Kelas : RA
NIM : 120370040
METODE MAGNETIK
Metode magnetik adalah salah satu metode geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi yang termagnetisasi di
bawah permukaan bumi. Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu
batuan yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Metode ini sering juga digunakan dalam
eksplorasi minyak bumi, panas bumi, batuan mineral, serta diterapkan pada pencarian prospeksi
benda benda arkeologi (Siahaan, 2009).
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb (Telford dalam Siahaan, 2009) antara dua kutub
magnetik 𝑚1 dan 𝑚2 yang berjarak r (cm) dalam bentuk persamaan :
Dimana 𝐹⃗ adalah gaya antara dua magnet dengan kuat medan magnet 𝑚1 dan 𝑚2. µ0 adalah
permeabilitas medium yang melingkupi kedua magnet.
Kuat medan magnetik pada suatu titik dengan jarak r dari muatannya dapat dinyatakan sebagai :
Apabila benda tersebut diletakan dalam suatu medan luar, maka benda tersebut akan
termagnetisasi karena induksi. Maka intensitas kemagnetan dapat didefenisikan sebagai tingkat
kemampuan menyearahkan momen momen magnetik dalam medan magnetik luar dapat juga
didefinisikan sebagai momen magnetik persatuan volume, yaitu :
“𝑘 = 𝐼⃗ 𝐻⃗⃗ (4)”
Semua material bumi, baik berupa unsur ataupun senyawa dan sebagainya, ditinjau dari
sifat-sifat kemagnetannya pada umumnya terbagi dalam kelompok kelompok (Rosanti, 2012) :
1. Diamagnetik.
Mempunyai kerentanan magnetik (k) dengan nilai yang sangat kecil. Contoh materialnya:
grafit, gypsum, marmer, kwartz, garam.
2. Paramagnetik.
Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan nilai yang kecil. Contoh
materialnya: Kapur.
3. Ferromagnetik.
Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan nilai yang besar. Sifat kemagnetan
subtansi ini dipengaruhi oleh temperature.
4. Antiferromagnetik
Benda magnetik yang mempunyai nilai (k) sangat kecil, yaitu mendekati nilai k pada benda
paramagnetik. Contoh materialnya: Fe2O3
5. Ferrimagnetik
Benda magnetik yang mempunyai nilai k tinggi tetapi jauh lebih rendah dari bahan
ferromagnetic.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan
induksi, bila arah medan magnetik remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar. Dengan demikian anomali magnetik yang diamati dengan persamaan :
ΔT = Tobs – TIGRF ± TVH (5)
dimana :
∆𝑇 = Anomali Magnetik
𝑇𝑜𝑏𝑠 = Medan magnet total yang terukur
𝑇𝐼⃗𝐺𝑅𝐹⃗= Medan magnet teoritis berdasarkan
IGRF 𝑇𝑉𝐻⃗⃗ = Koreksi medan magnet variasi harian
Gambar 1 Peta Geologi Lokasi Penelitian
𝑚1 𝑚2
𝐹⃗ = 𝑟1
𝜇0 𝑟 2
Setelah data lapangan diperoleh, dilakukan pengolahan data berupa koreksi diurnal (harian)
dan koreksi IGRF. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh medan magnet luar atau variasi
harian dan medan anomali. Nilai koreksi diurnal (HD) ini dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut [9] :
dimana
tn = waktu pada titik
n taw = waktu awal
takh = waktu akhir
HD = nilai koreksi diurnal
Hakh = nilai medan magnet di titik akhir
Hawl = nilai medan magnet di titik awal
Sedangkan untuk koreksi IGRF diperoleh dari hubungan dari tiga komponen dasar medan magnet,
yaitu medan utama (main field), medan luar (external field) dan medan anomali (anomaly field).
Medan utama merupakan harga rata-rata intensitas medan magnet untuk daerah pengukuran [9] :
dimana:
ΔH = anomali medan magnetik
H = medan magnet yang terukur
HD = medan magnet pengaruh luar (diurnal)
H0 = medan magnet utama bumi (IGRF)
Gambar 3 berikut merupakan kontur anomali magnetik total daerah Supit Urang yang diperoleh dari
hasil koreksi harian dan koreksi IGRF dengan nilai intensitas magnetik berkisar antara -1150 nT
sampai 400 nT.
Anomali magnetik hasil reduksi ke kutub di atas merupakan campuran antara anomali sisa
dan regional. Oleh karena itu dilakukan proses pemisahan anomali dengan kontinuasi ke atas.
Gambar 5 Kontur anomaly magnetic regional setelah konstinuasi ke atas sampai pada
ketinggian 650 meter.
Kontur anomali magnetik residual menggambarkan pola dan karakteristik dari sebaran nilai
pengukuran, perlapisan batuan dan struktur yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil
pengukuran dan perhitungan, nilai anomali magnetik residual pada daerah penelitian berada
pada kisaran -800 nT hingga 1100 nT.
Medan magnet bumi
Nilai medan magnet total setiap lokasi di berbagai belahan dunia tidak sama.
Setiap lokasi yang mempunyai koordinat lintang dan bujur yang berbeda akan
mempunyai nilai intensitas yang berbeda pula.Sumber medan magnet bumi secara umum
dibagi menjadi tiga, yaitu medan magnet utama bumi (main field), medan luar (external
field), dan medan anomali (anomaly field).
Karena medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu maka untuk
menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standart nilai yang
disebut dengan International Geomagnetics Reference Field (IGRF). Nilai medan magnet
utama ini ditentukan berdasarkan kesepakatan internasional di bawah pengawasan
International Association of Geomagnetic and Aeronomy(IAGA). IGRF diperbaharui tiap 5
tahun sekali dan diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1
juta km2 yang dilakukan dalam batas waktu satu tahun.
Medan magnet bumi juga dipengaruhi oleh medan luar. Medan ini bersumber dari
luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet
dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang
mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap
waktu jauh lebih cepat.
Konstinuasi ke atas
Penentuan ketinggian dilakukan dengan asumsi yang diperlukan dan tergantung
tujuan dari efek yang ingin dihilangkankan ataupun ditampilkan. Proses ini tidak boleh
menghilangkan tubuh anomali dari peta anomali yang sudah ada. Adapun target pada proses
ini adalah untuk mendapatkan anomali lokal dengan menghilangkan pengaruh regional.
Gambar 8 Hasli kontinuasi ke atas pada ketinggian (a) 50 meter, (b) 100 meter, (c) 150 meter
dan (d) 200 meter
Redaksi ke Kutub
Hasil reduksi ke kutub menunjukkan anomaly magnet lokal menjadi satu kutub,
sehingga benda penyebab anomaly medan magnet berada dibawahnya.
Pemodelan 2 Dimensi
Berdasarkan hasil pemodelan sayatan A-A’, ditemukan bahwa struktur bawah
permukaan dikategorikan ke dalam dua struktur yaitu struktur batu granit dan struktur lapisan
yang didominasi lempung, kerikil dan pasir. . Lapisan yang didominasi oleh lempung, kerikil
dan pasir mempunyai suseptibilitas 1x10-3 S. Hasil kesesuaian medan magnet terhitung
dengan medan magnet teramtai pada model sayatan A-A’ memiliki nilai eror 2,3%. Titik air
panas berada pada titik A sayatan dengan anomali batu granit yang cukup besar. Hal ini
didukung oleh keberadaan singkapan batu granit yang sangat besar pada bagian manifestasi
air panas Nyelanding. Titik air panas Nyelanding berada di atas batu granit yang menerus
hingga kedalaman 500 meter.
Berdasarkan hasil reduksi ke kutub, terdapat dua anomali medan magnet tinggi
ditunjukkan dengan warna merah hingga ungu pada bagian timur dan barat daerah penelitian.
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa daerah panas bumi nyelanding dikelilingi oleh
singkapan batu granit, sehingga perlu dilakukan forward modelling dari arah barat ke timur
daerah penelitian dengan memotong anomali rendah. Hasil pemodelan C-C’ menunjukkan
daerah barat dan timur penelitian didominasi oleh batu granit yang dominan hingga ke
dalaman 500 meter. Suseptibilitas granit pada daerah barat penelitian adalah 0,011 Si dan
0,009 untuk daerah timur penelitian.
Sayatan C-C’ ini hanya terdiri dari 2 struktur yang diakibatkan oleh bongkahan batu
granit yang sangat besar, sehingga anomali medan magnet yang diwakili harna hijau pada
peta medan magnet tidak muncul.