Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Abdul Karim

NIM : H1C018022
Mata Kuliah : Volkanologi
Dosen : Adi Chandra, S.T., M.T.

PERAN GEOLOGI DALAM MENGURAI KOMPLEKSITAS MONITORING GUNUNGAPI

Gunungapi ini bukan masalah local tapi masalah global karena gunungapi ini
keterdapatannya ada kurang lebih 1900 gunungapi aktif di bumi ini yang tersebar terutama pada
batas antar lempeng dan beberapa ada di tengah lempeng. Indonesia termasuk negara yang kaya
akan gunungapi, bisa dilihat dari ujung barat laut sumatera ke jawa, bali sampai nusa tenggara timur.
Penyebaran gunungapi di Indonesia ada 127 gunungapi aktif, yang diklasifikasikan menjadi 3 bagian,
yaitu gunungapi tipe A yang diketahui pernah erupsi semenjak tahun 1600 jumlahnya ada 77,
sedangkn gunungapi tipe B pernah mengalami erupsi sebelum tahun 1600 dan setelah tahun 1600
tidak ada lagi jumlahnya ada 29, dan yang terakhir ada gunungapi tipe C yang tidak ada catatan
erupsinya, tetapi mempunyai manifestasi panas di bawah kawah jumlahnya ada 21.

Rentang waktu erupsi gunungapi itu panjang, pada umumnya erupsi pertama dalam sejarah
menelan korban lebih banyak, gunungapi yang lama tidak erupsi, atau dorman/istirahat perlu
diwaspadai. Distribusi gunungapi aktif di Indonesia menurut Sinkin yang pernah erupsi pada zaman
holosen, jika diplot dengan jumlah penduduk pada radius 30 km gunungapi yang terdapat di Jawa
dikelilingi oleh masyrakat dengan populasi cukup tinggi. Indonesia masyarakatnya banyak yang
tinggal di daerah gunungapi, yang jadi perhatian dari data statistik yang membandingkan jumlah
korban erupsi sebelum abad 20 dan sesudah abad 20 ternyata ada perbedaan penyebabnya,
sebelum abad 20 dominan penyebabnya bukan karena erupsi gunungapi sendiri, contohnya seperti
wabah kelaparan, dan tsunami. Sedangkan setelah abad 20 dominan penyebabnya adalah erupsinya
karena aliran piroklastik dan juga lahar. Interval perulangan waktu antar erupsi pada suatu
gunungapi itu bervariasi tergantung dari volcanic explosivity index (VEI), semakin tinggi VEI nya maka
interval antar erupsi itu lebih lama perulangannya sekitar 100 – 1000 tahun sekali, semakin kecil VEI
nya maka interval waktu semakin pendek ada yang intervalnya hanya 1-10 tahun saja.

Bahayanya gunungapi selalu memberikan warning jadi ada waktu bagi kita untuk antisipasi,
bahaya gunungapi disebabkan oleh aktivitas gunungapi maupun interaksi antara gunungapi dengan
factor eksternal gunungapi. Proses erupsi gunungapi bisa adanya pembentukkan lava dome,
runtuhnya kubah lava, kemudian ada aliran lava, lalu ada hujan abu, itu adalah beberapa proses
yang terjadi pada saat terjadi erupsi. Erupsi gunungapi adalah kejadian yang masyarakat sudah
familiar, erupsi gunungapi pertahun rata rata yang aktif sekitar 20. Dampak erupsi gunungapi tidak
hanya mempengaruhi masyarakat local yang tinggal dekat gunungapi tetapi karena mobilitas
manusia yang meningkat dan juga kebutuhan masyarakat yang tinggi, hujan abu yang dulu mungkin
tidak jadi masalah sekarang jadi masalah dan harus dipantau karena bisa mengganggu penerbangan
sehingga mengganggu secara global. Pengaruh erupsi bisa dalam hitungan jam sampai tahunan,
tergantung seberapa besar erupsinya.

Mitigasi gunungapi, yang kita tahu lokasi keberadaan gunungapi, sedangkn yang kita tidak
tahu terkait bencananya adalah apa yang mengontrol magma akan erupsi, bagaimana proses mula
erupsi, apa yang menyebabkan magma naik ke permukaan, lalu kondisi unrest/kondisi bangun, bisa
erupsi atau bisa juga menjadi tenang kembali, dan kita juga tidak tahu seberapa cepat pergerakkan
magma. Mitigasi gunungapi melibatkan banyak hal, puncak atau ujung dari program mitigasi adalah
keselamatan masyarakat dan yang terdampak bisa selamat. Jika dibedakan ada bagian hilir dan hulu,
di daerah hilir ini bagaimana dari pemerintah mempunyai peringatan bencana dan kesiagaan,
sedangkan daerah hulu ini ujungnya dari proses mitigasi adalah jika kita bisa memperkirakan erupsi
(forecasting), dengan cara monitoring dan program program penelitian dasar tentang gunungapi itu
sendiri, agar bisa mengetahui perilaku saat ini dan perilaku masa lalu dari gunungapi, karena perilaku
gunungapi ini bersifat berulang.

Prakiraan erupsi gunung api (Forecasting), kita harus melakukan dua hal yaitu monitoring
gunungapi dan belajar volkanologi fisik dari gunungapi tersebut (Physical volcanology) yaitu studi
penelitian lapangan atau laboratory dari produk gunungapi, baik dari lapangan dan analisis
laboratorium dilanjutkan dengan proses eksperimental dan modelling. Untuk mengetahui perilaku
gunungapi di masa lampau. Sehingga kita mengetahui dua kondisi gunungapi, yaitu istirahat/normal
aktif dan unrest/bangun. Jika dalam kondisi unrest kita harus monitoring lebih lanjut, agar bisa
melakukan prakiraan erupsi jangka pendek, dari prakiraan jangka pendek ini kita bisa antisipasi
erupsi.
Kontribusi geologi ke arah prakiraan jangka panjang (long term forecasting), dari prakiraan
ini yang kita lakukan adalah estimasi kemungkinan magnitude erupsi suatu gunungapi ke depan.
Kontribusi geologi terutama terkait dengan memahami erupsi masa lalu. Yang dilakukan geologist
adalah survey lapangan dengan analisis stratigrafi dan kita bisa mendefinisikan frekuensi erupsi masa
lalu, lalu kita bisa tahu tebal dan sebaran material hasil erupsi, dan kita bisa mengetahui gaya erupsi
masa lalu. Selanjutnya melakukan analisis laboratorium yaitu analisis mineralogi dan geokimia agar
mengetahui komposisi magma dan kondisi pra erupsi.

Waktu dan frekuensi erupsi masa lalu

Anda mungkin juga menyukai