1, (2013) 1-6 1
AbstrakKabupaten Malang merupakan salah satu daerah [2],[3],[4]. Oleh sebab itu, penting untuk memperkirakan
dengan tingkat resiko bencana tegolong tinggi. Dengan nilai Peak bahaya seismik yang mungkin terjadi oleh aktivitas
Ground Accelearation (PGA) 0.2-0.25. maka Malang masuk pergerakan patahan. Salah satu cara untuk memperkirakan
dalam kategori daerah rawan efek gempa. Salah satu bencana
bahaya seismik yang mungkin terjadi adalah mikrozonasi
yang diprediksi diakibatkan oleh aktivitas gempa lokal adalah
adanya longsor di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang. Hal ini daerah setempat.
diperkuat dengan data geologi bahwa di desa Jombok melintang Mikrozonasi mampu memberikan analisiss bahaya seismik
dua patahan yang aktif. Dengan kondisi ini, maka sekiranya dasar dari daerah setempat serta memberikan batas-batas
perlu dilakukan tindakan mikrozonasi. Dalam penelitian ini, wilayah yang rawan terhadap efek lokal [5]. Parameter yang
parameter yang akan dipertakan guna keperluan mirkozonasi dapat digunakan untuk keperluan mikrozonasi adalah
adalah persebaran Vs bawa permukaa. Hasil persebaran Vs ini
kecepatan gelombang geser (Vs) [6].
kemudian dianalisis dengan nilai persebaran amplifikasi tanah
dan frekuensi natural. Teknik yang dilakukan untuk mengetahui Analisis Vs bukan merupakan hal yang baru, akan tetapi
prediksi persebaran Vs adalah dengan menggunakan inversi hingga saat ini metode yang dilakukan untuk mengkaraktersasi
spektrum H/V dari data Mikrotremor. Inversi yang digunakan Vs adalah dengan pengambilan sampel langsung (bor) dan uji
adalah hasil pengembangan ModelHVSR Herak, pada tahun laboratorium. Namun, metode ini akan memakan waktu yang
2008. Input pengolahan data ini adalah nilai HVSR perekaman cukup lama dan cost yang sangat tinggi. Nakamura et al
mikrotremor dan nilai Vs,Vp,,h,Qp dan Qs dari data soil boring. (2000), menawarkan metode analisis bawah permukaan
Menggunakan prinsip propagasi Monte Carlo paremeter
parameter ini kemudian diinversi. Hasil dari inversi ini
menggunakan Mikrotrermor [7]. Pada tahun 2008, Herak
didapatkna bahwa persebarna nilai Vs cenderung rendah di mengenalkan teknik prediksi dan analisis Vs dari inversi
kedalamn 0-15 meter di daearh barat. Selain itu, hasil analisiss model HVSR [6] yang kemudian disempurnkana oleh
amplifikai dan frkeunsi natural menunjukkan bahwa daerah Sungkono [8].
barat desa Jombok memiliki kerentanan cukup tinggi. Nilai Vs Secara geologi, Malang merupakan daerah yang berada
yang didapatkan kemudian dimodelkan dalam bentuk 3D bawah diatas litologi yang kompleks. Secara garis besar dapat dibagi
permukaan.
menjadi empat bagian, yakni (1). Batuang Gunung Api
Kata Kunci HVSR, Mikrotremor, Jombok, Vs. Kuarter Atas yang berada di Malang Selatan (2). Tuf Rabano
(3). Batuan Gunung Api Kuarter Tengah dan (4) Aluvium
yang berada di sepanjang Batu hingga Malang Selatan [9].
I. PENDAHULUAN Aluvium merupakan fitur geologi yang memiliki sifat rentan
Sifat fisik dan mekanik tanah juga memiliki pengaruh tentang apa terdiri dari apa jenis gerakan gelombang
dalam karakterisasi bawah permukaan. Hal ini nantinya akan mikrotremor [7].
dikorelasikan lagi dengan kondisi geologi, sehingga Gambar 2a. menunjukkan model perlapisan tanah di
mendapatkan kesimpulan yang lebih valid. Beberapa sifat fisis mana teori spetkrum H/V akan ditentukan. Model perlapisan
danb mekanis yang akan dibahas dalam penelitian ini antara tanah diasumsikan sebagai bidang semi-infinite medium
lain adalah Vs, Vp dan Selain itu juga akan dibahas elastik yang tersusun atas N Parallel, solid, homogen, lapisan
beberapa parameter hasil turunan dari perekaman mikrotremor isotropis. Arai [11] dan Sungkono [8] menjelaskan bahwa
yang digunakan untuk zonasi. setiap lapisan dikarakterisasi oleh ketebalan lapisan H,
Daryono (2009) menyebutkan bahwa suatu daerah yang
densitas , kecepatan gelombang kompresi (Vp), kecepatan
memiliki karakteristik frekuensi natural rendah sangat rentan
terhadap bahaya getaran gelombang gempa bumi periode gelombang geser Vs, faktor redaman gelombang P (Qp) dan
panjang. Hal ini dapat mengancam kerusakan bangunan yang faktor redaman gelombang S (Qs). Hal ini juga diasumsikan
ada di atasnya [10]. Sedangkan amplifikasi tanah adalah bahwa Fourier-time mentransformasi titik titik vertikal dan
kontras parameter perambatan gelombang (densitas dan horizontal yang memiliki frekuensi sudut , Ly(), dan LH
kecepatan) antara batuan dasar (bedrock) dan sedimen di () tersebar di permukaan secara acak (Arai, 2004) pada jarak
atasnya. Nilai amplifikasi perambatan gelombang akan diatas 1 panjang gelombang dari titik observasi yaitu titik asal
semakin bertambah apabila perbedaan antara parameter (Gambar. 2b).
tersebut semakin besar. Efek lokal, amplifikasi dan frekuensi
natural merupakan faktor yang penting dalam mitigasi
bencana suatu tempat [11]. Amplifikasi berbanding terbalik
dengan akar kuadrat kecepatan gelombang geser (Vs) dan
densitas tanah (r) (Pers. 1)
(1)
juga didukung oleh penelitian Warnana et al (2011) yang daerah penelitian memiliki kondisi bedrock dominan dangkal.
menyatakan bahwa amplifikasi lebih dominan dipengaruhi Bedrock dalam ditemukan di titik 32 dan 42. Selain itu, hasil
oleh faktor geologi analisiss lainnya juga dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi
Namun, dalam penelitian ini hasil dari analisiss amplifikasi litologi daerah penelitian didominasi lempung (clay). Adapun
ini tidak dijadikan acuan primer sebagai dasar karakterisasi daerah dengan rentan nilai diantara tinggi dan rendah diduga
tanah. Menurut Nguyen dkk (2009) pengguanaan faktor berupa alluvium lempung berlanau. Hal ini match dengan hasil
amplifikasi dalam mengkarakterisasi tanah masih menjadi soil boring yang menyajikan data litologi berupa lempung
perdebatan diantara para ahli. Dalam menarik kesimpulan (clay)-lempung berlanau (silty clay) dan pasir berlanau (silty
lebih,masih diperlukan tambahan parameter yang lain untuk sand).
bisa menghubungkan antara nilai frekuensi natural dan Karakteristik tanah telah didekati menggunakan analisis
amplifikasi tanah dalam mengkaraktersasi tanah. hasil dari kurva HVSR. Selanjutnya, akan dilakukan inversi
Selanjutnya, untuk lebih menguatkan analisissi karakteristik kurva HVSR menggunkan program ModelHVSR yang
tanah dilakukan perhitungan Indeks Kerentanan Tanah dikembangkan Herak (2008). Inversi ModelHVSR ini
(Furneability Index). Nakamura (2000) memberikan menggunakan propagasi Monte Carlo dalam usaha untuk
persamaan indeks kerentanan tanah (Kg) seperti pada mengestimasi persebaran nilai kecepatan gelombang geser di
persamaan (6). masing masing titik pada setiap kedalaman. Nantinya, hasil
dari inversi ModelHVSR ini kemudian dipetakan ke dalam
(6) bentuk penampang persebaran Vs secara 3D.
Dalam melakukan inversi HVSR, selain dibutuhkan nilai
dari spektrum H/V juga dibutuhkan beberapa parameter fisis
Dengan Kg adalah indeks kerentanan tanah, Am adalah lain. Sungkono (2011) menjelaskan bahwa dibutuhkan input
amplifikasi tanah dan f0 adalah frekuensi natural. Hasil dari nilai Vp,Vs,h,,Qp dan Qs. Nilai h dan didapat dari data Soil
perhitungan ini kemudian disebar menjadi peta kontur seperti Boring. Menggunakan persamaan Gardner (1974) dengan
Gambar 5. input nilai didapatkan nilai Vp dan Vs. Qs dan Qp adalah
faktor redaman dari Vs dan Vp yang masing masing bernilai
1/10 Vs dan 2Qs. Parameter parameter ini digunakan sebagia
inisialiasasi awal sebelum dilakukan inversi kurva H/V.
Penampang (GUI) proses inversi ModelHVSR seperti pada
Gambar. 6.
hal, sebagaimana yang disebutkan Dal Moro (2010) yakni cenderung memiliki nilai frekuensi natural rendah, amplifikasi
pengaruh gelombang permukaan pada frekuensi di atas tinggi dan indeks kerentanan tanah tinggi. Hasil penampang
frekuensi dasar. Selain itu juga bisa disebabkan karena Vs menunjukkan pula bahwa kondisi geologi yang berupa
pengaruh angina dalam pengukuran HVSR (Muccoarelli et al, Caly memiliki nilai Vs rendah dengan ketebalan lebih dari 10
2004). meter. Secara geologi clay juga memiliki sifat dinamik rentan
Untuk kolom dialog kanan, merupakan kolom yang terhadap fenomena pembasahan dan pengeringan, yakni
menampilkan hubungan kecepatan gelombang P dan S mudah menggembang oleh pembasahan, dan mengempis oleh
terhadap kedalaman. Kecepatan gelombang P untuk masing pengeringan. Kondisi ini pula yang mungkin menyebabkan
masing lapisan dan kedalaman digambarkan oleh garis warna daearah Jombok rawan teerhadap bencana longsoran tanah.
hitam. Sedangkan untuk kecepatan gelombang S
direpresentasikan dengan garis merah. Sedangkan untuk
kolom paling bawah adalah grafik yang menunjukkan IV. KESIMPULAN
hubungna propasi dan fungsi error. Grafik porpagasi ini Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Tugas Akhir
berbasis pada propagasi Monte Carlo. Metode Monte Carlo yang berjudul Profilling Persebaran Kecepatan Gelombang
adalah teknik yang melibatkan menggunakan angka acak dan Geser (Vs) Bawah Permukaan Menggunakan Inversi
kemungkinan untuk memecahkan masalah. Monte Carlo Mikrotremor Spektrum H/V" adalah:
Istilah Metode ini diciptakan oleh S. Ulam dan Nicholas a. Rentan Frekuensi Natural di daerah penelitian berkisar
Metropolis mengacu pada permainan kesempatan, atraksi yang antara 0.5-7. Rentan Amplifikasi tanah berada di rentan 2-10.
populer di Monte Carlo, Monako. [13][14]. Sedangkan rentan nilai Indeks Kerentanan Tanah (Kg) berada
Hasil dari inversi ini, kemudian dilakukan pemodelan di range 0-65.
secara 3D menggunakan Rockwork. Peta 3D didapat b. Berdasarkan hasil analisis Frekuensi Natural dan
menggunakan interpolasi iso-surface. Peta 3D terlihat seperti Amplifikasi, sisi utara dan barat lokasi penelitian memiliki
Gambar. 7. kecenderungan tanah yang rentan terhadap bahaya seismisitas.
(a) (b)
Gambar 7(a) Penampang Model 3D Persebaran Vs (b) Sayatan persebaran Vs
Garis hitam pada gambar 7.a menunjukkan daerah c. Inversi ModelHVSR mampu dengan baik
landslide. Sedangkan dari hasil gambar 7b dilihat dari gradasi menggambarkan Vs bawah permukaan dari data mikrotremor
warna terlihat bahwa nilai Vs rendah dengan rentan 400-500 dan soil boring.
m/s menyebar meratan. Namun, terlihat bahwa di daerah d. Hasil penggambaran penampang 3D Vs bawah
sekitar landslide persebaran Vs rendah lebih tebal dari pada permukaan, terlihat bahwa nilai Vs rendah di sisi barat (bagian
daearh lain. Tebal rata rata Vs rendah untuk daerah landslide landslide) berada di permukaan hingga kedalaman 15 meter.
mencapai 7-12 meter. Sedangkan di sisi timur Vs rendah cenderung tipis, antara 0-5
Apabila dikembalikan pada data hasil soil boring meter dari permukaan.
maka terlihat bahwa lapisan lempung berlanau maupun lanau
berlempung cenderung memiliki Vs lebih rendah dari lempung
UCAPAN TERIMA KASIH
berpasir. Hal ini mengidentifikasikan bahwa lapisan bawah
permukaan Jombok didomiasi oleh lapisan sedimen alluvium Penulis mengucapkan terima kasih kepada laboratorium
beruipa lempung-lanau dan pasir yang merupakan endapan Geofisika Jurusan Fisika FMIPA ITS yang telah menyediakan
sungai. fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Berdasarkan hasil penggambaran Vs dari hasil inversi Penulis juga meyampaikan terimakasih kepada JICA yang
ModelHVSR kemudian dikorelasikan lagi dengan hasil memberikan dukungan finansial untuk pelaksanaan penelitian
analisiss frekuensi natural tanah, amplifikasi dan Kg dan ini.
hasilnya adalah menemukan kecocokan. Secara fisiografis,
daerah dengan garis hitam yang merupakan area landslide
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6
PUSTAKA
[1] Asrurifak, M., 2009. Peta Spektra Hazard Indonesia Dengan
Menggunakan Model Gridded Seismicity Untuk Sumber Gempa
Background. Penerbit ITB
[2] Atmoko, P, W., 2010. Penyelidikan Zona Longsor dengan Metode
Resistivity Di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Malang. Jurnal Natural UB
[3] Ardianto, R, N., Arief R., Suroso., 2011. Penyelidikan Longsor di Dusn
Songkorejo Desa Jombok Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.
Malang. Jurnal UB
[4] Mustomo, I., 2013., Studi Perubahan Karakteristik Fisik, Mekanik Dan
Dinamik Tanah Terhadap Siklus Pembasahan Dan Pengeringan Pada
Tanah Permukaan Lereng Di Ngantang Malang. ITS Surabaya. Jurnal
Teknik POMITS Vol 1, No.1 (2013) 1-7.
[5] Beroya MAA,Aydin A., 2009. A new aproach to liquefaction hazard
zonation:Application to Laoag City Northen Phillipina;Soil Dynamics
and Earthquake Engineering;30,1338-1351.
[6] Herak, M. (2008)., ModelHVSR: a Matlab tool to model horizontal-to-
vertical spectral ratio of ambient noise, Computers and Geosciences,
vol.34, hal. 15141526.
[7] Nakamura, Y., Sato, T., and Nishinaga, M., 2000. Local Site Effect Of
Kobe Based On Microtremor Measurement. Proceedings of the Sixth
International Conference on Seismic Zonation (6ISCZ) EERI,
November 12-15, 2000/ Palm Springs. California.
[8] Sungkono., 2011. Inversi Terpisah Dan Simultan Dispersi Gelombang
Rayleigh Dan Horizontal to Vertical Ratio Menggunakan Algoritma
Genetik. Thesis ITS. Surabaya. Thesis ITS
[9] Budiono, K., Handoko., H., dan Godwin. 2010. Penafsira Struktur
Geologi Bawah Permukaan di Kawasan Semburan Lumpur Sidoarjo,
Berdasarkan Penampang Ground Penetratring Radar. Junal Geologi
Indonesia, Vol. 5 No,3 September 2010: 187-195
[10] Daryono dkk., 2009, Efek Tapak Lokal (Local Site effect) di Graben
Bantul Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor. International Conference
Earth Science And Technology. Yogyakarta 6-7 August 2009.
[11] Nakamura Y, 1989, A method for dynamic characteristics estimation of
subsurface using microtremor on the ground surface, Quarterly Report
of the Railway Technology Research Institute, Japan ;30(1):2533.
[12] Gardner, G.H.F., Gardner, L.W., and Gregory, A.R., 1974, Formation
velocity and density the diagnostic basics for stratigraphic traps:
Geophysics, 39, 770-780.
[13] Hoffman, P., 1998, The Man Who Loved Only Numbers: The Story of
Paul Erdos and the Search for Mathematical Truth. New York:
Hyperion, pp. 238-239.
[14] Metropolis, N. and Ulam, S., 1949, "The Monte Carlo Method." J.
Amer. Stat. Assoc. 44, 335-341.