Anda di halaman 1dari 32

TUGAS PRASYARAT

GEOFISIKA EKSPLORASI
ACARA IV
“METODE SEISMIK”

Oleh :
Muhammad Abdul Karim
H1C018022

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2020
1. Pengertian Metode Seismik beserta Kekurangan dan Kelebihan
Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang
didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang
dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direleksikan atau direfraksikan
sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Sumber seismik
umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat
besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan
dinamit. Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang
disebut geofon, yang mengukur pergerakan bumi.
Keunggulan :
a. Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam
parameter fisis yang relevan, yaitu kecepatan seismik.
b. Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah permukaan
c. Dapat digunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan beberapa
kenampakan pengendapan.
d. Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari densitas
batuan dan konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap perubahan
konstanta tersebut (porositas, permeabilitas, kompaksi, dll) pada
prinsipnya dapat diketahui dari metode seismik.
e. Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan
hidrokarbon

Kekurangan :

a. Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat


besar jika diinginkan data yang baik
b. Perolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik dibandingkan
dengan metode geofisika lainnya.
c. Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu, membutuhkan
komputer mahal dan ahli-ahli yang banyak.
d. Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal dari
metode geofisika lainnya.
e. Deteksi langsung terhadap kontaminan, misalnya pembuangan limbah,
tidak dapat dilakukan.
2. Terdapat dua macam metode dasar seismik yang sering digunakan, yaitu
seismik refraksi dan seismik refleksi.
a. Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan
sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi
umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi
bantalan batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama seismik
pada masing-masing geofon memberikan informasi mengenai
kedalaman dan lokasi dari horizon-horizon geologi ini. Informasi ini
kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk
menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari
bantalan batuan cadas.
Kelebihan :
1) Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi sumber dan penerima
yang kecil, sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya
2) Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering
untuk memperkuat sinyal first berak yang dibaca.
3) Karena pengambilan data dan lokasi yang cukup kecil, maka
pengembangan model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan
seperti metode geofisika lainnya
Kekurangan :
1) Dalam pengukuran yang regional , Seismik refraksi membutuhkan
offset yang lebih lebar.
2) Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat
sebagai fungsi kedalaman.
3) Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi
4) Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak
(offset)
5) Model yang dibuat didesain untuk menghasilkan waktu jalar teramati.
Gambar 1.1. Metode Seismik Refraksi

b. Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls


suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi
geologi, dan kembali ke permukaan tanah pada suatu geophone.
Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada suatu muka
tebing atau jurang.Metoda seismic repleksi banyak dimanfaatkan untuk
keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun
mendeteksi struktur lapisan tanah. Seismic refleksi hanya mengamati
gelombang pantul yang datang dari batas-batas formasi geologi.
Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis gelombang yakni:
Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan Gelombang
Love.
Kelebihan :
1) Pengukuran seismik pantul menggunakan offset yang lebih kecil
2) Seismik pantul dapat bekerja bagaimanapun perubahan kecepatan
sebagai fungsi kedalaman
3) Seismik pantul lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks
4) Seismik pantul merekan dan menggunakan semua medan gelombang
yang terekam.
5) Bawah permukaan dapat tergambar secara langsung dari data terukur
Kekurangan :
1) Karena lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk
memberikan citra bawah permukaan yang lebih baik, maka biaya
akuisisi menjadi lebih mahal.
2) Prosesing seismik refleksi memerluakn komputer yang lebih mahal,
dan sistem data base yang jauh lebih handal.
3) Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap database
harus kuat, diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang
kompleks dan interpretasi membutuhkan personal yang cukup ahli.

Gambar 1.2. Metode Seismik Refleksi

3. Alat yang digunakan Pada Metode Seismik


a. Seismograph
Seismograph berfungsi untuk mendeteksi, dengan memperkuat, dan
merekam getaran yang terjadi pada bumi

Gambar 1.3. Seismograf


b. Kabel Geophone
Kabel Geophone berfungsi sebagai penghubung antar trace

Gambar 1.4. Kabel Geophone


c. Geophone
Geophone berfungsi sebagai Penerima getaran dari gelombang sumber
yang berupa sinyal analog

Gambar 1.5. Geophone


d. Aki dan Power Supply
Aki berfungsi sebagai media penyimpan dan pensuplai arus listrik.
Sedangkan Power supply sebagai sumber tegangan.

Gambar 1.6. Aki dan Power Supply


e. GPS
Digunakan untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur,
lintang, ketinggian dan waktu. Gps ini dalam menentukan posisi suatu
titi lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit
karena satelit dapat menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak
terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.

Gambar 1.7. GPS

4. Prosedur Pengambilan Data


a. Akuisisi Data Seismik : semua kegiatan yang berkaitan dengan
pengumpulan data sejak survey pendahuluan dengan survey detail.
1) Mencari informasi literatur mengenai daerah tersebut, diantaranya
apakah sudah pernah dilakukan penelitian dengan metode geofisika
tertentu. Agar diperoleh point survey.
2) Mencari informasi mengenai kondisi/struktur geologi area, misalnya
peta geologi.
3) Tentukan tujuan dari akuisisi
4) Dibuat design survey dengan menyesuaikan kondisi lapangan.design
survey dibuat serapat/seideal mungkin agar didapat data yang
diinginkan.
5) Ditentukan konfigurasi yang akan diterapkan di lapangan, serta
Source yang akan digunakan
6) Cek list kelengkapan sebagai berikut :
a) Kalibrasi alat
b) Akomodasi transportasi
c) Job description masing-masing peserta survey
d) Form data akuisisi
b. Pengolahan Data Seismik (processing data seismik) : kegiatan untuk
mengolah data rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk
penampang seismik migrasi
c. Interpretasi Data Seismik : kegiatan yang dimulai dengan penelusuran
horison, pembacaan waktu, dan plotting pada penampang seismik yang
hasilnya disajikan atau dipetakan pada peta dasar yang berguna untuk
mengetahui struktur atau model geologi bawah permukaan.

5. Microseismic dan HSVR


a. Microseismic
Mikroseismik adalah metode geofisika yang memanfaatkan getaran
alami dengan amplitudo rendah. Amplitudo rendah dari tanah tersebut
timbul karena peristiwa alam (angin, gelombang laut) ataupun karena
perbuatan manusia (kendaraan atau orang berjalan), yang dapat
menggambarkan kondisi geologi dekat permukaan area penelituian.
Hasil pengukuran dari metode mikroseismik bisa menunjukkan sifat
getaran dalam berbagai jenis lapisan tanah. Paramater yang digunakan
ialah frekuensi natural dan amplifikasi. Dengan dua parameter tersebut
bisa terdeteksi daerah yang rentan terhadap goncangan.

Menurut (Mirzaoglu et al., 2003), Mikroseismik adalah getaran tanah


dengan amplitudo pergeseran sekitar 0,1-1 μm dan amplitudo kecepatan
0,001 cm/s sampai 0,01 cm/s. Mikroseismik dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yakni berdasarkan rentang periodenya. Jenis pertama
adalah mikroseismik periode pendek dengan periode kurang dari 1
detik. Jenis kedua adalah mikroseismik periode panjang dengan periode
lebih dari 1 detik. Penentuan panjang periode juga terpengaruhi dengan
targetnya, semakin dalam target maka periode yang digunakan ialah
lebih dari 1 detik.
b. HSVR
Menurut Nakamura (1989), Metode HVSR ditemukan oleh ilmuan
Jepang bernama Nogoshi & Igarashi pada tahun 1971. Dengan metode
ini dapat digunakan untuk mengestimasi frekuensi natural dan
amplifikasi geologi setempat dari data mikroseismik.
Metode HVSR adalah metode membandingkan spektrum komponen
horizontal terhadap komponen vertikal dari gelombang mikroseismik.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Nogoshi dan Iragashi yang
menyatakan adanya hubungan antara perbandingan komponen
horizontal dan vertikal, yang kemudian disempurnakan oleh Nakamura
yang menyatakan bahwa, “Perbandingan spektrum H/V sebagai fungsi
frekuensi berhubungan erat dengan efek tapak lokal untuk gelombang S
(shear)”. Menurut Konno and Ohmachi (1998), mikroseismik sebagian
besar terdiri atas gelombang permukaan.
Persamaan Matematis HVSR
HVSR adalah metode yang membandingkan spektrum horizontal dan
vertikal yang dapat berfungsi mengetahui karakteristik jenis tanah pada
area penelitian melalui informasi tentang nilai frekuensi natural dan
amplifikasi. Salah satu aplikasi metode ini adalah estimasi tingkat
kerentanan tanah terhadap bahaya gempa bumi yang bisa terjadi kapan
saja karena bersifat secara tiba-tiba.
Pada metode HVSR akan diperoleh 3 komponen yang sangat penting. 3
komponen tersebut ialah komponen horizontal barat timur, horizontal
utara selatan dan komponen vertikal. Ketiga komponen tersebut lalu
dibuat menjadi perbandingan 2 komponen. Dengan cara melakukan
penggabungan kedua data horizontal (barat timur dan utara selatan).
Penggabungan 2 komponen ini biasanya dilakukan berdasarkan kaidah
Phytagoras dalam fungsi frekuensi. Lalu penggabungan komponen
horizontal dibagi dengan komponen vertikal, seperti ditunjukan pada
persamaan matematis sebagai berikut:
R=√(〖HEW〗^2+〖HNS〗^2 )/V
dengan :
R : spektrum rasio HVSR
HEW : spektrum komponen horisontal barat-timur
HNS : adalah spektrum komponen horisontal utara-selatan
V : adalah spektrum komponen vertikal.
Dengan persamaan matematis di atas maka akan diperoleh spektrum
rasio HVSR. Spektrum itu memiliki panjang rekaman sesuai dengan
hasil data lapangannya. Panjang rekaman akan memuat berbagai
informasi spektrum dari berbagai sinyal yang didapat. Sehingga harus
dilakukan pemisahan sinyal. Sinyal yang dipakai hanya direntang 0,5
Hz hingga 20 Hz. Lebih dari 20 Hz maka dianggap sebagai noise.
Setelah diperoleh sinyal alami bawah permukaan, maka akan dilakukan
perhitungan H/V yang hasilnya adalah frekuensi natural dan
amplifikasi, Nilai frekuensi natural diperoleh dari puncakan pertama
pada kurva H/V. Sementara nilai amplifikasi diperoleh dari perhitungan
H/V rata-rata panjang spektrumnya. Dengan demikian maka frekuensi
natural disebut sebagai komponen vertikal dan amplifikasi disebut
komponen horizontal.
Asumsi dari HSVR
Nakamura merumuskan sebuah fungsi transfer HVSR (horizontal to
vertikal spektrum ratio) mikroseismik dengan mengasumsikan hal-hal
berikut :
1) Lapisan permukaan yang berupa batuan lunak / soil tersebut
merupakan lapisan horizontal semi tak hingga.
2) Mikroseismik tersusun atas berbagai jenis gelombang.
3) Pada batuan dasar komponen horizontal dan vertikal gerak
partikel adalah sama.
4) Tidak ada penguatan komponen vertikal pada batuan lunak / soil.

6. Macam-Macam Gelombang Seismik


a. Gelombang Badan / Body Wave
Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik
dan arah perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan
gerak partikel pada media dan arah penjalarannya gelombang dapat
dibedakan menjadi gelombang P dan gelombang S.
Gelombang P disebut dengan gelombang kompresi/gelombang
longitudinal. Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling besar
dibandingkan dengan gelombang seismik yang lain, dapat merambat
melalui medium padat, cair dan gas. Persamaan dari kecepatan
gelombang P adalah sebagai berikut :

𝜆 + 2𝜇
Vp = √
𝑝

Keterangan :
𝜆 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑒
𝜇 = 𝑟𝑖𝑔𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑝 = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

Gambar 1.8. Gelombang P


Gelombang S disebut juga gelombang shear/ gelombang transversal.
Gelombang ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila
dibandingkan dengan gelombang P dan hanya dapat merambat pada
medium padat saja. Gelombang S tegak lurus terhadap arah rambatnya.
Persamaan dari kecepatan Gelombang S adalah sebagai berikut :

𝜇
Vs = √
𝑝

Gambar 1.9. Gelombang S


b. Gelombang Permukaan
Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain
gelombang badan. Gelombang ini ada pada batas permukaan medium.
Berdasarkan pada sifat gerakan partikel media elastik, gelombang
permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi
yang rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar akibat adanya
efek free survace dimana terdapat perbedaan sifat elastik (Susilawati,
2008). Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu gelombang
Reyleigh dan gelombang Love.
Gelombang Reyleigh merupakan gelombang permukaan yang Orbit
gerakannya elips tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya.
Gelombang jenis ini adalah gelombang permukaan yang terjadi akibat
adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang geser
secara konstruktif.
Persamaan dari kecepatan gelombang Reyleigh adalah sebagai berikut :
VR = 0,92√Vs

Gambar 2.0. Gelombang Reyleight


Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menjalar
dalam bentuk gelombang transversal yang merupakan gelombang S
horizontal yang penjalarannya paralel dengan permukaannya (Gadallah
and Fisher, 2009).
Gambar 2.1. Gelombang Love
7. Langkah-Langkah Picking Data Seismik
a. Menentukan interval
b. Menarik garis interpretasi pada interpretation window
c. Garis yang didapat bisa digeser dan disesuaikan. Semakin kecil interval,
makin akurat namun akan membutuhkan banyak data
d. Pada picking patahan/fault dan horizon kita lakukan hingga sudah tidak
ditemukan lagi suatu kemenerusan
e. Interpretasi fasies seismic
f. Interpretasi struktur geologi

8. Macam-Macam Internal Reflection Patterns

Gambar 2.2. Internal Reflection Patterns


Terdapat 3 macam Internal Reflection Patterns, yaitu adanya
Progradational, Simple, dan Complex.
a. Progradational

Gambar 2.3. Internal Reflection Patterns Progradational


1) Sigmoid: Tekstur ini dapat terbentuk dengan suplai sediment
yang cukup, kenaikan muka laut relatif cepat, rejim
pengendapan energy rendah, seperti slope, umumnya sediment
butir halus.
2) Oblique tangential: suplai sediment yang cukup sampai besar,
muka laut yang konstan seperti delta, sediment butir kasar pada
delta plain, channel dan bars.
3) Oblique parallel: oblique tangensial varian, sediment terpilah
lebih baik.
4) Complex: lidah delta dengan energi tinggi dengan slope
terprogradasi dalam energi rendah.
5) Shingled: terbentuk pada zona dangkal dengan energi rendah.
6) Hummocky: terbentuk pada daerah dangkal tipikal antar delta
dengan energi sedang.
b. Simple

Gambar 2.3. Internal Reflection Patterns Simple


1) Parallel: disebabkan oleh pengendapan sedimen dengan rate
yang seragam (uniform rate), atau pada paparan (shelf) dengan
subsiden yang uniform atau sedimentasi pada stable basin
plain.
2) Subparallel: terbentuk pada zona pengisian, atau pada situasi
yang terganggu oleh arus laut.
3) Subparallel between parallel: terbentuk pada lingkungan
tektonik yang stabil, atau mungkin fluvial plain dengan
endapan berbutir sedang.
4) Wavy parallel: terbentuk akibat lipatan kompresi dari lapisan
parallel diatas permukaan detachment atau diapir atau sheet
drape dengan endapan berbutir halus.
5) Divergent: terbentuk akibat permukaan yang miring secara
progresif selama proses sedimentasi.
6) Chaotic: pengendapan dengan energi tinggi (mounding, cut and
fill channel) atau deformasi seteah proses sedimentasi (sesar,
gerakan overpressure shale, dll.)
7) Reflection free: batuan beku, kubah garam, interior reef
tunggal.
8) Local chaotic: slump (biasanya laut dalam) yang diakibatkan
oleh gempabumi atau ketidakstabilan gravitasi, pengendapan
terjadi dengan cepat.
c. Complex

Gambar 2.3. Internal Reflection Patterns Complex


1) Fan Complex: penampang lateral dari kipas (fan) yang dekat
dengan sumber sediment
2) Volcanic Mound: margin konvergen pada tahap awal; pusat
aktivitas rifting pada rift basin
3) Compound Fan Complex: superposisi dari berbagai kipas.
4) Migrating wave: diakibatkan oleh arus laut, laut dalam.

9. Resume Paper Metode Seismik


Resume Paper yang berjudul “Aplikasi Metode Seismik Refraksi Untuk
Lintasan Terowongan. Studi Kasus Wilayah ‘SMBR’.”. Paper ini
menjelaskan tentang rekayasa bawah permukaan untuk mengetahui
geologi struktur dengan menggunakan metode geofisika merupakan salah
satu cara yang efektif karena bersifat tidak merusak. Metode seismik
refraksi dapat menjadi salah satu solusi untuk menentukan stiffness.
Konsep dasar metode seismik refraksi adalah perbedaan elastic properties
pada batuan dan lapisan tanah. Kelebihan dari metode seismik refraksi
adalah dapat mendeteksi lapisan dangkal.
Daerah penelitian melewati 3 buah formasi geologi yang berbeda
diantaranya :
a. Tob adalah formasi brani dimana formasi ini didominasi oleh batuan
sedimen. Pada formasi ini terdapat konglomerat dengan warna cokelat
keunguan, berukuran kerikil (4-64mm) sampai kerakal (64-256 mm).
dengan aneka fragemen berupa andesit, batu gamping, batu sabak dan
argilit, granit, kuarsit, kadang-kadang “arkosic gritsand” yang berbutir
kasar, terpilah buruk, menyudut-membundar tanggung, padat, keras
sampai dapat diremas dan umumnya tidak berlapis.
b. Qal merupakan jenis alluvium sungai yang terdiri dari batu lempung,
batu pasir, kerikil bongkahan batu beku dan kuarsit. Pada peta formasi
ini ditunjukkan dengan warna putih.
c. PCkq merupakan anggota bawah formasi Kuantan dimana pada
formasi ini terdapat Kuarsit, batupasir kuarsa dengan sisipan filit, batu
sabak, serpih, batuan gunung api, tuf klorit, konglomerat dan rijang.

Desain akuisisi seismik refraksi pada penelitian ini memiliki panjang


lintasan 1800 m. Dengan tail 600 m disamping kiri dan kanan lintasan.
Fungsi dari tail adalah untuk menghilangkan blank area bawah permukaan
di posisi geophone pertama. Terdapat berbagai macam konfigurasi untuk
akuisisi data ada bentuk split spread, push end, pull end dan custom. Pada
penelitian ini digunakan metode asymmetric split spread. Istilah
asymmetric digunakan karena jarak antar CMP (Common Mid Point) tidak
seimbang seperti pada gambar 1. Metode asymmetric lebih efektif
dilakukan untuk survei seismik refraksi karena yang bergerak lebih
dominan adalah shot point.

Gambar 2.4. Symmetrical Split Spread Asymmetrical Split Spread


Data - data seismik yang diperoleh diidentifikasikan posisi setiap
geophone dan posisi sumber seismiknya dengan cara mengedit ataupun
membuat geometri, sehingga dapat dikenali oleh komputer sebagai
satu kesatuan database. Proses editing geometri dapat dilakukan di
lapangan (pada saat survei dilakukan) dan di evaluasi kembali sebelum
diproses. Pada lintasan 2D selain data koordinat Easting dan Northing
perlu juga diketahui kondisi ketinggian masing masing geophone
karena dalam processing faktor topografi mempengaruhi nilai inversi

Gambar 2.5. Susunan konfigurasi pemasangan geophone


Berdasarkan hasil inversi seismik refraksi pada lintasan SMBR seperti
ditunjukkan pada gambar 9 diperoleh nilai velocity layer yang
bervariasi. Lapisan pertama terindikasi sebagai soil atau tanah residual
dengan nilai velocity 300-900 m/s dengan kedalaman berkisar pada 10
– 15 m. Pada gambar 9 lapisan residual ditunjukkan oleh warna hitam
dan biru gelap. Pada lapisan kedua terindikasi sebagai sandstone
dengan rentang nilai velocity 1800 – 3100 m/s (Barton, 2007). Dan
pada lapisan ketiga terdapat lapisan siltstone dengan rentang 2400-
4400 m/s. Keberadaan zona anomali ditandai dengan penurunan nilai
velocity yang drastis, hal ini bisa diindikasikan pengaruh patahan,
rekahan, ataupun kontak batuan. Pada daerah anomali yang
ditunjukkan pada gambar 8 harus diperhatikan secara khusus
dikarenakan nilai velocity yang rendah merupakan tanda bahwa batuan
tersebut termasuk batuan yang lunak.
Berdasarkan analisa dan pengolahan data seismik refraksi diketahui
bahwa daerah penelitian didominasi oleh lapisan batuan dengan
velocity yang sangat tinggi. Pada lokasi tertentu terdapat penurunan
velocity yang diindikasikan sebagai patahan sehingga pada saat
pembangunan terowongan perlu dilakukan perkuatan terowongan.
Untuk mengetahui jenis perkuatan yang sesuai diperlukan adanya
informasi tambahan mengenai kecepatan geser (Vs) batuan sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode MASW
(Multichannel Analysis Surface Waves), serta untuk mengetahui
adanya deformasi atau kontak batuan saat dilangsungkan konstruksi
terowongan perlu
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2016. Metode Seismik. Surakarta.
http://103.23.224.151/konsultanGeo/index.php/2016/08/15/metode-
seismik/. (diakses pada 02 november 2020, pukul 13.05)
Juanita, Retno. 2011. Gelombang Seismik. Solo.
https://juanita.blog.uns.ac.id/files/2011/01/gelombang-seismik1.pdf.
(diakses pada 02 november 2020, pukul 13.46)
Marenda, Putra. 2020. Penjelasan Lengkap Mikroseismik HVSR, Fungsi dan
Penerapannya. Sleman. https://memora.id/2020/03/03/penjelasan-lengkap-
mikroseismik-hvsr-fungsi-dan-penerapannya/. (diakses pada 02 november
2020, pukul 13.21)
Novita, Vani. 2014. Metode Seismik Refraksi. Malang.
https://blog.ub.ac.id/vanino/2014/01/30/metode-seismik-refraksi/ (diakses
pada 02 november 2020, pukul 13.13)
Rotimi, Oluwatosin. 2014. Classification of internal reflection patterns of seismic
data. Nigeria. https://www.researchgate.net/figure/Classification-of-
internal-reflection-patterns-of-seismic-data-after-Mitchum-et-
al_fig3_274092385. (diakses pada 04 november 2020, pukul 19.11)
LAMPIRAN
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 29-34. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN:
2502-3659
Artikel diterima 31 Juni 2018, Revisi 16 Agustus 2018. Online
31Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i1 29
APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK
LINTASAN TEROWONGAN. STUDI KASUS WILAYAH
“SMBR”
Moch Lutfi Zakaria1, Dwa Desa Warnana1, Amien Widodo1, dan
Nefrizal2
1Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan
dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2PT. Elnusa Tbk
e-mail: lutfizakaria25@gmail.com
Abstrak. Metode seismik refraksi telah banyak digunakan untuk
rekayasa bawah permukaan dalam
mengidentifikasi struktur dan stratigrafi dengan memanfaatkan
perbedaan elastic properties pada
batuan. Pada penelitian seismik refraksi diterapkan untuk analisa
bawah permukaan dalam penentuan
jalur terowongan. Terowongan yang direncanakan melewati perbukitan
di wilayah SMBR sangat penuh
dengan resiko geologi seperti adanya struktur dan zona weathering
layer. Panjang lintasan akuisisi ini
sepanjang 1800 m dengan 38 titik tembak. Dari hasil pengolahan data
diperoleh 3 buah lapisan, Lapisan
pertama adalah soil atau tanah residual dengan rentang velocity 300-
1200 m/s, pada lapisan kedua
terdapat sandstone dengan rentang nilai velocity 1800 – 3100 m/s dan
pada lapisan ketiga terdapat
lapisan siltstone dengan rentang 2400-4400 m/s. Selain itu terdapat
struktur berupa patahan pada meter
ke -1105. Berdasarkan data bor sampai kedalaman 50 m dominan
terdapat sandstone sehingga sering
terjadi lose. Dengan mengetahui kondisi bawah permukaan diharapkan
proses konstruksi menjadi lebih
efektif dan menurunkan risiko kecelakaan kerja.
Kata Kunci: Seismik Refraksi, Terowongan, Velocity Layer
Abstract. Seismic refraction methods have been widely used to
analyze some of the elastic properties of
rocks. In this study, improvements were made to the subsurface
analysis in determining the tunnel path.
The tunnel that is separated in the hills in the area of SMBR is very
complete with geological risks as well
as zone structure and weathering layers. The length of this line is 1800
m long with 38 shoot points. From
the data processing obtained 3 layers, the first layer is the ground or
residual soil with a velocity of
around 300-1200 m / s, in the second layer there is sandstone with an
average velocity range 1800 - 3100
m / s and on the layer of soil there is a layer siltstone with range 2400-
4400 m / sec. In addition there is a
fracture structure on 1105. Based on borehole data with a depth of 50
m dominant there is sandstone,
often a loss. By knowing the subsurface condition is expected to make
the construction process more
effective and reduce the risk of work accident.
Keywords: Refraction Seismic, Tunnel, Velocity Layer
PENDAHULUAN
Rekayasa bawah permukaan untuk mengetahui
geologi struktur dengan menggunakan metode
geofisika merupakan salah satu cara yang efektif
karena bersifat tidak merusak. Metode geofisika
yang dulu digunakan oleh ahli geologi untuk
mendapatkan sumber daya alam sekarang telah
berkembang secara luas dan banyak digunakan
untuk analisa geoteknik dalam pencegahan
bencana alam dan perlindungan lingkungan. Selain
digunakan untuk mengetahui lapisan bawah
permukaan penggunaan lainnya adalah untuk
menentukan karakteristik fisik-mekanis batuan
seperti determinasi kekakuan (stiffness) lapisan
bawah tanah (Menzies dkk., 2000). Determinasi
nilai stiffness diperlukan pada pekerjaan konstruksi
untuk mencegah lapisan bawah tanah atau massa
batuan mengalami displacement.
Metode seismik refraksi dapat menjadi salah
satu solusi untuk menentukan stiffness (Jurić-
Kaćunić dkk., 2011). Konsep dasar metode seismik
refraksi adalah perbedaan elastic properties pada
batuan dan lapisan tanah. Kelebihan dari metode
seismik refraksi adalah dapat mendeteksi lapisan
dangkal. Metode ini dapat menganalisis ketebalan
lapisan penutup dan lapisan yang renggang,
mengklasifikasi batuan yang ada di sekitar
terowongan dan mengetahui zona rekahan(Haihong
dan Wei-wei, 2016).
Daerah penelitian melewati 3 buah formasi
geologi yang berbeda diantaranya :
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 29-34. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN:
2502-3659
Artikel diterima 31 Juni 2018, Revisi 16 Agustus 2018. Online
31Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i1 30
Tob adalah formasi brani dimana formasi ini
didominasi oleh batuan sedimen. Pada formasi ini
terdapat konglomerat dengan warna cokelat
keunguan, berukuran kerikil (4-64mm) sampai
kerakal (64-256 mm). dengan aneka fragemen
berupa andesit, batu gamping, batu sabak dan
argilit, granit, kuarsit, kadang-kadang “arkosic
gritsand” yang berbutir kasar, terpilah buruk,
menyudut-membundar tanggung, padat, keras
sampai dapat diremas dan umumnya tidak berlapis.
Umur formasi ini diperkirakan sama dengan
Formasi Sangkarewang dengan hubungan antar
formasi berupa hubungan menjemari, dengan
umur yaitu Paleosen hingga Eosen.
Qal merupakan jenis alluvium sungai yang
terdiri dari batu lempung, batu pasir, kerikil
bongkahan batu beku dan kuarsit. Pada peta
formasi ini ditunjukkan dengan warna putih.
PCkq merupakan anggota bawah formasi
Kuantan dimana pada formasi ini terdapat Kuarsit,
batupasir kwarsa dengan sisipan filit, batu sabak,
serpih, batuan gunung api, tuf klorit, konglomerat
dan rijang.
Terdapat 2 buah batuan berbeda yakni batuan
sedimen pada formasi Brani (Tob), Alluvium dan
batuan metamorf (PCKq). Pada formasi Tob dan
PCKq terjadi ketidak selarasan karena terjadi
perubahan umur yang lama. PCKq berumur
Permian Karbon dan Tob berumur Tersier.
Berdasarkan jenisnya ini termasuk dalam
nonconformity karena adanya lapisan batuan
sedimen yang menumpang pada batuan metamorf.
Proses terbentuknya ketika ada batuan sedimen
dengan batuan metamorf. Suatu saat proses
sedimentasi berhenti untuk waktu yang lama
sehingga perlapisan tersebut tererosi sampai
tersingkap batuan metamorf. Kemudian proses
sedimentasi berjalan lagi sehingga dihasilkan
metamorf dengan bagian atas tampak tererosi dan
ditumpangi suatu lapisan batuan sedimen.
METODOLOGI
Desain akuisisi seismik refraksi pada penelitian
ini memiliki panjang lintasan 1800 m. Dengan tail
600 m disamping kiri dan kanan lintasan. Fungsi
dari tail adalah untuk menghilangkan blank area
bawah permukaan di posisi geophone pertama.
Terdapat berbagai macam konfigurasi untuk
akuisisi data ada bentuk split spread, push end, pull
end dan custom. Pada penelitian ini digunakan
metode asymmetric split spread. Istilah asymmetric
digunakan karena jarak antar CMP (Common Mid
Point) tidak seimbang seperti pada gambar 1.
Metode asymmetric lebih efektif dilakukan untuk
survei seismik refraksi karena yang bergerak lebih
dominan adalah shot point.
Symmetrical Split Spread Asymmetrical Split Spread
SHOT POINT
GEOPHONE
Gambar 1 Perbedaan antara symmetrical split spread
dan asymmetrical split spread. Garis hitam menunjukkan
arah penjalaran sinar gelombang. (dok. penulis)
Untuk memudahkan penomoran digunakan
labelling dengan trace number. Labelling pada
setiap trace dimulai dari angka 1000, misal untuk
trace ke 1 berarti dimulai dari 1001. Hal ini untuk
memberikan kemudahan apabila diperlukan
tambahan trace sebelum trace ke 0. Sehingga trace
tersebut tidak memiliki nilai negatif. Setiap trace
mewakili 1 buah geophone. Jarak antar setiap trace
adalah 10 m dan jarak titik tembak (shot point)
berjarak setiap 5 buah trace. Pada gambar 2 trace
geophone disimbolkan dengan bendera biru dan
untuk SP disimbolkan dengan bendera merah.
Geophone yang sudah terpasang disambungkan
dengan WRU. Fungsi dari WRU untuk
mentransmisikan data yang diperoleh dari
geophone. Dalam setiap lintasan terdapat satu
buah LIU yang menerima data dari WRU. Dari LIU
data akan terkumpul dalam Labo.
Data - data seismik yang diperoleh
diidentifikasikan posisi setiap geophone dan posisi
sumber seismiknya dengan cara mengedit ataupun
membuat geometri, sehingga dapat dikenali oleh
komputer sebagai satu kesatuan database. Proses
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 29-34. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN:
2502-3659
Artikel diterima 31 Juni 2018, Revisi 16 Agustus 2018. Online
31Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i1 31
editing geometri dapat dilakukan di lapangan (pada
saat survei dilakukan) dan di evaluasi kembali
sebelum diproses. Pada lintasan 2D selain data
koordinat Easting dan Northing perlu juga diketahui
kondisi ketinggian masing masing geophone karena
dalam processing faktor topografi mempengaruhi
nilai inversi
WRU
GEOPHONE
SHOT POINT
TRACE
NUMBER
Gambar 2. Susunan konfigurasi pemasangan geophone
selama akuisisi data. Geophone yang digunakan adalah
single geophone (dok. penulis)
Gambar 3. Topografi daerah SMBR yang ekstrim akan
mempengaruhi hasil inversi
Data sinyal yang diperoleh dari lapangan tidak
selalu jernih sehingga diperlukan proses
pengolahan sinyal pada saat processing. Filtering
berguna untuk menghilangkan noise yang
menutupi sinyal seperti adanya aktivitas disekitar
geophone ataupun noise yang disebabkan
malfungsi dari alat (Nurdiyanto dkk., 2011).
Terdapat 4 jenis filtering yang dapat digunakan
pada pengolahan data sinyal antara lain low-pass
filtering, high-pass filtering, band-pass filtering dan
band reject-filtering. Penggunaan filtering
disesuaikan dengan kondisi data, tapi yang paling
umum digunakan adalah band-pass filtering. Proses
filtering dengan menggunakan metode
bandpass akan meloloskan sinyal yang berada di
dalam ‘trapesium’ bandpass.
Gambar 3. Topografi daerah SMBR yang ekstrim akan
mempengaruhi hasil inversi
Gambar4. Data seismik sebelum difilter
Gambar 5. Data seismik setelah difilter. Kotak berwarna
merah menunjukkan perbedaan yang jelas antara data
sebelum dan sesudah difilter
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 29-34. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN:
2502-3659
Artikel diterima 31 Juni 2018, Revisi 16 Agustus 2018. Online
31Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i1 32
Inversi adalah proses curve fitting antara data
observasi dengan data kalkulasi. Pada seismik
refraksi data yang berupa wiggle dilakukan picking
untuk memperoleh travel time. Dari proses
tersebut diperoleh nilai dalam bentuk ms. Dengan
menggunakan Persamaan inversi bisa didapatkan
nilai velocity dari setiap layer. Metode inversi yang
bisa dipakai ada beberapa macam diantaranya
Smoothness Constrained, Occam, Marquadt,
Focused dan Block. Pada penelitian ini metode yang
digunakan adalah Smoothness Constrained. Metode
inversi smoothness Constrained menggunakan
prinsip least square inversion dengan
menambahkan operator penghalus atau
smoothing. Hasil dari algoritma ini menghasilkan
citra yang halus tanpa batas tegas dan distribusi
parameter yang stabil. Matriks Persamaan dari
jenis inversi ini adalah sebagai berikut :
(ATWTWA + ΜcTC)Δm = ATWTΔf
Dimana A = Matriks Jacobian;
C = Operator smoothing;
W = Matriks yang berisi eror relative
terhadap data observasi;
m = Parameter section;
T = Parameter regulasi
f = Discrepancy vector (Perbedaan vektor)
antara data kalkulasi dan observasi.
Berdasarkan Persamaan tersebut dapat diketahui
bahwa kontras model tidak diminimalisir selama
proses inversi. Dengan algoritma ini memungkinkan
untuk menerima nilai misfit yang minimum. Pada
kebanyakan kasus metode ini digunakan untuk
langkah awal interpretasi (Zond, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil inversi seismik refraksi pada
lintasan SMBR seperti ditunjukkan pada gambar 9
diperoleh nilai velocity layer yang bervariasi.
Lapisan pertama terindikasi sebagai soil atau tanah
residual dengan nilai velocity 300-900 m/s dengan
kedalaman berkisar pada 10 – 15 m. Pada gambar 9
lapisan residual ditunjukkan oleh warna hitam dan
biru gelap. Pada lapisan kedua terindikasi sebagai
sandstone dengan rentang nilai velocity 1800 –
3100 m/s (Barton, 2007). Dan pada lapisan ketiga
terdapat lapisan siltstone dengan rentang 2400-
4400 m/s. Keberadaan zona anomali ditandai
dengan penurunan nilai velocity yang drastis, hal ini
bisa diindikasikan pengaruh patahan, rekahan,
ataupun kontak batuan. Pada daerah anomali yang
ditunjukkan pada gambar 8 harus diperhatikan
secara khusus dikarenakan nilai velocity yang
rendah merupakan tanda bahwa batuan tersebut
termasuk batuan yang lunak.
Pada penelitian ini selain menggunakan metode
seismik refraksi untuk menunjang interpretasi
dilakukan bor geoteknik dengan kedalaman 50
meter. Untuk pengeboran titik pertama dilakukan
pada trace ke-1006. Pengeboran pada titik BH1
diperoleh beberapa lapisan. Lapisan pertama
adalah soil dengan kedalaman 0-2 m. Lapisan kedua
adalah silt dengan gravel pada kedalaman 2 sampai
11 m. Lapisan ketiga berupa sandstone pada
kedalaman 11 – 37 m. Lalu terdapat lapisan
lempung pada kedalaman 37 - 42 m dan sisanya
sandstone pada kedalaman 42 – 50 m. Pada titik ini
lapisan soil terkorelasi dengan nilai velocity
dibawah 1000 m/s. Pada lapisan kedua atau silt
memiliki velocity yang lebih rendah yakni sekitar
1200 – 1400 m/s. Hal ini bisa disebabkan karena
adanya weathering zone. Lapisan ketiga terdapat
sandstone yang telah terkorelasi dengan nilai
velocity 1800 – 2800 m/s. Pada lapisan keempat
terdapat batuan lempung yang mana dari data
seismik tidak terbaca, hal ini karena clay memiliki
nilai velocity lebih rendah dibandingkan dengan
sandstone yang ada di atasnya, kasus seperti ini
dalam metode seismik refraksi disebut dengan zona
low velocity layer.
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 29-34. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN:
2502-3659
Artikel diterima 31 Juni 2018, Revisi 16 Agustus 2018. Online
31Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i1 33
Gambar 6. Penampang hasil
SIMPULAN
Berdasarkan analisa dan pengolahan data
seismik refraksi diketahui bahwa daerah penelitian
didominasi oleh lapisan batuan dengan velocity
yang sangat tinggi. Pada lokasi tertentu terdapat
penurunan velocity yang diindikasikan sebagai
patahan sehingga pada saat pembangunan
terowongan perlu dilakukan perkuatan
terowongan. Untuk mengetahui jenis perkuatan
yang sesuai diperlukan adanya informasi tambahan
mengenai kecepatan geser (Vs) batuan sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode
MASW (Multichannel Analysis Surface Waves),
serta untuk mengetahui adanya deformasi atau
kontak batuan saat dilangsungkan konstruksi
terowongan perlu dilakukan TSP (Tunnel Seismic
Prediction).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada PT Elnusa Tbk, selaku perusahaan
yang bersedia memberikan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian serta arahan dan
bimbingan yang diberikan selama mengerjakan
penelitian ini, Yang kedua penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada HAGI (Himpunan
Ahli Geofisika) yang memberikan dukungan
finansial selama penulis berada di lokasi penelitian.
Dan yang terakhir untuk dosen di Departemen
Teknik Geofisika yang senantiasa memberikan
bimibingan selama proses pengerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Barton, N. (2007), Rock quality, seismic velocity,
attenuation and anisotropy, CRC press.
Hai-hong, D. dan Wei-wei, J. (2016), Application of
Geophysical Methods in Tunnel Exploration,.
Jurić-Kaćunić, D., Arapov, I. dan Kovačević, M.S. (2011),
"New approach to the determination of stiffness of
carbonate rocks in Croatian karst", Gra\d jevinar,
Vol.63, No.02., hal. 177–185.
Menzies, B.K., Saxena, K.R. dan Sharma, V.M. (2000),
"Near-surface site characterisation by ground
stiffness profiling using surface wave geophysics",
dalam Instrumentation in Geotechnical Engineering,
Oxford & IBH Publishing Co. Pvt. Ltd, hal. 43–71.
Nurdiyanto, B., Hartanto, E., Ngadmanto, D., Sunardi, B.
dan Susilanto, P. (2011), "PENENTUAN TINGKAT
KEKERASAN BATUAN MENGGUNAKAN METODE
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 / 2 2018. 29-34. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN:
2502-3659
Artikel diterima 31 Juni 2018, Revisi 16 Agustus 2018. Online
31Agustus 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i1 34
SEISMIK REFRAKSI", Jurnal Meteorologi dan
Geofisika, Vol.12, No.3. Diambil dari
http://202.90.199.54/jmg/index.php/jmg/article/vie
w/03.
Zond (2016), "Inversion", dalam Program of two
dimensional seismic data processing and
interpretation (surface, borehole and marine
variations) Module: correlation method of
refracted waves – layered medium, MASW,
amplitude inversion, anisotropy, Zond Geophysical
Softtware, hal. 60–63.
------------------------------
.

Anda mungkin juga menyukai