Anda di halaman 1dari 18

Akuisisi data gravitasi

1. Luas Daerah Survey


Luas daerah survey disesuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly
berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah survey tidak perlu terlalu luas, diperkirakan
sekitar 5 x 5 km2 dengan spasi titik amat yang cukup rapat (sekitar 200 meter). Bila target
merupakan struktur geologi yang cukup besar, maka daerah pengamatan dapat diperluas
menjadi sekitar 10 x 10 km2 s/d 20 x 20 km2 atau lebih luas lagi. Pengamatan pada lokasi
yang diperkirakan merupakan lokasi anomali dibuat lebih rapat. Peta lapangan yang
digunakan disesuaikan dengan luas daerah pengamatan, namun hendaknya tidak lebih kecil
dari 1 : 25000.
2. Peralatan Yang Dipergunakan
Peralatan yang digunakan dalam survey adalah :
1. Gravitymeter LaCoste & Romberg Model G-1118 MVR Feedback System yang
mempunyai ketelitian 0.005 mgal dan atau gravitymeter lainnya (misalkan Worden).
2. GPS, 2 buah Trimbel Navigation 4600 LS Geodetic System Surveyor Single Frequence
dan perlengkapannya, atau sejenisnya.
3. Alat-alat bantu berupa penunjuk waktu (jam tangan), kompas, pelindung peralatan
(payung) dan Handy Talky.
3. Penentuan Lokasi Pengukuran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pengukuran adalah
penyediaan peta topografi dan peta geologi. Untuk keperluan orientasi medan

digunakan

peta topografi skala terkecil yang tersedia.


Setelah tersedia peta yang sesuai kemudian ditentukan lintasan pengukuran dan
base stasiun yang harga percepatan gravitasinya diketahui (diikatkan dengan titik yang telah
diketahui percepatan gravitasinya). Penentuan lintasan, titk ikat dan base stasiun diusahakan
sedemikianrupa sehingga pelaksanaan pengukuran efektif dan memenuhi sasaran.
Pengambilan data posisi dan pengukuran medan gravitasi dilakukan secara bersamasama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan titik pengukuran yaitu:
1. Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal, sehingga apabila dikemudian
hari dilakukan pengukuran ulang akan mudah untuk mendapatkannya.

2. Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta.


3.

Lokasi titik pengukuran harus bersifat permanen dan mudah dijangkau oleh
peneliti, serta bebas dari gangguan kendaraan bermotor, mesin dan lain-lain.

4.

Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari
satelit dengan baik tanpa ada penghalang. Pada umumnya ruang pandang langit yang
bebas ke segala arah di atas elevasi adalah 100 atau 150. Disamping itu titik
pengukuran diusahakan jauh dari obyek-obyek reflektif yang mudah memantulkan
sinyal GPS, untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya multipath.

4. Pembuatan Base Station (Titik Ikat) Pengukuran Medan Gravitasi

5. Format Data Lapangan


Data yang diperoleh dari lapangan hendaknya dicatat didalam buku lapangan, tidak
dalam lembaran kertas yang mudah hilang. Format data disesuaikan dengan data yang
diamati, yaitu memuat semua data yang perlu dicatat. Data tersebut antara lain :
1. Hari dan tanggal pengamatan, cuaca, oprator, dll.
2.

Nama stasiun (titik amat), misalkan L01-01, dimana L menyatakan lintasan, 01


adalah nomor lintasan dan 01 berikutnya adalah nomor titik amat.

3. Pembacaan skala gravitymeter.


4. Pembacaan feedback.
5. Tinggi alat ukur terhadap titik amat.
6. Besar pasang surut teoritis (berupa table yang telah disiapkan lebih dulu).
7. Data lainnya berupa keterangan saat pengamatan atau dapat diisi dengan session
pengukuran GPS pada titik tersebut.
Pengamatan tersebut dapat dibuat tabel dalam bentuk contoh sebagai berikut :
Nama Sta.
No

Skala pemb.

feedback

Tinggi alat

Pasang surut

Ket.

Petunjuk praktis pemakaian Gravitymeter LaCoste & Romberg

I. Pendahuluan
Kebutuhan dan harapan pada suatu kegiatan pengukuran di lapangan ialah dapat
diperolehnya data yang tepat, benar dan akurat, karena data sangat mempengaruhi hasil
akhir yang didapat. Untuk mengoperasikan gravitymeter dengan baik diperlukan seorang
operator yang cermat, terutama dalam hal pengaturan dan pengamatan untuk memperoleh data
medan gravitasi yang akurat, baik di lapangan maupun di laboratorium. Pengetahuan yang
baik tentang alat yang digunakan sangat membantu memperoleh prosedur yang benar dalam
memperoleh data yang akurat.
Gravitymeter LaCoste & Romberg terdiri dari dua model, yaitu model G dan model D.
Model G mempunyai jangkauan skala yang lebar (sekitar 7000 skala, setara dengan 7000
mgal), sehingga dalam pengoperasiannya tidak perlu diset ulang. Model D mempunyai
ketelitian satu orde lebih tinggi dari model G, tetapi jangkau skala hanya sekitar 200 mgal. Ini
berarti bila digunakan untuk pengukuran yang mempunyai variasi medan gravitasi lebih dari
200 mgal, gravitymeter perlu diset ulang pada salah satu titik amat di lapangan. Dalam
bagian berikutnya hanya dibahas untuk gravitymeter LaCoste & Romberg model G.
Setiap gravitymeter LaCoste & Romberg dalam pengukurannya menggunakan sistem
pengukuran secara relatif. Data yang terbaca dari gravitymeter tidak langsung dalam satuan
mgal, tetapi dalam satuan skala pembacaan, yang dapat dikonversi ke satuan mgal dengan
menggunakan tabel kalibrasi. Sistem pengungkit (lever) dan sekrup (screw) pada
gravitymeter ini dikalibrasi secara teliti pada semua jangkauan pembacaan. Faktor kalibrasi
(yaitu tabel kalibrasi) hanya bergantung pada sistem pengungkit dan sekrup pengukur, tidak
pada pegas lemah sebagaimana pada alat yang lain. Dengan alasan ini, faktor kalibrasi pada
gravitymeter LaCoste & Romberg tidak berubah terhadap waktu secara jelas. Untuk
mengeliminasi perubahan, pengecekan terhadap faktor kalibrasi dapat dilakukan secara
berkala.
II. Menjalankan Gravitymeter
Posisi Pengamat terhadap Gravitymeter
Untuk mendapatkan harga pembacaan yang teliti dan cepat, di samping kondisi
gravitymeter yang baik, peranan pengamat dalam melakukan pengamatan amat besar. Untuk
itu sangat dianjurkan:

1. Letakkan piringan pada titik amat yang ditentukan. Apabila titik amat tidak
mungkin ditempati piringan (tanah labil, miring, banyak akar pohon, dll), disarankan titik
amat dipindah, atau letakkan piringan di tempat yang memungkinkan sedekat mungkin
dengan titik amat.
2. Letakkan kotak pembawa gravitymeter di depan titik amat.
3. Usahakan berdiri menghadap alat dengan membelakangi matahari, dengan harapan
sinar matahari tidak mengenai gravitymeter. Apabila tidak memungkinkan, gunakan
payung untuk melindungi gravitymeter. Demikian pula pada waktu hujan, dianjurkan
untuk berhenti mengukur. Bila tetap harus dilanjutkan, lindungi gravitymeter dari air.
4. Perhatikan arah angin (terutama bila bertiup kencang) agar tidak mengganggu
pergerakan benang bacaan.
5. Hindarkan alat-alat berat

(kunci, koin, kacamata dalam saku, dsb.) berada di dekat

gravitymeter pada saat mengukur. Dengan demikian gravitymeter terhindar dari


kemungkinan kejatuhan barang-barang tersebut.
6. Ambillah sikap serelaks mungkin (disarankan dengan cara berlutut) pada saat mulai
pengamatan. Jangan membuat banyak gerakan pada saat melakukan pengamatan.
7. Sediakan bantalan bila daerah pengamatan berada pada arean yang berbatu dan
berkerikil.
Menegakkan Gravitymeter
Teknik menegakkan gravitymeter dilakukan dengan cara mengatur level
memanjang dan melintang. Bila terdapat 2 tipe level (yaitu air dan elektronik),
gunakan level elektronik. Lakukan langkah-langkah berikut untuk membantu menegakkan
gravitymeter secara sempurna dalam waktu singkat.
1. Letakkan piringan dan tekan sisi-sisinya pada permukaan tanah sehingga ketiga kakinya
tertanam pada tanah secara mantap. Lakukan ini dengan mengusahakan gelembung nivo
pada piringan berada di tengah.
2. Jika pengamatan dilakukan pada tanah yang lunak, letakkan sekeping papan, atau
sesuatu yang lain sebagai landasan di antara piringan dan permuakaan tanah. Letakkan
piringan di atas papan tersebut sehingga mendapat kedudukan yang mantap. Tanpa alas
papan (atau lainnya)

3. Buka penutup kotak pembawa dan periksa temperatur gravitymeter. Untuk LaCoste &
Romberg G-1118, temperatur minimumnya adalah 55.70

C. Kabel penghubung

batteray sebaiknya dalam keadaan bebas.


4. Kelurakan gravitymeter dengan cara mengangkat pada bagian sekerup penegak dengan
menggunakan ibujari dan jari lainnya menekan badan gravitymeter. Letakkan
gravitymeter di atas piringan secara hati-hati. Hindarkan gravitymeter dari goncangan dan
benturan dengan benda-benda keras.
5. Geser gravitymeter untuk mendapatkan perkiraan posisi tegak dengan cara sedikit
mengangkatnya. Lakukan dengan kedua telapak tangan dan ibu jari menempel pada bagian
kiri dan kanan badan gravitymeter, sedang jari lainnya menyangga pada bagian bawah
gravitymeter. Bila level (elektronik atau gelembung) telah mendekati posisi tengah
(seimbang), hentikan pergeseran tersebut.
6. Nyalakan lampu gravitymeter.
7. Gunakan sekerup penegak untuk mendapatkan posisi tegak sempurna. Pengaturan level
ini dengan menggunakan sekerup-sekerup penegak yang berjumlah 3 buah. Usahakan
menggunakan hanya 2 buah saja, yaitu salah satu sekerup memanjang dan satu sekerup
melintang.
Pembacaan gravitymeter.
Tanpa MVR Feedback
Setelah gravitymeter dalam posisi tegak sempurna, pembacaan gravitymeter dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Putar sekerup pengunci (clamp) berlawanan jarum jam sampai habis.
2. Amati posisi benang bacaan pada lensa pengamatan. Perhatikan posisinya setelah
berhenti bergerak, apakah terletak di sebelah kiri atau kanan garis baca (reading line,
untuk LaCoste & Romberg G-1118 adalah 3.0).
3. Amati dan gerakkan benang bacaan dengan memutar sekerup pembacaan secara
pelahan searah atau berlawanan jarum jam. Bila benang bacaan terletak di sebelah kiri
putar sekerup pembacaan searah jarum jam dan sebaliknya. Hentikan putaran saat benang
bacaan berimpit dengan garis baca.
4. Untuk mendapatkan harga pembacaan yang baik, putaran sekerup pembacaan
disarankan dari arah kiri ke kanan (searah jarum jam). Langkah ini dapat langsung
dilaksanakan bila benang bacaan terletak di sebelah kiri garis baca. Bila benang bacaan

terletak di sebelah kanan garis baca, putar sekerup pembacaan berlawanan jarum jam
hingga benang bacaan bergeser ke sebelah kiri garis baca. Baru kemudian lakukan putaran
balik (searah jarum jam) sampai benang bacaan berimpit dengan garis baca. Hal

ini dilakukan untuk menghindari pembacaan semu (backlash) akibat putaran sekerup
pembacaan yang tidak seragam.
Catatan :
Posisi garis baca yang benar adalah keadaan dimana batas bawah (bagian kiri) dari
benang bacaan berimpit dengan garis baca (lihat gambar).
5. Periksa level memanjang dan melintang, bila level berubah lakukan pembetulan level
untuk mendapatkan posisi tegak sempurna. Periksa kembali posisi benang bacaan, apakah
masih berimpit dengan garis baca atau berubah. Bila berubah putar sekerup pembacaan
lagi sampai mendapatkan posisi benang pembacaan yang benar (Ingat aturan putaran
dari kiri ke kanan).
6. Matikan lampu gravitymeter secara pelahan, jangan membuat gerakan yang mengejut.
7. Putar sekerup pengunci searah jam sampai habis untuk mengunci pegas.
8. Baca hasil pengukuran pada skala pembacaan.
Catatan :
Jangan lupa untuk selalu melakukan pengecekan terhadap battery dan suhu alat,
yaitu dengan memutar switch MVR Internal Feedback ke pilihan A untuk battery dan B untuk
suhu. Bila battery sudah mendekati angka 10, segera ganti dengan battery yang penuh.
Untuk praktisnya, lakukan penggantian battery tiap 6 atau 7 jam selama pengukuran di
lapangan.
Ingat pengukuran medan gravitasi merupakan pengukuran relatrif dan hasil bacaan masih
dalam satuan skala baca. Untuk mendapatkan harga dalam mgal perlu dikonversi dengan
menggunakan tabel kalibrasi. Hasil pembacaan merupakan hasil dari pengamatan pada
titik amat tersebut. Untuk tiap titik amat dilakukan prosedur yang sama. Langkah-langkah
ini merupakan prosedur bila pengamatan dilakukan tidak dengan menggunakan MVR
feedback. Prosedur pengamatan dengan menggunakan MVR feedback agak sedikit lain.

Dengan menggunakan MVR Feedback


1. Hidupkan MVR feedback dengan memindahkan switchnya ke pilihan yang ditentukan (30
V atau 10 V). Lihat keterangannya pada bagian MVR feedback.
2. Pada titik amat yang ditentukan lakukan langkah 1 s/d 6 sebagaimana bila tanpa MVR
Feedback.
3. Amati besar pembacaan feedback pada DVM (Digital Volt Meter), pada bagian yang
bertuliskan MVR Internal Feedback, dengan memindah switchnya ke pilihan D (bila
digunakan 10 V) atau E (bila 30 V). Pembacaan feedback dilakukan setelah angka tidak
menunjukkan perubahan (sudah konstan atau stabil) atau paling tidak sudah lambat
perubahannya. Usahakan pembacaan feedback mendekati angka nol, kecuali digunakan
prosedur pengukuran di lapangan dengan memanfaatkan feedback tanpa mengubah
skala pembacaan.
4. Lakukan langkah 7 dan 8 sebagaimana pembacaan dengan tanpa feedback.
III. PRINSIP KERJA ALAT Gravitymeter LaCoste & Romberg G-1118
Gravitymeter LaCoste & Romberg G-1118 terbuat dari bahan metal. Terdapat dua
jenis gravitymeter LaCoste & Romberg yaitu model D dan model G. Model G mempunyai
range pengukuran sampai 7000 milligal, sedangkan model D memiliki range pengukuran 200
milligal dan harus di-setting sesuai dengan tempat pengukurannya. Model D lebih sensitif
dibandingkan dengan model G.
Bagian-bagian pokok dari gravitymeter LaCoste & Romberg ini adalah (gambar I.1):
1. Zero-length springs adalah pegas yang dipergunakan untuk menahan massa. Zero-length
springs ini dipakai pada keadaan dimana gaya pegas berbanding langsung dengan jarak
antar titik ikat pegas dan titik tempat gaya bekerja.
2. Massa dan beam, berlaku sebagai massa yang berpengaruh atau berubah posisi jika terjadi
variasi medan gravitasi.
3. Hinge atau engsel berlaku sebagai per atau pegas peredam goncangan.
4. Micrometer digunakan untuk mengembalikan posisi massa ke posisi semula setelah
massa terpengaruh oleh medan gravitasi. Micrometer ini terbuat dari ulir-ulir dan
pemutarannya dapat diatur dari nulling dial melalui gear box.
5. Long and short lever yaitu tuas untuk menghubungkan micrometer dengan zero-length
springs.
Sistem gravitymeter ini akan mempunyai tanggapan terhadap medan gravitasi yang
akan menyebabkan berubahnya posisi massa dan beam. Perubahan posisi massa akibat

tarikan gaya gravitasi ini kemudian diseimbangkan atau dikembalikan pada posisi semula
dengan memutar nulling dial yang akan menggerakkan micrometer kemudian ke long and
short lever dan akhirnya ke zero-length springs. Gaya yang diperlukan untuk mengembalikan
posisi massa dan beam ke posisi semula (dengan memutar nulling dial) diubah menjadi nilai
gravitasi, namun masih relatif

bukan nilai gravitasi mutlak pada titik tersebut. Nilai ini

ditampilkan dalam display digital dalam gravitymeter.

Gambar 3.1. Gravitymeter LaCoste & Romberg.


Pada peralatan ini tidak tergantung pada sudut , dan , sehingga jika terjadi
penyimpangan sudut yang kecil dari titik kesetimbangan maka gaya pada sistem ini tidak
dapat kembali lagi dan secara teorirtis dapat diatur mempunyai periode tak berhingga.

PENGOLAHAN AWAL DATA GRAVITASI

Untuk dapat melakukan interpretasi, maka data hasil pengukuran lapangan perlu
diolah. Pengolahan data gravitasi adalah untuk mencari perbedaan harga gravitasi dari satu
titik ke titik yang lain di suatu tempat yang disebabkan oleh massa batuan yang terdapat di
kulit terluar bumi di bawah permukaan daerah penelitian. Dalam pengolahan data metode
gravitasi dimulai dari data mentah kemudian dilanjutkan dengan :
1. Konversi ke Harga mgal
Untuk mendapatkan harga pembacaan dalam satuan mgal (10-3 cm s-2) maka
harga pembacaan dari gravitymeter harus dikonversikan terlebih dahulu ke harga milligal
dengan menggunakan tabel konversi. Hal ini dilakukan karena besar nilai yang
ditampilkan oleh gravitymeter belum mempunyai satuan dan untuk

setiap

model

gravitymeter mempunyai tabel konversi yang berlainan tergantung spesifikasi model alat
tersebut. Pada gravitymeter Lacoste & Romberg model G-1118 yang dilengkapi dengan
sistem umpan balik elektronik. Rumus konversi ke harga milligal yaitu :
Gs = [ Gm + ( F x 0.001029411)] milligal
dimana :

(4-1)

Gs = g bacaan dalam satuan mgal.


Gm = g bacaan skala x konstanta konversi (table
konversi) F

= pembacaan feed back dalam mvolt.

2. Koreksi Pengaruh Pasang Surut


Untuk menghilangkan pengaruh yang timbul akibat benda-benda langit khususnya
bulan dan matahari maka untuk memperoleh percepatan gravitasi yang akurat, data hasil
pengukuran perlu dikoreksi terlebih dahulu. Besarnya koreksi pasang surut ini dihitung
menggunakan program komputer berdasarkan perumusan yang diberikan oleh Longman
(1969, persamaan 4-2).

(4-2)
Koreksi pasang surut ini selalu ditambahkan.

GST = Gs + T

(4-3)

dimana :
GST = pembacaan percepatan gravitasi dalam miligal terkoreksi pasang surut.
Gs

= pembacaan percepatan gravitasi setelah dikonversikan ke harga milligal.

= koreksi pasang surut (milligal).

3. Koreksi Tinggi Alat


Yang dimaksud dengan tinggi alat adalah jarak antara permukaan atas gravitymeter
dengan titik ukur posisi (gambar 4.1). Adapun tujuan dilakukan koreksi tinggi alat adalah
agar pembacaan gravitasi di setiap titik pengukuran mempunyai posisi ketinggian yang sama
dengan titik pengukuran dari hasil data GPS. Koreksi tinggi alat ini selalu ditambahkan :
GSTH = GST + 0.308765 h

(4-4)

dimana :
GSTH = pembacaan percepatan gravitasi terkoreksi pasang surut dan tinggi alat
(mgal) GST
H

= pembacaan percepatan gravitasi dalam mgal terkoreksi pasang surut

= tinggi alat (meter)

Gambar 4.1. Tinggi alat (h) pada pengukuran dengan gravitymeter.


4. Koreksi Drift
Karena adanya penyimpangan dan guncangan pada alat sewaktu pengukuran dan
dalam perjalanan memungkinkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut.
Pergeseran titik nol ini disebut drift, dan besarnya adalah sebagai fungsi waktu. Koreksi drift
dilakukan dengan mengadakan pembacaan ulang pada titik ikat dalam satu loop, sehingga
dapat diketahui penyimpangannya (lihat gambar 4.2).

Gambar 4.2. Proses looping untuk koreksi drift.


5. Harga Gravitasi Pengamatan (g0bs)
Perhitungan gravitasi observasi melalui beberapa tahapan yaitu konversi nilai bacaan
gravitymeter ke harga miligal dan direduksikan dengan koreksi tinggi alat, koreksi pasang
surut, dan koreksi drift. Dari harga yang telah terkoreksi tersebut kemudian diikatkan pada
Regional Base Station, sehingga diperoleh percepatan gravitasi observasi. Pada penelitian
ini harga observasi penelitian diikatkan di Hotel Ambarukmo Yogyakarta.
g observasi = g ikat + (GSTHD GSTHD ikat)

(4-7)

dimana :
GSTHD

= G bacaan dalam miligal setelah dikoreksi pasut, tinggi alat dan drift.

GSTHD ikat = G bacaan dalam miligal setelah dikoreksi pasut, tinggi alat dan drift
pada titik ikat.
6. PROGRAM PASANG SURUT (Longman, 1959)
Nilai gravitasi di bumi dipengaruhi oleh adanya gaya tarik menarik bumi
dengan benda-benda langit khususnya dengan matahari dan bulan, sehingga nilai
gravitasi bumi akan berubah secara temporal sebagai fungsi waktu. Data hasil
pengukuran di lapangan perlu dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh efek pasang surut
tersebut. Koreksi terhadap efek ini disebut koreksi pasang surut. Koreksi pasang surut akibat
gaya tarik benda-benda langit dihitung dengan menggunakan rumus (4-2).
Program yang digunakan dalam perhitungan koreksi pasang surut disebut program
Pasut dalam bahasa fortran. Masukkan dalam program ini adalah :
1. Data posisi (lintang dan bujur titik ukur) serta elevasi (ketinggian) titik ukur

2. Jeda waktu data pasang surut (dalam jam dan menit)


3. Waktu pengambilan data gravitasi (tanggal, bulan dan tahun pengambilan data).
Keluaran dari program Pasut tersebut sudah merupakan data pasang surut sebagai
fungsi waktu dalam mikrogal. Data keluaran merupakan data pasang surut dari jam 00:00
sampai dengan jam 23:59 sesuai dengan waktu pengambilan data yang telah ditentukan.
Contoh hasil perhitungan data pasang surut dengan menggunakan program pasut pada titik
ikat gravitasi di Mlonggo tanggal 24 Juli 2005 dengan masukan jeda waktu data pasang surut
6 menit.
Koreksi pasang surut dilakukan dengan mengurangi data gravitasi yang sudah
dikoreksi tinggi alat dengan nilai pasang surut hasil perhitungan koreksi pasang surut dari
program Pasut.
Pengolahan lanjut data gravitasi
1. Transformasi/proyeksi ke bidang datar (metode Damney atau Ekuivalen Titik Massa)
2.

Pemisahan Anomali Lokal/Residual dan Anomali


Regional a. Kontinuasi
b. Moving average
c.

Polynomial

fitting
1. Proyeksi ke Bidang Datar
Dalam proses membawa kebidang datar dapat digunakan dua metode yaitu metode
sumber ekuivalen titik massa (Dampney, 1969) dan metode pendekatan deret Taylor. Proses
yang ditempuh dengan metode Dampney ini adalah menentukan sumber ekuivalen titik
massa diskrit pada kedalaman tertentu di bawah permukaan dengan memanfaatkan data
anomali Bouguer lengkap permukaan. Kemudian dihitung medan gravitasi teoritis yang
diakibatkan oleh sumber ekuivalen tersebut pada regular surface sebarang sesuai yang
dikehendaki.
Hal yang menarik dalam proyeksi ke bidang datar adalah masalah penentuan posisi
kedalaman sumber ekuivalen titik-titik massa yang optimum.

Batas bawah dari posisi sumber ekuivalen titik massa diperoleh dari teori yang
dikemukakan oleh Bullard dan Cooper (1948) dimana mereka berpendapat bahwa jika titiktitik massa diskrit terletak jauh di bawah permukaan sedemikian sehingga massa diskrit
tersebut berada di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi yang sangat besar
pada medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar.

2. Pemisahan Anomali Lokal-Regional.


Proses pemisahan dilakukan dengan

metode kontinuasi ke atas (upward

continuation). Metode ini pada dasarnya dipakai untuk menghilangkan efek lokal sehingga
yang didapatkan hanyalah kecenderungan regionalnya. Hasil yang diperoleh kemudian
dikurangkan terhadap anomali medan gravitasi Bouguer lengkap yang sudah terpapar pada
bidang datar sehingga diperoleh anomali medan gravitasi Bouguer lengkap lokal yang siap
diinterpretasi.

3. Pembahasan
Dalam upaya menganalisis data anomali medan gravitasi di atas sferoida referensi
untuk mendapatkan anomali massa di bawah permukaan (baik di atas maupun di bawah
sferoida referensi) yang menyebabkan distribusi medan gravitasi tersebut harus dipahami
bahwa data medan gravitasi yang akan diinterpretasi berada di permukaan topografi. Hal ini
didasari oleh suatu pemahaman bahwa dengan dilakukannya koreksi udara-bebas tidaklah
menyebabkan titik observasi berpindah ke sferoida referensi tetaapi koreksi ini dimaksudkan
untuk membawa medan gravitasi normal di sferoida referensi menjadi medan gravitasi
normal di permukaan topografi.
Seperti halnya koreksi udara-bebas, koreksi Bouguer juga tidak menyebabkan
berpindahnya posisi titik observasi ke sferoida referensi dan juga tidak menyebabkan
terjadinya diskontinuitas densitas dari massa-massa yang terletak di atas dan di bawah sferoida
referensi. Densitas Bouguer yang diperoleh bersamaan dengan perhitungan anomali medan
gravitasi Bouguer, merupakan densitas rata-rata untuk seluruh massa baik yang berada di
atas maupun di bawah sferoida referensi. Proses perhitungan densitas dilakukan secara
analitik yaitu dengan menggunakan persamaan matematis untuk menghitung koefisien
korelasi dari semua data pengukuran gravitasi. Berbeda dengan metode Nettleton yang

menggunakan data gravitasi perlintasan, cara analitik ini sangat baik karena memasukkan
semua data pengukuran gravitasi sehingga menjadi kros korelasi dua dimensi.
Anomali medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar yang diperoleh dari metode
sumber ekuivalen titik massa (Dampney, 1969) memberikan harga anomali yang berosilasi.
Hal ini terjadi karena posisi sumber ekuivalen titik massa berada di bawah sumber
sebenarnya dan seperti dikatakan oleh Dampney (1969) dalam jurnalnya bahwa jaka sumber
ekuivalen titik massa ditempatkan di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi
yang sangat besar terhadap anomali medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar. Jadi
penempatan sumber ekuivalen titik massa di bawah sumber sebenarnya merupakan suatu
larangan dalam metode ini.
Berkaitan dengan proses pengangkatan ke bidang datar dengan grid yang teratur,
Sarkowi (1998) melakukan proses tersebut dengan menggunakan metode yang diajukan
oleh Dampney. Sarkowi, pada salah satu kesimpulannya, menyatakan bahwa perbedaan
kedalaman sumber ekuivalen titik massa tidak mempengaruhi hasil proyeksi medan gravitasi
ke bidang datar tetapi hanya mempengaruhi jumlah iterasi untuk mendapatkan ralat yang
minimum. Pernyataan tersebut tentunya mengandung kesalahan karena alasan-alasan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan teori gravitasi Newton secara fisis dinyatakan bahwa jarak kuadrat antara
sumber medan terhadap titik pengukurannya berbading terbalik dengan medan gravitasi
sehingga memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga medan gravitasi.
Dengan

demikian

perbedaan

kedalaman

sumber

ekuivalen

titik

massa

akan

mempengaruhi hasil proyeksi medan gravitasi ke bidang datar dimana semakin besar
jaraknya maka semakin kecil medan gravitasinya.
2. Jika sumber ekuivalen titik massa diletakkan sangat jauh di bawah permukaan maka akan
menyebabkan terjadinya ill-conditioned terhadap tensor perhitungan.
3. Jika sumber ekuivalen itu berada di bawah sumber sebenarnya maka akan terjadi osilasi
terhadap medan gravitasi hasil proyeksi ke bidang datar.
Proyeksi ke bidang datar dengan menggunakan pendekatan deret Taylor memberikan
hasil yang lebih realistis. Pola yang hampir sama ditunjukkan oleh kontur anomali Bouguer
lokal.

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data yang digunakan dalam metode gravitasi adalah secara kualitatif dan
kuantitatif. Dalam hal ini interpretasi secara kuantitatif adalah pemodelan, yaitu dengan
pembuatan model benda geologi atau struktur bawah permukaan dari respon yang
ditimbulkan oleh medan gravitasi daerah penelitian. Pemodelan yang digunakan adalah
benda 2 dimensi seperti yang diajukan oleh Talwani (1959) dengan program komputer Grav2DC. Sedangkan untuk interpretasi kualitatif dilakukan dengan cara menafsirkan peta kontur
anomali Bouguer lengkap di bidang datar.
Untuk interpretasi kuantitatif dapat dilakukan dengan menslice kontur ABL yang
tentunya dapat menggambarkan anomali pada lokasi penelitian. Hasil slice ini di save disave
format .dta Kemudian hasil slice tadi dibuat suatu bentuk permodelan dengan program Grav2DC yang menggambarkan kondisi bawah permukaan dari anomalinya.

Anda mungkin juga menyukai