Anda di halaman 1dari 6

Nama : Indah Arifka

NIM : 1407045060
Prodi : Fisika
Kelas : Ansil A
TUGAS PRAKTIKUM ANALISIS SINYAL

1. Script
clear;
L=input('Panjang gelombang(>=10) : ');
P=input('Lebar pulsa (lebih kecil dari L): ');
for n=1:L
if n<=P
x(n)=1;
else x(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,1)
stem(t,x)
title('Sinyal Satu dengan L=15, P=8');
for n=1:L
if n<=P
v(n)=1;
else
v(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,2)
stem(t,v)
title('Sinyal Dua dengan L=15, P=8');
subplot(4,3,3)
stem(conv(x,v))
title('Hasil Konvolusi');

clear;
L=input('Panjang gelombang(>=10) : ');
P=input('Lebar pulsa (lebih kecil dari L): ');
for n=1:L
if n<=P
x(n)=1;
else x(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,4)
stem(t,x)
title('Sinyal Satu dengan L=26, P=8');
for n=1:L
if n<=P
v(n)=1;
else
v(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,5)
stem(t,v)
title('Sinyal Dua dengan L=26, P=8');
subplot(4,3,6)
stem(conv(x,v))
title('Hasil Konvolusi');

clear;
L=input('Panjang gelombang(>=10) : ');
P=input('Lebar pulsa (lebih kecil dari L): ');
for n=1:L
if n<=P
x(n)=1;
else x(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,7)
stem(t,x)
title('Sinyal Satu dengan L=31, P=11');
for n=1:L
if n<=P
v(n)=1;
else
v(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,8)
stem(t,v)
title('Sinyal Dua dengan L=31, P=11');
subplot(4,3,9)
stem(conv(x,v))
title('Hasil Konvolusi');

clear;
L=input('Panjang gelombang(>=10) : ');
P=input('Lebar pulsa (lebih kecil dari L): ');
for n=1:L
if n<=P
x(n)=1;
else x(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,10)
stem(t,x)
title('Sinyal Satu dengan L=22, P=12');
for n=1:L
if n<=P
v(n)=1;
else
v(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(4,3,11)
stem(t,v)
title('Sinyal Dua dengan L=22, P=12');
subplot(4,3,12)
stem(conv(x,v))
title('Hasil Konvolusi');

2. Hasil dan Pembahasan

Gambar 2.1 Sinyal satu dan sinyal dua, serta hasil konvolusinya dengan panjang
gelombang dan lebar pulsa yang berbeda.

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa gambar pertama dimulai dari sisi kiri
paling atas merupakan sinyal satu dengan panjang gelombang atau L=15 dan lebar
pulsa atau P=8, dapat dilihat pula bahwa titik sinyal diskrit yang > 0 akan mengalami
kenaikan sebanyak lebar pulsa yang diinginkan, yaitu dari sekuen 0 sampai 8. Titik-
titik sekuen selebihnya atau yang > 8 akan berada pada titik 0 dari sekuen 9 sampai
15. Sinyal dua memiliki nilai yang sama seperti sinyal satu dan grafik yang dihasilkan
sama seperti sinyal pertama. Begitu pula pada gambar grafik berikutnya yang
memiliki L=26 P=8, L=31 P=11, dan L=22 P=12.
Grafik hasil konvolusinya seperti terlihat pada gambar pertama dikanan atas
menunjukkan nilai maksimum di periode ke 8, konvolusi kedua pada 8, konvolusi
ketiga pada 11 dan keempat pada 12, ini berarti nilai maksimum akan terjadi pada
saat nilai periode sama dengan nilai sekuen sinyal, dikarenakan pada saat proses ke P
(nilai sekuen) nilai kedua sinyal akan bertemu dan semua nilainya akan memiliki nilai
sehingga apabila dijumlahkan akan menghasilkan nilai yang besar dari proses lain
untuk kasus ini. Setiap hasil konvolusi periodenya akan berjumlah 2 kali dari sinyal
sebelumnya, diakibatkan proses konvolusi yang berjumlah 2 kali periode sinyal
awalnya.

Anda mungkin juga menyukai