Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOFISIKA EKSPLORASI
ACARA I
“PENGENALAN GEOFISIKA EKSPLORASI”

Asisten Praktikum / NIM : Faradhea Safira / H1C017046


Tanggal Praktikum : Kamis, 01 Oktober 2020
Tanggal Penyerahan : Jumat, 02 Oktober 2020

Oleh :
Muhammad Abdul Karim
H1C018022

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Geofisika Eksplorasi
Geofisika eksplorasi merupakan cabang terapan geofisika, yang menggunakan
metode fisik (seperti seismik, gravitasi, magnet, listrik dan elektromagnetik) di permukaan
bumi untuk mengukur sifat fisik bawah permukaan, bersama dengan anomali dalam properti-
properti. Hal ini paling sering digunakan untuk mendeteksi atau menyimpulkan keberadaan
dan posisi deposito geologi bermanfaat secara ekonomis, seperti mineral bijih, bahan bakar
fosil dan hidrokarbon lainnya, reservoir panas bumi, dan waduk air tanah.
Geofisika eksplorasi bisa digunakan untuk langsung mendeteksi gaya target mineralisasi,
melalui mengukur sifat fisik secara langsung. Sebagai contoh, seseorang mungkin mengukur
kepadatan yang kontras antara bijih besi dan batu dinding silikat, atau mungkin mengukur
konduktivitas kontras listrik antara mineral sulfida konduktif dan mineral silikat keras.
Teknik utama yang digunakan adalah:
1) Metode seismik, seperti refleksi seismologi, refraksi seismik, dan tomografi seismik.

2) Geodesi dan gravitasi teknik, termasuk gravitasi gradiometry.


3) Teknik magnetik, termasuk survei aeromagnetik.
4) Teknik listrik, termasuk tomografi resistivitas listrik dan induksi polarisasi.
5) Metode elektromagnetik, seperti magnetotelurik, tanah menembus radar dan
elektromagnetik transien / waktu-domain.
6) Geofisika lubang bor, juga disebut well logging.
7) Teknik penginderaan jauh.
8) Banyak teknik lain, atau metode integrasi teknik di atas, telah dikembangkan dan
digunakan saat ini. Namun ini tidak seperti biasa karena efektivitas biaya, penerapan yang
luas dan / atau ketidakpastian dalam hasil yang dihasilkan.

Geofisika eksplorasi juga digunakan untuk memetakan struktur bawah permukaan dari
suatu daerah, untuk menjelaskan struktur yang mendasari, distribusi spasial satuan batuan,
dan untuk mendeteksi struktur seperti kesalahan, lipatan dan batuan intrusi. Ini merupakan
metode tidak langsung untuk menilai kemungkinan endapan bijih atau akumulasi
hidrokarbon.
Metode dirancang untuk menemukan mineral atau hidrokarbon deposito juga dapat
digunakan di daerah lain seperti pemantauan dampak lingkungan, pencitraan bawah
permukaan situs arkeologi, penyelidikan air tanah, bawah permukaan pemetaan salinitas,
investigasi situs teknik sipil dan pencitraan antarplanet.

Gambar 1.1. sketsa 3D lapisan bawah tanah

2. Metode Geofisika Eksplorasi


Metode Geofisika :
Metode eksplorasi geofisika yang akan dibahas pada materi ini yaitu, geolistrik, seismik
refraksi, GPR, gravity dan magnetik.
A. Metode Geolistrik (metode resistivity/tahanan jenis)
Metoda ini menggunakan medan potensial listrik bawah permukaan sebagai objek
pengamatan utamanya. Kontras resistivity yang ada pada batuan akan mengubah
potensial listrik bawah permukaan tersebut sehingga bisa kita dapatkan suatu bentuk
anomali dari daerah yang kita amati. Dalam metoda geolistrik terdapat beberapa
spesifikasi, yaitu :
1). Self potensial (SP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang terdapat di
alam.
2). Induced potential (IP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang kita
induksikan sendiri kedalam tanah.
Teori utama dalam metoda resistivity sesuai dengan hokum Ohm yaitu arus yang
mengalir (I) pada suatu medium sebanding dengan voltage (V) yang terukur dan
berbanding terbalik dengan resistansi (R) médium, atau dapat dirumuskan sebagai berikut
:
V = I.R
Dimana R (Resistansi) sebanding dengan panjang medium yang dialiri (x), dan
berbanding terbalik dengan luas bidang (A), yang sesuai dengan rumus :
R = x/A
Untuk mendapatkan pengukuran resistivity yang menghasilkan harga resistivitas semu
ρapp (apparent resistivity) dirumuskan oleh :
ρ app = K array . V / I
Dalam pelaksanaan survey dikenal beberapa metoda pengambilan data sesuai dengan
peletakan eloktroda yang dilakukan. Hal ini berpengaruh terhadap faktor geometri
peneletian resistivity yang kita lakukan. Adapun aturan/metoda tersebut antara lain :
a. Metoda Wenner
b. Metoda Gradien
c. Metoda Schlumberger
d. Metoda Dipole-dipole
e. Metoda Pole-dipole

Gambar 2.1. konfigurasi elektroda


B. Metode Seismik Refraksi
Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang terjadi di bumi baik yang
disebabkan secara alami maupun buatan manusia. Adapun pengertian refraksi secara
harfiah adalah pembiasan. Sehingga seismic refraksi adalah pembiasan gelombang
seismic. Selain refraksi dikenal pula seismic refleksi atau pantulan, namun dalam laporan
ini hanya dibahas tentang seismic refraksi karena dalam penelitian yang dilakukan di
daerah Seling hanya menggunakan metoda refraksi.

Gambar 2.2. metode seismic refraksi


Pada dasarnya dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang seismic
pada suatu sistem dan kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap gejala
tersebut melalui receiver (geophone). Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang
kecepatan dan kedalaman lapisan berdasarkan pengukuran waktu tempuh gelombang
antara sumber getaran (shot) dan geophone. Adapun waktu yang diperlukan oleh
gelombang seismic untuk merambat pada lapisan batuan bergantung besar kecepatan
yang dimiliki oleh medium yang dilaluinya tersebut.
Dalam peneletian yang dilakukan di daerah Seling ini metoda seismic refraksi
digunakan untuk mengetahui jumlah lapisan yang ada pada daerah tersebut dan diketahui
pula nilai densitas dari setiap lapisan sehingga kita dapat memperkirakan karakteristik
batuan yang sesuai dengan densitas batuan yang diketahui. Dengan mengetahui jenis
batuan yang diperkirakan dari lapisan tersebut kita bisa menduga batuan di lapisan mana
yang berkemungkinan menjadi bidang lincir yang menyebabkan pergerakan tanah di
daerah Seling tersebut.
Teori Dasar
Dalam penjalaran gelombang seismic yang terjadi di bumi mengikuti beberapa
prinsip fisika perambatan gelombang pada suatu medium yaitu :
a. Prinsip Huygen
Suatu gelombang yang melewati suatu titik akan membuat titik tersebut menjadi
sumber gelombang baru dan akan begitu seterusnya.
b. Prinsip Fermat
Dalam penjalaran gelombang dari satu titik ke titik selanjunya yang melewati suatu
medium tertentu akan mencari suatu lintasan dengan waktu tempuh yang paling
sedikit.
c. Prinsip Snellius
Gelombang yang merambat dan melalui medium yang berbeda akan mengalami
pembiasan maupun pemantulan. Adapun dalam pembiasan maupun pemantulannya
akan mengikuti persamaan berikut :

Sedangkan untuk sudut kritis (q2 = 900) maka persamaannya akan berubah menjadi :

dikarenakan sin 900 = 1


Dalam penjalaran gelombang seismic gelombang yang datang pertama kali
adalah gelombang langsung (jaraknya paling kecil) setelah itu adalah gelombang bias
dan yang paling terakhir ditangkapa adalah gelombang pantul (refleksi).
Selain prinsip utama penjalaran gelombang sebagaimana dijelaskan sebelumnya
dalam metoda refraksi dikenal pula prisip Hagiwara. Metoda Hagiwara ini digunakan
untuk menentukan kedalaman suatu lapisan dari daerah yang kita survey yaitu daerah
Seling. Ketika digunakan metoda Hagiwara sebagai metoda intrepetasi maka
diperlukan suatu pasngan kurva travel time bolak-balik (reciprocal travel time
curve) yang direfraksikan dari suatu lapisan pada kedalaman lapisan yang diselidiki.
C. Metode GPR (Groun Penetrating Radar)
Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode
geofisika yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik
dengan menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar
menggunakan gelombang elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang
memperlihatkan refleksi seperti pada metode seismik refleksi.
Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk
mendeteksi benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter)
dengan resolusi yang tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi.
Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran
velocity Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan
versus kedalaman, dan transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
Teori Dasar
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver sebagai
pendeteksi gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-
pulsa yang tidak terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu tertentu.
Mode konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik
dan bistatik. Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu
antena. sedangkan moded bistatik bila kedua antena memiliki jarak pemisah.
Transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu sesuai
dengan karaketristik antena tersebut (10 MHz – 4 GHz). Receiver diset untuk melakukan
scan yang secara normal mancapi 32-512 scan per detik. Setiap hasil scan ditampilkan
pada layar monitor (real-time) sebagai fungsi waktu two-way traveltime, yaitu waktu
yang dibutuhkan gelombang EM menjalar dari transmitter, target dan ke receiver.
Tampilan ini disebut radargram.
Fenomena elektromagnetik dapat dijelaskan dengan persamaan Maxwell. Persamaan
ini terdiri dari 4 persamaan medan dan untuk tiap-tiap persamaan merupakan hubungan
antara medan dengan distribusi sumber yang bersangkutan.
Gambar 2.3. persamaan metode gpr
Persamaan yang menghubungkan sifat fisik medium dengan medan yang timbul pada
medium tersebut dapat dinyatakan dengan :

Gambar 2.4. persamaan metode gpr

Keterangan :
H = intensitas medan magnet (ampere/m)
D = perpindahan listrik (coulomb/m2)
є = permitivitas listrik (farad/m)
σ = konduktivitas (1/ohm-m)
Persamaan Maxwel ini adalah landasan berpikir dari perambatan gelombang
elektromagnet. Pada material dielektrik murni suseptibilitas magnetik (μ) dan
permitivitas listrik (є) adalah konstan dan tidak terdapat atenuasi dalam perambatan
gelombang. Tidak sama halnya jika berhadapan dengan material dielektrik yang ada.
Sifat-sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material
tersebut. Keduanya ini mempengaruhi cepat rambat perambatan gelombang dan atenuasi
gelombang elektromagnet.
Keberhasilan dari metoda GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang tertransmisikan. Perbandingan energi yang direfleksikan
disebut koefisien refleksi (R) yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang
elektromagnet dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif
dari media yang berdekatan. Hal ini dapat terlihat pada persamaan berikut :

Gambar 2.5. persamaan metode gpr


Keterangan :
V1 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 1
V2 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 2, dan V 1 < V2
є1 dan є2 = konstanta dielektrik relatif lapisan 1 dan lapisan 2
Dalam semua kasus, besarnya R terletak antara -1 dan 1. bagian dari energi yang
ditransmisikan sama dengan 1-R. Persamaan diatas daplikasikan untuk keadaan normal
pada permukaan bidang datar. Dengan asumsi tidak ada sinyal yang hilang sehubungan
dengan amplitudo sinyal.
Jejak yang terdapat pada rekaman georadar merupakan konvolusi dari koefisien refleksi
dan impulse georadar ditunjukkan oleh persamaan :

Keterangan :
r(t) = koefisien refleksi
A(t) = amplitudo rekaman georadar
F(t) = impulse radar
n(t) = noise radar
Besar amplitudo rekaman georadar r(t) akan tampak pada penampang rekaman
georadar berupa variasi warna. Refleksi atau transmisi di sekitar batas lapisan
menyebabkan energi hilang. Jika kemudian ditemukan benda yang memiliki dimensi
yang sama dengan panjang gelombang dari sinyal gelombang elektromagnet maka benda
ini menyebabkan penyebaran energi secara acak. Absorbsi ( mengubah energi
elektromagnet menjadi energi panas ) dapat menyebabkan energi hilang. Penyebab yang
paling utama hilangnya energi karena atenuasi fungsi kompleks dari sifat lstrik dan
dielektrika media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi (α) tergantung dari konduktifitas (σ),
peermeabilitas magnetik (μ), dan permitivity (є) dari media yang dilalui oleh sinyal dan
frekuensi dari sinyal itu sendir (2πf). Sifat bulk dari material ditentukan oleh sifat fisik
dari unsur pokok yang ada dan komposisinya.
Prinsip kerja georadar
GPR adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari kondisi bawah permukaan
berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan gelombang radio yang
mempunyai rentang frekuensi antara 1-1000 MHz dan dapat mendeteksi parameter
permitivitas listrik (ε), konduktivitas (σ) dan permeabilitas magnetik (μ). GPR dapat
disebut juga dengan metode refleksi elektromagnetik karena memanfaatkan sifat radiasi
elektromagnetik yang memperliahtkan refleksi separti pada metode gelombang seismik.
GPR digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk stratigrafi tanah, studi air tanah,
pemetaan fracture bedrock dan penentuan kedalaman dari permukaan air tanah (Annan
dan Davis, 1989).
Prinsip Kerja GPR
Prinsip kerja alat GPR yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio
Detection and Ranging) ke dalam medium target dan selanjutnya gelombang tersebut
dipantulkan kembali ke permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver), dari
hasil refleksi itulah barbagai macam objek dapat terdeteksi dan terekam dalam radargram.
Mekanisme kerja GPR dan contoh rekaman radargram ditunjukan oleh gambar
Gambar 2.6. rekaman radargram
Untuk mendeteksi suatu objek diperlukan perbedaan parameter kelistrikan dari medium
yang dilewati gelombang radar. Perbedaan parameter kelistrikan itu antara lain
permitivitas listrik, konduktivitas dan permeabilitas magnetik.
Sifat elektromagnetik suatu material bergantung pada komposisi dan kandungan air
didalamnya, dimana keduanya merupakan pengaruh utama pada perambatan kecepatan
gelombang radar dan atenuasi gelombang elektromagnetik dalam material. Reynold
dalam bukunya An Introduction to Applied and Evironmental Geophysics, menyatakan
bahwa kecepatan gelombang radar dalam suatu medium tergantung pada kecepatan
cahaya dalam ruang hampa (c = 0.3 m/ns), konstanta dielektrik relatif medium (εr) dan
permeabilitas magnetic relatif (μr).
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan. refleksi yang
ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik timbul akibat adanya perbedaan
antara konstanta dielektrik relatif antara lapisan yang berbatasan.
Perbandingan energi yang direfeleksikan disebut koefesien refeleksi (R) yang
ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnetik dan lebih mendasar
lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif dari medium yang berdekatan.
Material V (m/

Air 1 300

Water (fresh) 81 33

Water (sea) 81 33

Sand 3–6 120 – 170

Clay soil 3 173

Sand (wet) 25 – 30 55 – 60

Sand (dry) 3–6 120 – 170

Agricultural land 15 77

Average ‘soil’ 16 75

Granite 5–8 106 – 120

Limestone 7–8 100 – 113

Dolomite 6,8 – 8 106 – 115

Basalt 8 106

Dalam perambatannya, amplitudo sinyal akan mengalami pelemahan karena adanya


energi yang hilang, sebagai akibat terjadinya refleksi / trasmisi di tiap batas medium dan
terjadi setiap kali gelombang radar melewati batas antar medium. Faktor kehilangan
energi disebabkan oleh perubahan energi elektromagnetik menjadi panas. Penyebab dasar
terjadinya atenuasi merupakan fungsi kompleks dari sifat dielektrik dan sifat listrik
medium yang dilewati oleh sinyal radar. Faktor atenuasi tergantung pada konduktivitas,
permitivitas, dan permeabilitas magnetic medium, dimana sinyal tersebut menjalar, serta
frekuensi sinyal itu sendiri.
Skin depth ( adalah kedalaman dimana sinyal telah berkurang menjadi 1/e (yaitu
Hubungan antara konstanta dielektrik dan cepat rambat gelombang radar dapat dilihat
pada tabel dibawah ini. Untuk material geologi, berada pada rage 1-30, sehingga range
jarak cepat rambat gelombang menjadi besar yaitu sekitar 0.03 sampai 0.175 m/ns
(Reynolds, 1997). Konstanta dielektrik relatif dan cepat rambat gelombang
elektromagnetik untuk material geologi (McCann et al, 1988)
D. Metode Gravity
Metode Gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang
memenfaatkan sifat daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip
eksplorasi dengan metode gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface.

Gambar 2.7. metode gravity

3. Cari paper mengenai metode geofisika eksplorasi, kemudian resume paper tersebut
Paper berjudul “Studi Identifikasi Struktur Bawah Permukaan dan Keberadaan
Hidrokarbon Berdasarkan Data Anomali Gaya Berat Pada Daerah Cekungan Kalimantan
Tengah”. Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi struktur sesar daerah penelitian,
memodelkan bawah permukaan daerah penelitian berdasarkan nilai kontras densitas batuan,
serta analisis korelasi sumur hidrokarbon dan struktur di daerah penelitian tersebut. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data gayaberat Bouguer Anomaly. Adapun lokasi
penelitian berada di dua propinsi yaitu Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Kalimantan
Tengah. Lokasi penelitian ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.1. lokasi penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka terhadap
beberapareferensi yang menjelaskan tentang area Cekungan Kalimantan Tengah, pengolahan
data gayaberat hingga diperoleh anomaly Bouguer, pemisahan anomaly Bouguer regional
dan local dengan metode moving average. Kemudian dilakukan analisis spektrum,
Selanjutnya untuk mengetahui struktur bawah permukaan dilakukan pemodelan inversi 3D
anomaly Bouguer. Hasil pemodelan selanjutnya dilakukan interpretasi dan analisis dengan
membandingkan data-data geologi di daerah tersebut.
Pertama yang dilakukan adalah mereduksi data observasi untuk mendapatkan anomali
gaya berat daerah penelitian berupa koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi bouguer
dan koreksi medan. Setelah itu dilakukan analisis spektrum menggunakan numeri. Tujuan
dari analisis spektrum ini adalah untuk mengetahui kedalaman bidang batas dari sumber
penyebab anomaly regional secara analisis numerik. Baik itu anomali lokal maupun regional.
Kedalaman bidang batas dalam hal ini adalah besar kemiringan (harga mutlak slope) dari Log
Power Spektrum (Ln Amplitudo) terhadap frekuensi (Banu, 2013). Lalu melakukan slicing
pada kontur anomaly rendah dan tinggi pada anomaki bouguer. Setelah didapat kurva analisis
spectrum, dari kurva tersebut kita memperoleh kedalaman 8000 meter dan lebar jendela 17.
Lebar jendela ini digunakan untuk mendapatkan peta residual. Setelah itu dilakukan
pemisahan anomali regional dan residual. Anomali residual yang kemudian digunakan di
filter menggunakan SVD (Second Vertical Derivative).
Gambar 3.2. estimasi lebar jendela
Anomali daerah penelitian memiliki rentang nilai 18-60 mgal, anomali rendah berada
di daerah utara penelitian sedangkan anomaly tinggi berada di daerah selatan . Berdasarkan
pola anomali bouguer tampak adanya kontur anomali merapat dan lurus di bagian tengah
utara daerah penelitian yang mengindikasikan adanya patahan di daerah tersebut seperti
diperlihatkan pada berikut.
Gambar 3.3. peta anomaly bouguer daerah penelitian
Analisis untuk menentukan jenis sesar yang terdapat pada daerah penelitian
ditampilkan dalam gambar di bawah. Dari hasil analisis ini didapat Dari hasil analisis second
vertical derivative, didapat sesar-sesar turun dengan trend relatif arah utara-selatan.
Penarikan sesar pada peta anomali second vertical derivative ini dibantu dengan data geologi
pada daerah penelitian.
Gambar 3.4. Anomali second vertical derivative beserta analisis jenis sesar

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Anomali
daerah penelitian memiliki rentang nilai 18-60 mgal, anomali rendah berada di daerah utara
penelitian sedangkan anomaly tinggi berada di daerah selatan. Adanya struktur patahan turun
yang cukup besar di bagian atas berarah NE-SW, hal ini ditunjukkan dari peta Anomali
Bouguer dan peta anomali Second Vertical Derivative di daerah tersebut. Daerah prospek
hidrokarbon di daerah tersebut berkorelasi dengan daerah tinggian yang ditunjukkan oleh
peta anomaly residual. Pada daerah ini terdapat dua sumur hidrokarbon.
BAB II

TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum Geofisika Eksplorasi acara Pengenalan Geofisika Eksplorasi
adalah sebagai berikut :

1. Praktikan dapat mengetahui metode-metode yang digunakan dalam geofisika eksplorasi


2. Praktikan dapat mengetahui koreksi-koreksi dalam metode gravitasi
3. Praktikan dapat mengetahui konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik
BAB III

HASIL PRAKTIKUM

1. Sebutkan dan jelaskan alat-alat metode geofisika eksplorasi beserta gambarnya


2. Jelaskan aplikasi geofisika di bidang geologi (tiap metode)
3. Sebutkan kelebihan dan kekurangan metode geofisika eksplorasi
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Sebutkan dan jelaskan alat-alat metode geofisika eksplorasi beserta gambarnya


A. Gravimeter
Dalam pengukuran metode gravity, alat yang digunakan sebagai sensor atau alat
pengukur variasi medan gravitasi adalah Gravimeter. Gravimeter jenis lama yang lebih
awal digunakan dalam pengukuran menggunakan pendulum untuk mengukur bacaan
variasi medan gravitasi. Gravimeter sendiri sudah mengalami perkembangan sejak
pertama kali digunakan. Gravimeter yang sudah mengalami perkembangan sudah tidak
lagi menggunakan pendulum untuk mengukur gravitasi. Sebuah gravimeter pada
dasarnya menggunakan spring atau pegas. Perubahan gravitasi menyebabkan panjang
pegas bertambah. Prinsip ini merupakan aplikasi dari Hukum Hooke. Dari pertambahan
panjang pegas tersebut, maka dapat diketahui nilai-nilai perubahan medan gravitasi di
tiap-tiap titik atau lokasi pengukuran gaya berat.
Salah satu contoh alat gravimeter adalah Gravimeter jenis Worden. Prinsip kerjanya
adalah menggunakan dua buah pegas di dalamya. Pegas pertama berfungsi sebagai
pengukur sedangkan pegas kedua berfungsi menambah ketelitian sebanyak 2000 ug. Alat
ini dapat mengukur perbedaan garvitasi bumi sebesar 1:100.000.000 dari kondisi
gravitasi normal bumi. Gravimeter Worden memiliki ketelitian 0.01 mGal.

Gambar 4.1. gravimeter


B. Seismometer
adalah alat pengukur gempa bumi. Istilah lain untuk menyebut sensor pendeteksi gempa
adalah seismograf. Contoh alatnya adalah Seismograph OYO McSeis-SX 3 chanel.
Digunakan untuk akuisisi data seismik refraksi, menampilkan gelombang seismik dari
hasil data seismik refraksi.

Gambar 4.2. seismometer


C. Geophone
adalah perangkat yang mengkonversi gerakan tanah menjadi tegangan, yang dapat
direkam di sebuah stasiun rekaman. Geophone merupakan transducer pergerakan tanah
yang sangat sensitif. Sebuah geophone mengubah energi seismik, atau vibrasi, menjadi
tegangan listrik yang dapat diukur secara akurat
Gambar 4.3. geophone

D. Hydrophone
Hydrophone digunakan karena sensor geophone tidak dapat bekerja baik di air.
Sensor hydrophone memanfaatkan sifat kristal pizoelektrik yang peka terhadap tekanan.

Gambar 4.3. hydrophone

E. Magnetometer
adalah alat ukur medan magnet yang banyak digunakan untuk berbagai penyelidikan
antara lain untuk penelitian bahan-bahan magnetik, keamanan penerbangan (mendektesi
barang bawaan), pemetaan medan magnet bumi dan pengetesan kebocoran medan magnet
dari suatu alat penghasil lainnya
Gambar 4.4. magnetometer

2. Jelaskan aplikasi geofisika di bidang geologi (tiap metode)


Ilmu geofisika dapat dimanfaatkan dalam penyelidikan kebumian seperti mitigasi
bencana gempa bumi, mitigasi bencana gunung api, eksplorasi minyak bumi, eksplorasi
mineral dan logam, dan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan dan bangunan. Untuk pemanfaatan ilmu geofisika
tersebut, maka diperlukan metode yang sesuai. Hal ini yang membuat terdapat berbagai
macam metode Geofisika.

A. Metode gravity dan metode magnetik mendeteksi perbedaan dalam kepadatan dan
magnet, masing-masing, dengan mengukur variasi gravitasi bumi dan medan magnet.

Gambar 5.1. metode gravity


Gambar 5.2. metode magnetism

B. Metode radiometrik mendeteksi variasi dalam radioaktivitas alami, dari mana


kandungan unsur radio dari batuan dapat diperkirakan.

Gambar 5.3. metode radiometrik

C. Metode seismik mendeteksi variasi sifat elastis batuan, bermanifestasi sebagai variasi
dalam perilaku gelombang seismik yang melewatinya.
Survei seismik sangat efektif untuk menyelidiki stratigrafi berlapis, sehingga merupakan
andalan industri perminyakan tetapi relatif jarang digunakan oleh industri mineral.

Gambar 5.4. metode seismik

D. Metode geolistrik, berdasarkan pada sifat listrik batuan dan mineral, adalah yang paling
beragam dari lima kelas. Konduktivitas listrik, atau resistivitas timbal baliknya, dapat
diperoleh dengan mengukur perbedaan potensial listrik pada batuan. Ketika potensi
muncul dari proses alami, teknik ini dikenal sebagai metode spontan potensial atau
potensi diri (SP). Ketika mereka dikaitkan dengan arus listrik yang dihasilkan secara
buatan melewati batuan, teknik ini dikenal sebagai metode resistivitas. Perpanjangan
untuk ini adalah metode polarisasi terinduksi (IP) yang mengukur kemampuan batuan
untuk menyimpan muatan listrik. Sifat listrik juga dapat diselidiki dengan menggunakan
arus listrik yang dibuat dan diukur melalui fenomena induksi elektromagnetik. Ini
adalah metode elektromagnetik (EM), dan sementara konduktivitas listrik tetap
menjadi faktor penting, implementasi teknik yang berbeda dapat menyebabkan sifat
listrik lainnya dari batuan mempengaruhi pengukuran.
Lalu metode geolistrik dapat digunakan untuk mengidentifikasi situs arkeologi di pulau
laut
Gambar 5.4. arah lintasan geolistrik

Gambar 5.5. hasil pengukuran geolistrik pada salah satu lintasan


Gambar 5.6. metode geofisika yang diaplikasikan untuk geologi

3. Sebutkan kelebihan dan kekurangan metode geofisika eksplorasi


A. Metode Geolistrik

Kelebihan metode geolistrik dengan metode geofisika yang lain :


1) Harga peralatan murah
2) Biaya survei relatif murah
3) Peralatan relatif kecil dan ringan
4) Waktu yang dibutuhkan relatif cepat, bisa mendapatkan 4 titik dalam sehari
Kekurangan metode geolistrik dengan metode geofisika yang lain :
1) Tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst
2) Untuk mendeteksi air tidak bisa diketahui berapa jumlah volume pasti air tersebut
3) Tidak bisa membedakan air mengalir dan yang statis
4) Tidak bisa menjangkau wilayah yang dalam karena jankauannya berkisar 1000-
1500 kaki dibawah permukaan bumi

B. Metode Seismik
Kelebihan metode seismik dengan metode geofisika yang lain :
1) Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam parameter fisis
yang relevan, yaitu kecepatan seismik.
2) Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah permukaan
3) Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan beberapa
kenampakan pengendapan.
4) Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari densitas batuan dan
konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap perubahan konstanta tersebut
(porositas, permeabilitas, kompaksi, dll) pada prinsipnya dapat diketahui dari
metode seismik.
5) Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan hidrokarbon
Kekurangan metode seismik dengan metode geofisika yang lain :
1) Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat besar jika
diinginkan data yang baik
2) Perolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik dibandingkan dengan
metode geofisika lainnya.
3) Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu, membutuhkan komputer
mahal dan ahli-ahli yang banyak.
4) Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal dari metode
geofisika lainnya.
5) Hanya bisa untuk beberapa eksplorasi saja misalnya minyak dan gas bumi, karena
bisa digunakan untuk pemetaan struktur bawah tanah mencari jebakan-jebakan
hidrokarbon. Dan tidak bisa digunakan untuk identifikasi panas bumi dan
eksplorasi tambang
Perbandingan Seismik Refraksi – Seismik Refleksi
a. Metode Seismik Refraksi (Bias)
Keunggulan :
1) Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi sumber dan penerima yang kecil,
sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya
2) Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk
memperkuat sinyal first berak yang dibaca.
3) Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka pengembangan
model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan seperti metode geofisika
lainnya
Kelemahan :
1) Dalam pengukuran yang regional , Seismik refraksi membutuhkan offset yang
lebih lebar.
2) Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat sebagai
fungsi kedalaman.
3) Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi
4) Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak (offset)
5) Model yang dibuat didesain untuk menghasilkan waktu jalar teramati.

b. Metode seismic refleksi (pantul)


Kelebihan :
1) Pengukuran seismik pantul menggunakan offset yang lebih kecil
2) Seismik pantul dapat bekerja bagaimanapun perubahan kecepatan sebagai
fungsi kedalaman
3) Seismik pantul lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks
4) Seismik pantul merekan dan menggunakan semua medan gelombang yang
terekam.
5) Bawah permukaan dapat tergambar secara langsung dari data terukur
Kelemahan :
1) Karena lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk memberikan citra
bawah permukaan yang lebih baik, maka biaya akuisisi menjadi lebih mahal.
2) Prosesing seismik refleksi memerluakn komputer yang lebih mahal, dan
sistem data base yang jauh lebih handal.
3) Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap database harus
kuat, diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang kompleks dan
interpretasi membutuhkan personal yang cukup ahli.

C. Metode Gravitasi
Kelebihan metode gravitasi dengan metode geofisika yang lain :
1) Metode gravitasi cocok digunakan dalam pemetaan Salt Dome, karena secara
keseluruhan garam mepunyai densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
formasi yang berada disekitarnya.
2) Metode gravitasi juga dapat digunakan dalam mempelajari air tanah, dan
untuk mendeteksimineral-mineral berat, seperti Chromites, dan lain lain.
3) Metode gravitasi yang menggunakan gravitimeter yang sangat sensitif dapat
digunakan untuk mendeteksi terowongan bawah tanah, dan lokasi dari pemakaman-
pemakanman di Pyramid.
4) Bersifat non destruktif
5) Instrumen yang ideal (gravimeter kecil dan portable)
Kekurangan metode gravitasi dengan metode geofisika yang lain :
1) Metode dengan tingkat ambiguitas yang tinggi
2) Perlu adanya pemahaman geologi yang mendalam dengan metode lainnya

D. Metode Geomagnetik
Kelebihan metode magnetik dibanding metode yang lain :
1) Metode ini sensitive terhadap perubahan vertikal, umumnya digunakan untuk
mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan
mineral ferromagnetic, struktur geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat
hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetic yang memberi kontras pada
batuan sekelilingnya.
2) Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila
dipanasi mendekati temperature Curie oleh karena itu efektif digunakan untuk
mempelajari daerah yang dicurigai mempunyai potensi geothermal
3) Data akuisisi dan data prosesing dilakukan tidak serumit metoda gravitasi.
penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan anomaly
berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber anomali magnetik
yang ingin diselidiki.
Kekurangan metode magnetik dibanding metode yang lain :
1) Setiap jenis batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau penamaannya
sama, dapat saja mempunyai sifat dan karakteristik yang spesifik akibat peristiwa
geologi yang dialaminya. Sehingga bisa memberikan data yang didapat berbeda
dengan kenyataan yang sebenarnya di bawah permukaan.
BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum Geofisika Eksplorasi acara Pengenalan Geofisika


Eksplorasi adalah sebagai berikut :

1. Ada 4 metode yang paling sering digunakan pada geofisika eksplorasi, yaitu metode gravitasi
untuk eksplorasi air tanah, metode geolistrik untuk eksplorasi mineral mengandung logam,
metode seismic untuk eksplorasi deposit mineral dalam jumlah besar (misalnya batu pasir),
dan metode magnetic yang bisa digunakan untuk eksplorasi bahan bakar fosil (minyak, gas,
dan batubara).
2. Koreksi koreksi yang terdapat dalam metode gravitasi antara lain, drift correction, latitude
correction, free air correction, bouguer correction, dan terrain correction.
3. Konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik ada 3, yaitu konfigurasi schlumberger yaitu
konfigurasi dengan 4 elektroda dimana jarak antara elektroda a dan elektroda c tidak sama
dengan jarak antara elektroda c dan elektroda d; konfigurasi wenner yaitu konfigurasi dengan
4 elektroda dimana jarak antara elektroda a dan elektroda c memiliki nilai yang sama dengan
jarak antara elektroda d dan elektroda b serta jarak antara elektroda c dan elektroda d; dan
konfigurasi dipole-dipole yaitu konfigurasi dimana jarak antara elektroda a dan elektroda b
sama dengan jarak antara elektroda c dan elektroda d.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2016. Pengenalan Ilmu Geofisika. Lampung. https://esdm.lampungprov.go.id/detail-


post/pengenalan-ilmu-geofisika. (diakses tanggal 02 oktober 2020, pukul 16.18)

Anonymous. 2018. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Geofisika. Yogyakarta.


https://baixardoc.com/documents/kelebihan-dan-kekurangan-metode-geofisikadocx-
5c40e5d3c82da . (diakses tanggal 02 oktober 2020, pukul 14.55)

Broto, Sudaryo. 2011. Aplikasi Metode Geomagnet Dalam Eksplorasi Panasbumi. Semarang.
Scientific Journal Fakultas Teknik Undip, 32(1), 79-81

Erviantari, Dian; Sarkowi, Muh. 2014. Studi Identifikasi Struktur Bawah Permukaan dan
Keberadaan Hidrokarbon Berdasarkan Data Anomali Gaya Berat Pada Daerah Cekungan
Kalimantan Tengah. Bandar Lampung. Jurnal Geofisika Eksplorasi, 2(1), 13-19

Gunawan, Dino. 2016. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Situs Arkeologi Di Pulau Laut
Natuna. Jakarta. Majalah Arkeologi, 25(1), 45-52

Harianto; Rasyid, Nasruddin; Marwansyah 2015. Geofisika Eksplorasi. Makassar.


https://www.academia.edu/24900964/GEOFISIKA_EKSPLORASI. (diakses tanggal 26
september 2020, pukul 16.08)

Kiswarasari, Primalailia. 2013. Aplikasi Metode Seismik Refraksi untuk Mendeteksi Potensi
Longsor di Desa Deliksari Kecamatan Gunungpati Semarang. Semarang.
https://lib.unnes.ac.id/19520/. (diakses tanggal 02 oktober 2020, pukul 14.29)

Reza. 2018. 5 Metode Geofisika untuk Eksplorasi Mineral dan Tambang. Bandung.
https://geofisika.id/metode-geofisika-untuk-eksplorasi-mineral-tambang/. (diakses tanggal 02
oktober 2020, pukul 16.11)

Sismanto. 2016. Geofisika Bagian Dari Geosains Dalam Eksplorasi. Yogyakarta.


https://duniatambang.co.id/. (diakses tanggal 27 september 2020, pukul 11.58)
LAMPIRAN

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN


KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA
BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

Dian Erviantari, Muh. Sarkowi

Program Studi Teknik Geofisika Universitas Lampung, Jl.


Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35245.

Email: diannerviantari@gmail.com

ABSTRACT

In this study, it has been to identified the structural and hidrocarbon prospect on Central Kalimantan Basin using gravity method. Fault
Structure in this Field has been identified using second vertical derivative and 3D inversion modelling Bouguer Anomaly. Bouguer anomaly
in this field has a high anomaly in the center while the low anomaly in the north and south area. From second vertical derivative anomaly
map indicated presence normal fault on NE-SW direction. Hidrocarbon prospect in this area are corelate with high residual anomaly.

Keywords : Bouguer Anomaly, Fault, Second Vertical Derivative, Structure

1. PENDAHULUAN Kalimantan Tengah. Lokasi penelitian


Gayaberat merupakan salah satu metode ditunjukkan pada Gambar 1.
geofisika yang digunakan untuk
menggambarkan struktur geologi bawah
permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi
bumi akibat perbedaan densitas secara lateral.
Salah satu penerapan metode gayaberat yaitu
dalam tahap awal eksplorasi hidrokarbon
dimana metode ini digunakan untuk
memperkirakan konfigurasi atau kedalaman
basement dan keberadaan cekungan.
Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi
struktur sesar daerah penelitian, memodelkan
bawah permukaan daerah penelitian
berdasarkan nilai kontras densitas batuan, serta
analisis korelasi sumur hidrokarbon dan
struktur di daerah penelitian tersebut.

2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN


2.1. Lokasi dan Geologi Daerah Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah data gayaberat Bouguer Anomaly.
Adapun lokasi penelitian berada di dua propinsi
yaitu Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi
Cekungan Kalimantan merupakan 3 cekungan
busur belakang (cekungan Tarakan, cekungan
Kutai, cekungan Barito) yang terjadi akibat
pergerakan tektonik tersier. Awal tersier terjadi
pengangkatan tinggian Mangkaliat dan suiker
brood ridge cekungan Kalimantan menjadi
cekungan Tarakan dan cekungan Kutai. Pada
masa Oligosen bawah terjadi tektonik fleksur
sepanjang paternoster cross high atau barito
kutai cross high yang memisahkan cekungan
Kutai dengan cekungan Barito. Kemudian pada
masa Miosen tengah terjadi pengangkatan
pegunungan meratus berarah timur laut-barat
daya memisahkan cekungan Barito dengan
cekungan Asem-asem. Pada masa plio
plesitosen terjadi cekungan Kalimantan
terangkat ke konfigurasi yang ada sekarang
(Heryanto, 2008). Pada Gambar 2
diperlihatkan stratigrafi daerah penelitian.

2.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini


adalah dengan studi pustaka terhadap beberapa
referensi yang menjelaskan tentang area
Cekungan Kalimantan Tengah, pengolahan
data gayaberat hingga diperoleh anomaly
Bouguer,
pemisahan anomali Bouguer regional dan lokal interpretasi jenis struktur terhadap data anomali
dengan metode moving average. Kemudian Bouguer yang diakibatkan oleh adanya struktur
dilakukan analisis spektrum, Selanjutnya untuk sesar turun atau sesar naik menggunakan
mengetahui struktur bawah permukaan operator Derat Elkins (Tri, 2012).
dilakukan pemodelan inversi 3D anomali
Bouguer. Hasil pemodelan selanjutnya Pada anomali second vertical derivative, nilai
dilakukan interpretasi dan analisis dengan kontur second vertical derivative diasumsikan
membandingkan data-data geologi di daerah berbanding lurus dengan kedalaman cekungan
tersebut. (kontur rendah diasumsikan cekungan, kontur
tinggi diasumsikan tinggian) (Rizka, et all,2011)
2.3. Pengolahan Data dan Hasil Pemodelan.

Pertama yang dilakukan adalah mereduksi data 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


observasi untuk mendapatkan anomali gaya
berat daerah penelitian berupa koreksi lintang, 3.1 Anomali Gayaberat Bouguer dan
koreksi udara bebas, koreksi bouguer dan Residual
koreksi medan. Setelah didapat anomali
bouguer. Setelah itu dilakukan analisis Anomali daerah penelitian memiliki rentang
spektrum menggunakan numeri. Tujuan dari nilai 18-60 mgal, anomali rendah berada di
analisis spektrum ini adalah untuk mengetahui daerah utara penelitian sedangkan anomali
kedalaman bidang batas dari sumber penyebab tinggi berada di daerah selatan . Berdasarkan
anomaly regional secara analisis numerik. Baik pola anomali bouguer tampak adanya kontur
itu anomali lokal maupun regional. Kedalaman anomali merapat dan lurus di bagian tengah
bidang batas dalam hal ini adalah besar utara daerah penelitian yang mengindikasikan
kemiringan (harga mutlak slope) dari Log adanya patahan di daerah tersebut seperti
Power Spektrum (Ln Amplitudo) terhadap diperlihatkan pada Gambar 4.
frekuensi (Banu, 2013). Tahapan análisis
spektrum adalah melakukan slicing pada kontur Peta anomali residual, Gambar 5 menunjukkan
anomali rendah dan tinggi pada anomali adanya pola anomali rendah di bagian utara dan
bouguer seperti pada gambar. Setelah dilakukan barat daya sedangkan anomali tinggi berada di
slice didapatlah kurva análisis spektrum,Pada bagian tengah penelitian memanjang dari barat
analisa Numeri diperoleh kedalaman 8000 m ke timur. Anomali ini berkorelasi dengan
dan lebar jendela 17. Lebar jendela inilah yang adanya hidrpkarbon di daerah tersebut yang
digunakan untuk mendapatkan peta residual dibuktikan dengan adanya sumur x dan sumur y
terlihat pada Gambar 3. Menggunakan program diperlihatkan pada Gambar 5.
Surfer, Grid data ABL untuk di filter untuk
mendapatkan peta regional daerah penelitian. 3.2 Anomali Second Vertical Derivative
Setelah itu dilakukan pemisahan anomali
Analisis untuk menentukan jenis sesar yang
regional dan residual. Anomali residual yang
terdapat pada daerah penelitian ditampilkan
kemudian digunakan di filter menggunakan
dalam Gambar 6. Dari hasil analisis ini didapat
SVD (Second Vertical Derivative).
Dari hasil analisis second vertical derivative,
Setelah itu, menggunakan metode moving didapat sesar-sesar turun dengan trend relatif
average didapatkan peta anomali residual. arah utara-selatan. Penarikan sesar pada peta
anomali second vertical derivative ini dibantu
Mengunakan anomali residual dan operator
dengan data geologi pada daerah penelitian.
elkins maka diperoleh peta anomali second
vertical derivative. Metode second vertical Berdasarkan Gambar di atas, terdapat 2 line
derivative dapat digunakan untuk membantu hasil slice anomali Second Vertical Derivative,
pada line A terlihat bahwa nilai Second vertical ditunjukkan dari peta Anomali Bouguer dan
derivativemax lebih besar dari nilai Second peta anomali Second Vertical Derivative di
vertical derivative min yang berarti patahan yang daerah tersebut.
berada pada daerah tersebut merupakan patahan
turun. Hal yang sama juga terjadi pada line B, 3. Daerah prospek hidrokarbon di daerah
dimana nilai second vertical derivative max lebih tersebut berkorelasi dengan daerah
besar dari nilai second vertical derivative min tinggian yang ditunjukkan oleh peta
yang mengindikasikan patahan turun. Hal anomali residual. Pada daerah ini terdapat
tersebut juga diperkuat dengan penampang dua sumur hidrokarbon.
kordinat y dan kedalaman pada nilai kordinat x
dari 320000-350000 pada Gambar 7 DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan nilai densitas yang diperoleh dari Rizka, et al.2011.Studi Identifikasi Struktur dan
pengolahan 3D. penampang tersebit Prospek Hidrokarbon Berdasarkan
menunjukkan bawah permukaan yang lebih Metode Gayaberat Pada Cekungan
jelas, terlihat pada penampang, struktur patahan Kutai, Kalimantan Timur.JTM Vol. XVIII
yang terdapat pada daaerah penelitian No. 4
merupakan patahan turun. Hal tersebut
diperkuat dengan adanya pemodelan 3D dari
anomaly Bouguer daerah penelitian. pada
kedalaman lebih dari 4000 m terlihat adanya Trias et al.2011. Studi Identifikasi Struktur Dan
patahan turun seperti yang telah diuraikan Prospek Hidrokarbon Daerah Frontier
sebelumnya, diperlihatkan oleh Gambar 8. Pada Cekungan Melawi-Ketungau,
Kalimantan Barat Dengan Metode
Terlihat pada Gambar 9, garis putus-putus Gayaberat. JTM Vol. XVIII No. 2
berwarna merah yang terdapat pada peta
geologi regional tepat berada pada kontur nol
daerah penelitian. Sedangkan pada bagian
selatan peta juga terdapat kontur nol anomal Banu A.L, Benediktus.2013. Pemodelan 3D
second vertical derivative, kenyataan pada peta Gayaberat dan Analisis Struktur Detail
geologi regional menunjukkan adanya Untuk Pengembangan Lapangan Panas
perbedaan formasi. Bumi Kamojang. Universitas Lampung :
Lampung
4. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Anomali daerah penelitian memiliki rentang Larasati, tri Rizki. 2012. Identifikasi Sistem
nilai 18-60 mgal, anomali rendah berada di Panas Bumi Lapangan Kamojang
daerah utara penelitian sedangkan Berdasarkan Pemodelan 3d Anomali
anomali tinggi berada di daerah selatan. Gaya Berat. Universitas Lampung :
2. Adanya struktur patahan turun yang cukup Lampung
besar di bagian atas berarah NE-SW, hal ini
R.Heryanto.2008.Paleogeografi Cekungan
Tersier Barito, Kalimantan. Pusat Survei
Geologi : Bandung
LAMPIRAN

Gambar 1. Derah Penelitian

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Penelitian


Gambar 3. Estimasi Lebar jendela

Gambar 4 . Peta Anomali Bouguer daerah penelitian


Sumur y
Sumur x

Gambar 5 . Peta Anomali residual daerah penelitian

Gambar 6 . Anomali second vertical derivative beserta analisis jenis sesar


Gambar 7 . Penampang x daerah penelitian

Gambar 8. Pemodelan 3D daerah penelitian


Gambar 9. Peta geologi regional dan anomali second
vertical derivative

Anda mungkin juga menyukai