Anda di halaman 1dari 21

Microseismics Method

Basic Theory 1
Microseismics Study Club Field Camp 2017

• Annisa Trisnia Sasmi


• Hibatul Haqqi Laksana
• I Wayan Rizki E
• Menif Kurniado
• M Adis Suryo W
• M Aditya Girash P
• Santika Satya Widita
• Sarah Citra Setyaloka
• Yopi Anas Saputro A
Outline
• Mikrotremor dan Mikroseismik
• Gelombang Seismik
• Metode HVSR
• Frekuensi Natural dan Amplifikasi Natural
• Ketebalan Lapisan Lapuk
• Kerentanan Gempa
• Peak Ground Acceleration (PGA)
• Vs30
• Forward Modelling HVSR / Passive MASW
Mikrotremor dan Mikroseismik
• Mikrotremor merupakan getaran tanah yang
sangat kecil dan terus-menerus yang
bersumber dari berbagai macam getaran,
seperti angin, lalu lintas, aktivitas manusia dan
lain-lain (Kanai, 1983).
Mikrotremor dan Mikroseismik
• Mikrotremor juga dapat diartikan sebagai
getaran harmonik alami tanah yang terjadi
secara terus-menerus, terjebak dilapisan
sedimen permukaan, terpantulkan oleh
adanya bidang batas lapisan dengan frekuensi
yang tetap, disebabkan oleh getaran mikro di
bawah permukaan tanah.
Mikrotremor dan Mikroseismik
• Frekuensi lebih tinggi dari frekuensi
gempabumi -> 0,5 – 20 Hz
• Amplitude berkisar 0,1-2,0 mikron.
• Kaitannya dengan mikroseismik, mikrotremor
merupakan getaran tanah yang menjalar
dalam bentuk gelombang yang disebut
gelombang mikroseismik.
Gelombang Seismik
Metode HVSR
• Nogoshi dan Iragashi (1971) :
 Hubungan antara perbandingan komponen
horizontal dan vertikal terhadap kurva
eliptisitas pada gelombang Rayleigh.
 Untuk mencari kesamaan antara frekuensi
maksimum terendah dari H/V terhadap
frekuensi dasar resonansi dan identifikasi
struktur bawah tanah.
Metode HVSR
• Nakamura (1989) :
 Rasio spektral antara komponen horisontal dan vertikal
dari rekaman microtremor berhubungan dengan
frekuensi resonansi dasar di lokasi penelitian.
 Untuk mengestimasi frekuensi natural dan amplifikasi
geologi setempat dari data mikrotremor.

• Nakamura (1997) :
 Pada perkembangan selanjutnya metode ini mampu
untuk mengestimasikan indeks kerentanan tanah.
Frekuensi Natural dan Amplifikasi Natural
• Frekuensi natural = frekuensi dasar suatu gelombang saat
mengalami resonansi

• Nilai f0 dari pengolahan HVSR menyatakan frekuensi alami


daerah tersebut.

f
f0 = frekuensi dominan tanah

H = ketebalan lapisan lapuk

Vs = kecepatan gelombang S di lapisan sedimen


Frekuensi Natural dan Amplifikasi Natural

• Amplifikasi terjadi ketika suatu benda yang memiliki


frekuensi diri diusik gelombang lain dengan frekuensi yang
sama.
• Menurut Tohwata (2008), ada 4 penyebab amplifikasi :
1. Adanya lapisan lapuk yang terlalu tebal di atas lapisan
keras
2. Frekuensi natural tanah rendah
3. Frekuensi natural gempa dengan geologi setempat sama
atau hampir sama
4. Gelombang gempa terjebak dalam lapisan lapuk dalam
waktu yang lama
Ketebalan Lapisan Lapuk
• Ketebalan Lapisan Lapuk = Ketebalan Sedimen
• Lapisan Sedimen -> Osilator -> Medium
tempat gelombang bergetar
• Terjadi resonansi apabila bertemu dengan
gelombang dengan frekuensi yang sama.
Ketebalan Lapisan Lapuk
Kerentanan Gempa

• Indeks kerentanan gempa (Kg)

Mengidentifikasikan tingkat kerentanan suatu


lapisan tanah yang mengalami deformasi akibat
gempa bumi.
Peak Ground Acceleration (PGA)
• PGA merupakan pengukuran suatu parameter
yang merepresentasikan percepatan getaran
gempa di tanah.
• Penghitungan PGA menggunakan rumus
empiris dari Kanai (1996 dalam Doughlas
2004)
Peak Ground Acceleration (PGA)
a1
 10 a2 M  P log1 0 R  Q

Tg
Vs30
• Kecepatan gelombang geser (gelombang S) di
suatu lokasi merupakan hal yang penting
karena dapat memberikan indikasi apakah
getaran akibat goncangan gempabumi
kemungkinan lebih tinggi.
• Batuan dasar -> Vs tinggi -> Amplifikasi kecil
• Cekungan sedimen -> Vs rendah -> Amplifikasi
besar
Vs30
• Rata-rata kecepatan gelombang S antara
kedalaman 0 - 30 m.
• Dalam menentukan nilai Vs30 terdapat
beberapa cara, yaitu berdasarkan MASW,
konversi HVSR dan analisis kemiringan
topografik (Wald & Allen, 2007).
Forward Modelling HVSR / Passive MASW

• Akuisisi metode MASW -> Nilai Vs lokasi


pengukuran.
• Nilai Vs sebagai input pembuatan HVSR
sintetik.
• HVSR sintetik dibandingkan dengan HVSR
pengukuran.
• Output Metode Mikroseismik -> Peta Vs
• Vs kecil -> Keterdapatan fluida / oil
Referensi
• Cécile Cornou, S. Bonnefoy-Claudetand. 2012. Single station
measurement: H/V technique using Ambient Vibration Array
Techniques for Site Characterisation. Bandung, Indonesia.
• Solikhin, Akhmad. 2015. Mikrozonasi Gempabumi
Kabupaten Bangka Tengah. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi. Bandung, Indonesia.
Sekian
dan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai