Anda di halaman 1dari 23

RESUME PAPER GEOFISIKA EKSPLORASI

METODE MAGNETIK





Disusun Oleh:
Cecilia Monika Putri Abdila 21100112120009
Taufik Akbar Legowo 21100112130033
Diah Wijitianti 21100112130039
Muhammad Irfa Udin 21100112130061

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
JUNI 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
Mengetahui lebih dalam mengenai metode magnetik dan prinsip kerjanya
Menjelaskan aplikasi dari metode magnetik dalam penelitian kebumian
Menyimpulkan paper yang telah dipresentasikan pada matakuliah
Geofisika Eksplorasi
1.2 Tujuan
Mampu mengetahui lebih dalam mengenai metode magnetik dan prinsip
kerjanya
Mampu menjelaskan aplikasi dari metode magnetik dalam penelitian
kebumian
Mampu menyimpulkan paper yang telah dipresentasikan pada matakuliah
Geofisika Eksplorasi
1.3 Waktu dan Tempat Presentasi
Hari / Tanggal : Rabu / 16 Oktober 2013
Tempat : Ruang GS 201 Gedung Pertamina
Sukowati Teknik Geologi Universitas
Diponegoro















BAB II
DASAR TEORI

Metode geofisika magnetik merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mengetahui variasi intensitas medan magnet di permukaan bumi, Pada
prinsipnya pengukuran variasi intensitas medan magnet di permukaan bumi
diakibatkan oleh variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan
bumi. Variasi sifat kemagnetan diindikasikan sebagai variasi besarnya
suseptibiltas mineral penyusun batuan terhadap batuan sekitarnya. Variasi
intensitas magnetik yang terukur ditafsirkan sebagai bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan kemudian dijadikan dasar pendugaan keadaan
geologi bawah permukaan bumi.

Perbedaan Magnetik dan Gravity
Metode magnetik memiliki sifat besaran yang kompleks dibandingkan
dengan metode gravitasi, meskipun keduanya mempunyai kemiripan (teori
potensial).
Metode megnetik mempunyai besar dan variasi arah (vektor) sedangkan
gravitasi memiliki besar dan satu arah (ke pusat bumi).
Anomali gravitasi menunjukkan sifat regional effect sedangkan anomali
magnetik sangat dipengaruhi oleh adanya mineralisasi yang mengandung
bahan ferromagnetik yang bersifat lokal.
Interpretasi data magnetik lebih sukar dibandingkan dengan gravitasi.
Peralatan dan pelaksanaan pengukuran Metode Magnetik lebih sederhana
dan mudah dibandingkan dengan metode Gravitasi.


Data kemagnetan dapat digunakan untuk melihat struktur mineralisasi
yang terjadi, maka metode ini banyak digunakan untuk eksplorasi mineral
logam dan migas.
Teori Dasar Metode Magnetik
1. Hukum Coloumb
Gaya magnetik yang ditimbulkan oleh dua kutub dirumuskan oleh :
Dimana,
F = Gaya Magnet
m1 = Kutub magnet 1
m2 = kutub magnet 2
= permeabelitas magnetik yang menunjukkan sifat medium
r = jarak m1 dan m2


2. Kuat Medan Magnet

Dimana,
H = Kuat Medan Magnet
m = Kutub magnet
= Permeabelitas magnetik yang menunjukkan sifat medium
r = jarak m1 dan m2



3. Intensitas Magnetisasi
Suatu benda berada dalam medan mangetik maka akan terjadi polarisasi
magnetik (intensitas magnetisasi) pada suatu medan magnet lemah,
dengan k adalah suseptibilitas / kerentangan magnetik yang menunjukkan
sifat kemagnetan suatu benda atau batuan. Diberikan oleh persamaan :

4. Induksi magnetik total
Apabila suatu benda magnetik diletakkan dalam suatu medan magnetik
maka benda tersebut akan termagnetisasi dan menghasilkan medan
sediri yang kemudian menambah medan sehingga medan tital benda
sekarang (yang terukur oleh magnetometer) didefinisikan sebagai iduksi
magnetik yang merupakan jumlah dari medan magnetik benda
dengan medan magnetik utama :


Sifat Magnetik Batuan
a. Diamagnetik
Batuan diamgnetik memiliki atam pembentuk batuan mempunyai
kulit elektron yang telah jenuh yaitu tiap elektron berpasangan dan
spin yang berlawanan dalam tiap pasangan.
Jika mendapat medan magnet luar orbit, elektron akan membuat
putaran yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan
medan magnet luar tadi.
Suseptibilitas k negatif dan kecil.
Suseptibilitas k tidak bergantung pada medan luar H.


Contoh :Bismuth, gipsum, marmer, kuarsa, garam, seng, emas,
tembaga.
b. Paramagnetik
Kulit elektron terluar belum jenuh, ada elektron yang spinnya tidak
berpasangan dan mengarah pada arah spin yang sama.
Jika ada medan magnet luar, spin membuat putaran menghasilkan
medan magnet yang mengarah searah dengan medan magnet tsb
sehingga memperkuatnya.
Tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh
agitasi thermal.
Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari 1.
Suseptibilitas k bergantung pada temperatur.
Contoh:piroksen,olivin,garnet,biotit,amfibiolit aluminium, platina
,kayu.
c. Ferromagnetik
Banyak terdapat kulit elektron yang hanya diisi oleh satu elektron
sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.
Diperkuat lagi oleh adanya kelompok2 bahan berspin searah yang
membentuk dipole2 magnet (domain) mempunyai arah searah,
apabila jika di dalam medan magnet luar.
Suseptibilitas positif dan jauh lebih besar 1
Suseptibilitas bergantung pada temperatur.
Contoh besi, nikel kobalt, baja
d. Anti-ferromagnetik
Domain-domain menghasilkan dipole magnet yang saling
berlawanan arah sehingga momen magnetik secara keseluruhan
lebih kecil.
Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan
menghasilkan medan magnet kecil.
Suseptibilitas k seperti pada bahan ferromagnetik.


Contoh hematit (Fe2O4)
e. Ferrimagnetik
Domain-domain juga saling antiparalel tetapi jumlah dipole pada
masing-masing arah tidak sama sehingga masih mempunyai
resultan magnet yang cukup besar.
Suseptibilitas tinggi dan bergantung pada temperatur.
Contoh magnetit(Fe3O4), ilmenit(FeTiO4), pirhotit (FeS),
hematit(FeO2)

Anomali Kemagnetan
Berdasarkan sifat medan magnet bumi dan sifat kemgnetan bahan pembentuk
batuan, bentuk anomali medan magnet yang ditimbulkan oleh benda penyebabnya
bergantung pada:
Inklinasi medan magnet bumi disekitar benda penyebab.
Geometri dari benda penyebab.
Kecendrungan arah dipole-dipole magnet benda penyebab.
Orientasi arah dipole-dipole magnet benda penyebab terhadap arah medan
magnet bumi

Survey pengukuran magnetik
1. Pengukuran
a. Di darat
Pada akhir survey tiap hari pembacaan harus dilakukan kembali di titik
base station dengan tujuan mengetahui perbedaan pembacaan. Pengukuran
geomagnetik di darat dilakukan dengan menggunakan magnetometer jenis
medan magnet vertikal dan medan magnet total, adapun medan magnet
horisontal jarang dilakukan

b. Di Udara
Biasanya dilakukan dengan tujuan penelitian ilmaih dan geologi tinjau
(rekonesen) Yang terukur medan magnet total. Alat memiliki sensitivitas


magnetometer besar (1-5 gamma) lebih sensitif daripada magnetometer
darat. Alat digantung pada pesawat (lintasan dan ketinggian tergantung
pada tujuan survey), data terekam secara otomatis pada kertas rekam
Pencatatan variasi harian diletakkan di darat (untuk mengetahui adanya
badai magnetik)
c. Di Laut
Biasanya dilakukan bersama dengan survey geofisika lainnya seperti gaya
berat dan seismik. Proton magnetometer dengan sensor ditarik dibelakang
kapal sejauh 200-400 meter, terendam sedalam 15-20 meter. Pencatatn
terekam secara otomotis. Biasanya dilakukan untuk mendapatkan data
geologi bawah laut secara global.
2. Koreksi
Intensitas medan magnet yang terekam di lapangan bukan intensitas
magnet target survey.
Data-data magnetik masih dipengaruhi oleh medan magnet yang berasal
dari bumi (internal fields) maupun medan magnet luar (eksternal fields)
Untuk mendapatkan anomali magnetik target survey, maka data harus
dikoreksi antara lain koreksi variasi harian, koreksi lintang (medan utama
magnet bumi /IGRF), koreksi topografi.

3. Hasil
Hasil pengukuran magnetik berupa profil dan peta kontur magentik.
Harga nilai suseptibilitas harus dilakukan untuk mengkorelasikan dengan
data pengukuran.
Interpretasi yang duilakukan biasa secara kualitatif (analisis kontur,
topografi, serta nilai suseptibilitas) maupun secara kuantitatif (analisis
model dengan sofware MAGPOLY untuk memperoleh model anomali)





BAB III
APLIKASI

3.1 Paper I : Delineasi Semburan Gas di Kabupaten Serang, Banten berdasarkan Data
Magnetik
Di wilayah Kabupaten Serang, Propinsi Banten terdapat 11 lokasi semburan
dan tembusan gas. Berbagai penelitian telah dilakukan, diantaranya penelitian
geologi dan geokimia, untuk mengetahui penyebab dari semburan gas. Para
peneliti sebelumnya menyatakan bahwa pada kelompok tembusan gas terdapat
gas melewati suatu zona lemah (sesar) yang bergerak secara perlahan dan
kontinyu menuju ke atas dan akhirnya muncul di permukaan. Pada kasus
semburan gas, gas bergerak ke permukaan melewati sesar-sesar yang kemudian
terakumulasi pada zona sesar yang telah tertutupi oleh lapisan penutup atau
caprock.
Paper tersebut bertujuan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan serta penyebaran
daerah-daerah lemah/tidak stabil di daerah sekitar tembusan dan semburan gas
berdasarkan pola anomali dan interpretasi peta magnetik.
Survey magnetik yang dilakukan adalah survey magnetik rinci. Jarak antar
titik ukur serapat mungkin untuk menghindari terlalu banyaknya interpolasi pada
peta magnetik yang dihasilkan. Peta anomali magnetik yang dihasilkan masih
dipengaruhi oleh arah inklinasi medan magnet bumi pada dearah penyelidikan
sehingga maksimum profil anomali tidak berhubungan langsung dengan posisi
sumber benda penyebab anomali. Untuk menghilangkan pengaruh sudut inklinasi
magnetik maka dilakukan filter reduksi ke ekuator (Blakely, 1995).
Langkah pertama delineasi posisi anomali dilakukan dengan penerapan
turunan horisontal (horizontal derivative) orde pertama. Turunan horizontal orde
pertama arah x dan arah y dapat dihitung melalui pendekatan berikut (Blakely,
1995) :



Dimana F = notasi transformasi Fourier
k
x
, k
y
= bilangan gelombang arah x y
Pada proses penurunan, perkalian dengan bilangan gelombang dapat
berakibat pada amplifikasi frekuensi tinggi/ noise (Yudistira, 2004). Amplifikasi
ini semakin besar dengan semakin besarnya orde turunan.
Turunan horisontal data medan potensial dapat langsung dihitung karena
data diukur pada titik yang tersebar secara spasial (x, y). Aplikasi turunan
horisontal orde pertama pada anomali magnetik daerah survey menunjukkan
adanya kemenerusan anomali yang hampir diagonal pada arah timurlaut
baratdaya (Gambar 1).

Gambar 3.1. Peta hasil turunan orde pertama anomali magnetik

Data yang diperoleh dilapangan disusun ke dalam tabel X (longitude), Y
(latitude) dan Z (nilai medan magnetik terkoreksi variasi harian) yang kemudian
diplot kedalam Peta Intensitas Magnet Total dengan menggunakan software


Surfer. Data magnetik pada setiap titik ukur magnetik merupakan nilai Medan
Magnetik Total.
Berdasarkan nilai data medan magnetik total tersebut terdapat pengaruh medan
yang berasal dari luar bumi yang kemudian dihilangkan dengan koreksi medan magnetik
harian. Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data
medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila
nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan
nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang
akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu
tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam
persamaan :
H = H
total
H
harian


Sedangkan medan magnet yang berasal dari dalam bumi yang dibangkitkan dari
outer core disebut medan magnet utama dan medan magnet yang berasal dari kerak bumi
merupakan target survei geomagnetik. Pengaruh dari medan utama pada data hasil
pengukuran dihilangkan dengan koreksi medan utama magnet bumi atau koreksi IGRF
(International Geomagnetic Reference Field). Koreksi IGRF dapat dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi
harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan
koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
H = H
total
H
harian
H
0
Dimana H
0
= IGRF

Data hasil koreksi variasi harian dan koreksi IGRF ini disebut anomali medan
magnetik residual (T), yaitu:
T = T
obs
T
vh
T
IGRF

Dimana : T = harga medan magnet terukur
T
obs
=

variasi harian medan magnet terukur
T
IGRF
= medan magnet utama bumi


Harga magnetik residual (T) kemudian diplot ke software dan menghasilkan
peta anomali medan magnetik residual (Gambar 2).

Gambar 3.2. Peta anomali medan magnetik residual

Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka data
anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus direduksi atau
dibawa ke bidang datar (Gambar 3). Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena
proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar. Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali
medan magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent
source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series
approximaion), dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely,
1995).



Gambar 3.3. Peta anomali magnetik residual servey hasil reduksi ke ekuator

Peta Anomali Magnetik Residual menunjukkan bahwa harga anomali magnet
pada daerah penyelidikan berkisar antara -650 s.d. 450 nT. Harga anomali magnet
tersebut dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
Anomali magnet rendah mempunyai harga kurang dari -250 nT.
Anomali magnet sedang dengan harga antara -250 s.d. 100 nT
Anomali magnet tinggi mempunyai harga lebih besar dari 100 nT

Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei
selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal dari
sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini
disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi
anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan koreksi efek
regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data
anomali medan magnetik hasil pengukuran. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memperoleh anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada
ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah
cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan
yang lebih tinggi. Untuk mencari harga medan magnetik regional yakni, T
IGRF
: F.


Kemudian dengan bantuan software geomag60 dan titik acuan pada titik base station,
harga medan magnetik regional di daerah survey berada pada harga 44864.4 nT. Nilai
Deklinasi (D) pada daerah tersebut adalah 0
0
40 dan nilai Inklinasinya (I): -31
0
18.

3.2 Paper II : Crustal Structure Of The Western Indian Shield: Model Based On
Regional Gravity And Magnetic Data
Paper kedua berisi tentang penggunaan metode geo-magnetic untuk mengetahui
crustal structure yang ada di lempeng India Barat. Paper ini dibuat oleh Suman Kilaru,
Bandaru KarunakarGoud, Vijay Kumar Rao dari National Geophysical Research
Institute, Hyderabad, India. Dimana paper ini telah dipublikasikan di domain
www.elsavier.com/locate/gsf.
Penulis melakukan penggabungan survey gravity dan magnetik dari satelit guna
menyelidiki crustal structure di bawah permukaan. Dimana crustal structure ini
menunjukkan aktivitas tektonik pada masa lampau (Archean) sampai sekarang yang
meliputi proses subduksi maupun rifting. Lokasi penelitian dari paper ini adalah daerah
Rajasthan yang meliputi (Gadra-Fatehpur) dengan menarik garis profil A-A,dan B-B.


Gambar 3.4. Daerah penelitian

Hasil interpretasi dari profil A-A sepanjang 330 KM dengan kedalaman 60 km
menunjukkan bahwa bagian kerak cenderung mendatar pada kedalaman 33 km (melalui


Depth Seimic System). Kemudian susunan bagian crustal diperoleh dari garvity anomali
yang menunjukkan geomotri dari setiap layer di bawah permukaan. Sedangkan dari
densitas (metode gravity), diinterpretasikan bahwa lapisan dengan densitas 2400 kg/m
kubik berasal dari aktivitas magmatisme (Decan Magmatism). Hasil dari magnetik
anomali menjelaskan bahwa ada susceptibility yang luas (0,093 SI per unit) yang
terdapat pada lower crust di tengah sayatan dimana menjadi lebih rendah pada sisi-sisi
sampingnya.
Lalu untuk profil B-B sepanjang 245 km dengan kedalaman 60 km dapat
diinterpretasi bahwa komposisi lapisan semakin ke timur semakin kompleks dimana hal
ini menunjukkan adanya struktur fault. Kemudian dari data magnetic juga ditunjukkan
adanya turunnya nilai suscebility. Pada akhir pembahasan digabungkan antara profil A-A
dengan B-B dimana menghasilkan profil Gadra-Fatehpur. Pada profil ini memiliki
panjang 480 km dimana tetap menggabungkan metode graviti dan magnetik. Terdapat
anomali dimana regional high in the graviti field (25 mGal) dimana dikelilingi oleh low
dan low high pair dalam magnetik.
Dari paper kedua ini dapat disimpulkan bahwa data magnetic yang diambil oleh
citra satelit dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan anomali susceptibility namun tetap
digabungkan dengan data-data dari metode geofisika yang lain. Metode magnetic ini
digunakan untuk mengetahui struktur bahwa permukaan.

3.3 Paper III : Geophysical Investigation of Wuda Coal Mining Area, Inner
Mongolia: Electromagnetics and Magnetics for Coal Fire Detection
Paper ketiga berisi tentang investigasi geofisika pada daerah penambangan
batubara Wuda, Inner Mongolia untuk pengujian metode elektromagnetik dan
magnetik dalam pendeteksian api batubara. Penulis paper ini adalah Gerlinde
Schaumann dari Federal Institute for Geosciences and Natural Resources (BGR),
Hanover, Germany, Bernhard Siemon dari Federal Institute for Geosciences and
Natural Resources (BGR), Hanover, Germany, dan Yu Changchun dari China
Aero Geophysical Survey and Remote Sensing Center for Land and Resources
(AGRS), Beijing, P.R. China. Paper ini dipublikasikan pada ERSEC Ecological
Book Series volume 4.
Dengan kerjasama Cina dan Jerman, dilakukan survey Geofisika melalui
jalur udara menggunakan helikopter dengan metode geofisika. Diketahui daerah


pertambangan batubara Wuda terdiri dari litologi batupasir dengan seam batubara
mencapai 18 buah dengan kedalaman bervariasi antara beberapa meter hingga
ratusan meter di bawah permukaan bumi. Diketahui bahwa jika terjadi proses
pembakaran batubara maka susceptibilitas magnetik batubara dan
konduktivitasnya akan bertambah berdasarkan riset-riset dari para ilmuwan seperti
Stenberg dan Lipincott (2004), Hooper (1987), King (1987), Duba (1977), Bartel
(1982), Power dan Schofield (1939)

Gambar 3.5. Daerah pertambangan Wuda

Survey yang dilakukan berupa survey udara dilakukan pada Agustus dan
September 2004. Total medan magnetik diukur secara terus menerus
menggunakan CS-3 Cesium sensor dari Scintrex, Canada. Output sampling rate-
nya adalah 10 Hz untuk sinyal magnetik, dengan jarak penyampelan 1.2 m dan
3.8m, kecepatan rata-rata terbang 140 km h-1. luas area adalah 120 km. Sekitar
300 garis survey dibuat pada jarak 50 m dari timur ke barat dan 250 m untuk utara
ke selatan. AGRS (Aero Geophysical Survey and Remote Sensing Center for
Land and Resources)melakukan ground magnetic survey pada FZ 8 pada May
2005. Dibantu oleh DMT pada October pada tahun yang sama. Survey lines
dipersempit dan diperpanjang pada daerah tertentu yang menjadi interest



Gambar 3.6. Gambar Satelit daerah pertambangan Wuda

Survey magnetik tanah dilakukan AGRS melibatkan HC-95 ground helium
optically-pumped magnetometer. Arah garis ukur pada umumnya dari timur ke
barat, dan jaraknya sekitar 10 meter antar titik. Survey kedua dilakukan DMT,
menggunakan GSM-19, Sistem pabrikan GEM, Canada (Elsen 2006). Hasilnya
hampir sama, namun menambah detail survey. Hasil overlay kedua data tersebut
adalah sebagai berikut:



Gambar 3.7. Anomali medan magnetik pada daerah pertambangan Wuda

Anomali intensitas magnetik T yang didapatkan dari FZ 8 terdapat pada gambar
3.7. Walaupun medan magnetik regional belum dikurangi, pengukuran
disesuaikan dengan pengukuran di tanah. Hal ini karena pengukuran di tanah lebih
akurat karena anomalinya jauh lebih kecil

Gambar 3.8. Anomali magnetik daerah FZ-8



Metode ini sangat berguna untuk deteksi burning coal seam pada suatu
daerah. Metode menggunakan pesawat cukup efektif bila medan yang ditempuh
terlalu berat untuk survey tanah. Metode menggunakan jalur udara harus
memperhatikan aspek: (i) Survey pada ketinggian rendah, (ii) survey lines yang
sempit, dan (iii) penggunaan alat dengan presisi tinggi, serta (iv) alat interpretasi
dan prosesing yang sangat bagus.



























BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Paper I: Delineasi Semburan Gas di Kabupaten Serang, Banten
berdasarkan Data Magnetik
Penerapan turunan horisontal orde pertama pada anomali magnetik
daerah survey menunjukkan adanya kelurusan anomali magnetik pada arah
timurlaut baratdaya yang diinterpretasikan berhubungan dengan
keberadaan stuktur. Pemunculan atau emisi gas ke permukaan dikontrol
oleh permeabilitas akibat proses pembentukan dan aktivitas struktur.
Inklinasi medan magnet pada ekuator yang berarah horizontal (nol derajat)
menjadikan minimum profil anomali berhubungan langsung dengan posisi
sumber benda penyebab anomali. Data magnetik pada setiap titik ukur
magnetik merupakan nilai Medan Magnetik Total. Berdasarkan nilai data
medan magnetik total tersebut terdapat pengaruh medan yang berasal dari
luar bumi yang kemudian dihilangkan dengan koreksi medan magnetik
harian. Sedangkan medan magnet yang berasal dari dalam bumi yang
dibangkitkan dari outer core disebut medan magnet utama dan medan
magnet yang berasal dari kerak bumi merupakan target survei
geomagnetik. Pengaruh dari medan utama pada data hasil pengukuran
dihilangkan dengan koreksi medan utama magnet bumi atau koreksi IGRF
(International Geomagnetic Reference Field). Daerah survey didominasi
oleh nilai magnetik sedang dan rendah. Nilai anomali magnetik tinggi
hanya ada di bagian timur daerah survey, sebelah timur Kawah Cibeutik.
Posisi kawah kawah terletak pada nilai anomali magnetik rendah. Kawah
Catih, Gusalih, Bungkeureuk, Rancabala, Cikasap, Pematang, Mongpok,
Cibeutik dan Astana Agung dan Pontang berada pada dan sekitar klosur
anomali magnetik rendah.

4.2. Paper II: Crustal Structure Of The Western Indian Shield: Model
Based On Regional Gravity And Magnetic Data


Hasil interpretasi dari profil A-A sepanjang 330 KM dengan kedalaman
60 km menunjukkan bahwa bagian kerak cenderung mendatar pada kedalaman
33 km (melalui Depth Seimic System). Kemudian susunan bagian crustal
diperoleh dari garvity anomali yang menunjukkan geomotri dari setiap layer di
bawah permukaan. Sedangkan dari densitas (metode gravity), diinterpretasikan
bahwa lapisan dengan densitas 2400 kg/m kubik berasal dari aktivitas
magmatisme (Decan Magmatism). Hasil dari magnetik anomali menjelaskan
bahwa ada susceptibility yang luas (0,093 SI per unit) yang terdapat pada lower
crust di tengah sayatan dimana menjadi lebih rendah pada sisi-sisi sampingnya.
Lalu untuk profil B-B sepanjang 245 km dengan kedalaman 60 km dapat
diinterpretasi bahwa komposisi lapisan semakin ke timur semakin kompleks
dimana hal ini menunjukkan adanya struktur fault. Kemudian dari data magnetic
juga ditunjukkan adanya turunnya nilai suscebility. Pada akhir pembahasan
digabungkan antara profil A-A dengan B-B dimana menghasilkan profil Gadra-
Fatehpur. Pada profil ini memiliki panjang 480 km dimana tetap menggabungkan
metode graviti dan magnetik. Terdapat anomali dimana regional high in the
graviti field (25 mGal) dimana dikelilingi oleh low dan low high pair dalam
magnetik. Dari paper kedua ini dapat disimpulkan bahwa data magnetic yang
diambil oleh citra satelit dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan anomali
susceptibility namun tetap digabungkan dengan data-data dari metode geofisika
yang lain. Metode magnetic ini digunakan untuk mengetahui struktur bahwa
permukaan.

4.3. Paper III: Geophysical Investigation of Wuda Coal Mining Area,
Inner Mongolia: Electromagnetics and Magnetics for Coal Fire
Detection
Jika terjadi proses pembakaran batubara maka susceptibilitas
magnetik batubara dan konduktivitasnya akan bertambah berdasarkan
riset-riset dari para ilmuwan seperti Stenberg dan Lipincott (2004), Hooper
(1987), King (1987), Duba (1977), Bartel (1982), Power dan Schofield
(1939). Survey yang dilakukan berupa survey udara dilakukan pada
Agustus dan September 2004. Total medan magnetik diukur secara terus
menerus menggunakan CS-3 Cesium sensor dari Scintrex, Canada. Output


sampling rate-nya adalah 10 Hz untuk sinyal magnetik, dengan jarak
penyampelan 1.2 m dan 3.8m, kecepatan rata-rata terbang 140 km h-1.
luas area adalah 120 km. Sekitar 300 garis survey dibuat pada jarak 50 m
dari timur ke barat dan 250 m untuk utara ke selatan. AGRS (Aero
Geophysical Survey and Remote Sensing Center for Land and
Resources)melakukan ground magnetic survey pada FZ 8 pada May 2005.
Dibantu oleh DMT pada October pada tahun yang sama. Survey lines
dipersempit dan diperpanjang pada daerah tertentu yang menjadi interest
Metode ini sangat berguna untuk deteksi burning coal seam pada suatu
daerah. Metode menggunakan pesawat cukup efektif bila medan yang
ditempuh terlalu berat untuk survey tanah. Metode menggunakan jalur
udara harus memperhatikan aspek: (i) Survey pada ketinggian rendah, (ii)
survey lines yang sempit, dan (iii) penggunaan alat dengan presisi tinggi,
serta (iv) alat interpretasi dan prosesing yang sangat bagus.







DAFTAR PUSTAKA

http://bu-gis.blogspot.com/2010/12/pengaksesan-data-igrf.html (diakses tanggal
25 Juni 2014 pukul 16.20 WIB)
Schaumann, dkk.. 2005. Geophysical Investigation of Wuda Coal Mining Area,
Inner Mongolia: Electromagnetics and Magnetics for Coal Fire Detection.
ERSEC: Beijing, China
Suparman, Yasa. 2010. Delineasi Semburan Gas di Kabupaten Serang, Banten
berdasarkan Data Magnetik. PVMBG: Indonesia
Kilaru, dkk.. 2013. Crustal Structure Of The Western Indian Shield: Model Based
On Regional Gravity And Magnetic Data. Geoscience Frontiers

Anda mungkin juga menyukai