan persamaan sebagai berikut:
2
𝐴
𝐾𝑔 = 𝑓
0

Dengan :
𝐾 = indeks kerentanan seismik
𝑔

A = amplitudo (faktor amplifikasi) di puncak spektrum mikroseismik


F0 = adalah frekuensi resonansi

Nilai Indeks Kerentanan Seismik yang tinggi umumnya ditemukan pada tanah dengan
litologi batuan sedimen pada permukaan tanah yang cenderung lunak. Nilai yang tinggi ini
menggambarkan bahwa daerah tersebut rentan terhadap gempa dan jika terjadi gempa dapat
mengalami guncangan yang kuat. Sebaliknya, nilai Indeks Kerentanan Seismik yang kecil
umumnya ditemukan pada tanah dengan litologi batuan penyusun yang kokoh sehingga saat
terjadi gempa tidak mengalami banyak guncangan

G. Peak Ground Acceleration (PGA)


Peak Ground Acceleration (PGA) adalah percepatan getaran tanah maksimum yang
terjadi pada suatu titik pada posisi tertentu dalam suatu kawasan akibat peristiwa gempa bumi.
Nilai PGA ini dihitung dari akibat semua gempa bumi yang terjadi pada kurun waktu tertentu
dengan memperhatikan besar magnitudo dan jarak hiposenternya, serta periode dominan tanah di
mana titik tersebut berada. Semakin vital suatu bangunan maka harus di bangun dengan daya
tahan terhadap PGA yang tinggi, ini juga berarti harus memperhitungkan kejadian gempa bumi
dengan magnitudo yang besar dan terjadi dalam kurun waktu yang lama.
Nilai PGA berbanding lurus dengan tingkat dan bahaya risiko gempabumi. Semakin
besar nilai PGA, maka semakin tinggi tingkat bahaya dan risiko gempabumi yang mungkin
terjadi. Fukushima dan Tanaka (1990) mengembangkan rumus percepatan getaran tanah di
batuan dasar (baserock) yang dituliskan sebagai :

0,41𝑀
𝑙𝑜𝑔 α = 0, 41𝑀 − 𝑙𝑜𝑔(𝑅 + 0, 032 × 10 ) − 0, 0034𝑅 + 1, 30

Dengan :
α = PGA atau percepatan tanah maksimum (gal),
𝑀 = magnitudo (mw),
𝑅 = jarak hiposenter (km)

H. Ground Shear Strain (GSS)


Ground Shear Strain (GSS) suatu area adalah estimasi potensi lapisan tanah untuk
bergeser dan bergerak karena terkena dampak gempa bumi. GSS dapat digunakan dalam
menganalisa deformasi suatu lapisan permukaan tanah (Nakamura, 1997). Daerah dengan
nilai regangan geser tanah tinggi akan berisiko terhadap pergerakan tanah yang
disebabkan oleh gempa bumi seperti turunnya tanah dan likuifaksi. Nilai GSS dapat
dicari menggunakan Indeks Kerentanan Seismik (Kg) dan nilai PGA. Atau dapat dilihat
pada persamaan berikut:
γ = 𝐾 × (0, 000001) × α
𝑔
Dengan :
γ = nilai ground shear strain
𝐾 = nilai indeks kerentanan seismik
𝑔

α = nilai perhitungan PGA


Akuisisi Data
Desain Survei Awal

Gambar. Peta Desain Survei Metode Mikroseismik

Skema Pengukuran

Gambar. Skema Pengukuran Metode Mikroseismik


Hambatan dan Tantangan saat Survei
Kondisi cuaca yang tidak stabil.
Sebagian medan yang dilalui terlalu sulit dan curam.

Capaian Survei

Gambar. Peta Capaian Hasil Survei Metode Mikroseismik


Pengolahan Data

Gambar. Flowchart Pengolahan Metode Mikroseismik


Penelitian diawali dengan melakukan akuisisi data mikrotremor di wilayah pengamatan.
Pengukuran data mikrotremor dilakukan di 35 titik ukur dengan durasi perekaman selama 30-45
menit, gain 100/kanal, dan frekuensi cuplik 100 Hz. Data mikrotremor yang didapatkan di
lapangan kemudian diolah dengan menggunakan software Geopsy untuk mendapatkan nilai
frekuensi dominan (f0) dan amplifikasi (A0) yang digunakan untuk menghitung indeks
kerentanan seismic (Kg), nilai ground shear strain (GSS) yang dihitung menggunakan nilai
indeks kerentanan seismik dan nilai peak ground acceleration (PGA), serta nilai PGA yang
dihitung menggunakan data gempa Jogja 2006 dengan kekuatan 6.3 Mw, kedalaman 12.5 km,
dan jarak 70-75 km dari lokasi penelitian.
Berikut merupakan langkah atau tata cara dalam pengolahan metode Mikroseismik :
1. Melakukan export raw data yang diperoleh dalam format .wdq ke excel dengan
cara sebagai berikut; buka data mikroseismik di DataQ > klik File > Export to
Excel > Entire File > klik panah hijau > otomatis data terbuka di Excel

Gambar. Export data ke excel (1)

Namun apabila file .wdq tidak dapat ter-export ke excel secara otomatis maka
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; klik File > Save as > spreadsheet
print (.csv) > klik semua kecuali comment & event mark > OK > Buka Excel >
klik Data > From text/csv > Cari data unduhan tadi

Gambar. Export data ke excel (2)


2. Mengubah format data excel ke format .txt sesuai gambar.

Gambar. Format data .txt

3. Membuka software Geopsy kemudian klik “Import signal” - “File” dan pilih
database hasil pengukuran mikroseismik yang dimiliki.

Gambar. Input data mikroseismik ke Geopsy

4. Data pada tabel tersebut di-drag ke dalam ikon “Graphic” atau dengan klik kanan
data kemudian pilih “Graphic” sehingga akan muncul tampilan seperti berikut.

Gambar. Tampilan grafik data mikroseismik


5. Setelah langkah sebelumnya selesai maka dapat dilakukan spectral analisis H/V
dengan cara klik toolbar Tools → H/V.
6. Kemudian lakukan windowing atau pemilihan jendela untuk memilah data yang
akan dilakukan proses spectral analysis H/V (HVSR). Pemilihan jendela
(window) ini dapat dilakukan secara manual maupun otomatis.
7. Untuk pemilihan secara manual, tampilkan data dalam bentuk grafik. Setelah itu
klik tool lalu pilih H/V, maka akan muncul H/V toolbox. Pada “select” pilih add
untuk menambahkan window lalu pilih langsung pada graphic window yang
diinginkan. Begitu selanjutnya sampai semua window terpilih. Data yang akan
dianalisis adalah data mikrotremor sehingga semua event transient yang berupa
gelombang akibat noise seperti mobil, orang jalan, atau yang lainnya harus
dibuang.

Gambar. Tampilan H/V Toolbox

8. Pada H/V toolbox, tab processing berguna untuk menentukan proses pengolahan
yang dibutuhkan. Smoothing yang umum digunakan adalah mengacu pada
algoritma Konno Omachi. Tab output dapat digunakan untuk menentukan parameter-
parameter keluaran yang diinginkan
9. Setelah semua proses pemilihan window dan pengaturan parameter selesai,
selanjutnya klik tombol “start” dan akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
Gambar. Tampilan Kurva H/V

10. Arahkan kursor ke arah gambar spektrum tersebut maka akan muncul besaran
nilai f0 dan A0.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Akuisisi dan pengolahan data mikroseismik menghasilkan peta persebaran beberapa parameter
seperti frekuensi dominan (f0), faktor amplifikasi (A0), indeks kerentanan seismik (Kg), Peak
Ground Acceleration (PGA), Ground Shear Strain (GSS), ketebalan lapisan lapuk, peta
persebaran nilai VS30, serta peta kelerengan.

a. Peta Persebaran Frekuensi Natural (f0)

Gambar …..
Hasil pengolahan data frekuensi dominan yang diperoleh dari survei mikroseismik dapat
dilihat pada gambar …. Pada peta persebaran tersebut nilai frekuensi dominan yang
diperoleh memiliki rentang nilai antara 1.4 Hz sampai 16.447 Hz. Hasil nilai frekuensi
dominan dapat merepresentasikan lapisan lapuk pada area survei.

b. Peta Persebaran Faktor Amplifikasi (A0)


Gambar …..
Nilai faktor amplifikasi dari hasil pengolahan data survei mikroseismik di daerah
penelitian dapat dilihat pada gambar….. Faktor amplifikasi merepresentasikan
karakteristik lapisan pada area survei dimana semakin tinggi nilai faktor amplifikasi
maka semakin tinggi tingkat kekontrasan antara batuan dasar dengan lapisan lapuk. Nilai
faktor amplifikasi yang diperoleh berada pada rentang 1.41632 hingga 10.61.

c. Peta Persebaran Indeks Kerentanan Seismik (Kg)


Dari hasil parameter frekuensi dominan dan faktor amplifikasi, dapat dihitung indeks kerentanan
seismik pada area penelitian. Hasil pengolahan parameter indeks kerentanan seismik (Kg) dapat
dilihat pada gambar….. Nilai indeks kerentanan seismik yang diperoleh pada daerah penelitian
memiliki rentang dari 0.167764 hingga 20.70265.

d. Peta Persebaran Peak Ground Acceleration (PGA)


Nilai peak ground acceleration (PGA) dihitung dengan menggunakan persamaan dari
Fukushima dan Tanaka (1990). Pada area penelitian, persebaran nilai PGA dapat dilihat pada
gambar. Nilai PGA yang diperoleh memiliki rentang dari 47.97375 cm/s2 hingga 52.7672 cm/s2.

e. Peta Persebaran Ground Shear Strain (GSS)


Persebaran nilai ground shear strain (GSS) pada area penelitian dapat dilihat pada gambar….
Nilai GSS merepresentasikan kerentanan tanah untuk bergeser atau meregang. Semakin tinggi
nilai GSS yang diperoleh, maka semakin tinggi juga resiko tanah untuk bergeser. Nilai GSS
diperoleh dari parameter indeks kerentanan seismik dan PGA. Hasil perhitungan yang didapat,
nilai GSS berada pada rentang 8.62 ×10-6 hingga 1058×10-6.

Anda mungkin juga menyukai