Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan
menggunakan pengukuran fisis di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika
mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung
oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan
(Dobrin dan Savit, 1988). Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang
sifat fisis di dalam bumi. Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis
adalah sifat fisis yang paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang
memungkinkan perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan kaitannya dengan
struktur mengenai lapisan tanah, berat jenis batuan dan rembesan isi air, dan mutu
air. Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode
pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang
dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan
gangguan kemudian mengukur respon yang dilakukan oleh bumi. Medan alami
yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi
bumi, medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi
radiokativitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus
listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya. Dari beberapa
metode yang dilakukan di atas, metode yang akan di pakai adalah metode
geomagnetik.

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang memiliki


target pengukuran berupa intensitas medan magnetik total pada suatu daerah.
Intensitas medan magnetik yang didapatkan selanjutnya digunakan sebagai bagan
analisis medan magnet yang berguna dalam intepretasi suseptibilitas struktur
geologi yang menonjol di daerah penelitian. (Kahfi, 2008)

Terdapat salah satu jenis pengukuran yang ada pada metode geomagnetik
yaitu base rover. Prinsip kerja dari metode ini yaitu menggunakan alat yang
diposisikan di satu tempat yang mencatat nilai variasi harian yaitu base, dan alat

1
yang lain dibawa dalam pengambilan data yaitu rover. Hal ini penting untuk
dibahas karena metode ini merupakan metode geomagnetik yang sering
digunakan.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Ms. Excel dan


Oasis Montaj. Data berupa Hobs, waktu dan koordinat dengan hasil pengolahan
berupa peta Ha, Filter Upward Continuation, Downward Continuation, Reduce to
Pole, dan Reduce to Equator. Filtering dilakukan untuk mencari menegaskan
anomali – anomali lokal yang nantinya dapat digunakan sebagai interpretasi tahap
awal. Tahapan filtering Reduce to Pole dan filtering Reduce to Equator dilakukan
dengan mereduksi momen gaya magnetik searah dengan kutub. Kemudian
dilakukan filtering Upward Continuation dan Downward Continuation untuk
melihat gejala – gejala struktur, lithologi, dan berbagai jenis fomena geologi yang
dapat di interpretasikan sebagai bahan ilmu pengetahuan.

1.2.Maksud dan Tujuan


Maksud dilakukan penelitian Metode Geomagnetik “Pengolahan Filtering
1” untuk memahi tentang cara mengolah data Filtering 1 hasil pengukuran
menggunkan data sintetik dengan melakukan koreksi variasi medan magnetik
harian, IGRF, dan mencari nilai Bln sehingga dapat diinterpretasi persebaran
medan magnet.
Sedangkan tujuannya yaitu melakukan interpretasi dan menghasilkan
output berupa Grafik Ha, Grafik Hvar, Peta Ha, Peta Upward Continuation, Peta
Downward Continuation, Peta Reduce to Pole, dan Peta Reduce to Equator yang
dihasilkan dari pengolahan data semua lintasan untuk mengetahui persebaran
intensitas magnetik total, lokal dan regional.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Metode Magnet Bumi


Metode Geomagnetik merupakan salah satu metode geofisika yang sering
digunakan untuk survei pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, panas bumi,
batuan mineral, maupun untuk keperluan pemantauan (monitoring) gunungapi
(Umamii, 2008). Metode ini mempunyai akurasi pengukuran yang relatif tinggi,
instrumentasi dan pengoperasian di lapangan relatif sederhana, mudah dan cepat
jika dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. Koreksi pembacaaan praktis
tidak perlu dilakukan.
Pada umumnya peta anomali medan magnetik (untuk geofisika terapan
biasanya medan total atau medan vertikal) bersifat agak kompleks. Variasi medan
lebih tak menentu dan terlokalisir sebagai akibat dari medan magnetik dipole yang
merupakan besaran vektor. Peta anomali magnetik menunjukkan sejumlah besar
anomali residu yang merupakan hasil variasi yang besar bagian mineral magnetik
yang terkandung dalam batuan dekat permukaan. Sebagai akibat dari hal-hal
tersebut di atas, maka interpretasi yang tepat dalam metode geomagnetik relatif
lebih sulit.

2.2. Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi dapat didefinisikan sebagai sebuah dipole magnet
batang dimana di sekitar dipole tersebut terdapat garis gaya magnet yang seolah–
olah bergerak dari kutub positif ke kutub negatif. Yang menjadi sumber utama
proses magnetisasi batuan adalah medan magnet bumi. Medan Magnet bumi juga
dapat didefinisikan sebagai harga kemagnetan dalam bumi. Medan magnet
dihasilkan dari arus listrik yang mengalir dalam inti bumi
Medan magetik utama bumi H dapat dinyatakan dengan meggunakan
sistem koordinat geografis denga x berarah ke utara, y ke timur da z ke bawah.
Berdasarkan kesepakatan internasional di bawah pengawasan Internasional
Association Geomagnetism and Aeronomy (IAGA). Deskripsi matematis ini
dikenal sebagai medan magetik utama bumi dari IGRF (International

3
Geomagnetics Reference Field ) harga medan magnetik utama bumi dari IGRF di
perbaharui tiap 5 tahun sekali.
Intensitas komponen horisontal medan magnetik bumi dapat dinyatakan
dengan
𝐻 = √𝑋 2 + 𝑌 2 (2.1)
Sedang intensitas medan magnetik utama bumi dinyatakan dengan:
𝐹 = √𝑋 2 + 𝑌 2 + 𝑍 2 (2.2)
Selain itu medan magnet bumi juga mempunyai parameter fisis, lainnya
yaitu sudut inkliasi dan sudut deklinasi. Sudut inklinasi dinyatakan dengan:
𝑍
𝐼 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 √𝑋 2 (2.3)
+𝑌 2

Sudut inkliasi positif di bawah bidang horizontal dan negatif di atas bidang
horizontal. Sedangkan sudut deklinasi positif ke arah timur geografis dan negatif
ke arah barat geografis. Sudut deklinasi deklinasi dinyatakan dengan:
𝑌
𝐷 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 √𝑋 2 (2.4)
+𝑌 2

Medan Magnet bumi terdiri dari tiga bagian, yaitu:


1. Medan Magnet Utama
Pengaruh medan utama magnet bumi ± 99% yang disebabkan karena bumi
itu sendiri merupakan magnet yang sangat besar dan variasinya terhadap waktu
sangat lambat dan kecil. Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu.
Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil
pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam
waktu satu tahun. Untuk periode 2005-2010, dimana penelitian yang dilakukan
termasuk dalam jangkauan periode ini, intensitas medan magnet bumi berkisar
antara 25000-65000 nT, untuk wilayah Indonesia yang terletak di utara
khatulistiwa mempunyai intensitas sekitar 40000 nT dan di selatan katulistiwa
berkisar 45000 nT.

4
2. Medan Magnet Luar
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi (aktivitas
matahari,badai magnetik) yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat. Beberapa
sumber medan luar antara lain:
1. Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer dengan siklus 11
tahun.
2. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan
pasang surut matahari dan mempuyai jangkau 30 nT.
3. Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan
pasang surut bulan dan mempunyai jangkau 2 nT.
4. Badai Magnetik yang bersifat acak dan mempuyai jangkau sampai
dengan 1000 nT.
3. Medan Magnet Lokal/ Pengaruh Anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal
field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral
bermagnet seperti magnetite, titanomagnetite dan lain-lain yang berada di kerak
bumi.

2.3. Variasi Medan Magnet


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi
senantiasa mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini
dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-
faktor penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi medan
magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub magnetik bumi.
Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara memperbarui dan
menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi yang dikenal dengan
IGRF setiap lima tahun sekali.

5
2. Variasi harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian besar
bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari perputaran
arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-partikel
terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktuasi arus yang dapat
menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hingga mencapai 30 gamma
dengan periode 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang amplitudonya
berkisar 2 gamma dengan periode 25 jam. Variasi ini diasosiasikan dengan
interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi harian bulan. (Telford, 1976)
3. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam medan
magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor penyebabnya
diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodenya acak tetapi kejadian ini sering
muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode yang berhubungan
dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai magnetik secara langsung dapat
mengacaukan hasil pengamatan.
Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari
survei magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar
ratusaan sampai dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang yang lebih besar
dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini
disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Medan
magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit diamati karena berkaitan
dengan peristiwa kemagnetan yang dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini
disebut dengan Normal Residual Magnetismyang merupakan akibat dari
magnetisasi medan utama.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari
keduanya, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam
survei geomagnet, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnet kurang dari 25% medan magnet utama bumi. (Telfrod, 1979).

6
2.4. Komponen Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi, mempunyai tiga arah utama yaitu komponen arah
utara, komponen arah timur dan komponen ke arah bawah. Pada koordinat
kartesian ketiga komponen tersebut dinyatakan X, Y, Z. Elemen-elemen isinya
adalah :
1. Deklinasi (D) adalah sudut utara magnet bumi dengan komponen
horisontal yang dihitung dari utara menuju timur (sudut antara utara
geomagnet dan utara geografis).
2. Inklinasi (I) adalah sudut antara medan magnet total dengan bidang
horisontal yang dihitung dari horisontal menuju ke bidang vertikal ke
bawah (sudut antara bidang horizontal dan vektor medan total).
3. Intensitas horisontal (H) adalah magnitudo dari medan magnet total pada
arah horizontal.
4. Medan magnet total adalah magnitudo dari medan vektor magnet total.
Di beberapa literatur deklinasi disebut juga variasi harian kompas dan
inklinasi disebut dip. Bidang vertikal yang berimpit dengan arah dari medan
magnet
disebut meridian magnet.

Gambar 2.1. Elemen Magnetik Bumi

7
2.5. Koreksi Data Magnetik
Untuk mendapatkan anomali medan magnetik yang menjadi target survei,
maka data magnetik yang telah diperoleh harus dibersihkan atau dikoreksi dari
pengaruh beberapa medan magnet yang lain. Secara umum beberapa koreksi yang
dilakukan dalam survei magnetik meliputi:
1. Koreksi harian
Koreksi harian adalah koreksi yang dilakukan terhadap data magnetik terukur
untuk menghilangkan pengaruh medan magnet luar atau variasi harian.
2. Koreksi IGRF
Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnet
terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi.
Dengan demikian nilai anomali magnetik dalam intensitas medan magnet
suatu batuan dapat dituliskan
H = Ho + ΔH + Hvar ( 2.5 )
Dimana H merupakan medan magnetik bumi, Ho merupakan medan magnetik
utama bumi dan ΔH merupakan medan anomaly magnetik, atau dalam
menentukan anomali magnetiknya dapat dituliskan
ΔH = H – Ho - Hvar ( 2.6 )
Dengan H merupakan medan magnetik bumi atau medan magnet total yang
terukur, Ho merupakan medan magnetik utama bumi berdasarkan IGRF dan Hvar
merupakan koreksi medan magnet variasi harian ( Grant & West, 1965).

2.6. Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi


Sifat magnetik bahan diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Klasifikasi ini
didasarkan pada bagaimana material itu bereaksi terhadap medan magnet luar.
Klasifikasi ini meliputi:
1. Diamagnetik
Bahan diamagnetik, ketika ditempatkan dalam medan magnet, memiliki
momen magnet yang menyebabkan dalam dirinya melawan arah medan
magnet dari luar. Sifat ini sekarang diketahui sebagai hasil arus listrik yang
disebabkan dalam atom dan molekul tunggal. Arus ini, dinyatakan dalam
hukum Ampere, menghasilkan momen magnet yang melawan medan magnet

8
luar. Beberapa bahan diamagnetik yang paling kuat adalah logam bismuth
dan molekul organik seperti benzena. Contoh lainnya : grafit, gipsum,
marmer, kwartz, garam, dll.

Gambar 2.2. Kurva M vs H dan posisi momen magnet dari bahan diamagnetik

2. Paramagnetik
Paramagnetik adalah kecenderungan dari dipole magnet atomic untuk
bersekutu dengan medan magnet luar. Hal ini terjadi dari efek spin mekanika
kuantum boleh dikatakan momentum angular orbital elektron. Paramagnetik
materials ditarik ketika diberi medan magnet dari luar. Penjajaran dipole
magnet dengan medan magnet cenderung untuk memperkuat medan magnet
dan di gambarkan dengan permeabilitas magnet relatif lebih besar daripada
satuannya. Contohnya: olivine, pyroxene, amphibole dan biotit.

Gambar 2.3. Kurva M vs H dan posisi momen magnet dari bahan paramagnetik

9
3. Ferromagnetik
Bahan ferromagnetik, menahan gaya magnet ketika medan magnet
eksternal dihilangkan atau dikurangi. Efek ini adalah hasil dari interaksi kuat
antara momen magnet atom-atomnyaatau elektron dalam substansi magnetik yang
menghasilkan momen magnet sejajar satu terhadap yang lain.
Biasanya material ferromagnetik dibagi ke dalam daerah-daerah di sebut
domain, dalam setiap domain, momen atomiknya memiliki arah yang sejajar satu
dengan yang lain. Jika diberi medan dari luar kemudian medan dikurangi hingga
menjadi nol maka bahan ferromagnetik akan menunjukkan kurva histerisis.
Contoh materialnya : pyrit, magnetit, hematit, dll.

Gambar 2.4. Kurva M vs H dan posisi momen magnet dari bahan ferromagnetik

4. Ferrimagnetik
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok ferite merupakan isolator
yang mempunyai sifat magnetik mirip dengan bahan feromagnetik, tetapi lebih
lemah magnetisme bahan ini disebut ferimagnetisme. Spin dalam bahan
ferimagnetik ini digambarkan demikian    .
Bahan ferimagnetik ini mempunyai temperatur Curie, di bawah temperatur Curie,
hubungan M dan H menghasilkan lengkungan histeresis, di atas temperatur Curie
bersifat paramagnetik. Contohnya : ferrite.

10
Gambar 2.5. Kurva M vs H dan posisi momen magnet dari bahan ferrimagnetik

5. Anti Feromagnetik
Suatu bahan batuan akan mempunyai sifat-sifat yang ditunjukkan oleh
antiferromanetik pada saat benda ferromagnetik naik sesuai dengankenaikan
temperature yang kemudian hilang setelah temperature mencapaititik curie
(4000C – 700 0C). Harga momen magnetic kecil hingga sampai nol karna
momen magnetik saling tolak menolak. Nilai suseptibiltasnya kecil yang
sama seperti bahan paramagnetik umumnya contohnya: hematite dan
chromium.

Gambar 2.6. Kurva M vs H dan posisi momen magnet dari bahan anti-ferromagnetik

2.7. Akuisisi Data Metode Geomagnetik (Base Rover)


Dalam akusisi data Geomagnetik dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu secara satu alat (looping), baserover, dan gradien vertikal. Perbedaan dalam
beberapa cara tersebut hanya ditekankan dalam pengunaan instrumen dalam
pengukuran.

11
1. Satu Alat (Looping)
Pengukuran yang dimulai dari base dan diakhiri di base lagi. Pengukuran
satu alat ini hanya menggunakan satu alat PPM seri G-856 yang menjadi base dan
rover. Dimana sekaligus pengukuran looping ini mencatat nilai variasi harian dan
intensitas medan magnet total. Ilustrasi pengukuran satu alat ditunjukkan pada
gambar 3.x.

Gambar 2.7. Ilustrasi Pengukuran Satu Alat (Looping)

2. Base – Rover
Pengukuran yang menggunakan minimal dua buah alat PPM seri G-856
atau lebih, dimana satu buah untuk pengambilan data base yang penempatan alat
PPM tersebut dipasang pada tempat yang bebas dari noise guna mencatat nilai
variasi harian dan tetap sedangkan satunya untuk pengambilan data di lapangan
guna
mencatat intensitas medan total dari tiap lintasan.

Gambar 2.8. Ilustrasi Pengukuran Base Rover

12
3. Gradien Vertikal
Untuk pengukuran Gradien vertikal secara pengukurannya sama dapat
dilakukan secara Satu Alat atau Base Rover, hanya saja perbedaannya pada
pemakaian sensor. Jumlah sensor yang digunakan 2 buah sensor. Biasanya untuk
pemetaan medan magnet total dan variasi gradien vertikal medan magnet.
Untuk Pengukuran Geomagnetik itu sendiri yang secara valid, umum,
standar dalam pengukurannya yaitu menggunakan Base Rover. Sedangkan untuk
satu alat dan gradien vertikal jarang digunakan dalam pengukuran secara umum.
Gradien vertikal juga hanya digunakan pengukuran untuk mengetahui batas
litologi suatu lapangan saja.

2.8. Reduce to Pole

Keterangan :
I = inklinasi geomagnetik
D = deklinasi geomagnetik
L(Ꝋ) = tujuan vektor gelombang dengan derajat azimutnya
Ia = inklinasi yang digunakan untuk koreksi magnetik
RTP ( Reduce to Pole ) merupakan salah satu dari beberapa filter yang
digunakan untuk membantu proses interpretasi. Filter RTP pada dasarnya
mentransformasikan anomali magnetik disuatu lokasi berada pada kutub utara
magnetik bumi. Sehingga, anomali medan magnet terletak tepat diatas tubuh
benda penyebab anomali dan anomali magnet bersifat monopol/satu kutub.
Reduksi kekutub diakukan dengan dengan cara mengubah sudut inklinasi menjadi
90o dan deklinasi menjadi 0o.
Filter RTP mengasumsikan bahwa pada seluruh lokasi pengambilan data nilai
medan magnet bumi (terutama I dan D) memiliki nilai dan arah yang konstan
(Arkani-Hamed, 1988). Asumsi ini dapat diterima apabila lokasi tersebut
memiliki luas area yang relatif sempit. Namun hal ini tidak dapat diterima apabila

13
luas daerah pengambilan data sangat luas karena melibatkan nilai lintang dan
bujur yang bervariasi, dimana harga medan magnet bumi berubah secara bertahap.

Gambar 2.9. (a)Sebelum direduksi (b)Setelah direduksi (http://static-


content.springer.com)

Gambar 2.10. Reduction to pole (http://gravmag.ou.edu )

2.9. Reduce to Equator

Reduksi ke ekuator digunakan untuk latitude magnetik yang bernilai


rendah pada puncak anomali magnetik yang berada diatas sumbernya. Reduksi ke
ekuator dapat mempermudah interpretasi ketika data yang lainnya tidak sesuai.
Pada kondisi tertentu, saat anomali medan magnet difilter RTP tidak menunjukan
anomali medan magnet yang monopole maka filter RTE perlu dilakukan agar
menjadi anomali medan magnet yang monopole. Pada prinsipnya filter RTP dan
RTE adalah mengubah anomali medanmagnet yang dipole menjadi monopole.

14
2.10. Upward Continuation dan Downward Continuation
Upward continuation merupakan suatu proses untuk mengubah data
pengukuran medan potensial yang telah dikoreksi dalam satu permukaan ke
beberapa permukaan yang lebih tinggi dari permukaan ketika melakukan
pengukuran hingga beberapa meter. Untuk penentuan ketinggiannya tergantung
pada keinginan dalam melihat target yang prospek sehingga dapat terlihat lebih
jelas tanpa tergabung dengan noise – noise yang ada atau pengaruh dari benda –
benda dekat permukaan yang bersifat magnet sehinggaakan membuat data lebih
agak sulit untuk dilihat prospeknya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
2.11.

Gambar 2.11. Ilustrasi kontinuasi ke atas (Telford et al, 1990 )

Gambar 2.12. Downward Continuation (Xiaogang, 2015)


Pada gambar 2.12 adalah data survei geomagnetik udara pada bidang
pengamatan dan data geomagnetik pada bidang kontinuasi. Noise frekuensi tinggi
dalam data geomagnetik akan diperbesar secara jelas akibat ketidakstabilan
downward continuatiation. Dengan demikian, digunakan metode regularisasi
Tikhonov iteratif dan metode regularisasi Landweber iteratif untuk menyelesaikan
masalah kekeliruan dari downward continuation.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pengolahan Data


Berikut adalah diagram alir pengolahan data Base Rover.

Mulai
Tinjauan
pustaka
Data Sintetik

Picking Data

Koreksi Hvar & IGRF

Nilai Ha

Grafik Ha Vs Software Oasis Montaj Grafik Hvar


Posisi Vs Waktu

Peta Ha

Peta RTP Peta RTE

Peta Peta
Upward Downward
Continuation Continuation

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alir

16
3.2. Pembahasan Diagram Alir
Proses pengolahan data Filtering 1 agar menghasilkan grafik Ha, grafik Hvar
peta Ha, Upward Continuation, Downward Continuation, RTP, dan RTE maka
dibutuhkan langkah langkah sebagai berikut :

1. Pertama memulai dengan data sintetik berupa data Filtering 1.


2. Data base dan rover diolah menggunakan Software Ms. Excel dengan
menentukan data datum pada pengukuran awal yang dilihat dari waktu
paling kecil saat pertama melakukan pengukuran. Kemudian dilakukan
seleksi nilai tengah pembacaan alat pada data rover dan memasukkan hasil
seleksi ke data pengolahan. Setelah itu, mencari waktu dari data base yang
digunakan untuk mendapatkan data Bln dengan rumus yang ada.
3. Setelah didapatkan data Bln digunakan untuk mencari data Hvar dengan
cara mengurangi data Bln dengan data datum,
4. kemudian mencari data Ha yang didapatkan melalui pengurangan data
hasil seleksi rover dengan IGRF dan Hvar, yang dimana nilai IGRF
ditetapkan 44067.79 didapatkan dari mengakses NOAA.
5. Dari data pengolahan tersebut setelah didapatkan nilai data Hvar dan Ha
kemudian dibuat grafik Hvar terhadap waktu dan Ha terhadap posisi.
6. Kemudian untuk membuat peta digunakan software Geosoft Oasis Montaj
dengan membutuhkan nilai Ha dan koordinat x dan y dari data semua
lintasan. Peta yang dihasilkan yaitu Peta Ha dengan menggunakan grid
minimum curvature.
7. Kemudian di dalam Software Geosoft Oasis Montaj dilakukan filtering
Reduce to Pole dan Reduce to Equator mengunakan peta Ha.
8. Setelah dihasilkan Peta RTP dan RTE, dipilih Peta RTP untuk dilakukan
filtering Upward Continuation dan Downward Continuation.
9. Setelah itu dilakukan pembahasan dari hasil pengolahan data, Grafik Hvar,
Ha, Peta Ha, Peta Upward Continuation, Peta Downward Continuation,
Peta RTP dan Peta RTE yang dimana menggunakan tinjauan pustaka
untuk mendukung pembahasan yang dilakukan.
10. Terakhir ditarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dibuat.
11. Pengolahan data Filtering 1 selesai.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel Pengolahan Data


Tabel 4.1. Tabel Pengolahan Data Lintasan 8
Koordinat Time Hobs Bln IGRF Hvar

X Y

44516 916079 8:56:30 44539 44061.7221 44887. -


5 2 7 4 6.06783333
3 -
1061,84
44516 916077 9:01:23 44673. 44007.3757 44887. -60.41425
5 1 4 5 4 -
1371,73
44516 916075 9:11:50 44673 44010.9850 44887. -56.805
3 9 0 4 -
501,425
44516 916073 9:18:57 44653 44011.7935 44887. -
5 3 4 4 55.9964583
3
-3795
44516 916071 9:23:44 44454 44011.8740 44887. -55.916
5 1 0 4 1358,77
5
44516 916068 9:26:40 44197 44013.0415 44887. -
7 9 8 4 54.7484166
7 -
1590,96
44516 916067 9:31:08 44493 44011.7380 44887. -56.052
6 1 0 4 2575,19
2
44516 916064 9:32:48 44527 44011.1665 44887. -
2 8 8 4 56.6234166
7 -
1437,03
44516 916062 9:39:05 44784 44009.3715 44887. -58.4185
5 3 0 4 -
825,367
44516 916059 9:45:55 45134 44010.4922 44887. -57.29775
4 8 5 4 -
525,975
44516 916058 9:52:55 44810. 44012.5598 44887. -55.230125
7 1 6 8 4 87,4833
3
44516 916056 9:55:05 44301 44011.3086 44887. -56.481375
8 0 3 4
176,53

18
44516 916053 9:58:06 44448. 44010.2846 44887. -
3 9 6 7 4 57.5053333
3 145,318
3
44516 916051 9:59:42 44689. 44009.9166 44887. -
7 9 8 7 4 57.8733333
3
154,01
44516 916050 10:01:3 44616. 44010.5733 44887. -
5 0 0 2 3 4 57.2166666
7
120,075
44516 916048 10:03:3 44400 44011.5733 44887. -
7 0 0 3 4 56.2166666
7
154,8
44516 916046 10:05:5 44574. 44011.8936 44887. -55.896375
3 2 9 6 3 4
145,83
44516 916044 10:07:2 44320. 44011.9325 44887. -
6 1 4 2 8 4 55.8574166
7 136,206
7
44516 916042 10:08:4 44470. 44012.1383 44887. -
7 0 2 4 3 4 55.6516666
7
150,625
44514 916039 10:11:4 43900. 44012.9952 44887. -54.79475
6 3 4 2 5 4
179,255
44516 916038 10:15:0 44592 44013.9625 44887. -
4 1 0 8 4 53.8274166
7 158,763
3

19
4.2. Grafik Hvar Vs Waktu

Gambar 4.2. Grafik Hvar vs Waktu


Grafik diatas merupakan perbandingan antara Hvar dengan waktu pada
lintasan 5 sampai 8 dimana Hvar sebagai sumbu y yang merupakan koreksi variasi
harian besarnya medan magnet dengan besaran nanoTesla (nT) dan Waktu
sebagai sumbu x untuk mengetahui akibat adanya pengaruh intensitas matahari
dan waktu dalam satu hari. Dimana grafik Hvar vs Waktu digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari variasi harian medan magnet.
Dapat dilihat dari grafik tersebut pengukuran saat di lapangan pada
lintasan 8 rentang waktu 08.56:30 sampai 11.21:50 terjadi fluktuasi yang sangat
kecil yang menandakan adanya pengaruh intensitas matahari maupun suhu saat
pengambilan data yang dimana nilai Hvar saat awal pengukuran naik melonjak
tinggi -6.06783 nT hingga konstan pada titik 2 sampai 40 dinilai sekitar -60.41425
nT sampai -56.32250 nT , pada waktu 08.56:30 menjadi titik tertinggi dari grafik
dengan nilai Hvar sebesar -6.06783 nT . Sehingga dapat diasumsikan pengaruh
saat mengambil data diwaktu pertama terdapat noise sehingga waktu pembacaan
alat dibase menjadi terganggu karena dilihat dari rentang jarak pembacaan alat
dibase dapat dikatakan konstan setelah pengukuran pertama sehingga membuat
nilai Hvar tinggi serta relatif stabil setelah pengukuran pertama.

20
4.3. Grafik Ha Vs Posisi

Gambar 4.3. Grafik Ha vs Posisi


Grafik diatas merupakan perbandingan antara pada koordinat X
merupakan posisi dan Koordinat Y merupakan nilai medan anomali atau Ha
dimana nilai Ha didapatkan dari perhitungan dari nilai H pengamatan dikurangi
Koreksi IGRF, dan Koreksi variasi harian medan magnetik untuk mengetahu nilai
medan magnetik sebenarnya di setiap tempat yang diukur.
Pada lintasan 8 dapat diketahui dari grafik tersebut saat pengambilan data
pindah setiap sekitar 10 meter pada koordinat 9159980 sampai 9160792 dengan
40 titik pengukuran. Nilai Ha yang dihasilkan fluktuasi yang dimana pada daerah
tersebut titik tertingginya berada pada koordinat 9160598 dan pada titik ke 10
pengukuran dengan nilai Ha 303.89775 nT dan titik terendahnya berada pada
koordinat 9160393 dan pada titik pengukuran ke 20 dengan nilai H sebesar -
932.40525 nT, sehingga dapat diasumsikan dari grafik tersebut pada rentang
koordinat 9159980-9160792 pada daerah tersebut memiliki anomali medan
magnet dibawah permukaan yang masih dipengaruhi oleh kedua kutub atau masih
dipole yang menyebabkan medan anomali tidak tepat atau bergeser dari nilai
sebenarnya.
Sehingga pada nilai grafik Ha vs posisi tidak cukup hanya koreksi saja
agar bisa diinterpretasi maka dilanjutkan dengan filtering reduce to pole agar nilai
medan magnet anomali tersebut hanya dipengaruhi oleh satu kutub.

21
4.4. Peta Ha

Gambar 4.4. Peta Ha


Peta Ha merupakan peta hasil dari pengolahan data dari nilai Ha dengan
melakukan pengurangan nilai Hobs dengan IGRF dan Hvar. Tetapi peta dari nilai
Ha ini masih di pengaruhi oleh dua kutub (dipole), oleh sebab itu nilai Ha masih
bergeser dari nilai aslinya. Peta Ha ini terletak pada koordinat x di mulai dari
44383 hingga 445181 dan nilai Y di mulai dari 9155980 hingga 9160840 dengan
nilai anomali -445.1 nT hingga 259.7 nT. Pada peta Ha ini dapat dilihat bahwa
nilai anomali pada skala warna merah sampai merahmuda yang tersebar pada peta
pada daerah atas dan bawah dengan nilai Ha sebesar 3.3 nT sampai 259.7 nT.
Pada rentang warna kuning sampai oranye didapatkan nilai anomali sebesar -
136.2 nT hingga -14.6 nT terdapat pada bagian tengah peta. Serta rentang warna
biru tua sampai biru muda memiliki nilai Ha sebesar -445.1 nT sampai -253.3 nT
pada daerah barat dan timur peta.

22
Dapat dilihat pada skala warna bahwa pada warna merah sampai
merahmuda menandakan pada daerah tersebut memiliki nilai medan magnet yang
tinggi sehingga dapat diinterpretasi pada peta dengan pola kontur bulatan seperti
bull eye maka dapat dikatakan bahwa pada tempat tersebut telah terjadi intrusi dan
mineralisi, skala warna hijau sampai kuning menadakan nilai medan magnet yang
sedang-rendah sehingga dapat diinterpretasi bahwa tempat tersebut merupakan
tempat endapan aluvial dan pada warna skala biru menandakan tidak ada nilai
medan magnet dikarenakan pada tempat tersebut bisa diduga terdapat struktur
yang dimana terletak pada bagian timur dan utara peta dengan pola kontur
memanjang dan berwarna biru. Tetapi pada peta Ha ini belum tentu sepenuhnya
benar saat dilakukan interpretasi karena nilai medan anomali magnetik pada peta
ini masih dipengaruhi oleh dua kutub, maka diperlukannya filtering agar dapat
diinterpretasi dengan baik.
Maka dapat diasumsikan pada daerah tersebut litologi batuan bawah
permukaannya terdapat mineral yang bersifat ferromagnetik, paramagneti, dan
diamagnetik.

23
4.5. Peta Reduce to Pole

Gambar 4.5. Peta Reduce To Pole


Peta Reduce to Pole (RTP) ini didapatkan akibat melakukan filtering
menggukan filter Reduce to Pole menggunakan Software Geosoft Oasis Montaj
yang dimana merupakan suatu proses untuk menghilangkan pengaruh sudut
inklinasi dan deklinasi data pengukuran medan magnet yang telah dikoreksi (Ha)
di suatu tempat menjadi medan magnet di kutub utara magnetik. Sehingga peta
tersebut menunjukkan anomali magnetik menjadi satu kutub. Maka pada peta
RTP ini sudah dapat diinterpretasi.
Peta RTP ini terletak pada koordinat x di mulai dari 44383 hingga 445181
dan nilai Y di mulai dari 9155980 hingga 9160840 dengan nilai anomali -555.2
nT hingga 287.8 nT. Pada peta Ha ini dapat dilihat bahwa nilai anomali pada skala

24
warna merah sampai merahmuda yang tersebar pada peta pada daerah tengah dan
bawah dengan nilai Ha sebesar 15.2 nT sampai 287.8 nT. Pada rentang warna
kuning sampai oranye didapatkan nilai anomali sebesar -156.1 nT hingga -14.8 nT
terdapat pada bagian tengah peta. Serta rentang warna biru tua sampai biru muda
memiliki nilai Ha sebesar -555.2 nT sampai -339.0 nT pada daerah utara dan
timur peta.
Interpretasi kualitatif didapatkan dari peta Ha yang telah direduksi ke satu
kutub. Hasil tersebut menunjukkan sumber anomali magnetik terlihat lebih jelas.
Dimana pada peta tersebut terdapat skala warna yang menunjukkan besar medan
anomalinya dengan rentang warna
Dapat dilihat pada skala warna bahwa pada warna merah sampai
merahmuda menandakan pada daerah tersebut memiliki nilai medan magnet yang
tinggi sehingga dapat diinterpretasi pada peta dengan pola kontur bulatan seperti
bull eye maka dapat dikatakan bahwa pada tempat tersebut telah terjadi intrusi dan
mineralisi, skala warna hijau sampai kuning menadakan nilai medan magnet yang
sedang-rendah sehingga dapat diinterpretasi bahwa tempat tersebut merupakan
tempat endapan aluvial dan pada warna skala biru menandakan tidak ada nilai
medan magnet dikarenakan pada tempat tersebut bisa diduga terdapat struktur
yang dimana terletak pada bagian timur dan utara peta dengan pola kontur
memanjang dan berwarna biru.
Maka dapat diasumsikan pada daerah tersebut litologi batuan bawah
permukaannya terdapa mineral yang bersifat ferromagnetik, paramagneti,, dan
diamagnetik.

25
4.6. Peta Reduce to Equator

Gambar 4.6. Peta Reduce To Equator


Peta Reduce to Equator (RTE) ini didapatkan akibat melakukan filtering
menggukan filter Reduce to Equator menggunakan Software Geosoft Oasis
Montaj yang dimana merupakan suatu proses untuk menghilangkan pengaruh
sudut inklinasi dan deklinasi dengan membawa seolah-olah mengukur didaerah
ekuator dimana filter ini digunakan pada tempat yang memiliki latitude yang
bernilai rendah sehingga data pengukuran medan magnet yang telah dikoreksi
(Ha) di suatu tempat menjadi medan magnet di kutub utara magnetik. Sehingga
peta tersebut menunjukkan anomali magnetik menjadi satu kutub. Maka pada peta
RTE ini sudah dapat diinterpretasi.

26
Peta RTE ini terletak pada koordinat x di mulai dari 44383 hingga 445181
dan nilai Y di mulai dari 9155980 hingga 9160840 dengan nilai anomali -491.3
nT hingga 249.3 nT. Pada peta RTE ini dapat dilihat bahwa nilai anomali pada
skala warna merah sampai merahmuda yang tersebar pada peta pada daerah
tengah, selatan dan utara peta dengan nilai Ha sebesar -15.6 nT sampai 249.3 nT.
Pada rentang warna kuning sampai oranye didapatkan nilai anomali sebesar -
144.5 nT hingga -36.6 nT terdapat pada bagian tengah peta. Serta rentang warna
biru tua sampai biru muda memiliki nilai Ha sebesar -491.3 nT sampai -266.0 nT
pada daerah selatan dan utara peta.
Interpretasi kualitatif didapatkan dari peta Ha yang telah direduksi ke satu
kutub. Hasil tersebut menunjukkan sumber anomali magnetik terlihat lebih jelas.
Dimana pada peta tersebut terdapat skala warna yang menunjukkan besar medan
anomalinya dengan rentang warna
Dapat dilihat pada skala warna bahwa pada warna merah sampai
merahmuda menandakan pada daerah tersebut memiliki nilai medan magnet yang
tinggi sehingga dapat diinterpretasi pada peta dengan pola kontur bulatan seperti
bull eye ataupun pola kontur yang memanjang maka dapat dikatakan bahwa pada
tempat tersebut telah terjadi intrusi dan mineralisi, skala warna hijau sampai
kuning menadakan nilai medan magnet yang sedang-rendah sehingga dapat
diinterpretasi bahwa tempat tersebut merupakan tempat endapan aluvial dan pada
warna skala biru menandakan tidak ada nilai medan magnet dikarenakan pada
tempat tersebut bisa diduga terdapat struktur yang dimana terletak pada bagian
selatan dan utara peta dengan pola kontur memanjang dan berwarna biru.
Maka dapat diasumsikan pada daerah tersebut litologi batuan bawah
permukaannya terdapa mineral yang bersifat ferromagnetik, paramagneti,, dan
diamagnetik.

27
4.6. Peta Upward Continuation

Gambar 4.6. Peta Upward Continuation


Upward Continuation (pengangkatan ke atas) ini dilakukan terhadap data
anomali medan magnet yang telah di proyeksikan ke bidan datar (peta). Upward
Continuation merupakan suatu proses untuk menyaring data pengukuran
intensitas medan magnet yang telah dikoreksi dari satu permukaan ke permukaan
yang lebih tinggi dari permukaan ketika melakukan pengukuran hingga beberapa
meter.
Upward Continuation menggunakan software Geosoft Oasis Montaj
dengan data dari peta RTP. Dikarenakan Peta RTP dipilih untuk di filtering
upward continuation adalah karena hasil dari peta tersebut lebih bagus
dibandingkan peta Ha dan peta RTE.

28
Pemilihan ketinggian dari 10 m – 50 m dimana setiap ketinggian di
peroleh intensitas medan magnet anomali yang berbeda-beda. Dimana setiap
kenaikan ketinggian dapat dilihat bahwa peta tersebut semakin menunjukkan pola
kontur anomali regionalnya dengan menghilangnya closure-closure yang bisa
dianggap sebagi noise ataupun intrusi kecil.
Sehingga dapat diinterpretasi dengan skala warna merahmuda hingga
merah semakin mendominasi di daerah utara setiap kenaikan ketinggian maka
dapat diduga bahwa daerah tersebut merupakan daerah intrusi ataupun zona
mineralisasi karena memiliki sifat kemagnetan tinggi dengan diikuti pola kontur
memanjang dengan skala warna biru diduga merupakan struktur geologi karena
memiliki sifat kemagnetan rendah.
4.7. Peta Downward Continuation

29
Gambar 4.6. Peta Downward COntinuation
Downward Continuation ini dilakukan terhadap data anomali medan
magnet yang telah di proyeksikan ke bidan datar (peta). Downward Continuation
merupakan suatu proses untuk menyaring data pengukuran intensitas medan
magnet yang telah dikoreksi dari satu permukaan ke permukaan yang lebih rendah
dari permukaan ketika melakukan pengukuran hingga beberapa meter dengan
tujuan untuk melihat persebaran anomali medan magnet secara lokal.
Downward Continuation menggunakan software Geosoft Oasis Montaj
dengan data dari peta RTP. Dikarenakan Peta RTP dipilih untuk di filtering
downward continuation adalah karena hasil dari peta tersebut lebih bagus
dibandingkan peta Ha dan peta RTE.
Pemilihan interval dari 10 m – 50 m dimana setiap ketinggian di peroleh
intensitas medan magnet anomali yang berbeda-beda dimana ditandai setiap
kenaikan interval maka munculnya closure-closeure. Sehingga dapat
diinterpretasi persebaran anomali medan magnet ditempat tersebut secara lokal
dan dapat dilihat bahwa pada peta tersebut pada daerah tengah peta dengan pola
kontur membulat dan memanjang dengan skala warna merahmuda sampai warna
merah diduga bahwa tempat tersebut merupakan zona intrusi. Pada skala warna
hijau merupakan endapan alluvial dan warna biru yang membentuk pola kontur
memanjang merupakan struktur.

30
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengolahan data, pembuatan grafik dan pembuatan peta
Metode Magnetik Base Rover Filtering 1, maka pada penelitian ini dapat
disimpulkan:
 Pada Grafik Hvar vs Waktu dapat diketahui pada waktu pertama kali
pengambilan data nilai Hvar didapatkan nilai Hvar tinggi dan setalah
pengukuran data pertama semakin menurun dan stabil nilai Hvar tersebut,
namun pada grafik kemungkinan terdapat noise atau gangguan yang
dialami ketika proses pengambilan data.
 Pada Grafik Ha vs Koordinat, dapat diketahui bahwa pada lintasa 8
terdapat 40 stasiun pengamatan, dan jarak antar stasiun sekitar 10 meter.
Pada grafik saat nilai Ha tertinggi pada stasiun ke-10 dengan nilai Ha
sebesar 303.89775 nT dan nilai Ha terendah pada stasiun ke-20 dengan
nilai Ha sebesar -932.40525 nT.
 Peta Ha merupakan peta anomali medan magnetik yang didapatkan dari
milai Ha dan Koordinat x, y yang menunjukkan persebaran anomali
magnetik.
 Peta Reduce to Pole dan peta Reduce to Equator merupakan peta yang
dihasilkan dari peta Ha yang telah di filter menggunakan software Geosoft
Oasis Montaj sehinggadapat menghasilkan peta yang menunjukkan
persebaran anomali magnetik secara monopole.
 Peta Upward dan Downward Continuation merupakan peta yang
dihasilkan dari proses filter menggunakan peta RTP untuk mengetahui
persebaran anomali secara regional dan lokal.
 Pada daerah penelitian menunjukkan dari peta Ha, RTP, RTE, Upward
Continuation, dan Downward Continuation merupakan tempat persebaran
intrusi atau zona mineralisasi dengan ditandai polakontur membulat dan
memanjang skala warna merahmuda sampai merah, endapan alluvial
ditandai pada peta tersebar warna hijau sampai kuning, dan warna biru

31
dengan pola kontur memanjang pada peta menunjukkan adanya struktur
pada daerah penelitian.
 Pada skala warna merahmuda sampai warna merah menunjukkan batuan
yang memiliki sifat ferromagnetik, skala warna hijau sampai oranye
menunjukkan batuan bersifat paramagnetik¸dan skla warna biru
menunjukkan batuan bersifat diamagnetik.
5.2. Saran
Saat mengolah data melakukan dengan teliti dan harus memahami betul
langkah-langkahnya saat membuat peta, serta perbanyak membaca refrensi. Serta
saat melakukan akuisisi memperhatikan SOP agar tidak terjadi atau
meminimalisir noise yang dapat mempengaruhi kualitas data.

32

Anda mungkin juga menyukai