Anda di halaman 1dari 12

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Metode magnet bumi


Metode Geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang paling
tua digunakan oleh manusia dalam menemukan jenis-jenis yang tersembunyi di
bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Bumi
dipandang sebagai dipole (kutub utara dan selatan magnetik) yang mempunyai
medan magnet tidak konstan, artinya besar medan magnet tersebut berubah
terhadap waktu. Hal ini terjadi karena adanya pembalikan kutub magnetik
bumi. Pada waktu tertentu kutub positif berubah menjadi kutub negatif. Pada
saat perubahan kutub –kutub tersebut dalam selang waktu tertentu harus
melalui kondisi netral. Pada metode Geomagnet hasil yang ditunjukkan berupa
anomali sisa berupa variasi besaran yang mengandung fraksi mineral magnetik
pada batuan dekat permukaan. (Anonim,4:2017)

2.2 Medan magnet bumi


Terjadinya medan magnet di bumi masih belum sepenuhnya terjawab,
meskipun telah dikemukakan beberapa hipotesa dan teori yang menarik. Pada
prinsipnya adalah perbedaan fasa dan kecepatan perputaran antara inti dalam
dan inti luar, yang menimbulkan proses magneto hidrodinamis. Beberapa hal
yang harus dijelaskan berkaitan dengan medan magnet bumi antara lain:

1. mempunyai dua kutub yang letaknya berdekatan dengan kutub


geografi;
2. memperlihatkan variasi yang tidak teratur, baik dalam posisi
maupun polaritas;
3. variasi-variasi tersebut tidak bersangkutan dengan kerak bumi,
jadi asalnya haruslah jauh di dalam bumi.

Pandangan yang banyak diterima, mula-mula diajukan oleh seorang


Perancis, Ampere, pada tahun 1820 menyatakan bahwa medan arus listrik
dalam bumi mirip dengan yang terjadi pada sekitar kawat yang dialiri arus
listrik. Untuk mempertahankan arus listrik tersebut haruslah ada mekanisme

3
yang menimbulkannya. Inti yang kaya akan unsur besi dan nikel, yang
merupakan konduktor listrik yang baik dan bagian luar inti yang cair
memungkinkan sebagai gerak mekanik untuk muatan listrik. (Anonim,1:2017)

W.M. Elasser seseorang ahli fisika, pada tahun 1939 mengemukakan


hipotesa dinamo. Interaksi gerak dan arus listrik di dalam inti bagian luar dapat
menyebabkan dan mempertahankan medan magnet. Goyangan sumbu
perputaran bumi bersama dengan efek Coriolis (penyimpangan arah gerak yang
seharusnya akibat perputaran bumi) yang menggerakkan dinamo tersebut.
Medan magnet bumi merupakan akibat langsung dari gerakan-gerakan inti.
Dan perputaran bumi mempengaruhi orientasi dan kuat medan magnet bumi.
(Anonim,1:2017)

2.3. Variasi medan magnet bumi


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi
senantiasa mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik
ini dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan
faktor-faktor penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi
antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi
medan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub
magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara
memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi
yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali. (Anonim,18:2017)
2. Variasi harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang
sebagian besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal
dari perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-
partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktasi arus yang
dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hingga mencapai 30
gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang amplitudonya
berkisar 2 gamma dengan perioda 25 jam. Variasi ini diasosiasikan dengan

4
interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).
(Anonim,19:2017)
3. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam
medan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor penyebabnya
diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapi kejadian ini sering
muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode yang berhubungan
dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai magnetik secara langsung dapat
mengacaukan hasil pengamatan. (Anonim,19:2017)
Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target
dari survei magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar
ratusaan sampai dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang yang lebih
besar dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar
anomali ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat
rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang dialami
sebelumnya. Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual
Magnetismyang merupakan akibat dari magnetisasi medan utama.
(Anonim,19:2017)

2.4. Komponen magnet bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut
juga elemen medan magnet bumi, mempunyai tiga arah utama yaitu komponen
arah utara, komponen arah timur dan komponen ke arah bawah. Pada koordinat
kartesian ketiga komponen tersebut dinyatakan X, Y, Z. Elemen-elemen isinya
adalah :

1. Deklinasi (D) adalah sudut utara magnet bumi dengan komponen


horisontal yang dihitung dari utara menuju timur (sudut antara utara
geomagnet dan utara geografis).

5
2. Inklinasi (I) adalah sudut antara medan magnet total dengan bidang
horisontal yang dihitung dari horisontal menuju ke bidang vertikal
ke bawah (sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total).
3. Intensitas horisontal (H) adalah magnitudo dari medan magnet total
pada arah horisontal.
4. Medan magnet total adalah magnitudo dari medan vektor magnet
total.

Gambar 2.1. Elemen magnetik bumi

Medan magetik utama bumi H dapat dinyatakan dengan meggunakan


sistem koordinat geografis denga x berarah ke utara, y ke timur da z ke bawah.
Berdasarkan kesepakatan internasional di bawah pengawasan Internasional
Association Geomagnetism and Aeronomy (IAGA). Deskripsi matematis ini
dikenal sebagai medan magetik utama bumi dar IGRF (International
Geomagnetics Reference Field ) harga medan magnetik utama bumi dari IGRF
di perbaharui tiap 5 tahun sekali. (Anonim,16:2017)

2.5. Koreksi data magetik


Untuk mendapatkan anomali medan magnetik yang menjadi target
survei, maka data magnetik yang telah diperoleh harus dibersihkan atau
dikoreksi dari pengaruh beberapa medan magnet yang lain. Secara umum
beberapa koreksi yang dilakukan dalam survei magnetik meliputi:

1. Koreksi harian

6
Koreksi harian adalah koreksi yang dilakukan terhadap data magnetik
terukur untuk menghilangkan pengaruh medan magnet luar atau variasi harian.

2. Koreksi IGRF
Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan
magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi.

Dengan demikian nilai anomali magnetik dalam intensitas medan


magnet suatu batuan dapat dituliskan (Anonim,20:2017)

H = Ho + ∆ H +Hvar (2.14)
Dimana H mrupakan medan magnetik bumi, Ho merupakan medan
magnetik utama bumi dan ∆H merupakan medan anomali magnetik, atau alam
menentukan anomali magnetiknya dapat dituliska

∆H = H - Ho – Hvar (2.15)
Dengan H merupakan medan magnetik bumi atau medan magnet total
yang terukur, Ho merupakan medan magnetik utama bumi berdasarkan IGRF
dan Hvar merupakan koreksi medan magnet variasi harian. (Anonim,20:2017)

2.6. Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi

1. Diamagnetik
Material-material dimana atom-atom pembentukannya memiliki
elektron yang telah jenuh yang mana tiap elektronnya berpasangan dan
mempuyai spin yang berlawanan dalam setiap pasangannya. Sehingga ketika
diberikan medan magnet luar maka elektron-elektron tersebut akan berpresesi
menghasilkan medan magnet baru menentang medan magnet luar. Nilai dari
suseptibilitasnya negatif, sehingga intensitas induksinya aka berlawanan arah
dengan gaya magnetnya atau medan polarisasi. Contohnya: batuan kuarsa,
marmer, graphite, rock salt dan gypsum. (Anonim,13:2017)

7
Gambar 2.2. Kurva M VS H dan posisi momen magnet dari bahan
diamagnetik.

2. Paramagnetik
Material yang memiliki nilai suseptibilitas yang positif dan
sangat kecil. Paramagnetik muncul dalam bahan yang atom-atomnya memiliki
momen magnetik yang permanen dan berinteraksi satu sama lain dengan sangat
lemah. Apabila tidak terdapat medan magnet luar momen magnetik ini akan
berorientasi. Secara acak, jika diberikan medan magnet luar maka momen
magnetik ini akan cenderung menyearahkan arah momen magnetiknya dengan
medan magnet luar, tetapi dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi
oleh akibat gerak termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkannya
dengan medan ini bergantung pada kekuatan medan magnet luar dan
temperaturnya. Nilai suseptibilitas positif dan berbanding terbalik dengan
temperatur absolut. Jumlah elektron ganjil, momen magnet atomya searah dengan
medan polarisasi. Contohnya: olivine, pyroxene, amphibole dan biotit.
(Anonim,13:2017)

Gambar 2.3 . Kurva M VS H dan posisi momen magnet dari bahan


paramagnetik.

8
3. Ferromagnetik
Material yang memiliki banyak elektron bebas pada tiap kulit
elektronnya, hal ini menyebabkan batuan ini sangat mudah berinduksi oleh medan
luar, bahan ini memiliki nilai suseptibilitas positif dan besar. Pada bahan ini
sejumlah kecil medan magnetik luar dapat menyebabkan derajat penyearahan
yang tinggi pada momen dipole magnetik atomnya. Penyearahan ini dapat
bertahan sekalipun medan magnet luar yang diberikan telah hilang. Hal ini dapat
terjadi karena momen dipole magnetik atom dari bahan-bahan menyearahkan
gaya-gaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang
sempit momen ini disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada
lagi. Daerah ruang tempat momen dipole magetik disearahkan ini disebut daerah
magnetik. Pada temperatur diatas suhu kritis yang disebut titik curie. Gerak termal
acak sudah cukup besar untuk merusak keteraturan penyearahan ini pada bahan
ferromagnetik berubah menjadi paramagnetik. Contohnya: besi.
(Anonim,14:2017)

Gambar 2.4.Kurva M VS H dan posisi momen magnet dari bahan feromagnetik

4. Ferrimagnetik
Medium ini juga hampir sama dengan medium ferromagnetik tetapi
sebagian ada yg berbeda arah momen magnetiknya. Tanpa adanya pengaruh
kuat medan luar, arah momen magnetik paralel dan saling berlawanan, tetapi
berbeda dengan antiferromagnetik, momen paralelnya lebih besar dibandingkan
momen anti paralelnya. Medium ferro-, anti ferro, dan ferrimagnetik
dipengaruhi oleh suhu, dimana jika medium ini dipanaskan sampai pada suhu
terntentu maka medium ini akan berubah menjadi medium paramagnetik.
Batasan tersebut dinamakan suhu curie . Contohnya: ferrite.

9
10
Gambar 2.5. Kurva M VS H dan posisi momen magnet dari bahan
Ferrimagnetik.

5. Antiferromagnetik
Suatu bahan batuan akan mempunyai sifat-sifat yang ditunjukkan
olehantiferromanetik pada saat benda ferromagnetik naik sesuai dengankenaikan
temperature yang kemudian hilang setelah temperature mencapaititik curie (4000C-

700 0C). Harga momen magnetic kecil hingga sampai nol karna momen magnetik
saling tolak menolak. Nilai suseptibiltasnya kecil yang sama seperti bahan
paramagnetik umumnya contohnya: hematite dan chromium. (Anonim,14:2017)

Gambar 2.6. Kurva M VS H dan posisi momen magnet dari bahan


Antiferomagnetik.

2.6. Akuisisi Data Metode Geomagnetik (Base Rover)


Pengukuran yang menggunakan minimal dua buah alat PPM seri G-856
atau lebih, dimana satu buah untuk pengambilan data base yang penempatan
alat PPM tersebut dipasang pada tempat yang bebas dari noise guna mencatat
nilai variasi harian dan tetap sedangkan satunya untuk pengambilan data di
lapangan guna mencatat intensitas medan total dari tiap lintasan.
(Anonim,37:2017)

11
Gambar 2.7 Ilustrasi Pengukuran Base Rover

2.7. Upward Continuation dan Downward continuation


2.7.1. Upward Continuation
Upward continuation merupakan suatu proses untuk mengubah data
pengukuran medan potensial yang telah dikoreksi dalam satu permukaan ke
beberapa permukaan yang lebih tinggi dari permukaan ketika melakukan
pengukuran hingga beberapa meter. Untuk penentuan ketinggiannya tergantung
pada keinginan dalam melihat target yang prospek sehingga dapat terlihat lebih
jelas tanpa tergabung. dengan noise – noise yang ada atau pengaruh dari benda –
benda dekat permukaan yang bersifat magnet sehinggaakan membuat data lebih
agak sulit untuk dilihat prospeknya. (Anonim,20:2017)

Gambar 2.8. Upward Continuation

12
2.7.2. Downward Continuation

Gambar 2.9. Downward Continuation

Parameternya :
 H adalah jarak pada ground unit, yang relatif digunakan untuk kelanjutan
kebawah pada observasi .
 R adalah bilangan gelombang (radians per ground unit) Catatan r = 2πk
dimana k adalah 1 lingkaran per ground unit
 Ground unit adalah satuan yang akan digunakan untuk peng-grid-an
(misal dalam meter, feet,dsb).
 Downward continuation digunakan untuk memperkuat respon dari sumber
pada kedalaman dengan lebih efektif. Hal ini dapat diartikan
pengukurannya menjadi lebih dekat dengan sumbernya. II.
(Anonim,21:2017)

2.8. Reduce To Pole


RTP (Reduction to The Pole) merupakan salah satu dari beberapa filter
yang digunakan untuk membantu proses interpretasi. Filter RTP pada dasarnya
mentransformasikan anomali magnetik disuatu lokasi berada pada kutub utara
magnetik bumi. Sehingga, anomali medan magnet terletak tepat diatas tubuh
benda penyebab anomali dan anomali magnet bersifat monopol/satu kutub.
Reduksi kekutub diakukan dengan dengan cara mengubah sudut inklinasi menjadi
90o dan deklinasi menjadi 0o. Filter RTP mengasumsikan bahwa pada seluruh
lokasi pengambilan data nilai medan magnet bumi (terutama I dan D) memiliki
nilai dan arah yang konstan (Arkani-Hamed, 1988). Asumsi ini dapat diterima

13
apabila lokasi tersebut memiliki luas area yang relatif sempit. Namun hal ini tidak
dapat diterima apabila luas daerah pengambilan data sangat luas karena
melibatkan nilai lintang dan bujur yang bervariasi, dimana harga medan magnet
bumi berubah secara bertahap. (Anonim,22:2017)

Gambar 2.10. Reduction to pole

2.8. Reduce To Equator


Reduksi ke ekuator digunakan untuk latitude magnetik yang bernilai
rendah pada puncak anomali magnetik yang berada diatas sumbernya. Reduksi ke
ekuator dapat mempermudah interpretasi ketika data yang lainnya tidak sesuai.
Pada kondisi tertentu, saat anomali medan magnet difilter RTP tidak menunjukan
anomali medan magnet yang monopole maka filter RTE perlu dilakukan agar
menjadi anomali medan magnet yang monopole. Pada prinsipnya filter RTP dan
RTE adalah mengubah anomali medanmagnet yang dipole menjadi monopole.
(Anonim,23:2017)

14

Anda mungkin juga menyukai