METODE MAGENETIK
Tugas 01
Dasar dari metode ini adalah gaya Coulomb antara dua kutub magnetik yang berjarak
m₁ m₂
r (cm) : F= r (dyne) Dengan µ₀ merupakan permeabilitas medium dalam ruang
µ0 r ²
hampa, tidak berdimensi dan berharga satu.
Untuk momen magnetik, bila kedua kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat
kutub ₊p dan ₋p, keduanya terletak dalam jarak I, maka momen magnetik M dapat
dirumuskan sebagai : M = p l rₗ = M rₗ dengan M merupakan vektor dalam arah unit vektor rₗ
dari kutub negatif ke kutub positif.
Benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan dan sejumlah momen-momen
magnetik. Bila benda magnetik tersebut diletakkan dalam medan luar, benda tersebut
termagnetisasi karena induksi. Oleh karena itu, intensitas kemagnetan I adalah tingkat
kemampuan menyearahnya momen-momen magnetik dalam medan magnet luar, atau
M
didefenisikan sebagai momen magnet per satuan volume : I =
V
Tingkat suati benda magnetik untuk mampu dimagnetitasi ditentukan oleh
suseptibilitas kemagnetan atau k, yang ditulis sebagai : I = kH
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang dipergunakan
dalam metode magnetik. Harga k pada batuan akan semakin besar apabila dalam batuan
tersebut semakin banyak dijumpai mineral yang bersifat magnetik.
Secara umum setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam
medan magnet yang memudahkan dalam pencarian bahan-bahan tersebut, kemudian
dianalisis dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Diamagnetik
Batuan diamagnetik mempunyai kerentanan magnet (k) negatif dengan nilai yang
sangat kecil, artinya bahwa orientasi elektron-elektron tidak memiliki spin elektron
yang kosong dan menghasilkan arah medan magnet yang berlawanan dengan arah 11
medan magnet luar. Misalnya, grafit, marmer, kuarsa, dan garam
2. Paramagnetik
Batuan paramagnetik mempunyai harga kerentanan magnet (k) positif dengan nilai
kecil. Medan magnet pada material ini hanya ada jika termagnetiasi oleh medan
magnet luar. Jika Medan yang memagnetisasi di hilangkan maka responnya juga
hilang dan magnetisasinya kembali ke nol. Misalnya, batauan beku asam.
3. Ferromagnetik
Batuan ferromagnetik memiliki harga kerentanan magnet (k) positif dengan nilai yang
besar. Material ferromagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya dipengaruhi oleh
temperatur, pada temperatur diatas Temperature Curie maka sifat kemagnetannya
akan hilang. Jika termagnetisasi oleh medan magnet luar ,nilai magnetisasi material
ini meningkat tajam, saat medan magnet luar nya dihilangkan maka nilai
magnetisasinya juga akan hilang namun tidak serta merta menjadi nol. Ferromagnetik
memiliki sisa magnetisasi saat medan yang diberi dihilangkan (Remanen
Magnetisasi). Misalnya batuan beku basa dan batuan beku ultra basa (Mufaqih, et al.,
n.d.)
4. Antiferromagnetik
Merupakan jenis material yang tidak umum sperti superkonduktor, pada jenis ini
hampir mirip dengan ferromagnetik hanya saja spin magnetiknya bernilai lebih kecil
atau sama, arah spin magnetiknya berlawanan dan tidak memiliki gaya magnet.
5. Ferrimagnetik
Jenis ini hampir menyerupai ferromagnetik, namun perbedaannya arah spin
magnetiknya sebagian besar berlawanan.
Dasar Fisika
Medan magnet bumi sebagai medan aktif bumi secara umum dapat dipandang
sebagai medan dipole. Akibat garis medan magnet akan mengikuti pola dipole,dimana
pada suatu tempat dimuka bumi garis medan magnet akan berarah kea rah tertentu yaitu
kearah kutub selatan bumi. Arah tersebut akan menyimpang dari arah utara selatan
geografis bumi dan sudut penyimpangan disebut sudut deklinasi, sedangkan
penyimpangan arah terhadap arah horizontal disebut sudut inklinasi.
Berdasarkan sifat medan magnet bumi dan sifat kemagnetan bahan pembentuk batuan,
maka bentuk medan magnetik anomali yang akan ditimbulkan oleh medan penyebabnya
tergantung kepada :
Iniklinasi medan magnet bumi disekitar bumi penyebab
Geometri dari benda penyebab
Kecenderungan arah dipol-dipol magnet didalam benda penyebab
Arah dipol-dipol magnet benda penyebab terhadap arah medan bumi. (Panjaitan,
2015)
Badai magnet terjadi karena adanya aktivitas matahari terutama saat munculnya bintik
matahari (sunspot). Jangkauan badai magnet bisa mencapai ratusan hingga ribuan gamma dan
berlangsung dalam beberapa jam. Pengukuran saat terjadi badai magnet tidak bisa dilakukan
jika menggunakan metode magnet karena besar medan magnet yang dihasilkan oleh badai
tersebut dapat mengganggu pengukuran. Indikasi terjadinya badai magnet dapat dilihat dari
indeks Dst (Disturbanced strom time). Indeks Dst adalah suatu ukuran aktivitas magnetik
yang menjadi indikator terjadinya gangguan magnetik atau dikenal dengan badai geomagnet.
Anomali Medan
Magnet Anomali medan magnet mempengaruhi besarnya medan magnet total hasil
pengukuran. Anomali medan magnet ini dihasilkan oleh benda magnetik yang telah
terinduksi sehingga benda tersebut memiliki medan magnet sendiri. Variasi medan magnetik
yang terukur di permukaan merupakan target dari survei magnetik (anomali magnetik).
Besarnya anomali magnetik berkisar ratusan sampai dengan ribuan nano-tesla (nT), tetapi ada
juga yang lebih besar dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Anomali ini
disebabkan oleh medan magnet induksi dan medan magnetik remanen. Anomali akan
bertambah besar jika arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi,
demikian juga sebaliknya. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada
magnetisasi batuan.
Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual Magnetism yang merupakan
akibat magnetisasi medan utama. 𝐻𝑇 = 𝐻𝑜𝑏𝑠 + 𝐻𝐿 + 𝐻𝑀
Keterangan :
HT = Medan Magnet Total (nT).
Hobs =Medan Magnet Terukur (nT).
HL = Medan Magnet Luar Bumi (nT).
HM = Medan Magnet Utama Bumi (nT).
Medan magnet lokal (Anomali)
Medan magnet lokal atau sering disebut dengan anomali medan magnet (crustal field)
adalah medan magnet yang dihasilkan oleh anomali atau batuan termagnetisasi pada kerak
bumi akibat induksi medan utama magnet bumi. Nilai anomali dapat dihitung dari
pengukuran medan magnet total dikurangi medan magnet bumi melalui nilai IGRF yang
sesuai dengan tempat penelitian.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magentik yang struktur dipermukaan (anomali magnetik). Secara garis besar,
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnen remanen mempunyai peranan besar terhadap magnetisasi batuan
yaitu pada bedar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Ada beberapa tipe remanen magnetik, yaitu
:
TRM (Thermo Remanent Magnetik)
Proses ini terjadi akibat pendinginan dari suhu tinggi, umumnya terbentuk pada
magma yang keluar dari perut bumi dan kemudia membeku, cepat lambatnya magma
tersebut membeku mempengaruhi sifat kemagnetan batuan tersebut. Sifat kemagnetan
ini akan hilang jika dipanaskan melebihi suhu currie (>6000C)
Reduksi ke Kutub
Reduksi ke kutub (Reduce to pole) merupakan filter pengolahan data magnetik untuk
menghilangkan pengaruh sudut inklinasi magnetik. Proses ini dilakukan dengan mengubah
sudut inklinasi benda menjadi 90º dan deklinasinya 0º. Hal ini dilakukan karena pada kutub
magnetik arah dari medan magnet bumi ke bawah dan arah dari induksi magnetisasinya ke
bawah juga. Data hasil dari reduksi ke kutub ini sudah dapat dilakukan interpretasi kualitatif.
Filter tesebut diperlukan karena sifat dipole anomali magnetik menyulitkan interpretasi data
lapangan yang umumnya masih berpola asimetrik. Hasil dari reduksi ke kutub menunjukan
anomali magnetik menjadi satu kutub. Hal ini ditafsirkan posisi benda penyebab anomali
medan magnet berada dibawahnya (Indratmoko et al., 2009). Secara umum jika magnetisasi
dan medan lingkungan tidak vertikal, distribusi simetris magnetisasi akan menghasilkan
kemiringan kurva anomali magnetik simetrisnya. Perubahan anomali dalam domain Fourier
menjadi,
ℱ[∆𝑇𝑟] = ℱ[∆𝑇]ℱ[𝜓𝑡]
Penerapan ℱ[𝜓𝑡] disebut reduksi ke kutub karena ∆Tr adalah anomali yang akan diukur pada
kutub utara magnet, dimana magnetisasi diinduksi dan medan lingkungan keduanya akan
diarahkan vertikal kebawah.
Instrumen
Peralatan yang digunakan dalam survei geomagnetik ini antara lain :
Akuisisi
Data-data yang dicatat dalam survei geomagnetik antara lain :
Pengumpulan data bergantung pada target dan kondisi lapangan. Pengukuran dengan target
lokal biasanya dilakukan untuk daerah survei yang tidak terlalu luas, dengan spasi 50-500
meter, sedang untuk target regional mencakup daerah yang lebih luas dengan spasi 1-5 km.
Pengukuran didaerah gunungapi, dipuncak dan tubuh gunung dilakukan dengan spasi 0,5 km
atau sekitar 25-30 menit perjalanan (kaki), sedangkan pada kaki gunung dan sekitarnya
spasinya 1-2 km. Untuk target dengan daerah yang sempit dan topografi yang relatif datar
dapat dilakukan dengan spasi 50-100 m bergantung kepada hasil pengukuran yang
diinginkan. Pengumpulan data dilakukan pada titik yang telah diplotkan grid-nya. Variasi
harian dapat diukur dengan menggunakan Base station PPM.
Pengolahan Data
Metode pengolahan data anomali geomagnetik secara garis besar di jabarkan dan ditunjukkan
pada diagram alir sebagai berikut.
Dari pegukuran di lapangan, diperoleh data intensitas medan magnet total atau vertikal dan
horisontal, yaitu dari pengukuran PPM dan Fluxgate magnetometer. Data-data tersebut
merupakan harga terbaik dari lima kali pengukuran di setiap titik pengukuran. Dengan
mengoreksi dengan medan magnet utama bumi (untuk Pulau Jawa diasumsikan besarnya
45.300 nT) atau dapat menggunakan model yang dikeluarkan oleh IGRF pada epoch yang
bersangkutan, maka dapat diperoleh data anomali medan geomagnet bumi pada daerah
survei. Selanjutnya data anomali ini diolah (misalnya dengan filtering) untuk dilakukan
penafsiran (interpretasi data) misalnya dengan pemodelan untuk mendapatkan struktur batuan
di bawah permukaan bumi.
Interpretasi
Penafsiran data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk pengukuran secara
kualitatif, analisa dilakukan pada peta kontur anomali medan magneti total dan vertikal.
Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang
bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan
bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan
informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya. Interpretasi
kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda anomali
atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan
lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang
dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
Hasil yang diperoleh adalah lokasi benda penyebab anomali berdasarkan klosur kontur,
sedangkan untuk penafsiran kuantitatif dilakukan dengan dua metode :
Hartantyo, 2018. Metode Geomagnetik. UNIVERSITAS GADJAH MADA MENARA ILMU SHARING DATA
GEOSCIENCE.
Ishak, H., 2021. Metode Geofisika Dalam Eksplorasi Sumber Daya Mineral. ResearchGate, p. 3.
Panjaitan, M., 2015. PENERAPAN METODE MAGNETIK DALAM MENENTUKAN JENIS BATUAN DAN
MINERAL. Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), II(6), pp. 69-70.