Anda di halaman 1dari 39

Mikroseismik

Oleh : Alhada Farduwin


Tujuan Pembelajaran

 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan penerapan metoda seismologi


teknik untuk memecahkan masalah geoteknik dan lingkungan
 Mahasiswa mampu memahami jenis metode seismologi Teknik dan contoh
aplikasinya di lingkungan sekitar
Pendahuluan

 Mikroseismik biasa disebut dengan ambient seismik noise.


 Ambient seismic noise merupakan vibrasi seismik yang tidak berkorelasi
dengan adanya suatu kejadian gempa bumi.
 Sumber ➔ dinamika angin, gelombang laut, rekahan batuan dan aktivitas
manusia yang menjalar secara konstan di dalam bumi.
 Didominasi ➔ gravitasi gelombang laut (ocean swell, wind waves, dan ocean
infragravity wave) dengan periode yang relatif panjang.
Skema terjadinya fenomena ambient noise (Nishida, 2017)
Aplikasi Survey Mikrotremor

Survey mikrotremor banyak diaplikasikan untuk :


 Studi mikrozonasi (Fo, To, Ao)
 Penentuan ketebalan sedimen
 Seismik hazard
 Penentuan struktur
 Studi geoteknik (Vs30, kedalaman basement)
 Mitigasi bencana
Pemanfaatan Mikrozonasi

 Pembentukan peraturan / standar perencanaan bangunan tahan gempa.


 Sebagai pedoman penyusunan rencana tata ruang dan wilayah.
 Sebagai pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana.
Survey Mikrotremor

 Survey mikrotremor pertama kali diperkenalkan Aki dan Kanai (1957) untuk
mengetahui karakteristik dari batuan sedimen.
 Metode pengukuran dengan mikrotremor diantranya :
- Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR)
- Ambient Noise Tomography (ANT)
- Microtremor Array Measurement (MAM)
- Refraction Microtremor (ReMi)
Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR)

 Sejak tahun 1990an, metode HVSR menjadi metode yang populer digunakan untuk
investigasi struktur dangkal bawah permukaan.
 Diperkenalkan oleh Nogoshi and Igarashi (1971, 1970) dan secara masif dikembangkan oleh
(Nakamura, 2000, 1989).
 Memanfaatkan sinyal mikrotremor yang terekam seismograf (NS, EW dan V).
 Selanjutnya menghitung rasio antara komponen horisontal (NS dan EW) dengan komponen
vertikal dalam domain frekuensi.
 Dari nilai rasio tersebut, akan diperoleh nilai frekuensi dominan (Fo) dan nilai amplitudo
puncak (amplifikasi).
 Nilai-nilai tersebutlah yang kemudian digunakan untuk analisis kondisi geologi bawah
permukaan.
Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR)

Guéguen et al. (2007) menyatakan bahwa metode HVSR secara umum


digunakan untuk tiga tujuan ilmiah, yaitu :
 evaluasi Fo yang berkorelasi dengan bahaya akibat gempabumi.
 evaluasi variasi resonansi mencakup area yang luas untuk tujuan mikrozonasi
dan mitigasi bencana (seismic-risk mitigation)
 evaluasi lapisan sedimen meliputi ketebalan dan kedalaman lapisan badrock.
Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR)

 Mikrotremor dapat mengetahui karakteristik lapisan tanah berdasarkan


parameter frekuensi natural (Fo) dan amplifikasi (Ao).
 Fo ➔ menghindari adanya fenomena resonansi yang dapat memperbesar
amplifikasi getaran jika terjadi gempa bumi.
 Ao ➔ memberikan gambaran perubahan percepatan gerakan tanah dari
batuan dasar ke permukaan ➔ perbesaran percepatan tanah disebabkan
perbedaan kecepatan Vs antara batuan dasar dan lapisan sedimen.
 Nilai Vs dari batuan dasar ke permukaan semakin mengecil ➔ menyebabkan
nilai modulus geser dan faktor redaman mengecil ➔ sehingga percepatan
tanah akan semakin membesar.
Rambu-rambu – SESAME 2004
Rambu-rambu – SESAME 2004
Rambu-rambu – SESAME 2004
Syarat Keyakinan
Tahapan Prosessing

 Windowing ➔ membagi data menjadi beberapa window; Parameter STA


berkisar 0,5 – 2 s sedangkan LTA berkisar >10 s.
 Fourier Transform ➔ masing-masing window untuk semua komponen akan
dilakukan fourier transform ➔ selanjutnya dilakukan smoothing.
 Perhitungan H/V ratio ➔ membagi komponen horizontal dengan vertikal.

2 +𝐻 2
𝐻𝑁
𝐻𝑁 +𝐻𝐸
𝐻= ;𝐻= 𝐻𝑁2 . 𝐻𝐸2 ;𝐻= 𝐻𝑁2 + 𝐻𝐸2 ; 𝐻 𝐸
2 2

 Penentuan nilai Fo dan Ao


Indeks Kerentanan Seismik (Kg)

 Indeks kerentanan seismik merupakan parameter yang berhubungan dengan


tingkat kerawanan terhadap resiko gempa.
 Tingkat resiko gempa dengan kerusakan akibat gempa menunjukkan
hubungan yang linier.
𝐴2
𝐾𝑔 =
𝑓0
 Intensitas kerusakan tinggi terjadi pada zona dengan frekuensi rendah
dengan nilai faktor amplifikasi yang tinggi.
Manfaat Indeks Kerentanan Seismik

 Memprediksi zona lemah saat terjadi gempabumi (Saita et al., 2004; Gurler et
al., 2002).
 Memprediksi zona rawan lukuifaksi dan rekahan tanah akibat gempabumi
(Daryono, 2011).
 Dengan percepatan basement berguna untuk menghitung nilai regang-geser
lapisan tanah permukaan (nakamura, 2000)
Fo Ao
Vs30
Anomali Vs di kedalaman 0 dan 20 m dibawah msl
Ambient seismik
tomografi
Interferometri ambient seismic noise
Dasar teori : “Green’s function antara dua stasiun seismik yang dapat diestimasi dengan
melakukan korelasi silang dari ambient noise yang terekam oleh dua stasiun”
T
1
𝐶𝐴𝐵 (𝜏) = න 𝑣 𝑥𝑎 , 𝑡 + 𝜏 𝑣 𝑥𝑏 , 𝑡 𝑑𝑡
𝑇
0

(Snieder dan Wapenaar, 2010)


Interferometri ambient seismic noise
Bensen (2007)

“Hasil korelasi silang tersebut menghasilkan empirical Green’s funtion (EGF) gelombang
permukaan yang merupakan sebuah bentuk gelombang seismik yang mengandung
informasi penjalaran gelombang dalam suatu medium antara dua stasiun”
Tahapan Pengolahan ANT
Pengukuran Kecepatan
Single Data Preparation Grup dan Fase Inversi

“untuk mengurangi “untuk mendapatkan nilai “untuk mendapatkan


pengaruh event gempa kecepatan grup dan fase dengan nilai parameter geologi
bumi pada seismogram” menggunakan Frequency Time (VS, H,Vp, rho)”
Analysis (FTAN)”

01 05
03
02 04

Cross-Corelation &
Stacking Tomografi

“mendapatkan empirical “untuk mendapatkan citra


green’s function” model bawah permukaan”
Jumlah pasangan :
𝑵 = 𝒏(𝒏 − 𝟏)/𝟐
Contoh Penerapan ANT
Penentuan Struktur Kerak Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara
Data penelitian

- data waveform
- 30 stasiun BMKG
- Periode Januari-Desember 2016
Seismik interferometri

5-30s 5-10s 10-15s

15-20s 20-25s 25-30s


Seismik interferometri

5-30s 5-10s 10-15s

15-20s 20-25s 25-30s


Seismik interferometri

5-30s 5-10s 10-15s

Energi sumber seismik


noise berasal dari arah
azimut 500-1100 dan 2300-
2900

15-20s 20-25s 25-30s


Berasosiasi dengan Laut
Banda dan Samudra
Hindia.
Frequency Time Analysis

Fase
V-fase = 2 – 5 km/s
Rata-rata = 3.45 – 4.01 km/s

Grup
V-grup = 2 – 4 km/s
Rata-rata = 2.87-3.14 km/s

JAGI-MMRI
Kecepatan Grup
Invesi Kurva Dispersi – PSO

“PSO merupakan teknik komputasi yang mengadaptasi perilaku sosial dari kawanan
burung dalam mencari makanan yang didasarkan pada kombinasi dari 3 faktor, yaitu
Kohesi, Separasi dan Penyesuaian”

Setiap partikel memiliki posisi dan kecepatan

𝑣𝑖 𝑘 + 1 = 𝜔𝑣𝑖 𝑘 + 𝜙1 𝑔 𝑘 − 𝑥𝑖 𝑘 + 𝜙2 𝑙𝑖 𝑘 − 𝑥𝑖 𝑘

Inersia Kecerdasan individu Kecerdasan sosial

𝑥𝑖 𝑘 + 1 = 𝑥𝑖 𝑘 + 𝑣𝑖 (𝑘 + 1)

𝜙1 = 𝑟1 𝑎𝑔 , 𝜙2 = 𝑟2 𝑎𝑙 , 𝑟1 , 𝑟2 ⟶ 𝑈 0,1 𝜔, 𝑎𝑙 , 𝑎𝑔 ∈ ℝ
Hasil Inversi

Grid point 34 Grid point 62

Lokasi : Lokasi :
laut sebelah utara Bima laut sebelah utara P. Rote
dan sebelah barat Pulau dan sebelah barat P. Timor
Hasil Inversi

Ketebalan kerak rata-rata Syuhada (2016)


di Kepulauan Nusa Tenggara
berkisar antara ~27 - >30 km.
Tomografi Kecepatan Vs

Vs relatif (%)
Penampang Crossestion Kecepatan Vs

dVs (%)
dVs (%)
Penampang Crossestion Kecepatan Vs

dVs (%)

Anda mungkin juga menyukai