Anda di halaman 1dari 11

TA3212 Eksplorasi Geofisika Cebakan Mineral I

METODE MAGENETIK
Tugas 01

Nama : Yesti M.T Sipayung


NIM : 120370027

Dosen Pengampu : Jarwinda, S.Si., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
Metode Magnetik
Pendahuluan
Salah satu metode geofisika yang sering digunakan sebagai survei pendahuluan pada
eksplorasi batuan mineral adalah metode magnetik. Metode magnetik memiliki akurasi relatif
tinggi dan pengoperasian di lapangan relatif sederhana, mudah dan cepat. Metode ini
didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh medan
magnet bumi. Hal ini dikarenakan sifat kemagnetan suatu material berbeda-beda.
Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing
batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting dalam pencarian benda anomali karena setiap
jenis mineral atau mineral logam memiliki sifat yang khas. (Anon., n.d.)
Metode magnetik sangat baik digunakan untuk melokalisir daerah- daerah intrusi
yang mengandung mineral-mineral yang bersifat magnetik seperti magnetit, pirrhotit dan
titano magnetit. Pada dasarnya penyelidikan magnet adalah mengukur besaran magnet
bumi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber,baik yang ada didalam perut bumi itu
sendiri maupun adanya pengaruh luar,seperti radiasi matahari. (Ishak, 2021)

Tabel 1. Metode Magnetik


Metoda Parameter, Anomali Langsung Aplikasi Penyelidikan
karakteristik sifat utama tidak langsung
fisik
Magnetik Magnetik bumi : Kandungan Magnetit, Bijih besi, kromit, bijih
ground, intensitas total, magnetik pada pirhotit, tembaga, kimberlit,
airborne, gradien vertikal material yang titanomagnetit pemetaan struktur
marine, (1=1 n T) magnetic kontras geologi
logging susceptibility termagnetisasi

Dasar dari metode ini adalah gaya Coulomb antara dua kutub magnetik yang berjarak
m₁ m₂
r (cm) : F= r (dyne) Dengan µ₀ merupakan permeabilitas medium dalam ruang
µ0 r ²
hampa, tidak berdimensi dan berharga satu.
Untuk momen magnetik, bila kedua kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat
kutub ₊p dan ₋p, keduanya terletak dalam jarak I, maka momen magnetik M dapat
dirumuskan sebagai : M = p l rₗ = M rₗ dengan M merupakan vektor dalam arah unit vektor rₗ
dari kutub negatif ke kutub positif.
Benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan dan sejumlah momen-momen
magnetik. Bila benda magnetik tersebut diletakkan dalam medan luar, benda tersebut
termagnetisasi karena induksi. Oleh karena itu, intensitas kemagnetan I adalah tingkat
kemampuan menyearahnya momen-momen magnetik dalam medan magnet luar, atau
M
didefenisikan sebagai momen magnet per satuan volume : I =
V
Tingkat suati benda magnetik untuk mampu dimagnetitasi ditentukan oleh
suseptibilitas kemagnetan atau k, yang ditulis sebagai : I = kH
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang dipergunakan
dalam metode magnetik. Harga k pada batuan akan semakin besar apabila dalam batuan
tersebut semakin banyak dijumpai mineral yang bersifat magnetik.
Secara umum setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam
medan magnet yang memudahkan dalam pencarian bahan-bahan tersebut, kemudian
dianalisis dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Diamagnetik
Batuan diamagnetik mempunyai kerentanan magnet (k) negatif dengan nilai yang
sangat kecil, artinya bahwa orientasi elektron-elektron tidak memiliki spin elektron
yang kosong dan menghasilkan arah medan magnet yang berlawanan dengan arah 11
medan magnet luar. Misalnya, grafit, marmer, kuarsa, dan garam

2. Paramagnetik
Batuan paramagnetik mempunyai harga kerentanan magnet (k) positif dengan nilai
kecil. Medan magnet pada material ini hanya ada jika termagnetiasi oleh medan
magnet luar. Jika Medan yang memagnetisasi di hilangkan maka responnya juga
hilang dan magnetisasinya kembali ke nol. Misalnya, batauan beku asam.

3. Ferromagnetik
Batuan ferromagnetik memiliki harga kerentanan magnet (k) positif dengan nilai yang
besar. Material ferromagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya dipengaruhi oleh
temperatur, pada temperatur diatas Temperature Curie maka sifat kemagnetannya
akan hilang. Jika termagnetisasi oleh medan magnet luar ,nilai magnetisasi material
ini meningkat tajam, saat medan magnet luar nya dihilangkan maka nilai
magnetisasinya juga akan hilang namun tidak serta merta menjadi nol. Ferromagnetik
memiliki sisa magnetisasi saat medan yang diberi dihilangkan (Remanen
Magnetisasi). Misalnya batuan beku basa dan batuan beku ultra basa (Mufaqih, et al.,
n.d.)
4. Antiferromagnetik
Merupakan jenis material yang tidak umum sperti superkonduktor, pada jenis ini
hampir mirip dengan ferromagnetik hanya saja spin magnetiknya bernilai lebih kecil
atau sama, arah spin magnetiknya berlawanan dan tidak memiliki gaya magnet.
5. Ferrimagnetik
Jenis ini hampir menyerupai ferromagnetik, namun perbedaannya arah spin
magnetiknya sebagian besar berlawanan.

Dasar Fisika
Medan magnet bumi sebagai medan aktif bumi secara umum dapat dipandang
sebagai medan dipole. Akibat garis medan magnet akan mengikuti pola dipole,dimana
pada suatu tempat dimuka bumi garis medan magnet akan berarah kea rah tertentu yaitu
kearah kutub selatan bumi. Arah tersebut akan menyimpang dari arah utara selatan
geografis bumi dan sudut penyimpangan disebut sudut deklinasi, sedangkan
penyimpangan arah terhadap arah horizontal disebut sudut inklinasi.

Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi sederhana dapat digambarkan sebagai medan magnet yang
ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak kedalam inti bumi, nama tidak
berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini dinyatakan sebagai besar perkekuatannya
dan arah. Arahnya dinyatakan sebagai deklinasi (penyimpangan terhadap arah selatan
geografi) dan inlinasi (penyimpanan dari arah horizontal).

Gambar 1. Peta deklinasi Gambar 2. Peta inklinasi

Berdasarkan hasil pengamatan, variasi medan magnet bumi terdapat waktu


dikelompokkan menjadi :
1. Variasi sekuler : variasi yang ditimbulkan oleh adanya perubahan internal bumi.
Perubahnnya sangat lambat (orde puluhan sampai dengan ratusan tahun ) untuk
bisa mempengaruhi hasil survey magnetik.
2. Variasi di urnal (harian) : variasi yang ditimbulkan, secara domain oleh
gangguan matahari radiasi ultraviolet matahari menimbulkan ionisasi lapisan
atmosfir bagian atas. Adanya ionisasi ini dan adanya elektrok-elektron yang
terlempar dari mmatahari akan menimbulkan arus sebagai sumber medan
magnetik. Sifat perubahan harian ini acak tetapi periode denganperioda ratarata
sekitar panjang matahari (25jam). Rentang harga perubahan sekitar 10-30 y.
variasi yang lain adalah badai mangnetik. Sumber penyebabnya sama, yakni
akibat aktifitas matahari. Perubahan sangat cepat dan besar sehingga secara praktis
mengaburkan hasil survey magnetik. Sifat anomali medan magnet

Berdasarkan sifat medan magnet bumi dan sifat kemagnetan bahan pembentuk batuan,
maka bentuk medan magnetik anomali yang akan ditimbulkan oleh medan penyebabnya
tergantung kepada :
 Iniklinasi medan magnet bumi disekitar bumi penyebab
 Geometri dari benda penyebab
 Kecenderungan arah dipol-dipol magnet didalam benda penyebab
 Arah dipol-dipol magnet benda penyebab terhadap arah medan bumi. (Panjaitan,
2015)

Medan Magnet Utama


Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses ini tidak akan menghilangkan medan periodik
yang berasal dari luar, begitu juga spektrum panjang gelombang, medan magnet utama, dan
medan magnet lokal. Adanya perubahan medan magnet bumi terhadap waktu mengakibatkan
ketidakseragaman nilai medan magnet bumi, sehingga untuk menyeragamkan nilai-nilai
medan magnet bumi dibuatlah standar nilai yang disebut dengan International Geomagnetics
Reference Field (IGRF). Nilai IGRF selalu diperbaharui setiap 5 tahun sekali yang
didapatkan dari hasil ratarata pengukuran selama satu tahun pada daerah dengan luasan 1
km2.

Medan magnet luar


Medan magnet bumi juga dipengaruhi oleh medan magnet luar. Sumber medan
magnet luar berasal dari luar bumi atau hasil ionosasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Sumbangan medan magnet ini hanya sekitar 1% dari total bumi.
Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat. Beberapa
sumber medan luar antara lain (Wahyudi, 2005): a) Perubahan konduktivitas listrik lapisan
atmosfer dengan siklus 11 tahun. b) Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan
dengan pasang surut matahari dan mempunyai jangkauan 30 nT. c) Variasi harian dengan
periode 25 jam yang berhubungan dengan pasang surut matahari mempunyai jangkauan 2 nT.
d) Badai magnet yang bersifat acak dan mempunyai jangkauan sampai dengan 1000 nT.
Gambar 3. Garis gaya medan magnet

Badai magnet terjadi karena adanya aktivitas matahari terutama saat munculnya bintik
matahari (sunspot). Jangkauan badai magnet bisa mencapai ratusan hingga ribuan gamma dan
berlangsung dalam beberapa jam. Pengukuran saat terjadi badai magnet tidak bisa dilakukan
jika menggunakan metode magnet karena besar medan magnet yang dihasilkan oleh badai
tersebut dapat mengganggu pengukuran. Indikasi terjadinya badai magnet dapat dilihat dari
indeks Dst (Disturbanced strom time). Indeks Dst adalah suatu ukuran aktivitas magnetik
yang menjadi indikator terjadinya gangguan magnetik atau dikenal dengan badai geomagnet.

Tabel 2. Klasifikasi Badai Geomagnet Berdasarkan Indeks


Intensitas Dst (nT) Klasifikasi Dst
-50 ≤ Dst < -30 Lemah
-100 ≤ Dst < -50 Sedang
-200 ≤ Dst < -100 Kuat
Dst < -200 Sangat Kuat

Anomali Medan
Magnet Anomali medan magnet mempengaruhi besarnya medan magnet total hasil
pengukuran. Anomali medan magnet ini dihasilkan oleh benda magnetik yang telah
terinduksi sehingga benda tersebut memiliki medan magnet sendiri. Variasi medan magnetik
yang terukur di permukaan merupakan target dari survei magnetik (anomali magnetik).
Besarnya anomali magnetik berkisar ratusan sampai dengan ribuan nano-tesla (nT), tetapi ada
juga yang lebih besar dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Anomali ini
disebabkan oleh medan magnet induksi dan medan magnetik remanen. Anomali akan
bertambah besar jika arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi,
demikian juga sebaliknya. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada
magnetisasi batuan.
Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual Magnetism yang merupakan
akibat magnetisasi medan utama. 𝐻𝑇 = 𝐻𝑜𝑏𝑠 + 𝐻𝐿 + 𝐻𝑀
Keterangan :
HT = Medan Magnet Total (nT).
Hobs =Medan Magnet Terukur (nT).
HL = Medan Magnet Luar Bumi (nT).
HM = Medan Magnet Utama Bumi (nT).
Medan magnet lokal (Anomali)
Medan magnet lokal atau sering disebut dengan anomali medan magnet (crustal field)
adalah medan magnet yang dihasilkan oleh anomali atau batuan termagnetisasi pada kerak
bumi akibat induksi medan utama magnet bumi. Nilai anomali dapat dihitung dari
pengukuran medan magnet total dikurangi medan magnet bumi melalui nilai IGRF yang
sesuai dengan tempat penelitian.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magentik yang struktur dipermukaan (anomali magnetik). Secara garis besar,
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnen remanen mempunyai peranan besar terhadap magnetisasi batuan
yaitu pada bedar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Ada beberapa tipe remanen magnetik, yaitu
:
 TRM (Thermo Remanent Magnetik)
Proses ini terjadi akibat pendinginan dari suhu tinggi, umumnya terbentuk pada
magma yang keluar dari perut bumi dan kemudia membeku, cepat lambatnya magma
tersebut membeku mempengaruhi sifat kemagnetan batuan tersebut. Sifat kemagnetan
ini akan hilang jika dipanaskan melebihi suhu currie (>6000C)

 IRM (Ishothermal Remanent Magnetik)


Pada proses ini terjadi tanpa adanya perubahan temperatur yang signifikan. Gaya
magnetisasi ini bekerja dalam waktu yang singkat, misalnya batuan tersebut terkena
sambaran petir, sehingga menyebabkan adanya sifat magnet pada batuan itu.

 VRM (Viscous Remanent Magnetik)


Proses ini terjadi akibat adanya pengaruh medan magnet yang lemah, namun
berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Sehingga membuat arah spin
magnet dan spin elektron menjadi searah secara perlahan-lahan dan menimbulkan
sifat magnet pada batuan secara perlahan.

 DRM (Detrial/Depositional Remanent Magnetik)


Proses ini umumnya terjadi pada batuan sedimen, batuan sedimen terbentuk dari
serpihan batuan-batuan yang berukuran kecil, sehingga pada daerah tertentu butiran
batuan kecil tersebut terakumulasi dan mengalami kompaksi akibat gaya eksogen.
Gaya eksogen ini juga berpengaruh terhadap kenaikan suhu (dibawah suhu currie).
Kenaikan suhu ini dapat membantu pembentukan sifat kemagnetan suatu batuan.

 CRM (Chemical Remanent Magnetik)


Proses ini terbentuk akibat reaksi kimia yang terjadi dibawah suhu currie. Reaksi
kimia tersebut dapat mengubah arah spin magnet dan spin elektron. Dari reaksi
tersebut apabila dapat menyebabkan timbulnya dan bahkan hilangnya sifat
magnetisasi suatu batuan.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik
remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei
magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari
25% medan magnet utama bumi, sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :

Koreksi Data Anomali Magnetik


Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil anomali magnetik. Cara
yang dilakukan adalah dengan melakukan koreksi terhadap nilai intensitas magnet (H) yang
didapatkan saat di lapangan. Cara yang digunakan adalah sebagai berikut ini.
1) Koreksi diurnal (harian) dilakukan pada masing-masing titik pengukuran berdasarkan
masing-masing line. Rumus yang digunakan pada koreksi diurnal adalah sebagai
berikut : ∆H = Htotal ± ∆Hharian
2) Koreksi IGRF dilakukan dengan cara menghitung nilai medan magnet titik
pengukuran berdasarkan nilai yang sudah tertera pada IGRF (International
Geomagnetic Reference Field). Sebelum menentukan nilai medan magnet IGRF
adalah mengubah koordinat UTM ke bentuk longitude dan latitude. Hal itu
dikarenakan untuk menentukan nilai Higrf harus memasukkan koordinat dalam
bentuk longitude dan latitude.
3) Perhitungan Anomali magnet total merupakan gabungan dari anomali magnet
regional dan lokal, sehingga untuk mengetahui anomali lokal, dilakukan pemisahan
terhadap anomali regional dan anomali total. Menurut Telford et al (1990), besarnya
intensitas magnet total disekitar batuan yang termagnetisasi diformulasikan sebagai
berikut: ∆H = Htotal ± ∆Hharian ± ∆Higrf (Aqidah, n.d.)

Reduksi ke Kutub
Reduksi ke kutub (Reduce to pole) merupakan filter pengolahan data magnetik untuk
menghilangkan pengaruh sudut inklinasi magnetik. Proses ini dilakukan dengan mengubah
sudut inklinasi benda menjadi 90º dan deklinasinya 0º. Hal ini dilakukan karena pada kutub
magnetik arah dari medan magnet bumi ke bawah dan arah dari induksi magnetisasinya ke
bawah juga. Data hasil dari reduksi ke kutub ini sudah dapat dilakukan interpretasi kualitatif.
Filter tesebut diperlukan karena sifat dipole anomali magnetik menyulitkan interpretasi data
lapangan yang umumnya masih berpola asimetrik. Hasil dari reduksi ke kutub menunjukan
anomali magnetik menjadi satu kutub. Hal ini ditafsirkan posisi benda penyebab anomali
medan magnet berada dibawahnya (Indratmoko et al., 2009). Secara umum jika magnetisasi
dan medan lingkungan tidak vertikal, distribusi simetris magnetisasi akan menghasilkan
kemiringan kurva anomali magnetik simetrisnya. Perubahan anomali dalam domain Fourier
menjadi,
ℱ[∆𝑇𝑟] = ℱ[∆𝑇]ℱ[𝜓𝑡]

Penerapan ℱ[𝜓𝑡] disebut reduksi ke kutub karena ∆Tr adalah anomali yang akan diukur pada
kutub utara magnet, dimana magnetisasi diinduksi dan medan lingkungan keduanya akan
diarahkan vertikal kebawah.

Instrumen
Peralatan yang digunakan dalam survei geomagnetik ini antara lain :

1. Magnetometer, Terdiri dari dua bagian


o Untuk mengukur medan magnet vertikal : Fluxgate Magnetometer
o Untuk mengukur medan magnet total : Proton Precession Mgnetometer
(PPM)
2. DGPS, untuk posisi stastiun pengukuran secara presisi
3. Peralatan pengukur waktu (jam)
4. Peralatan penunjuk arah (kompas)
5. Peralatan pendukung lainnya (log book)

Akuisisi
Data-data yang dicatat dalam survei geomagnetik antara lain :

1. Waktu, meliputi Hari, tanggal dan Jam


2. Data Geomagnetik
o Medan Total, minimal lima kali pengukuran pada setiap titik pengukuran
untuk mengurangi gangguan lokal (Noise).
o Medan Vertikal, dua orientasi yaitu utara-selatan dan timur-barat dengan
masing-masing minimal lima kali pengukuran pada setiap titik stasiun
pengamatan
o Variasi Harian
o Medan Utama Bumi (IGRF)
3. Posisi titik stasiun pengukuran
4. kondisi cuaca dan topografi lapangan

Pengumpulan data bergantung pada target dan kondisi lapangan. Pengukuran dengan target
lokal biasanya dilakukan untuk daerah survei yang tidak terlalu luas, dengan spasi 50-500
meter, sedang untuk target regional mencakup daerah yang lebih luas dengan spasi 1-5 km.

Pengukuran didaerah gunungapi, dipuncak dan tubuh gunung dilakukan dengan spasi 0,5 km
atau sekitar 25-30 menit perjalanan (kaki), sedangkan pada kaki gunung dan sekitarnya
spasinya 1-2 km. Untuk target dengan daerah yang sempit dan topografi yang relatif datar
dapat dilakukan dengan spasi 50-100 m bergantung kepada hasil pengukuran yang
diinginkan. Pengumpulan data dilakukan pada titik yang telah diplotkan grid-nya. Variasi
harian dapat diukur dengan menggunakan Base station PPM.
Pengolahan Data
Metode pengolahan data anomali geomagnetik secara garis besar di jabarkan dan ditunjukkan
pada diagram alir sebagai berikut.

Dari pegukuran di lapangan, diperoleh data intensitas medan magnet total atau vertikal dan
horisontal, yaitu dari pengukuran PPM dan Fluxgate magnetometer. Data-data tersebut
merupakan harga terbaik dari lima kali pengukuran di setiap titik pengukuran. Dengan
mengoreksi dengan medan magnet utama bumi (untuk Pulau Jawa diasumsikan besarnya
45.300 nT) atau dapat menggunakan model yang dikeluarkan oleh IGRF pada epoch yang
bersangkutan, maka dapat diperoleh data anomali medan geomagnet bumi pada daerah
survei. Selanjutnya data anomali ini diolah (misalnya dengan filtering) untuk dilakukan
penafsiran (interpretasi data) misalnya dengan pemodelan untuk mendapatkan struktur batuan
di bawah permukaan bumi.

Interpretasi
Penafsiran data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk pengukuran secara
kualitatif, analisa dilakukan pada peta kontur anomali medan magneti total dan vertikal.

Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang
bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan
bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan
informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya. Interpretasi
kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda anomali
atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis.

Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan
lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang
dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.

Hasil yang diperoleh adalah lokasi benda penyebab anomali berdasarkan klosur kontur,
sedangkan untuk penafsiran kuantitatif dilakukan dengan dua metode :

 Metode Langsung, dilakukan dengan menggunakan kurva karakteristik pada


penampang kontur anomali magnetik. Hasil yang diperoleh adalah perkiraan kasar
kedalaman, tebal dan kemiringan benda penyebab anomali.
 Metode tidak langsung yaitu dengan mencocokkan kurva anomali lapangan dengan
kurva model yang dilakukan secara iteratif (Trial and error). (Hartantyo, 2018)
Referensi
Anon., t.thn. Repository ITERA, p. 6.

Aqidah, N., t.thn. Metode Magnet. Academia Education.

Hartantyo, 2018. Metode Geomagnetik. UNIVERSITAS GADJAH MADA MENARA ILMU SHARING DATA
GEOSCIENCE.

Ishak, H., 2021. Metode Geofisika Dalam Eksplorasi Sumber Daya Mineral. ResearchGate, p. 3.

Mufaqih, A. A. et al., t.thn. IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK


DI DESA KASIHAN, TEGALOMBO, PACITAN, PROVINSI JAWA TIMUR. academia education, p. 2.

Panjaitan, M., 2015. PENERAPAN METODE MAGNETIK DALAM MENENTUKAN JENIS BATUAN DAN
MINERAL. Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), II(6), pp. 69-70.

Anda mungkin juga menyukai